Anda di halaman 1dari 9

Pengukuran Kadar Sedimen Suspensi

July 3, 2010
widya Hidrologi pengukuran sedimen, sedimen Leave a comment

1. Pendahuluan
Umumnya material angkutan sedimen berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) dan dari palung sungai itu
sendiri.

Berdasarkan mekanisme pergerakannya angkutan sedimen dibedakan atas:

 Angkutan sedimen melayang/sedimen suspensi, merupakan partikel sedimen yang bergerak melayang
didalam air dan terbawa oleh aliran sungai
 Angkutan sedimen dasar/Bed load, merupakan pertikel sedimen yang bergerak tidak jauh dari dasar sungai
dan bergerak secara bergeser, merayap, menggelinding atau meloncat.
Pengukuran sedimen suspensi bertujuan agar supaya dapat menentukan konsentrasi sedimen dan kuantitas
angkutan sedimen persatuan waktu pada suatu lokasi dan waktu tertentu, dan dapat menentukan besarnya
endapan dalam hubungannya dengan angkutan sedimen tersebut. Pengukuran sedimen suspensi dilakukan
dengan cara mengambil sampel/contoh air dan membawa ke laboratoriun untuk dapat diketahui konsentrasi
sedimen dalam satuan mg/liter atau ppm (part per million), selain itu dalam analisa laboratorium dapat
diketahui Berat Jenis (BD) dan besaran ukuran butir. Untuk dapat mengetahui kandungan sedimen (dalam
satuan ton/hari) maka selain data hasil pemeriksaan laboratorium pada saat yang bersamaan perlu dilakukan
pengukuran debit/aliran sungai.

2. Pemilihan Lokasi Pengambilan Sample


Lokasi pengambilan sedimen sebaiknya sama dengan lokasi pengukuran debit pada pos duga air atau
mengikuti persyaratan sbb:

a) Pada lokasi disekitar pos duga air dimana tidak ada perubahan profil melintang yang menyolok,
penambahan atau pengurangan debit aliran sungai.

b) Profil sungai tidak menunjukan indikasi dalam waktu dekat akan pindah atau berubah

c) Distribusi garis aliran merata dan tidak ada aliran yang berputar, sebaiknya aliran tidak terbagi-bagi karena
ada batu-batu besar.

d) Aliran tidak terganggu akibat sampah atau tanaman air,

e) Tidak terletak pada lokasi dimana terjadi peninggian muka air akibat pengaruh arus pasang surut air laut.

f) Tidak terletak pada atau dekat dengan lokasi pertemuan sungai atau disekitar lokasi bangunan pengairan

g) Tidak terletak pada lokasi yang terpengaruh oleh adanya aliran lahar/air terjun.

h) Sebaiknya profil melintang sungai dapat menampung debit aliran sungai pada saat banjir (tidak meluap
keatas bantaran sungai).

3. Cara Pengambilan Sample Sedimen Suspensi


Jumlah sampel sedimen suspensi yang harus dikumpulkan pada waktu tertentu harus direncanakan dengan
baik terutama persiapan yang perlu dilakukan mengingat kondisi lapangan dan keselamatan kerja.

Sebaiknya pengambilan sampel sedimen suspensi dilakukan pada saat banjir atau pada saat debit tinggi.
Gambar 1 – Pengambilan sampel sedimen suspended

Gambar 2 – Sedimen sampler

3.1 Point Integrated


Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan konsentrasi sedimen pada suatu titik dari suatu
vertikal/raai. Umumnya cara ini dilakukan pada sungai yang lebar dan dengan penyebaran konsentrasi
sedimen yang bervariasi.

Pelaksanaan kegiatan dilapangan

a) Rencanakan pada penampang melintang sungai berapa jumlah vertikal/raai pengukuran yang akan
dilakukan.

b) Sebaiknya jarak antara raai adalah sama, agar supaya konsentrasi sedimen dan kecepatan aliran pada
masing-masing raai yang berdekatan mempunyai perbedaan yang kecil.

c) Dalam satu raai, pengambilan sampel sedimen dilakukan pada beberapa titik kedalaman dengan
mengunakan alat integrated sampler.

d) Perlu pengukuran kecepatan aliran disetiap titik pengambilan sampel sedimen untuk mengetahui waktu
yang diperlukan untuk mengambil sampel sedimen.

3.2 Depth Intergreted


Pengambilan sampel sedimen dengan cara ini adalah untuk mengetahui kadar sedimen rata-rata untuk satu
vertikal/rai. Pelaksanaan pengambilan dengan cara ini adalah menggerakkan (menurunkan atau menaikan)
alat pengambil sedimen dari atas permukaan air sampai mancapai dasar sungai dan menaikkan kembali
hingga mencapai permukaan air kembali harus dengan kecepatan gerak alat yang sama. Waktu yang
diperlukan untuk menurunkan dan menaikkan alat pengambil sampel ditentukan berdasarkan kecepatan aliran
rata-rata pada lokasi pengambilan sampel sedimen dan “Nosel” yang dipasang pada alat tersebut.

Gambar 3 – Hubungan antara lamanya waktu pengisian botol sampel dengan kecepatan alairan rata-rata
serta ukuran diameter

Dengan cara ini maka pada setiap vertikal/raai, sampel suspensi ditampung dalam satu (1) botol.

3.2.1 Metode Pengambilan Sampel


A) Equal Discharge Increment (EDI)

Dalam metode ini penampang sungai dibagi atas beberapa bagian (sub-penampang) dimana setiap bagian ini
harus mempunyai debit aliran yang sama.

Pengambilan sampel sedimen perlu dilaksanakan pada bagian tengah dari setiap sub-penampang tersebut
seperti terlihat dalam gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4 – Pengambilan sampel sedimen dengan cara EDI


Misalnya pada setiap sub-penampang direncanakan menampung 25 % dari total debit (atau akan dilakukan
pengambilan sampel sedimen pada empat vertikal), maka pengambilan sedimen harus dilaksanakan pada
vertikal yang mempunyai besar aliran kumulatif sebesar 12 %, 38%, 62%, dan 88%

Bilamana akan dilakukan pengambilan tiga (3) sampel maka pengambilan sampel sedimen dilakukan pada
vertikal yang mempunyai besar aliran kumulatif sebesar 1/6, 3/6 dan 5/6 dari debit total pada penampang
tersebut.

Dalam gambar ini terlihat bahwa:

W 1 ¹ W 2 ¹ W 3 …… ¹ W n
Q1 = Q2 = Q3 ………= Qn
V1 » V2 » V3 ……..» Vn
Keterangan:

W : jarak antara vertikal

Q : debit per segmen

V : volume sampel sedimen ( misalnya berkisar antara 350-400 ml)

B) Equal Width Increment (EWI)

Dalam metode ini penampang sungai dibagi atas beberapa bagian dimana setiap bagian mempunyai jarak
yang sama satu sama lainnya seperti terlihat dalam gambar 11.5 dibawah ini.

Jumlah vertikal ditetapkan berdasarkan kondisi aliran dan sedimen serta tingkat ketelitian yang diinginkan.

Lokasi pengambilan sampel sedimen ditentukan dengan cara rata-rata tengah.

Misalnya: Lebar sungai adalah 53 m, Jumlah vertikal ditetapkan 10 buah

Maka jarak vertikal diambil setiap 5 m

Dengan demikian maka lokasi pengukuran adalah pada raai yang terletak pada meteran: 2.5, 7.5, 12.5, 17.5,
22.5, 27.5, 32.5, 37.5, 42.5, 47.5

Dalam gambar ini terlihat bahwa:

W 1 = W 2 = W 3 …… = W n
Q1 ¹ Q2 ¹ Q3 ………¹ Qn
V1 » V2 » V3 ……..» Vn
Keterangan:

W : jarak antara vertikal


Q : debit per segmen

V : volume sampel sedimen ( misalnya berkisar antara 350-400 ml)

3.2.2 Pelaksanaan kegiatan dilapangan


a) Rencanakan pada penampang melintang sungai berapa jumlah vertikal/raai pengukuran yang akan
dilakukan.

b) Tetapkan metode mana yang akan dilakukan (EDI atau EWI)

c) Bilamana akan dilakukan dengan cara EDI maka, terlebih dahulu perlu di hitung debit kumulatif dari
masing-masing raai.

d) Sedangkan bilamana digunakan metode EWI, debit kumulatif tidak perlu dilakukan dilapangan pada saat
pelaksanaan pengambilan sampel sedimen.

e) Data kecepatan aliran rata-rata pada lokasi/raai pengambilan sample sedimen perlu diketahui.

f) Rencanakan “noise” sedimen agar dapat menentukan berapa lama alat pengambil sedimen (sediment
sampler) perlu diturunkan atau dinaikan.

g) Berdasarkan grafik pada gambar 11.3 maka dapat diketahui waktu yang diperlukan.

h) Cara pelaksanaan pengambilan sampel sedimen adalah sbb:

 Turunkan alat sampai mencapai dasar sungai.


 Pasang stopwatch dan alat dinaikkan.
 Kecepatan menaikkan alat harus sama dari dasar sampai mencapai permukaan air.
 Tepat pada waktu yang ditetapkan, alat harus sudah berada tepat diatas permukaan air.
 Bilamana hal ini tidak tercapai, maka pengambilan sampel sedimen harus diulangi

4. Perhitungan Kandungan Sedimen


Pengambilan sampel sedimen sebaiknya dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan pengukuran debit dan
setiap sampel sedimen harus dikirim ke laboratorium untuk di analisa.

Data lapangan yang diperoleh adalah data debit sebagai hasil pengukuran langsung dan data konsentrasi
sedimen diperoleh dari berdasarkan hasil analisa sedimen dilaboratorium.

Nilai kandungan sedimen diperoleh berdasarkan hasil perkalian konsentrasi sedimen dengan debit, dan dapat
dirumuskan sbb:

Qs = k Cs Qw

Keterangan:

Qs : Debit sedimen (ton/hari)

Cs : Konsentrasi sedimen (mg/l)

Qw : Debit (m3/dt)

k : faktor konversi yaitu 0.0864

Konsentrasi sedimen suspensi (Cs) umumnya ditulis dalam mg/l atau dalam satuan part per million (ppm).
Untuk mendapatkan nilai konsentrasi dalam mg/l maka nilai konsentrasi dalam satuan ppm sebagai hasil
analisa dari laboratorium harus dikoreksi dengan nilai c

Tabel Faktor konversi c (mengkonversi satuan ppm menjadi mg/l)

Konsentrasi (ppm) c Konsentrasi c


(ppm)
0 – 15900 1.00 322000 – 341000 1.26
16000 – 46800 1.02 342000 – 361000 1.28
46900 – 76500 1.04 362000 – 380000 1.30
76600 – 105000 1.06 381000 – 399000 1.32
106000 – 133000 1.08 400000 – 416000 1.34
134000 – 159000 1.10 417000 – 434000 1.36
160000 – 185000 1.12 435000 – 451000 1.38
186000 – 210000 1.14 452000 – 467000 1.40
211000 – 233000 1.16 468000 – 483000 1.42
234000 – 256000 1.18 484000 – 498000 1.44
257000 – 279000 1.20 499000 – 514000 1.46
280000 – 300000 1.22 515000 – 528000 1.48
301000 – 321000 1.24 529000 – 542000 1.50

4.1 Perhitungan kandungan sedimen yang diambil dengan cara point


integrated
Pada setiap raai/vertikal dibuat grafik kecepatan aliran, konsentrasi sedimen dan perhitungan unit kandungan
sedimen seperti digambarkan pada gambar berikut.

Gambar Diagram kecepatan dan kandungan sedimen dalam satu vertikal


Besarnya kandungan sedimen (Us) dari masing-masing raai/vertikal dihitung dengan rumus:

Us = k x V x Cs (mg/dt/ m2)
Keterangan:

V : Kecepatan aliran (m/dt)

Cs : Konsentrasi sedimen (mg/l)

k :1

Besarnya kandungan sedimen (As) dihitung dengan rumus:

As = Rs x d x b x 0.000864 (ton/hari)

Keterangan:

Rs : nilai kandungan sedimen rata-rata (mg/dt/m2)


d : kedalaman aliran (m)

b : lebar atau jarak antar raai (m)

Kandungan sedimen total dari suatu penampang adalah penjumlahan dari nilai As tersebut diatas.

4.2 Perhitungan kandungan sedimen yang diambil dengan cara depth


integrated
Prinsip perhitungan sama diatas.

5. Pembuatan Garis Lengkung Sedimen


Berdasarkan data lapangan hasil pengukuran sedimen yaitu data debit dan kandungan sedimen suspensi total
maka dibuat garis hubungan antara debit dan kandungan sedimen total.
Pembuatan garis hubungan antara debit dan kandungan sedimen dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti membuat garis lengung debit/aliran.

Contoh hasil pembuatan garis lengkung sedimen dapat dilihat dalam gambar

Anda mungkin juga menyukai