Anda di halaman 1dari 16

Mata kuliah : Keperawatan Bencana

Dosen Pengajar : Ns. Maikel Killing S.pd, S.Kep, M.Kep

Semester : VII (Tujuh)

MAKALAH
“BENCANA KEKERINGAN”

Disusun Oleh :

 NOVITA ALI (16061038)

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatnya
makalah tentang Bencana Kekeringan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara
penyajiannya.

Makalah tentang Bencana Kekeringan ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Keperawatan Bencana bagi Semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Ns.Maikel Killing S.pd,S.kep,M.kep


selaku dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Bencana ini. Serta bagi semua
pihak yang turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi tentang Bencana Kekeringan. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya bagi kami sendiri sebagai penyusun.

Tomohon, 9 Oktober 2019

Penyusun

NOVITA ALI
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................

C. Tujuan .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian & tanda-tanda umum kekeringan .........................................

B. Faktor penyebab kekeringan .................................................................

C. Dampak kekeringan ..............................................................................

D. Mitigasi bencana kekeringan .................................................................

E. Potensi kekeringan diIndonesia .............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................

B. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
(Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan
dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di picu
oleh suatu kejadian. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada
suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-
tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus
mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan
menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan
(evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat
menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan
sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang
ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses
sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun
demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan
kerusakan yang signifikan. Di Indonesia, rentan terhadap bencana kekeringan, maka
dari itu dalam makalah ini akan diulas bencana kekeringan secara umum dan
bencana kekeringan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekeringan?
2. Apa saja faktor penyebab kekeringan?
3. Bagaimana dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik?
4. Bagaimana usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra
bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana?
5. Bagaimana potensi bencana kekeringan di Indonesia
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kekeringan.
2. Mengetahui faktor penyebab kekeringan.
3. Mengetahui dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik.
4. Mengetahui usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra
bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana.
5. Mengetahui potensi bencana kekeringan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tanda-tanda Umum Kekeringan
Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut Shelia B.
Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau
kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume
yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan muncul sebagai
akibat dari kekurangannya air, atau perbedaanperbedaan antara permintaan dan
persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata kehidupan, dan
perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan Bencana.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya
yaitu: kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan
kekeringan sosial ekonomi.
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan
pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata–rata
dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk
daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah
hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu
menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber air
seperti sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air. Definisinya
mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan
dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri,
pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi
antara pemakai air dalam sistem–sistem penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi
terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika
kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan
rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga, tergantung
pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan sarana- sarana tanah. Dampak dari
kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman
dan kemungkinan adanya faktor–faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti
hama, alang– alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman
yang rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan
yang ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah
besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan biasanya
mempunyai penyebab–penyebab yang kompleks sering kali mencangkup perang
dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama dalam bencana
kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh–pengaruh yang
rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa-jasa lainnya.
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan
akan barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas.
Ketika persediaan barang–barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik
tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep
kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas–
aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek–praktek penggunaan lahan yang jelek
semakin memperburuk dampak–dampak dan kerentanan terhadap kekeringan di
masa mendatang.
Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal
dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi
pertama adanya bencana kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air
sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan
indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang
menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.
B. Faktor Penyebab Kekeringan
Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1. Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan
bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami
penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di
daerah pegunungan kars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
2. Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam
lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan
intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka
waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai
bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat
musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah
yang dalam menyebabkan sumbersumber mata air mengalami kekeringan di musim
kemarau,karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik,
sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada
musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3. Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang
lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah
tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang
memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena
rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses
penguapan.
4. Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam
yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga
mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim,
menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama daripada musim penghujan,
dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan memungkinkan terjadinya
bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di musim kemarau.
5. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi
tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih
banyak, daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air
dalam tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah
pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat
memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat
rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu
tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan
demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau
terbatas jumlahnya.
6. Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan
air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air
tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan
karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di
dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi
bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi
tidak mampu menyimpan air lebih lama.
C. Dampak Kekeringan
1. Fisik
a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya
pandang).
f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga
sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau
menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara
sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan
malam menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.
2. Non fisik
a. Ekonomi
1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan
perikanan.
2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya
energy.
6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan
kekeringan.
9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan
pada lembaga-lembaga keuangan.
b. Sosial Budaya
1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu
mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga
menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan.
Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi
yang terkait dengan kekeringan.
4) Konflik di antara penggunan air.
5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan
bantuan pemulihan.
7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9) Kekacauan social, perselisihan sipil.
10) Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata
pencaharian.
c. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan
bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk,
seperti yang sudah dibentuk di Indonesia yanitu BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana).

D. Mitigasi Bencana Kekeringan


1. Pra bencana
a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku
untuk air bersih.
c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang
ada di lingkungan tinggal kita.
d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan
plester semen atau ubin keramik.
f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h. Panen dan konservasi air
Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran
permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan
rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang
sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan
contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi
air. Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan
kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-
turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air
yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada
musim kemarau.
Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman,
sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta
mengurangi risiko erosi pada musim hujan.
1) Rorak
Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-
80 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang
masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan
meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi
dan aliran permukaan dapat dikurangi. Rorak cocok untuk daerah dengan tanah
berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau infiltrasinya rendah—dan curah hujan
tinggi pada waktu yang pendek.
2) Saluran buntu
Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter
(sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan
rorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena
dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya
berbagai penyakit pada akar.
3) Lubang penampungan air (catch pit)
Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari
kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air,
sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap
tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena akan
menyebabkan kematian tanaman.
4) Embung
Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan.
Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai
(DAS) mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan
dan rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di
bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram
tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau.
Kapasitas embung berkisar antara 20.000 m3 (100 m x 100 m x 2 m) hingga 60.000
m3. Embung berukuran besar biasanya dibuat dengan menggunakan bulldozer
melalui proyek pembangunan desa. Embung berukuran lebih kecil, misalnya 200
sampai 500 m3 juga sering ditemukan, namun hanya akan mampu menyediakan air
9 untuk areal yang sangat terbatas. Embung kecil dapat dibuat secara swadaya
masyarakat. Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya
supaya peresapan air tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi,
seperti tanah berpasir, air akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung
dilapisi plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi.
5) Bendungan Kecil (cek dam)
Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim
hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan
sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada
musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke
lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada
genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.
6) Panen air hujan dari atap rumah
Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk
dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram
tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal
musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi.

2. Saat terjadi Bencana


Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan
dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air
dapat dilakukan melalui:
a. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
b. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
c. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
d. Penyediaan pompa air.
e. Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).

3. Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang
akibat bencana kekeringan antara lain:
a. Bantuan sarana produksi pertanian.
b. Bantuan modal kerja.
c. Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran
pembawa, dll.
e. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
f. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
g. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air. h. Penertiban penggunaan air.

E. Potensi Kekeringan di Indonesia


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan saat ini Indonesia
mengalami ancaman bencana kekeringan akibat musim kemarau serta imbas badai
El Nino di wilayah Asia Pasifik. Bencana kekeringan diperkirakan terjadi di tahun
2015 mulai akhir Juli hingga Oktober mendatang.
Bencana kekeringan telah berdampak kepada delapan provinsi di Indonesia, seperti
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Semua provinsi ini
sudah menggambarkan situasi di daerah masing-masing. Diperlukan penanganan
segera terutama yang berkaitan dengan air bersih dan air minum
Menurut keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
beberapa musim kemarau bersifat lebih kering karena terjadi pemanasan suhu muka
laut di pasifik timur dan tengah Asia yang berdampak massa uap air di perairan
Indonesia tertarik ke wilayah tersebut. Prediksi BMKG puncak kemarau masih akan
terjadi pada Agustus mendatang.
Imbas krisis air salah satunya berdampak ke pertanian. Misalnya, pertanian di
berbagai wilayah daerah di Jawa Timur seluas 20.978 hektare telah kering
kerontang. Selain pertanian, ancaman kekeringan dan krisis air juga melanda warga
di DIY Yogyakarta. Sebanyak 384 dusun di DIY terancam krisis air bersih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Faktor-faktor
penyebab terjadinya bencana kekeringan yaitu lapisan tanah tipis, air tanah dalam,
tekstur tanah kasar, topografi, vegetasi, dan iklim. Dampak kekeringa secara fisik
seperti tanah menjadi tidak subur sehingga banyak tanaman mati, secara ekonomi
mengurangi pendapatan petani karena gagal panen yang berpengaruh pada
pengangguran dan kriminalitas. Secara sosial budaya kekeringan berakibat
banyaknya penyakit, kurang pangan dan timbulnya konflik. Mitigasi bencana
kekeringan dapat dilakukan prabencana dengan mempersiapkan segala cara untuk
menyimpan air dan melakukan penghematan penggunaan air. Saat terjadi bencana
kekeringan dapat dilakukan penanggulangan dengan mempertahankan produksi
pertanian dan melakukan penghematan air, juga menjaga sumber air yang tersisa
dari limbah. Mitigasi pasca bencan dilakukan dengan membuat sanitasi air,
pengawasan penggunaan air, dan bantuan pangan serta medis bagi korban
bencana kekeringan.
B. Saran
Perlu adanya kerja sama dai berbagai pihak untuk mencegah dan menanggulangi
masalah kekeringan. Dan perlu adanya sosialisasi tentang menghadapi bencana
kekeringan pada saat prabencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Putri Ayu Asmaningtyas Lintangsari, 2011. Kekeringan, (Online), (diakses dari
http://id.scribd.com/doc/78922865/Kekeringan, pada 10 November 2015).

Hermawan, Engkos. 2009. Menabung Air Mencegah Kekeringan, (Online), (diakses


darihttp://engkos-hermawan.blogspot.com/2009/12/menabung-air-
mencegahkekeringan.html, pada 17 November 2015).

Sekretariat TKPSDA. 2003. Pedoman Teknis Kekeringan. Djuni. 2009. Diskusi


Dampak bencana Kekeringan, (Online), (diakses dari
http://mpbi.org/taxonomy/term/33, pada 17 November 2015).

Utami Diah Kusumawati, CNN Indonesia, 2015. Kekeringan Landa Delapan Provinsi
di Indonesia, (Online), (diakses dari
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150728095930-20-68525/kekeringan-
landadelapan-provinsi-di-indonesia/, pada 22 November 2015).

Anda mungkin juga menyukai