Anda di halaman 1dari 7

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infrak Miokard Akut (IMA) merupakan proses rusaknya jaringan

jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah

berkurang. Hal ini disebabkan adanya penyempitan arteri karena

penyumbatan oleh thrombus atau adaanya penurunan aliran darah. World

Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit kardiovaskuler

khususnya IMA menjadi penyebab utama di negara-negara berkembang

sebelum tahun 2020 (Katz, 2013). Amerika serikat memperkirakan 30%

penduduk disana menderita IMA, setiap tahunnya dan sekitar 20% meninggal

karena IMA sebelum sampai di Rumah Sakit (Cristofferson, 2014).

IMA dikasfikasikan menjadi ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) dan

Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI), yang membedakan antara

keduanya adalah pada EKG dimana STEMI ditemuka adanya ST elevasi

sementara pada NSTEMI ditemukan ST depresi (Smetzer & Bare, 2015).

Pada tahun 2013, kurang lebih 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa

penyakit jantung koroner pravelensi ST Elevasi Infark Miokard (STEMI)

meningkat dari 25% ke 40% dari presentase infark miokard (Depkes, 2013).

Penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Gayatri dkk di Rumah Sakit

Husada Utama Surabaya selama tahun 2014 ditemukan 91 kasus (63%) dari

151 kasus Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah IMA dengan ST Elevasi

1
2

(STEMI) (Gayarti et al, 2016). Jumlah kasus tertinggi yang ada di Provinsi

Jawa Tengah berada di Kabupaten Semarang sebesar 4.784 kasus (26,00%),

kasus tertinggi kedua berada di Kabupaten Banyumas sebesar 2.004 kasus

(10,89%) dan tertinggi ketiga berada di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus

(0,001%) (Riskesdas, 2013).

Menurut Black dan Hawk (2005) dikutip dalam Sunaryo (2014), ST

Elevasi Miokrad Infark (STEMI) adalah suatu kondisi yang mengakibatkan

kematian sel miosit jantung karena iskemia yang berkepanjangan akibat

okulasi coroner akut. STEMI terjadi akibat stenosis total pembuluh darah

coroner sehingga menyebababkan nekrosis sel jantung yang bersifat

irreversible (Brown & Edwars, 2005 dikutip dalam Sunayo 2014). Keluhan

yang khas pada pasien STEMI adalah nyeri dada yang menjalar kebagian

lengan kiri, leher, rahang bawah gigi, punggung perut dan dapat juga

kelengan kanan. Terdapat juga gangguan pada suluran pencernaan seperti

mual muntah, rasa tidak nyaman didada dapat menyebabkan sulit bernafas,

keringat dingin, lemas serta menimbulkan kecemasan (Underhill, 2005

dikutip dalam Sunaryo, 2014).

Intervensi keperawatan untuk pasien ST elevasi meliputi intervensi

mandiri maupun kolaboratif. Banyak cara yang digunakan untuk mengurangi

kecemasan yang dirasakan oleh pasien dirumah sakit, diantaranya terapi

medikamentosa dan terapi komplementer. Banyak jenis terapi komplementer

yang saat ini dikembangkan dengan tujuan untuk merelaksasi pasien. Terapi

komlementer yang saat ini sedang mulai digunakan adalah jenis terapi religi.
3

Menurut Atkinson, (dalam Yanti, Erlamsyah & Zikra, 2013)

kecemasan merupakan perasaan tidak menyenangkan, yang ditandai dengan

dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang

kadang-kadang dialami dalam dalam tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan

merupakan respon individu terhadap keadaan yang tidak menyenangkan

dalam kehidupan sehari hari (Harsepuny, 2012). Mekanisme yang

menyebabkan kecemasan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner

yang fatal termasuk hiperventilasi yang terjadi spasme koroner dan dapat

menyebabkan kegagalan ventrikel sehungga dapat menyebabkan

menyebabkan aritmia (Szirmai, 2011).

Menurut Hebert Benson, seorang dokter di Harvard Medical School

menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan doa

yang diulang-ulang (repetitive prayer) ternyata akan membawa berbagai

perubahan fisiologis, antarlain berkurangnya kecepatan detak jantung,

menurunnya kecepatan napas, menurunya tekanan darah, melambatnya

gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme.

Kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (Subandi, 2013). Seni melagukan

ayat-ayat suci Al-Qur’an merupakan hal yang sering didengar saat ini,

diantaranya biasa dikenal dengan Murottal.

Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan

rangsangan dari luar ( terapi Al-Qur’an) maka otak memproduksi zat kimia

yang disebut neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-

reseptor mereka yang ada didalam tubuh memberi umpan balik berupa rasa
4

nyaman. Bacaan Al-Qur’an secara murottal mempunyai efek relaksasi dan

dapat menurunkan kecemasan apabila didengarkan dalam tempo murottal

berada antara 30-70 menit secara konstan, tidak ada irama yang mendadak,

dan dalam nada yang lembut (Widayati, 2011). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Faradisi (2012) terapi murottal terbukti lebih efektif

menurunkan kecemasan dibandingkan dengan terapi music lainnya.

Rumah Sakit Dr. Moewardi merupakan salah satu Rumah Sakit terbesar

di Surakarta, dimana kasus STEMI termasuk 10 kasus terbesar di Rumah

Sakit tersebut. Oleh karena besarnya kasus tersebut maka penulis tertarik

untuk menulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan yang

mengalami STEMI dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

1.2 Rumusan Masalah

Infark Miokard Akut (IMA) merupakan proses rusaknya jaringan

jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah

berkurang. IMA dikasfikasikan menjadi ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)

dan Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI), yang membedakan antara

keduanya adalah pada EKG dimana STEMI ditemuka adanya ST Elevasi

sementara pada NSTEMI ditemukan ST depresi. Keluhan yang khas pada

pasien STEMI adalah nyeri dada yang menjalar kebagian lengan kiri, leher,

rahang bawah gigi, punggung perut dan dapat juga ke lengan kanan.

Terdapat juga gangguan pada suluran pencernaan seperti mual muntah, rasa
5

tidak nyaman didada dapat menyebabkan sulit bernafas, keringat dingin,

lemas serta menimbulkan kecemasan. Sehingga bisa ditarik rumusa masalah :

“Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pasien STEMI (ST Elevasi)

dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pasien STEMI (ST Elevasi)

dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada pasien STEMI (ST Elevasi) dalam

pemenuha kebutuhan aman dan nyaman.

2. Menetapkan diagnosis pada pasien STEMI (ST elevasi) dalam

pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.

3. Menyususn perencanaan keperawatan pada pasien STEMI (ST

Elevasi) dalam pemenuhan kebetuhan rasa aman dan nyaman.

4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien STEMI (ST Elevasi)

dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman da nyaman.

5. Melakukan evaluasi pada pasien STEMI (ST Elevasi) dalam

pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.


6

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai bagaimana cara mengurangi kecemasan pada pasien

yang mengalami STEMI (ST Elevasi) dalam pemenuhan kebutuhan

rasa aman dan nyaman.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan memberikan masukan yang diperlukan untuk

mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama perkuliahan ke

dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan yang

berkualitas dan komprehensif tentang asuhan keperawatan pasien

yang mengalami STEMI (ST Elevasi) dalam pemenuhan

kebutuahan rasa aman dan nyaman.

2. Bagi Perawat

Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan

melatih berfikir kritis selama melakukan asuhan keperawatan

kepada pasien yang mengalami STEMI (ST Elevasi) dalam

pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.

3. Bagi Instansi Akademik

Memberikan masukan dalam proses kegiatan belajar

mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien STEMI (ST

Elevasi) dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.


7

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Mendapat informasi dan pengetahuan tentang penanganan

pasien yang mengalami STEMI (ST Elevasi) dalam pemenuhan

kebutuahan rasa aman dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai