Anda di halaman 1dari 4

Pajak Daerah & Retribusi Daerah

Pajak Daerah & Retribusi Daerah

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat yang termuat di dalam Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Nomor 28 Tahun 2009. Pajak atau kontribusi wajib yang diberikan oleh penduduk
suatu daerah kepada pemerintah daerah ini akan digunakan untuk kepentingan
pemerintahan dan kepentingan umum suatu daerah.

Pajak Daerah & Retribusi Daerah terdapat banyak jenisnya, salah satunya topik
yang kami ambil adalah :

Pajak Parkir

A. Pengertian
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 31 dan 32, Pajak
Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor. Sedangkan yang dimaksud dengan pakir adalah keadaan kendaraan tidak
bergerak yang sifatnya sementara. Pengenaan Pajak Parkir tidak mutlak ada di seluruh
daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia berkaitan dengan kewenangan
pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan yang
pelaksanaan pengenaan atau pemungutannya berdasarkan daerah kabupaten atau kota
yang bersangkutan.

B. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Parkir


- Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
- Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
- Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
- Peraturan daerah kabupaten / kota yang mengatur tentang Pajak Parkir.
- Keputusan bupati / walikota yang mengatur tentang Pajak Parkir sebagai aturan
pelaksanaan Peraturan Daerah tetang Pajak Parkir pada kabupaten / kota dimaksud.

C. Objek Pajak Parkir


- Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaran tempat parkir di luar badan jalan, baik
yang disediakan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat, kendaraan bermotor yang diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Gedung parkir
b. Peralatan parkir
c. Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran
d. Tempat penitipan kendaraan bermotor

- Bukan Objek Pajak Parkir


1. Penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk
karyawannya sendiri.
3. Penyelenggaran parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan
perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.
4. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan peraturan daerah,
antara lain penyelenggaran tempat parkir di tempat peribadatan dan sekolah
serta tempat-tempat lainnya yang diatur lebih lanjut oleh Bupati / Walikota.

D. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir


- Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan
bermotor.
- Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

E. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan


1. Dasar Pengenaan Pajak Parkir
Dasar Pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya
dibayar kepada penyelenggara tempat Parkir yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah dan jumlah yang seharusnya dibayar termasuk potongan harga Parkir dan
Parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Parkir.

2. Tarif
Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh persen) yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota yang bersangkutan untuk
memberikan keleluasaan kepada Pemerintah Kabupaten / Kota untuk menetapkan
tarif pajak sesuai dengan kondisi masing-masing yang menyebabkan tarif pajak
yang berbeda.

3. Perhitungan Pajak Parkir


Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar
kepada penyelenggara tempat parkir

Contoh soal :
Tagihan Parkir : Rp. 1.000.000
PP : 30% X Rp. 1.000.000
: Rp 300.000

POTENSI :
Dunia parkir di Indonesia memiliki perbedaan dan keunikan sendiri dibanding
negara-negara lain dikarenakan jumlah penduduknya yang banyak, sebagai contoh
setiap satu keluarga terdiri dari 3 orang memiliki minimal 1 kendaraan sehingga
untuk membayar parkir dianggap sama beratnya seperti membayar pajak. Hal ini
dapat dimanfaatkan pemerintah untuk melakukan pemungutan pajak sesuai dengan
kondisi masyarakat dan dari uang tersebutlah pemerintah dapat melaksanakan
fungsi negara/pemerintahan, baik dalam fungsi mengatur (regulatory), penerimaan
(budgetory), redistribusi (redistributive), dan alokasi sumber daya (resource
allocation) agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masayarakat
yang ada di dalam negara.

PERMASALAHAN :

- Akibat banyaknya jumlah penduduk yang ada di Indonesia menyebabkan terjadi


kekurangan lahan parkir yang membuat masyarakat lebih memilih untuk parkir
sembarangan di tepi jalan atau hal ini juga dapat terjadi akibat kemalasan
dikarenakan parkir liar lebih praktis.

- Banyak tempat off-street parking masih menggunakan cash dan mengantri lama
di pos keluar dan on- street parking kurang pengawasan dan tidak transparan
sehingga sulit bagi konsumen untuk membayar parkir, dan hal ini membuat
tidak terdapatnya perkembangan dalam perpakiran Indonesia.

MENGATASI NYA

- Dikarenakan lahan parkir yang tersedia tidak akan tercukupi seiring dengan
jumlah masyarakat yang ada di Indonesia yang terus bertambah, solusinya
adalah membuat “cube car park” adalah sistem mobil yang parkir sendiri. Kita
cukup memasukkan mobil pada sebuah dek, lalu mobil akan dibawa oleh sistem
ke tempat parkir yang telah tersedia, bersama mobil-mobil lainnya sehingga
memarkir lebih banyak mobil di dalamnya. Dan untuk menindak lanjuti
masyarakat yang melakukan parkir liar dengan melakukan penguncian ban
kendaraan sehingga mereka harus melakukan penebusan denda terhadap
tindakan yang dilakukannya karena mengganggu kenyamanan umum dan
aktivitas jalan raya. Pengenaan denda ini agar pengendara jera dan mengetahui
konsekuensi tentang pajak parkir dan diharapkan tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama.

- Melakukan pengurangan penggunaan tenaga kerja dan mengurangi penggunaan


cash yang membuat sistem parkir mereka lebih canggih dan cepat yang sudah
dilakukan di luar negeri sehingga membuat perpakiran mereka menjadi
lebihamaju dibandingkan Indonesia. Melihat hal ini, tentunya akan mendorong
dunia perparkiran Indonesia untuk mengikuti perubahan menjadi parkir yang
lebih praktis, transparan dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai