Anda di halaman 1dari 3

BERPIKIR SEPERTI SEORANG JURNALIS : MENGULAS FENOMENA KABUT ASAP

AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA


Farhan Achmad Fajari (11180510000114)1
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : hanfajari@gmail.com

Jurnalis adalah orang yang bertugas melakukan kegiatan jurnalisme. Jurnalisme adalah sebuah
disiplin yang berhubungan dengan mengumpulkan, memverifikasi, melaporkan, dan menganalisis
informasi yang dikumpulkan berkenaan dengan peristiwa aktual, termasuk kecenderungan, isu dan
orang-orang yang melakukan peliputan. (Nurudin 2009) Dengan kata lain, jurnalis adalah individu yang
bekerja, mencari, mengolah, mengedit, dan menyiarkan infomasi. (Rani 2013)
Berpikir seperti Jurnalis
Kelsey Samuels, seorang jurnalis dalam video berjudul “Think Like A Journalist | Kelsey
Samuels | TEDxPlano” yang dimuat di situs jejaring sosial Youtube, mengungkapkan bahwa seorang
jurnalis harus mengatakan apa yang dialaminya. Jurnalis juga harus bersikap kritis dan dilarang
membuat ataupun menyebarkan informasi palsu (hoax). Disamping itu, membaca sebelum
menyebarluaskan informasi juga penting untuk diperhatikan. Di menit terakhir beliau mengatakan
bahwa seorang jurnalis yang baik menggunakan sudut pandang yang beranekaragam. Hal ini penting
karena setiap khalayak memiliki sudut pandangnya masing-masing yang tentunya dapat berbeda satu
sama lain.
Mengutip dari Jalaludin Rakhmat, (Rakhmat 1994) prinsip-prinsip berpikir seperti seorang
jurnalis dalam pandangan Islam (Islamic worldview) secara umum telah tersirat dalam al-Qur’an
diantaranya :
1. Mengutamakan kebenaran dan kejujuran (qawlan sadiidan). Sebagaimana disebutkan dalam
al-Quran :

َ ‫َهَّللا َو ْل َيُقُولُوا قَ ْو ًًل‬


‫سدِيدًا‬ َ َّ ‫َعلَ ْي ِه ْم فَ ْل َيَّتَُّقُوا‬ ِ ً‫ش الَّذِينَ َل ْو ت َ َر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِريَّة‬
َ ‫ض َعافًا َخافُوا‬ َ ‫َو ْل َي ْخ‬
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. an-Nisa : 9)
2. Menggunakan perkataan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh
keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. (qawlan layyinan)
Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran :

‫وًل لَهُ قَ ْو ًًل لَ ِينًا لَ َعلَّهُ يََّتَذَ َّك ُر أ َ ْو َي ْخشَى‬


َ ُ‫فَُق‬
Artinya “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaha : 44)

3. Menggunakan perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran
(tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. (qawlan ma’rufan)

1
Penulis adalah mahasiswa S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ulasan akademik ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Jurnalistik oleh Dr. H. Rulli Nashrullah, M.Si
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur-an :

ُ ‫ار ُزقُو ُه ْم ِفي َها َوا ْك‬


‫سو ُه ْم‬ َّ ‫سفَ َها َء أ َ ْم َوالَ ُك ُم الََّّتِي َج َع َل‬
ْ ‫َهَّللاُ لَ ُك ْم قِ َيا ًما َو‬ ُّ ‫َو ًَل تُؤْ تُوا ال‬
‫َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو ًًل َم ْع ُروفًا‬
Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik” (QS. an-Nisa : 5)
4. Menggunakan perkataan yang mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh lawan
bicara. (qawlan maysuran)
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

َ ‫قَ ْو ًًل لَ ُه ْم فَُقُ ْل ت َ ْر ُجوهَا َربِ َك ِم ْن َر ْح َمة ا ْبَّتِغَا َء ََع ْن ُه ُم ت ُ ْع ِر‬


‫ض َّن َوإِ َّما‬
‫ورا‬ً ‫س‬ ُ ‫َم ْي‬
Artinya : “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.” (QS.
al-Isra’ : 28)
5. Menggunakan perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak
didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. (qawlan kariman)
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

َ َ‫سانًا َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِيَّاهُ إِ ًَّل تَ ْعبُدُوا أ َ ًَّل َرب َُّك َوق‬
‫ضى‬ َ ‫ْال ِكبَ َر َِع ْندَ َك َي ْبلُغ ََّن إِ َّما ۚ إِ ْح‬
‫َك ِري ًما قَ ْو ًًل لَ ُه َما َوقُ ْل ت َ ْن َه ْر ُه َما َو ًَل أُف لَ ُه َما تَُقُ ْل فَ ََل ِك ََل ُه َما أ َ ْو أ َ َحد ُ ُه َما‬
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (QS. al-Isra’ : 23)
6. Menggunakan kalimat yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti dan
langsung ke pokok masalah (to the point)
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

‫َهَّللاُ َي ْعلَ ُم الَّذِينَ أُولَ ِئ َك‬ ْ ‫َع ْن ُه ْم فَأََع ِْر‬


َّ ‫ض قُلُو ِب ِه ْم ِفي َما‬ ْ ‫أَ ْنفُ ِس ِه ْم ِفي َل ُه ْم َوقُ ْل َو َِع‬
َ ‫ظ ُه ْم‬
‫بَ ِليغًا قَ ْو ًًل‬
Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam
hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”(QS. An-Nisa’ : 63)

Mengulas Fenomena Kabut Asap akibat Kebakaran Hutan di Indonesia


Dalam mengulas fenomena kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia penulis akan
mencoba mengambil pandangan dari dua sudut pandang yaitu; Pemerintah,sebagai pemangku kebijakan
dan rakyat (warga lokal) sebagai korban imbas dari kebakaran hutan.
Pertama, pandangan Pemerintah. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari tirto.id, Pada
Jumat, 13 September 2019, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko
Polhukam) Wiranto telah mengadakan rapat koordinasi khusus (Rakorsus) terkait kebakaran hutan dan
lahan (Karhutla) di kantornya, di Jakarta Pusat. Wiranto membenarkan bahwa sudah ada dampak yang
terasa di masyarakat akibat dari kebakaran tersebut. "Asap ini sudah mengganggu kehidupan
masyarakat yang terdampak, dan juga mengganggu penerbangan-penerbangan di beberapa tempat di
waktu-waktu tertentu," kata Wiranto. Ia pun mengungkapkan bahwa titik api di September 2019 lebih
banyak ketimbang tahun lalu, yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Dalam rapat tersebut, ia
memutuskan beberapa langkah untuk mengatasi masalah tersebut, seperti penguatan mandala api atau
pasukan darat pemadam api. “Perlu penguatan dalam bentuk penambahan pasukan, penambahan
personil, atau penambahan alat perlengkapannya", kata dia. (tirto.id 2019) Kebijakan yang diambil
pemerintah pusat ini patut diapresiasi oleh publik karena selama ini pemerintah daerah sudah kewalahan
menanggulangi karhutla. Mereka tak cukup kemampuan untuk menanggulangi karhutla sendiri.
Kedua, pandangan rakyat (warga lokal), Dilansir dari harian Republika edisi 12 September
2019, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terus terjadi di sejumlah wilayah
di Indonesia, khususnya Sumatera dan Kalimantan. Kabut asap itu juga sudah masuk berbahaya bagi
kesehatan warga. Mereka sudah terserang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hingga kini belum
ada tanda-tanda kabut asap akan teratasi, Badan Meteorilogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
memprediksi kemarau masih berlangsung di sejumlah daerah hingga akhir Oktober. Artinya, fenomena
ini berpotensi akan terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama. (harian Republika 2019) Hal ini
tentu saja merupakan bencana besar bagi masyarakat sekitar. Sebab, banyak dari mereka yang
menggantungkan hidupnya disana. Warga tentu saja tidak dapat beraktivitas seperti biasa karena
dampak dari kabut asap yang ditimbulkan sudah berada di level membahayakan bagi kesehatan. Dikutip
dari kompas.com, menurut Hendarsyah, seseorang yang mengisap asap kebakaran sama dengan
mengisap rokok yang bisa menimbulkan penyakit paru obstruktif kompulsif (PPOK). (Kompas.com
2019)

REFERENSI
harian Republika. Jangan Biarkan Warga Makin Menderita. Jakarta: REPUBLIKA, 2019.
Kompas.com. Apa Dampak Asap Kebakaran Hutan dan Lahan Bagi Tubuh Manusia? September 23,
2019. Apa Dampak Asap Kebakaran Hutan dan Lahan bagi Tubuh Manusia?",
https://bandung.kompas.com/read/2019/09/23/14525191/apa-dampak-asap-kebakaran-hutan-
dan-lahan-bagi-tubuh-manusia?page=all.
Nurudin. Jurnalisme Masa Kini. Rajawali Pers: Jakarta, 2009.
Rakhmat, Jalaluddin. "Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut Al Qur’an." Audienta: Jurnal
Komunikasi, 1994.
Rani, Ni Luh Ratih Maha. "Persepsi Jurnalis dan Praktisi Humas terhadap Nilai Berita." Jurnal Ilmu
Komunikasi Vol 10 No 1 Juni 2013, 2013: 87-96.
tirto.id. Penanganan Karhutla dan Cerita Warga Saat Kabut Asap Merajalela. September 14, 2019.
https://tirto.id/penanganan-karhutla-dan-cerita-warga-saat-kabut-asap-merajalela-eh3K.

Anda mungkin juga menyukai