Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
DEMAM THYPOID Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah KEPERAWATAN ANAK Universitas Muhammadiyah Lamongan oleh
Dosen Lilis Maghfiroh, M.Kes Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian maupun
kelengkapan isi. Untuk itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran
dan kritik dari pembaca guna memperbaiki makalah ini.Pembuatan makalah ini
diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan mahasiswa. Oleh
karena itu, kami mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang membacanya,
Penyusun
DAFTRA ISI
2
BAB 1
3
PENDAHULUAN
4
1. Apa definisi dari thypoid ?
2. Apa etiologi dari thypoid ?
3. Apa tanda dan gejala dari thypoid ?
4. Apa patofisiologi dari thypoid ?
5. Apa pathaway dari thypoid ?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari thypoid ?
7. Apa penatalaksanaan dari thypoid ?
8. Apa konsep asuhan keperawatan dari thypoid ?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Definisi dari thypoid
2. Etiologi dari thypoid
3. Tanda dan gejala dari thypoid
4. Patofisiologi dari thypoid
5. Pathway dari thypoid
6. Pemeriksaan penunjang dari thypoid
7. Penatalaksaan dari thypoid7
8. Konsep asuhan keperawatan dari thypoid
1.4. Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam thypoid.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang konsep asuhan keperawatan pada
penyakit demam thypoid.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella
thyposa/eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative,motil dan
tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh
manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah,serta mati pada suhu C
ataupun antiseptic. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya
menyerang manusia. (Prof. dr. T. H. Rampengan, 2007)
Salmonella thyposa mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu:
antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar)
antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil
antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Outer membrane protein (OMP). Antigen OMP S. thipy merupakan
bagian dari dinding sel terluar yang terletak diluar membrane sitoplasma
dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan
sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan
masuknya zat dan cairan ke dalam membrane sitoplasma. Selain itu OMP
juga berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin. OMP
sebagian besar terdiri dari protein purin, berperan pada pathogenesis
demam thypoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme
respon imun penjamu. Sedangkan protein non purin hingga kini
fungsinya belum diketahui secara pasti. (Prof. DR. H. Soegijanto, 2002)
Antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentuka tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin. Salmonella
thyposa juga dapat diperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan
resistensi terhadap multiple antibiotic.
Ada tiga spesies utama yaitu:
salmonella thyposa (1 serotipe)
salmonella choleraesius (1 serotipe)
salmonella enteritidis ( lebih dari 1500 serotipe). (Prof. dr. T. H. Rampengan,
2007)
2.3 Tanda dan gejala thypoid
7
Menurut ngastiah (2007: 237), demam thypoid pada anak biasanya lebih
ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari
jika infeksi trjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang
terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
perasaan tidak enak badan, nyeri, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian grjala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat
febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik tiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore hari. Dalam minggu ketiga suhu tubuh
berangsur-angsur menurun dan normal kembali.
2. Gangguan pada system pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput kotor (coated
tongue), ujungnya dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat
ditemukan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri
dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis Smpai
samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit
berat terhambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena embori hasil dari
kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama pada /demam,
kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadinya karena terdapatnya
basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh
obat maupun obat zat anti.
2.4 Patofisiologi
8
3 Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam
usus halus, kuman mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus
(terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebab4kan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial
system (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini, kuman difagosit akan
berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi, berkisar 5-9 hari, kuman kembali
masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder), dan
sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, dan kandung empedu
yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu
ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia
ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan
antigen somatic (lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab
terhadap terjadinya gejala-gejala dari demamn tifoid.
4 Pada penelitian lebih lanjut ternyata endotoksin hanya mempunyai peranan
membantu proses peradangan local. Pada keadaan tersebut, kuman ini
berkembang.
5 Demam thypoid disebabkan oleh salmonella thyposa dan endotoksinnya yang
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh lekositpada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi
pusat termoregulator di hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala
demam.
6 Akhir-akhir ini beberapa peneliti mengajukan pathogenesis terjadinya
manifestasi klinis sebagai berikut : Makrofag pada penderita akan
menghasilkan substansi aktif yang disebut monokin, selanjutnya monokin ini
dapat menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang system imun, instabilitas
vaskuler, depresi sumsum tulang, dan panas (Prof. dr. T. H. Rampengan, 2007)
9
2.5 Pathway
a. Pemeriksaan leukosit
c. Biakan darah
10
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.Pada waktu kambuh
biakan darah dapat positif kembali.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
11
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam thypoid yaitu :
1. pemberian antibiotic, untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran
kuman. Antibiotk yang dapat digunakan :
kloranfenikol dosis hari pertama 4X250 mg, hari ke dua 4 X 500
mg diberikan selama demam dilanjutkan 2 hari sampai bebas
demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5
hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP
persahabatan) ,penggunan klortamfenikol masih memperlihatkan
hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat terbaru dari jenis
kuinolen.
pertama pasien diberikan diet bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian
menunjukan bahwa pemberian makanan pada dini, yaitu nasi dengan lauk pauk
12
rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman.Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk
mendukung keadan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan
homeostasis system imum akan berfungsi secara optimal.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
13
PADA ANAK
An. A
.....DENGAN DIAGNOSA MEDIS
THYPOID
.
DI RUANG ANGGREK
A. Pengkajian
1. Identitas Klien Penanggung Jawab
Nama :A Nama Orang tua Ny /
Tn.
No. Reg : Usia
:
Jenis Kelamin : Pendidikan
:
Usia : 6 th Pekerjaan
:
Pendidikan : Hubungan dg anak
:
Tgl MRS : Agama
:
Tgl Pengkajian : Alamat
:
2. Keluhan Utama
Saat MRS : Panas
Keluarga pasien mengatakan pasien panas sejak 6 hari yang lalu panas
tinggi, pasien mual tapi tidak muntah, tidak nafsu makan, dan tampak
lemas dan pucat, pasien hanya berbaring ditempat tidur.
14
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah sakit panas tetapi tidak sampai masuk rumah sakit
15
Post Natal : tali pusar lepas hari ke 7
Perkembangan :
Perkembangan balita sudah terlampaui usia
Tidak ada masalah dalam perkembangan anak
Anak selama di rumah sakit suka main hp
16
20.00-06.00 22.00-04.30
17
Leher : teraba nadi karotis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : (IPPA)
I : gerakan dada simetris normal
P : normal
P : sonor
A : suara nafas regular, suara jantung Lup-dup
Perut : (IAPP)
I : tidak ada pembesaran pada abdomen
A: bising usus normal 11x/menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : gaster tidak kembung
Ekstremitas : normal
18
12. Terapi yang diberikan
Seftriaxon
Asering
Ranitidine
ANALISA DATA
19
DO : keluarga pasien mengatakan Kuman Hipertermi
pasien lemas dan panas tinggi menembus usus
DS : K/U lemah Masuk aliran
- S : 38,50
darah
- N : 90
(bakterima)
- R : 24x/menit
Mempengaruhi
termoregulasi di
hipotalamus
Suhu tubuh
meningkat
Hipertermi
Asam lambung Nutrisi kurang dari
DO : Keluarga pasien mengatakan
naik kebutuhan tubuh
pasien tidak nafsu makan, mual
DS : K/U lemah Mual, muntah
- S : 38,50C
- N : 90
Intake
- RR : 24x/menit
nutrisi menurun
BB
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
20
Kelemahan,
wajah pucat
Intoleransi
aktivitas
PRIORITAS DX KEPERAWATAN
PERENCANAAN
21
- Pemberian cairan dan
elektrolit intavena
22
Setelah dilakukan Observasi
3. - Idebtifikasi gangguan
asuhan keperawtan
fungsi tubuh yang
selama 3x24 jam di
mengakibatkan
harapkan intoleransi
kelelahan
aktivitas meningkat
- Monitor kelelahan fisik
dengan kh : - Monitor pola dan jam
- Frekuensi nadi
tidur
meningkat - Monitor lokasi dan
- Kemudahan
ketidak nyamanan
dalam
selama melakukan
melakukan
aktivitas
aktifitas sehari- Terapeutik
- Sediakan lingkungan
hari meningkat
- Kekuatan tubuh nyaman dan rendah
meningkat stimulus
- Keluan lelah - Lakukan latihan
menurun rentang gerak pasif
- Perasaan lemah
atau aktif
menurun - Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
23
- Kolaborasi dengan ahli
gisi tentenag cara
meningkatkan asuhan
makanan
24
hygine sebelum makan
Intoleransi - Memberikan makan tinggi
aktivitas b.d kalori dan tinggi protein
- Mengidentifikasi gangguan
kelemahan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Memonit pola dan jam tidur
- Melakukan latihan rentang
gerak pasif atau aktif
- Menganjurkan tirah baring
- Mengajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
25
NO DIAGNOSA EVALUASI
26
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa penyakit demam thypoid
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan
sampai saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan
lingkungan merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang.
1.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan
kepada masyarakat terutama pada anak-anak supaya menjaga kebersihan,baik
kebersihan lingkungan,makanan,air minum, dan kebersihan diri sendiri.
27
DAFTAR PUSTAKA
. Ariyanto. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Jakarta: Salemba Medika.
dr. Surapsari, J. (2006). Penyakit Infeksi . Jakarta: Erlangga.
dr. T.H. Rampengan, D. d. (1993). PENYAKIT INFEKSI TROPIK PADA ANAK.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
dr. Widoyono, M. (2008). PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Ngatsiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Prof. DR. H. Soegijanto, S. d. (2002). Ilmu Penyakit Anak Diagnosa &
Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
Prof. dr. T. H. Rampengan, S. (. (2007). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
28