Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/287603791

Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Isolat Pantoea stewartii subsp. stewartii


pada Jagung

Article · April 2014


DOI: 10.14692/jfi.10.2.45

CITATIONS READS

2 928

5 authors, including:

Yulfi Desi Agustian Agustian


Universitas Ekasakti Universitas Andalas
3 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    18 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Prima Novia
Universitas Ekasakti
2 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Fundamental View project

Discrimination of some African Armillarta species by isozyme electrophoretic analysis Article Armillaria complex by DNA spacers View project

All content following this page was uploaded by Yulfi Desi on 17 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Volume 10, Nomor 2, April 2014
Halaman 45–52
DOI: 10.14692/jfi.10.2.45
ISSN: 2339-2479

Karakteristik Morfologi dan Fisiologi


Isolat Pantoea stewartii subsp. stewartii pada Jagung

Morphological dan Physiological Characterization of


Pantoea stewartii subsp. stewartii from Maize
Yulfi Desi1*, Trimurti Habazar2, Agustian2, Ujang Khairul2, Syamsuwirman2, Prima Novia2
1
Universitas Ekasakti, Padang 25113
2
Universitas Andalas, Padang 25163

ABSTRAK

Pantoea stewartii subsp. stewartii adalah patogen penyebab penyakit layu stewart pada tanaman
jagung yang baru diketahui keberadaannya di Indonesia. Keberadaan patogen ini telah dilaporkan
terdapat pada beberapa daerah, namun belum banyak laporan penelitian terkait masalah ini. Penelitian
bertujuan mencirikan isolat P. stewartii subsp. stewartii dari beberapa sentra pertanaman jagung di
Sumatra Barat. Isolat-isolat P. stewartii subsp. stewartii berasal dari tanaman jagung yang menunjukkan
penyakit layu stewart di 6 kabupaten di Sumatera Barat. Daun tanaman jagung yang mempunyai gejala
garis kuning sepanjang tulang daun digerus dan disuspensikan, selanjutnya bakterinya diisolasi pada
medium nutrient glucose agar (NGA) dan diinkubasi selama 3 × 24 jam pada suhu kamar. Karakter
yang diuji ialah morfologi dan fisiologi bakteri, hipersensitivitas, patogenisitas, dan uji polymorfism
chain reaction. Berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi didapatkan 7 isolat yang menunjukkan
karakter Pantoea. Hasil uji PCR membuktikan bahwa isolat LA homolog dengan Pantoea stewartii
galur R1-104, isolat PR1 homolog dengan Pantoea stewartii galur R1-132, dan isolat PR2 homolog
dengan Pantoea stewartii galur ATCC 29923.
Kata kunci: identifikasi, karakterisasi, layu stewart

ABSTRACT

Pantoea stewartii subsp. stewartii is the pathogen causing stewart’s wilt disease in maize. The
occurrence of the disease was recently reported in Indonesia with limited information. Research was
conducted to characterize several isolates of P. stewartii subsp. stewartii isolated from maize plants
collected from 6 districts in West Sumatra. Leaves showing yellow stripes symptoms along the
vein was ground and suspeneded then the bacteria was isolated and incubated for 3 × 24 h at room
temperature in nutrient glucose agar (NGA). Pure bacterial colonies gained from this medium was used
for characterization. Assessment of bacterial characters was conducted based on morphological assay,
physiological assay, biological assay (hypersensitivity, and pathogenicity) followed by polymerase chain
reaction (PCR)-based identification. Unique characters of the family Enterobacteriaceae was observed
on 7 isolates based on morphological and physiological characters, and only 4 isolates (PR1, PP, ST1,
LA) gave positive reaction on hypersensitivity and pathogenicity test. Further molecular identification
confirmed 3 out of 7 isolates had high homology to Pantoea stewartii, i.e. Pantoea stewartii strain R1-
104, R1-132, and ATCC 29923 for isolates LA, PR1, and PR2, respectively.
Key words: characterization, identification, stewart’s wilt

*Alamat penulis korespondensi: Fakultas Pertanian, Universitas Ekasakti Padang, Jalan Veteran Dalam 26 B, Padang 25113
Tel: 0751-28859/26770, Faks: 0751-32694, Surel: yulfi.desi@yahoo.com

45
J Fitopatol Indones Desi et al.

PENDAHULUAN 100 µL dituangkan pada medium nutrient


glucose agar (NGA), selanjutnya diinkubasi
Penyakit layu stewart pada tanaman jagung selama 3 × 24 jam pada suhu kamar.
disebabkan oleh bakteri Pantoea stewartii Komposisi NGA ialah 28 g agar-agar nutrien
subsp. stewartii. Sampai saat ini informasi ditambah 10 g glukosa, dan 1000 mL akuades.
mengenai keberadaan penyakit layu ini di Koloni bakteri yang menunjukkan karakter P.
Indonesia masih terbatas. Beberapa penelitian stewartii subsp. stewartii: berwarna kuning,
terkait P. stewartii subsp. stewartii telah berkilat, berlendir, datar atau cembung. Isolat
dilakukan oleh Trisnawati (2010) dan Rahma murni dimasukkan ke dalam tabung berisi
(2013). akuades steril, divorteks dan disimpan di
Spesies dari genus Pantoea dicirikan dalam lemari pendingin.
berdasarkan morfologi koloni, uji fisiologi,
biokimia, analisis asam lemak, dan komposisi Uji Morfologi
quinon. Bodman dan Farrand (1995) Uji morfologi koloni bakteri yang diamati
melakukan uji ß-galactosidase, biosintesis mengikuti Cappucino dan Sherman (2002)
EPS, CAT assay, dan produksi acyl terhadap warna koloni (kuning, kuning pucat),
homoserine lactone (AHL). TAS ukuran koloni (kecil, sedang, besar), bentuk
(2008) menetapkan beberapa karakter koloni (bulat, tidak beraturan, tersebar),
fisiologi antara lain: pergerakan bakteri, keadaan koloni (berlendir, tidak berlendir), dan
sifat Gram, metabolisme glukosa, oksidasi, bentuk pinggiran koloni (rata, bergelombang).
katalase, hidrolisis esculin, produksi acetion,
produksi indol, reduksi nitrat, pertumbuhan Uji Gram
pada cis-anonitate, produksi asam (maltose, Uji Gram dilakukan untuk membedakan
arbutin, raffinose, cellubiose, dan arabitol).kelompok bakteri berdasarkan ketebalan
Penelitian bertujuan mencirikan isolat dinding sel. Sebanyak 10 µL KOH 3%
bakteri P. stewartii subsp. stewartii dari diteteskan pada kaca objek, sejumlah sel dari
beberapa sentra pertanaman jagung di Sumatra koloni bakteri dipindahkan dengan jarum
Barat. ose, diaduk sampai sempurna kira-kira pada
diameter 1.5 cm. Jika ujung jarum ose diangkat
BAHAN DAN METODE ke atas dan suspensi menjadi berlendir
dalam waktu 5-60 detik maka isolat bakteri
Sumber Tanaman Sakit tersebut ialah Gram negatif. Sebaliknya, jika
Bahan tanaman sakit berasal dari beberapa tidak terbentuk lendir maka isolat tersebut
sentra pertanaman jagung di Sumatra Barat, merupakan bakteri Gram positif.
yaitu Kabupaten Agam (Gadut dan Lubuk
Basung), Kabupaten Pasaman Barat (Padang Uji Katalase
Tujuh dan Padang Rajo), Kabupaten Lima Uji katalase dilakukan untuk mem-
Puluh Kota (Simalanggang dan Tanjung bantu identifikasi bakteri tergolong
Pati), Kabupaten Tanah Datar (Kumanggo Enterobacteriaceae (Taylor dan Anhanzar
dan Sumaniak), Kabupaten Padang Pariaman 1972). Setetes H2O2 ditempatkan pada gelas
(Lubuk Alung dan Ketaping), dan Kota objek, isolat uji dioleskan secara merata
Padang (Pauh dan Kuranji). Daun tanaman menggunakan tusuk gigi steril, ditetesi kembali
jagung yang bergejala garis kuning sepanjang dengan 10 tetes H2O2, apabila muncul gelembung
tulang daun dipotong dengan ukuran 1.5 cm x gas berarti menunjukkan reaksi positif (+),
7 cm, kemudian dibilas dengan akuades steril, sebaliknya apabila tidak terdapat gelembung
alkohol 70%, dan akuades steril kembali, gas berarti menunjukkan reaksi negatif (-).
selanjutnya digerus dengan 10 mL akuades Bakteri yang tergolong Enterobacteriaceae
steril menggunakan lumpang steril. Suspensi menunjukkan reaksi positif (+).
bakteri diencerkan sampai 10-6 dan sebanyak

46
J Fitopatol Indones Desi et al.

Uji Oksidasi Deteksi Exopolisaccharide Substance


Uji oksidasi adalah pengujian yang Stewartan
digunakan untuk menentukan apakah bakteri Deteksi exopolisaccharide substance
menghasilkan sitokrom-C oksidase tertentu. stewartan (EPS) didasarkan pada metode
Uji oksidasi dilakukan menggunakan strip Bodman dan Farrand (1995). Isolat uji
oxidase test. Isolat uji digoreskan pada strip ditumbuhkan pada medium casamino acid
oxidase test, munculnya warna biru setelah peptone glucose (CPG) dengan komposisi
beberapa detik menunjukkan terjadinya glukosa 1%, tripton 1%, casamino acid 0.1%,
reduksi atau bereaksi negatif (-), apabila dan agar-agar 1.5%. Sel bakteri dari biakan
tidak menimbulkan warna biru berarti terjadi diambil dan dimasukkan ke dalam 10 mL
oksidasi atau bereaksi positif (+). larutan NaCl 0.9%. Campuran larutan tadi
dipindahkan ke dalam gelas piala dan diputar
Uji Metabolisme Glukosa dengan cepat selama 1 menit menggunakan
Salah satu medium yang dapat digunakan stirer, seterusnya disentrifugasi selama 30
untuk identifikasi bakteri genus Pantoea menit. Supernatan dipisahkan dan dipindahkan
ialah medium hugh-leifson (HL). Komposisi ke dalam gelas piala lalu ditambahkan 60 mL
medium HL terdiri atas larutan utama dan etil alkohol, kemudian ditempatkan di dalam
larutan glukosa. Larutan utama terdiri atas ruang pendingin selama 1 malam. Sisa pelet
20 g peptone, 5 g NaCl, 0.3 g KH2PO4, dicuci dengan 1 mL NaCl 0.9% per tabung.
3 g agar-agar, 3 mL bromotimol biru 1%. Semua ekstrak dipindahkan ke gelas piala lalu
Larutan glukosa terdiri atas 10 g glukosa dan ditambahkan 60 mL etil alkohol dan disimpan
60 mL dH2O. Medium ini digunakan untuk selama 24 jam di dalam ruang pendingin.
mengetahui isolat yang mampu menghasilkan Ekstrak EPS diambil dan dicuci dengan air
glukosa secara anaerob. Pelaksanaan steril, seterusnya disimpan di dalamlemari
metabolisme glukosa dilakukan mengikuti pembeku sampai waktu yang diinginkan.
prosedur sebagai berikut. Medium HL steril
dimasukkan ke dalam tabung, kira-kira 2/3 Uji Adhesi
bagian, kemudian isolat uji diinokulasikan Uji adhesi dilakukan berdasarkan pada
pada 2 tabung (A dan B). Permukaan medium metode O’Toole dan Kolter (Koutsoudis et al.
ditutup dengan menuangkan 1-2 mL vaselin 2006). Isolat uji ditumbuhkan pada medium
steril. Munculnya warna kuning pada tabung luria bertani (LB) yang mengandung glukosa
dalam waktu 24 jam pada suhu 27 °C 0.2%. Pengujian adhesi menggunakan kotak
menunjukkan reaksi positif (+) dan warna biru plastik polivinil klorida yang mempunyai
menunjukkan reaksi negatif (-). 5 sumur. Isolat uji dicuci berulang kali dan
diwarnai dengan kristal violet 1% selama
Deteksi Produksi Acyl Homoserine Lactone 15 menit pada suhu kamar. Sisa zat warna
Deteksi produksi acyl homocerine lactone dipisahkan melalui pencucian dengan akuades
(AHL) didasarkan pada metode Bodman dan mengalir, sisa kristal violet dilarutkan dalam
Farrand (1995). Medium yang digunakan 150 µL etanol 95% yang ditambahkan pada
ialah medium minimal (MM) mengandung setiap sumur. Pengujian ini ditujukan untuk
40 µg X-Gal (5-bromo-4chloro-3indolyl-β-d- mengetahui tegangan permukaan dari sel
galactocidase) mL-1 dan galur indikator yang bakteri. Pada kesempatan ini hasil uji tidak
digunakan adalah Agrobacterium tumefaciens dapat dilanjutkan karena tidak tersedianya
A4404 yang diperoleh dari Laboratorium tensiometer.
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Isolat Uji Patogenisitas
uji digoreskan, kemudian galur indikator Uji patogenisitas dilakukan pada bibit
digoreskan lagi membentuk dua garis sejajar. jagung varietas Sweet Boy umur 8 hari. Isolat
Setelah biakan diinkubasi pada suhu 28 °C yang terdeteksi sebagai Gram negatif (-)
akan terbentuk zone warna biru. dengan kerapatan 106 sel mL-1 diinokulasikan

47
J Fitopatol Indones Desi et al.

menggunakan jarum steril pada batang bibit HASIL


kira-kira 5 cm dari permukaan tanah. Gejala
kebasahan akan muncul setelah 3 hari dan Gejala Penyakit di Lapangan
bibit menunjukkan gejala layu antara 5-8 hari Gejala penyakit yang ditemui pada
setelah inokulasi. beberapa pertanaman jagung di Sumatra
Barat sangat beragam, di antaranya ialah
Uji Hipersensitivitas terdapat garis-garis tegas berwarna kuning
Uji hipersensitifitas dilakukan untuk sepanjang pertulangan daun, pinggiran daun
mengetahui kemampuan isolat dalam bergelombang, tanaman kerdil, dan daun
menimbulkan gejala respons hipersensitif. mengering lebih cepat.
Isolat yang terdeteksi sebagai bakteri Gram
negatif dengan kerapatan 108 sel mL-1 Morfologi Isolat Bakteri
diinfiltrasikan menggunakan jarum steril pada Isolasi bakteri dari daun bergejala garis
daun tembakau, kemudian tanaman disungkup kuning sepanjang tulang daun didapatkan
dengan kantong plastik. Gejala akan muncul 22 isolat murni. Pada medium NGA, bakteri
dalam waktu 24 jam setelah infiltrasi. mempunyai ciri bentuk koloni bulat, warna
koloni kuning terang dan kuning, ukuran
Uji Polymerase Chain Reaction koloni berkisar antara 1 dan 4 mm, elevasi
Isolat yang akan diuji ditumbuhkan pada cembung, keadaan koloni berlendir, dan
medium yeast dextrose carbonate (YDC) pinggiran koloni bervariasi (Tabel 1).
selama 48 jam pada suhu 23 °C, 5 µL suspensi
sel bakteri di dalam akuades steril ditambah Uji Fisiologi
dengan 50 µL NaOH 0.05 M dan selnya dilisis Hasil uji Gram yang dilakukan terhadap
pada penangas air yang mendidih selama 22 isolat murni diperoleh 10 isolat merupakan
15 menit. Sebanyak 5 µL hasil lisis tersebut bakteri Gram negatif dan 10 isolat bakteri
ditambahkan ke 45 µL campuran reaktan yang Gram positif, sementara dua isolat tidak
terdiri atas 1x bufer reksi, MgCb 1.5 mM, diuji karena tidak menghasilkan pigmen
dNTP’s masing-masing 200 µM (Boehringer kuning pada media NGA. Sebanyak 7 isolat
Mannheim), primer masing-masing 1 µM bereaksi positif (+) pada uji katalase dan uji
dan 2.50 unit AmpliTaq DNA polymerase. metabolisme glukosa tetapi bereaksi negatif
Amplifikasi DNA dilakukan menggunakan (-) pada uji oksidasi. Oleh karena itu, uji
pasangan primer ES16: 5’-GCG AAC TTG lanjut hanya dilakukan terhadap 7 isolat ini
GCA GAG AT-3’ dan ESIG2c: 5’-GCG CTT G (Tabel 2).
TGT TAT GAG-3’ didahului dengan denaturasi
awal selama 5 menit pada 94 °C, dilanjutkan Uji Hipersensitivitas dan Patogenisitas
sebanyak 35 siklus meliputi denaturasi selama Uji hipersensitivitas (HS) pada tanaman
1 menit pada 94 °C, penempelan primer selama tembakau, menunjukkan reaksi positif hanya
1 menit pada 55 °C sintesis selama 2 menit pada 4 isolat, yaitu PR1, PP, ST1, dan LA,
pada 72 °C, pada tahapan terakhir ditambah sedangkan 6 isolat lainnya menunjukkan
10 menit pada 72 °C. Hasil amplifikasi reaksi negatif.
dielektroforesis menggunakan gel agaros Uji patogenisitas yang dilakukan terhadap
1% dalam bufer tris boric EDTA (TBE 0.5 bibit jagung varietas Sweet Boy menghasilkan
x) dan divisualisasi menggunakan UV. Pola variasi gejala. Isolat KP1, KP3, dan PR2
pita DNA masing-masing isolat diamati untuk menunjukkan gejala daun menguning mulai
mengetahui keragaman isolat. Selanjutnya dari bawah, kemudian berwarna cokelat dan
dilakukan sikuensing terhadap isolat tersebut akhirnya tanaman layu dan mati. Isolat PT1,
dan perunutan DNA menggunakan program PR1, PP, LA, dan PT3 menunjukkan gejala
NCBI BLAST (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ water soaking dan pada hari ke-4 tanaman layu,
BLAST). sedangkan isolat ST1 dan ST3 menunjukkan

48
J Fitopatol Indones Desi et al.

Tabel 1 Morfologi isolat Pantoea stewartii subsp. stewartii dari beberapa sentra pertanaman
jagung di Sumatera Barat

Morfologi koloni
Isolat Bentuk Warna Ukuran Keadaan Pinggiran
bakteri (mm)
KP1 Tidak teratur Kuning terang 3-4 Berlendir Undulate
PT1 Tidak teratur Kuning terang 3-4 Berlendir Undulate
KP3 Tidak teratur Kuning terang 2-3 Berlendir Undulate
PR1 Melingkar Kuning terang 1-2 Berlendir Entire
PP Melingkar Kuning pucat 1-2 Berlendir Entire
ST1 Tidak teratur Kuning pucat 1-2 Berlendir Undulate
LA Melingkar Kuning terang 2-3 Berlendir Entire
PT3 Melingkar Kuning terang 2-3 Berlendir Entire
ST3 Tidak teratur Kuning pucat 1-2 Berlendir Undulate
PR2 Melingkar Kuning terang 2-3 Berlendir Entire
KP1, Kampung Periuk 1; PT1, Padang Tujuh 1; PR1, Padang Rajo 1; KP3, Kampung Periuk 3; PP, Pauh Padang;
ST1, Simpang Tiga 1; LA, Lubuk Alung; PT3, Padang Tujuh 3; ST3, Simpang Tiga 3; PR2, Padang Rajo 2.

Tabel 2 Hasil uji fisiologi isolat bakteri Pantoea stewartii subsp. stewartii dari beberapa sentra
pertanaman jagung di Sumatera Barat

Meta Patogeni
Isolat Gram Katalase Oksidasi AHL EPS Adhesi HR
glukosa sitas
KP1 - + - + 1 2 1 + -
PT1 - + - + 0 1 2 + -
KP3 - - … ... … … … + -
PR1 - + - + 1 1 2 + +
PP - + - + 4 1 1 + +
ST1 - - … … … … … - +
LA - + - + 2 2 2 + +
PT3 - + - + 0 3 4 + -
ST3 - - … … … … … - -
PR2 - + - + 2 1 3 + -
KP1, Kampung Periuk 1; PT1, Padang Tujuh 1; KP3, Kampung Periuk 3; PR1, Padang Rajo 1; PP, Pauh Padang;
ST1, Simpang Tiga 1; LA, Lubuk Alung; PT3, Padang Tujuh 3; ST3, Simpang Tiga 3; PR2, Padang Rajo 2; AHL,
acyl homocerine lactone; EPS, exopolisaccharide substance stewartan +, bereaksi positif; -, bereaksi negatif; 0,
tidak ada; 1, sedikit; 2, sedang; 3, cukup; 4, banyak; ..., tidak dilakukan.

49
J Fitopatol Indones Desi et al.

gejala daun menguning yang dimulai dari PEMBAHASAN


bagian ujung, kemudian berwarna cokelat dan
tanaman tidak layu. Gejala penyakit layu stewart yang
ditemukan pada beberapa sentra pertanaman
Uji Polymerase Chain Reaction jagung di Sumatera Barat sangat beragam.
Dari uji morfologi, fisiologi, dan Gejala penyakit sesuai dengan yang
patogenisitas diperoleh tujuh isolat dikemukakan oleh EPPO (2006), yaitu
menunjukkan karakter Pantoea. Selanjutnya, daun-daun bagian bawah awalnya memiliki
identifikasi isolat tersebut menggunakan garis-garis berwarna kuning. Penyakit
polymerase chain reaction (PCR) dengan ini berbeda dengan penyakit hawar yang
pasangan primer ES16 dan ESIG2C (Gambar umumnya menyebabkan warna daun-daunnya
3). berkembang menjadi hijau pucat sampai
Hasil analisis urutan basa nukleotida kuning, terdapat garis longitudinal, dengan
menunjukkan bahwa tidak semua isolat pinggiran tidak teratur atau bergelombang,
tergolong genus Pantoea, hanya empat isolat dan dapat memanjang di sepanjang helaian
diantaranya sebagai genus Pantoea dan tiga daun, garis-garis ini mengering kemudian
isolat sebagai spesies Pantoea stewartii yakni: bewarna cokelat.
isolat dari Padang Rajo 2, Lubuk Alung dan Uji katalase menunjukkan bahwa tujuh
Pdang Rajo 1 memiliki kemiripan 98% asesi isolat menghasilkan gelembung atau bereaksi
no. FJ118651, JQ6595401 dan JQ6595451 positif (+) dan tiga isolat bereaksi negatif (-).
(Tabel 3).

Tabel 3 Analisis homologi sekuen DNA dari 3 isolat bakteri dari daun jagung bergejala penyakit
layu stewart di sentra pertanaman jagung Sumatera Barat

Panjang sekuen DNA Homologi sekuen 16S RNA Homologi Kode aksesi
Isolat
(pb) Pantoea stewartii % GenBank
PR2 1408 galur ATCC 29923 98 FJ6118651
LA 902 galur R1-104 96 JQ6595401
PR1 775 galur R1-132 94 JQ6595451
PR2, Padang Rajo 2; LA, Lubuk Alung; PR1, Padang Rajo 1.

M PR2 M L PR1

1500 pb

Gambar 3 Hasil amplikasi beberapa isolat bakteri menggunakan primer 16S rNRA/ITS. M,
1 kb penanda DNA; PR2, Padang Rajo 2; LA, Lubuk Alung; PR1, Padang Rajo 1.

50
J Fitopatol Indones Desi et al.

Salah satu medium yang dapat digunakan merupakan langkah penting dalam menentukan
untuk identifikasi bakteri genus Pantoea apakah bakteri bersifat parasit atau simbiotik
adalah medium Hugh-Leifson (HL), medium (Koutsoudis et al. 2006).
ini digunakan untuk mengetahui isolat Berdasarkan semua uji yang dilakukan,
yang mampu menghasilkan glukosa secara hanya 7 isolat, yaitu KP1, PT1, PR1, PP, LA,
anaerobik (fermentasi). Pada tabung yang PT3, dan PR2 yang tergolong pada famili
diberi vaseline, goresan isolat berwarna Enterobacteriaceae. Namun setelah dilakukan
kuning artinya isolat bereaksi positif (+). uji PCR, ternyata isolat PT1, PP, dan PT3
Bakteri Gram negatif tertentu tidak tergolong ke dalam genus Pantoea, hal
menghasilkan signal dalam bentuk substitusi ini kemungkinan terjadi kesalahan dalam
acyl homoserine lactone (acyl-HSLs) yang pengujian metabolisme glukosa.
dikenal dengan autoinduser. Pesan-pesan ini
memungkinkan populasi bakteri memonitor UCAPAN TERIMA KASIH
kepadatannya sendiri (querum sensing) untuk
menggerakkan, mengkoordinasikan, dan Penelitian ini merupakan sebagian dari
menyatukan respons ketika ada kesempatan penelitian Hibah Bersaing yang dibiayai oleh
memarasit inang (Bodman dan Farrand 1995). DIPA Kopertis Wilayah X dengan Kontrak
Dalam pengujian deteksi AHL, hanya isolat No. 0666/023-04.2.01/03/2012 tanggal 9
PT1 dan PT3 yang tidak menghasilkan AHL. Desember 2011.
Dalam hal ini kemungkinan kedua isolat ini
tidak bersifat patogen meskipun keduanya DAFTAR PUSTAKA
bersifat Gram negatif.
Deteksi EPS stewartan dilakukan untuk Bodman SB, Farrand SK. 1995. Capsular
mengetahui kemampuan isolat dalam polysaccharide biosynthesis and
menghasilkan stewartan. Jumlah stewartan pathogenicity In Erwinia stewartii require
yang dihasilkan berkaitan dengan kemampuan induction by An N-acylhomoserine lactone
isolat dalam menimbulkan gejala water autoinducer. J Bacteriol. 177:5000–5008. 
soaking pada inang. Virulensi dari mutan P. EPPO Buletin. 2006. Diagnostics antoea
stewartii mampu menyebabkan water soaking stewartii subsp. stewartii. Eur Med Plant
pada daun, juga mampu menyebabkan gejala Protect Org. 36(1):111–115.
layu sehingga diduga EPS merupakan faktor Koutsoudis MD, Tsaltas D, Minoque TD,
virulensi dari mutan ini. Demikian juga Suzanne VB. 2006. Quorum sensing
Minoque et al. (2005) menyatakan bahwa regulation governs bacterial adhesion,
ekspresi EPS bergantung pada kepadatan sel biofilm development, and host colonization
bakteri yang akan menentukan perkembangan in Pantoea stewartii subsp. stewartii. Proc
layu stewart. Koloni yang menghasilkan EPS Natl Acad Sci. 103(15):5983–5988. DOI:
bersifat kental, seperti lumpur, fluidal, dan http://dx.doi.org/10.1073/pnas.0509860
permukaannya berlendir, sedangkan koloni 103.
yang kurang menghasilkan EPS bersifat tidak Minoque TD,  Carlier AL,  Koutsoudis
berlendir dan halus seperti krim (Bodman dan MD, Suzanne VB. 2005. The cell density-
Farrand 1995). dependent expression of stewartan
Uji adhesi dilakukan untuk mengetahui exopolysaccharide in Pantoea stewartii
lendir yang dihasilkan oleh bakteri. Semakin ssp. stewartii is a function of EsaR-
banyak lendir yang dihasilkan berarti semakin mediated repression of the rcsA gene.
tinggi kemampuan bakteri untuk menempel Molecular Microbiology. 56(1):189–203.
pada inang. Bakteri uji ini menghasilkan DOI: http://dx.doi.org/10.1111/j.1365-2958.
mukus, yang menyumbat pembuluh vaskuler 2004.04529.x
tanaman jagung sehingga akhirnya tanaman Rahma H. 2013. Kajian penyakit layu stewart
layu dan mati. Adanya adhesi pada bakteri pada jagung (Pantoea stewartii subsp.

51
J Fitopatol Indones Desi et al.

stewartii dan upaya pengendaliannya Agricultural Commodity and Food


[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Standards Ministry of Agriculture and
Bogor. Cooperatives.
Taylor WI,Anhanzar D. 1972. Catalase test as an Trisnawati F. 2010. Tingkat serangan Pantoea
aid to identification of Enterobacteriaceae. stewartii subsp. stewartii pada berbagai
App Microb. 24(1):58–61. fase hawar dan layu stewartii pada jagung
[TAS] Thai Agricultural Standard. 2008. (Zea mays L.) di Kabupaten Pasaman
Diagnostic Protocol for Pantoea stewartii Barat [skripsi]. Padang (ID): Universitas
subsp. stewartii Bacterial Wilt of Maize. Andalas.
Bangkok (TH): National Bureau of

52

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai