Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kependudukan atau demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika

kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya, ukuran, struktur dan distribusi

penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,

kematian, migrasi, serta penuaan (Meilaini, 2010 ; 13).

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % - 2,49 % per tahun.

Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : kelahiran

(fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi) (Noviawati,

2011 ; 25).

Hasil Sensus penduduk 2010 yang dilaksanakan bulan Mei lalu telah diumumkan

secara resmi pada Agustus 2010 bersamaan dengan pidato kenegaraan Presiden

Susilo Bambang Yudoyono dalam rangka peringatan kemerdekaan ke-65 Republik

Indonesia. Pada 1945 penduduk Indonesia diperkirakan hanya 80 juta dan pada 2010

dilaporkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) telah mencapai sekitar 237 juta

(Tukiran, 2010 ; 1).

Berdasarkan proyeksi PBB (UN World Population Projection) dan diikuti oleh

Bappenas, pada tahun 2009 ini penduduk Indonesia sudah berjumlah 234 juta jiwa,

tahun 2010 naik menjadi 238 juta jiwa. Setiap tahun pertumbuhan penduduk alami

sekitar 4 juta jiwa. Laju pertumbuhan itu hanya bisa dikurangi apabila pelaksanaan

program KB sungguh-sungguh dilakukan dilandasi oleh komitmen pimpinan

nasional dan daerah yang kuat dan konsisten. Dengan laju pertumbuhan 1,3 % per

Universitas Sumatera Utara


tahun seperti sekarang ini, maka diperkirakan jumlah pendudukan Indonesia tahun

2060 sudah mencapai angka 470 juta jiwa (Darahim, 2010 ; 122-123).

Pengendalian kelahiran diarahkan agar pemerintah dapat memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat semakin baik, distribusi penduduk antar wilayah agar terjadi

keseimbangan dengan daya dukung alam dan keamanan dari intervensi luar, dan

penurunan angka kematian agar Indonesia masuk dalam kelompok Negara maju

ditinjau dari aspek kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya (Darahim, 2010 ; 19).

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah

tingginya angka kematian yang berkaitan erat dengan usia kawin pertama sebagai

salah satu sasaran program Keluarga Berencana (KB) dan sebagai kelompok

masyarakat dan keluarga belum menerima dan menghayati norma keluarga kecil

sebagai landasan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keadaan ini

merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

kebijakan penduduk, yaitu dengan menurunkan tingkat pertumbuhan serendah-

rendahnya. Cara efektif untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk dengan

jalan mengikuti program KB (Sujiyatini, 2009 ; 3).

Keluarga Berencana dalam arti membatasi kelahiran perlu dilaksanakan di

daerah-daerah yang padat penduduknya, sedangkan bagian daerah-daerah yang

masih luas tanahnya, KB berarti merencanakan kelahiran demi kesehatan ibu dan

anak serta kesejahteraan keluarga. KB juga merupakan salah satu jalan untuk

mencapai masyarakat adil dan makmur (Darahim, 2010 ; 22). Keluarga Berencana

merupakan usaha untuk mengukur dan mengatur jumlah anak yang diinnginkan.

Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif

untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk

Universitas Sumatera Utara


kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Sujiyatini, 2010 ;

20).

Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah intra uterine devices (IUD),

implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif

untuk pria (Vasektomi), dan kontrasepsi pil (Proverawati, 2010 ; 3-4).

Metode kontrasepsi efektif merupakan metode yang dalam penggunaannya

mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian tinggi serta angka

kegagalan rendah bila dibandingkan dengan metode kontrasepsi sederhana. Metode

kontrasepsi efektif ini terdiri dari pil KB, suntik KB, AKDR dan AKBK (Suratun,

2008 ; 53).

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau yang lebih dikenal dengan implant

sebagai alat kontrasepsi efektif dan mempunyai angka kegagalan yang rendah yaitu

0,2-1 kehamilan per 100 perempuan yang dapat menekan jumlah kelahiran sehingga

mempengaruhi jumlah penduduk. Namun tidak semua orang memilih AKBK

sebagai alat kontrasepsi karena kurangnya pemahaman serta kesadaran masyarakat

untuk menggunakannya. Berdasarkan Human Development Report tahun 2006 masih

rendahnya angka cakupan Keluarga Berencana – Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (KB-MKJP) dikarenakan masih rendahnya tingkat pengetahuan PUS

tentang metode kontrasepsi didasarkan atas pertimbangan karakteristik ditunjang

oleh pengetahuan (BKKBN, 2003 ; 11).

Secara umum di Indonesia wanita yang tidak menggunakan KB implant dengan

alasan yang paling dominan adalah merasa tak subur (28,5%), telah mengalami

menopause (16,8%), berkaitan dengan kesehatan (16,6%), efek samping (9,6%),

merasa tidak nyaman dalam ber KB (5,2%). Berkaitan dengan akses kepelayanan

Universitas Sumatera Utara


seperti jarak jauh , tak tersedia provider (0,1-1,6%). Alasan lain yaitu larangan suami

dan budaya atau agama (2,6%-0,9%) (BKKBN 2005).

Pemilihan alat kontrasepsi bukan merupakan hal yang mudah karena efek yang

berdampak terhadap tubuh tidak akan diketahui selama belum menggunakannya.

Selain itu tidak ada metode atau alat kontrasepsi yang selalu cocok bagi semua orang

karena situasi dan kondisi tubuh dari setiap individu selalu berbeda, sehingga

perlunya pengetahuan yang luas dan tepat mengenai kekurangan dan kelebihan dari

masing-masing metode atau alat kontrasepsi yang kemudian disesuaikan dengan

kondisi tubuh (Erlysa & Trisnawirawan 2007).

Berdasarkan laporan umpan balik BKKBN Kota Medan bulan Januari s/d

November 2013 jumlah peserta KB baru terhadap PPM-PB menurut metode

kontrasepsi pemakaian kontrasepsi kota Medan sebanyak 46,355 peserta yang

meliputi : pemakaian Suntikan 18,820 peserta (40,6%), Pil 14,952 peserta (32,25%),

Kondom 4,010 peserta (8,65%), IUD 3,094 peserta (6,67%), Implant 2,945 peserta

(6,35%), MOP 237 peserta (5,11%), dan MOW 2,297 peserta (4,95%) (BKKBN,

2013).

Akseptor KB baru untuk semua alat kontrasepsi di Puskesmas Padang Bulan

Medan dari periode Januari – November 2013 sebanyak 243 akseptor KB dan hanya

terdapat 4 orang atau sekitar 1,64% akseptor implant (Puskesmas Padang Bulan

Medan 2013).

SDKI 1997 menemukan bahwa pengetahuan wanita yang tidak ber-KB tentang

KB dan kesehatan reproduksi masih relative rendah. Menurut Wilopo (1995)

kontraindikasi, komplikasi dan efek samping alat kontrasepsi tidak terlalu banyak

diketahui oleh akseptor, walaupun mereka memperoleh informasi penggunaan dan

manfaat KB secara cukup (BKKBN, 2003 ; 38).

Universitas Sumatera Utara


Motivasi sendiri dapat timbul dari pengetahuan, keyakinan atau kepercayaan

akan manfaat, sarana yang ada dan adanya kebutuhan (Ardani Y, 2003 ; 11).

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sustanti tahun 2013 terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan motivasi ibu terhadap penggunaan kontrasepsi

implant dan penelitian yang dilakukan oleh Ely Rohmawati tahun 2011 minat wanita

menggunakan kontrasepsi implan belum sesuai harapan, penyebabnya masyarakat

masih merasa takut dikarenakan rendah pengetahuan masyarakat tentang implant

sedangkan menurut Anantasia Marliza tahun 2010 bahwa pengetahuan

mempengaruhi rendahnya motivasi ibu dalam pemakaian alat kontrasepsi implant.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang “ Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Implant Dengan Motivasi Ibu

Memakai Implant di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Masih tingginya angka kematian yang berkaitan erat dengan usia kawin

pertama sebagai salah satu sasaran program keluarga berencana (KB), pemahaman

serta kesadaran masyarakat untuk menggunakan implant (AKBK) masih kurang,

dikarenakan rendahnya pengetahuan akseptor tentang kontraindikasi, komplikasi dan

efek samping alat kontrasepsi implant sehingga motivasi akseptor memakai implant

masih rendah, pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi didasarkan atas

pertimbangan karakteristik ditunjang oleh pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara


C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang implant dengan motivasi

ibu memakai implant di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang implant di Puskesmas Padang

Bulan Medan Tahun 2014.

b. Untuk mengetahui motivasi ibu memakai implant di Puskesmas Padang Bulan

Medan Tahun 2014.

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang implant dengan

motivasi ibu memakai implant di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Akseptor KB di Puskesmas Padang Bulan Medan

Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu

tentang alat kontrasepsi implant.

2. Bagi Puskesmas Padang Bulan Medan/ Tempat Penelitian

Sebagai dokumentasi dan untuk meningkatkan pengetahuan bagi semua pihak

yang berada ditempat penelitian tersebut khususnya tentang pengetahuan ibu

tentang implant dengan motivasi ibu memakai implant di Puskesmas Padang

Bulan Medan Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara


3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumentasi atau bahan referensi bagi perpustakaan dan mahasiswa

perguruan tinggi untuk dilakukannya penelitian selanjutnya dalam penelitian

yang sama sehingga di peroleh hasil yang baru dan yang lebih baik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk memberikan masukan dan informasi bagi peneliti selanjutnya agar

penelitian yang selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih baik lagi.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba.Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007 ; 143).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007 ; 144).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni : (Notoatmodjo ,2007 ; 144)

a. Awareness (kesadaran),dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.Di sini sikap

subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

Universitas Sumatera Utara


d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. PengukuranPengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan tersebut ( Notoatmodjo, 2007 ; 146).

B. Implant/ Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

1. Pengertian AKBK / Implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen

dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun (BKKBN,

2013 ; MK-55).

Menurut BKKBN (2009) Susuk KB/Implant atau alat kontrasepsi bawah kulit

(AKBK) adalah Satu, dua atau enam batang silastik (sebesar bata korek api) yang

berisi hormone progesterone dimasukkan dibawah kulit lengan atas. Implant satu dan

dua batang dapat digunakan selama 3 tahun, sedangkan yang enam batang dapat

digunakan selama 5 tahun. Aman bagi hampir semua wanita yang menggunakan,

namun segera dilepas apabila sudah habis batas waktu penggunaan (BKKBN, 2012 ;

19-20).

Universitas Sumatera Utara


2. Profil

Menurut BKKBN (2006 ; MK-53), profil implant sebagai berikut :

a. Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau

Implanon.

b. Nyaman

c. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi

d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan

e. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut

f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak

dan amenorea

g. Aman dipakai pada masa laktasi.

3. Jenis Implant

Menurut BKKBN (2006 ; MK-53-MK-54) jenis-jenis implant terdiri dari :

a. Norplant terdiri dari 6 silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,

dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgesterl dan lama

kerjanya 5 tahun.

b. Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40

mm, diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

c. Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Universitas Sumatera Utara


4. Cara Kerja Implant

Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti

kontrasepsi progestrin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan

mucus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma (BKKBN, 2013 ; MK-58).

Menurut BKKBN dan DEPAG RI (2009 ; 29), cara kerja implant adalah :

a. Hormon progesterone yang terdapat pada batang implant dilepaskan secara

perlahan sehingga menyebabkan menekan ovulasi.

b. Lendir serviks menjadi kental sehingga perjalanan sperma terhambat.

c. Mengganggu proses pembentukan lapisan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi.

Sedangkan menurut Sarwono (2008 ;552-553), mekanisme kerja implant

adalah:

a. Mengentalkan lender serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi

sperma.

b. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endomertriun sehingga

tidak cocok untuk implantasi zygote.

5. Efektifitas

Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 wanita) (BKKBN, 2006 ;

MK-54).

Efektifitas Implant menurut Sururin (2010, 105)

a. Sangat efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, dan

Implanon.

b. Nyaman.

c. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.

d. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut.

Universitas Sumatera Utara


6. Efek Samping Implant

Menurut Hartanto (2010 ; 183) efek samping implant adalah sebagai berikut :

a. Efek samping paling utama dari norplant adalah perubahan pola haid, yang

terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi.

b. Yang paling sering terjadi adalah :

1. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus

2. Perdarahan bercak (spotting)

3. Berkurangnya panjang siklus haid

4. Amenorea, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau

perdarahan bercak.

5. Umumumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang

membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering

daripada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.

6. Pada sebagaian akseptor, perdarahan irregular akan berkurang dengan

jalannya waktu.

7. Perdarahan yang hebat jarang terjadi.

7. Efek Samping Dan Penanganannya

Menurut Handayani (2010 ; 120) penanganan terhadap efek samping seperti

di bawah ini adalah sebagai berikut :

a. Amenorrhea

Yaknikan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping

yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika

terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui

Universitas Sumatera Utara


masalah, jangan berupaya untuk merangasang perdarahan dengan kontrasepsi

oral kombinasi.

b. Perdarahan bercak (spotting) ringan

Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan. Bila

tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.

Bila klien mengeluh dapat diberikan :

1. Kontrasepsi pil oral kombinasi (30-50mg EE) selama 1 siklus, atau

2. Ibuprofen (hingga 800mg 3 kali sehari x 5 hari)

Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi

habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil

kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.

3. Pertambahan atau kehilangan Berat Badan (perubahan nafsu makan)

informasikan bahwa kenaikan / penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat saja

terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB

berlebihan, hentikan pemakaian dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.

4. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat

dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.

5. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang

kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda.

6. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada

lengan yang lain atau ganti cara.

7. Infeksi pada daerah insersi

Bila infeksi tanpa nanah : bersihkan dengan sabun dan air atau antiseptik,

berikan antibiotic yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan minta

Universitas Sumatera Utara


klien control 1 minggu lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang

yang baru dilengan yang lain atau ganti cara.

Bila ada abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut

implant, lakukan perawatan luka beri antibiotic oral 7 hari.

8. Keuntungan Kontrasepsi

Menurut BKKBN (2006 ; MK-54) keuntungan kontrasepsi implant, yaitu:

a. Daya guna tinggi.

b. Perlindungan jangka panjang (samapai 5 tahun).

c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

d. Tidak memerlukan periksa dalam

e. Bebas dari pengaruh estrogen

f. Tidak mengganggu proses senggama

g. Tidak mempengaruhi ASI

h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

i. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

9. Keuntungan non kontrasepsi

Menurut BKKBN (2006 ; MK-54) implant juga memiliki keuntungan non

kontrasepsi yaitu :

a. Mengurangi nyeri haid

b. Mengurangi jumlah darah haid

c. Mengurangi / memperbaiki terjadinya anemia

d. Melindungi terjadinya kanker endometrium

e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara

Universitas Sumatera Utara


f. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul

g. Menurunkan angka kejadian endometriosis.

10. Kerugian / Keterbatasan Implant

Menurut BKKBN (2006 ; MK-54), alat kontrasepsi implant dapat menimbulkan

keluhan seperti pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid

berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah

haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :

a. Nyeri kepala, pening/pusing kepala

b. Peningkatan/penurunan berat badan

c. Nyeri payudara

d. Perubahan mood atau kegelisahan

e. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual

termasuk HIV/AIDS

f. Memerlukan tindakan pemedahan minor untuk memasang/insersi dan

pencabutan, sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya

sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan

g. Efektifitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan dengan

penggunaan obat untuk epilepsy dan tuberculosi

h. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

perempuan per tahun).

11. Wanita yang Boleh Menggunakan Implant

Menurut BKKBN (2006 ; MK-55), wanita yang boleh menggunakan implant

adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


a. Usia reproduksi

b. Telah memiliki anak ataupun belum

c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki

pencegahan kehamilan jangka panjang

d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

e. Pasca persalinan dan tidak menyusui

f. Pasca keguguran

g. Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi

h. Riwayat kehamilan ektopik

i. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau

anemia bulan sabit (sickle cell)

j. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen

k. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.

12. Wanita yang Tidak Boleh Menggunakan Implant

Menurut BKKBN (2006 ; MK-55), wanita yang tidak boleh menggunakan

implant adalah sebagai berikut :

a. Hamil atau diduga hamil.

b. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya

c. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

d. Gangguan toleransi glukosa.

e. Benjolan/karsinoma payudara/riwayat karsinoma payudara.

f. Mioma uterus dan kanker payudara.

Universitas Sumatera Utara


13. Waktu Mulai Menggunakan Implant

Menurut BKKBN (2006 ; MK-56), implant dapat digunakan pada saat:

a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai ke-7. Tidak diperlukan

metode kontrasepsi tambahan.

b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan.

Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan

seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak

hamil, jangan melakukan hubungan seks atau gunakan kontrasepsi lain untuk

7 hari saja.

d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat

dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh tidak perlu kontrasepsi lain.

e. Bila setelah 6 minggu kelahiran dan terjadi haid lagi insersi dapat dilakukan

setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seks selama 7 hari setelah

insersi atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti implant,

insersi dapat dilakukan setiap saat tapi diyakini tidak hamil atau klien

menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.

g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, implant dapat diberikan pada saat

jadwal kontrasepsi suntik tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain.

h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah non hormonal (kecuali AKDR) dan klien

ingin mengganti dengan implant, insersi implant dapat dilakukan setiap saat,

asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya

haid berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


i. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya

dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien

jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.

j. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.

14. Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik

Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien

ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang

bila ditemukan hal-hal sebagai berikut : (BKKBN, 2006 ; MK-57)

a. Amenorea yang disertai nyeri perut bagaian bawah

b. Perdarahan yang banyak dari kemalaun

c. Rasa nyeri pada lengan

d. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah

e. Ekspulsi dari batang implant

f. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur

g. Nyeri dada hebat

h. Dugaan ada kehamilan

15. Instruksi untuk Klien

Menurut BKKBN (2011 ; 25), sebelum pulang klien perlu diberikan informasi :

a. Pemasangan setelah hari ke-7 siklus haid, ibu jangan melakukan hubungan

seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain.

b. Daerah pemasangan harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam

pertama, untuk mencegah infeksi pada luka saat pemasangan.

Universitas Sumatera Utara


c. Hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah pemasangan.

d. Balutan penekanan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester

dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).

e. Setelah luka sembuh dapat dicuci dengan tekanan yang tidak keras.

f. Bila ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, bengkak, atau bila

terdapat rasa sakit yang menetap selama beberapa hari segera kembali ke

klinik atau rumah sakit.

g. Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama 6-12 bulan pertama.

h. Kadang-kadang kepala terasa sedikit nyeri.

i. Terjadi peningkatan/penurunan berat badan.

j. Efek samping yang dapat terjadi : payudara terasa mengencang dan agak

nyeri, kadang sedikit mual, awalnya ada perubahan perasaan (mood) atau

kegelisahan (nervousness). Efek samping ini tidak berbahaya dan dapat

hilang dengan sendirinya.

k. Jika ibu ingin menghentikan pemakaian implant, harus dilakukan di klinik

atau di Rumah Sakit untuk pencabutan.

l. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat Tuberculosis (TBC).

16. Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

Menurut BKKBN (2006 ; MK-57) informasi yang perlu disampaikan pada klien:

a. Efek kontrasepsi timbul dalam beberapa jam setelah insersi dan berlangsung

samapai 5 tahun bagi Norplant dan 3 tahun bagi Implanon dan akan berakhir

sesaat setelah pengangkatan.

Universitas Sumatera Utara


b. Sering ditemukan efek samping berupa gangguan pola haid utamanya pada

Norplant, terutama 6 sampai 12 bulan pertama, beberapa perempuan mungkin

haidnya berhenti sama sekali.

c. Obat-obat tuberculosis ataupun obat epilepsy dapat menurunkan efektivitas

implant.

d. Efek samping yang berhubungan dengan implant dapat berupa sakit kepala,

penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini tidak

berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.

e. Norplant dicabut setelah 5 tahun pemakaian, susuk Implanon dicabut setelah

3 tahun, dan bila dikehendaki dapat dicabut lebih awal.

f. Bila Norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk Implanon sebelum 3 tahun,

kemungkinan hamil sangat besar, dan meningkatkan resiko kehamilan

ektopik.

g. Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi,

dan nama klinik.

h. Implan tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS.

Bila pasangannya memiliki resiko, perlu menggunakan kondom untuk

melakukan hubungan seksual.

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut Nancy

Stevenson (2001) “ Motivasi adalah semua hal verbal, fisik ataupun psikologis yang

membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon. Dan menurut Sarwono, S.W

(2000) “Motivasi menunjukkan pada proses gerakan, termasuk situasi yang

Universitas Sumatera Utara


mendorong yang timbul dari diri induvidu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh

situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan (Sunaryo,

2004 ; 143).

Batasan-batasan pengertian tentang motivasi oleh para ahli ini antara lain

pengertian motivasi seperti yang dirumuskan oleh Terry G. (1986) adalah keinginan

yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan-perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku, sedangkan Stooner (1992)

mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang

mendukung tindakan atau perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010 ; 191).

Hasibuan (1995) merumuskan bahwa motivasi adalah suatu perangsang

keinginan (want) dan daya penggerak kemauan yang akhirnya seseorang bertindak

atau berperilaku. Ia menambahkan bahwa setiap motif mempunyai tujuan tertentu

yang ingin dicapai (Notoatmodjo, 2010 ; 120).

2. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:152) membagi motivasi menjadi dua

yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri

dan akan muncul tanpa harus ada dorongan dari orang lain. Motivasi yang berasal

dari dalam diri sendiri akan sadar secara sendirinya bahwa yang akan dilakukan akan

memberikan manfaat di waktu yang akan datang.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dorongan orang

lain sehingga untuk mendapatkan motivasi harus ada orang lain yang memberikan

Universitas Sumatera Utara


motivasi tersebut agar individu mempunyai kesadaran untuk melakukan suatu

kegiatan. Motivasi ekstrinsik biasanya diberikan kepada seseorang yang kesulitan

dalam belajar sehinga di butuhkan orang lain untuk mendorong untuk melakukan

kegiatan belajar.

3. Metode Peningkatan Motivasi

Dilihat dari orientasi cara peningkatan motivasi, para ahli

mengelompokkannya ke dalam suatu model-model motivasi, yakni : (Notoatmodja,

2010 ; 131).

a. Model Tradisional

Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi masyarakat agar mereka

berperilaku sehat, perlu pemberian insentif berupa materi bagi anggota masyarakat

yang mempunyai prestasi tinggi dalam berperilaku hidup sehat. Anggota masyarakat

yang mempunyai prestasi makin baik dalam berperilaku sehat, maka makin banyak

atau makin sering anggota masyarakat tersebut mendapat insentif.

b. Model Hubungan Manusia

Model ini menekankan bahwa untuk meningkatkan motivasi berperilaku sehat,

perlu dilakukan pengakuan atau memperhatikan kebutuhan sosial mereka,

meyakinkan kepada mereka bahwa setiap orang adalah penting dan berguna bagi

masyarakat. Oleh sebab itu, model ini lebih menekankan memberikan kebebasan

berpendapat, berkreasi dan berorganisasi dan sebagainya bagi setiap orang,

ketimbang memberikan insentif materi.Model Sumber Daya Manusia

Model ini meningkatkan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan motivasi. Disamping uang, barang, atau kepuasan, tetapi juga

kebutuhan akan keberhasilan (kesuksesan hidup).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai