TA Sistem Perencanaan Pencahayaan Lab. Komputer STTR Cepu
TA Sistem Perencanaan Pencahayaan Lab. Komputer STTR Cepu
Disusun Oleh :
RAHMI NUR HASANTI
NIM. 15250313
Disusun Oleh :
RAHMI NUR HASANTI
NIM. 15250313
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Disetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro
ii
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal Tugas
Akhir ini. Proposal ini berjudul : “PERENCANAAN DAN SIMULASI
PENERANGAN BUATAN LABORATORIUM KOMPUTER DAN BAHASA
DENGAN DIALux 4.13 (Studi kasus : Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe
Cepu).”
Laporan dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang penulis cintai, berkat doa dan dukungan baik moril
maupun materiil selama penyusunan Proposal Tugas Akhir
2. Ir. Agus Darwanto, M.T., selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe
Cepu dan Dosen Pembimbing
3. Teguh Yuwono. S.T., M.T., Ketua Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi
Teknologi Ronggolawe Cepu dan Dosen Wali
4. Segenap Dosen Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu
5. Semua sahabat dan semua pihak yang telah banyak membantu, mendampingi,
mendoakan dan memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam Proposal Tugas
Akhir ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi perbaikan Proposal Tugas Akhir ini. Semoga
Proposal Tugas Akhir ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.
Penulis
iii
INTISARI
iv
ABSTRACT
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
INTISARI............................................................................................................... iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 6
vi
2.2.4 Kriteria Perancangan ...................................................................... 11
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
500 Lux, Laboratorium Bahasa sebesar 300 Lux, Koridor sebesar 100 Lux, dan
Kamar mandi sebesar 250 lux.
Pada penelitian ini akan didesain sistem penerangan buatan pada
Laboratorium Komputer dan Bahasa STTR Cepu yang terdiri dari laboratorium
komputer, Laboratorium bahasa, koridor, dan kamar mandi. Laboratorium
dalam kondisi baru, hal inilah yang menjadi alasan mengapa penulis ingin
mengevaluasi tentang perencanaan sistem penerangan buatan pada
laboratorium komputer dan bahasa STTR Cepu. Data-data yang diperoleh akan
diolah dengan perhitungan numeris mengacu pada standar pencahayaan buatan
SNI 03-6575-2001. Selanjutnya akan dilakukan simulasi optimasi secara tiga
dimensi dengan program software DIALux 4.13 untuk mendapatkan solusi
sistem pencahayaan agar sesuai dengan standar pencahayaan. Dalam
menganalisis perencanaan penerangan buatan laboratorium komputer dan
bahasa STTR Cepu ini diharapkan mampu didapatkan kondisi ruang dengan
kuat penerangan yang efisien, memenuhi standar kuat penerangan minimum
yaitu setidaknya 90% dari ketentuan SNI 6197:2011 agar didapatkan
kenyamanan pengguna tanpa mengabaikan fungsi dasar laboratorium itu
sendiri.
1.6 Kebaruan
Penelitian ini memiliki kebaruan dalam perencanaan desain penerangan
buatan laboratorium komputer dan bahasa STTR Cepu dengan analisis
perhitungan numeris berdasarkan standar pencahayaan buatan SNI 03-6575-
2001 dan simulasi grafis dengan bantuan software DIALux 4.13 dengan
membandingkan pengaruh penggunaan beberapa armatur dan pemilihan warna
dinding.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian mengenai kualitas pencahayaan telah dilakukan, pada
penelitia (Ardianto & Justiono, 2013:3) hasil simulasi pada software DIALux
sesuai dengan tabel standar penerangan ruangan kelas yakni 120-250 lux,
faktor yang mempengaruhi hasil distribusi cahaya adalah lampu yang
digunakan.
Menurut penelitian (Joewono, et al., 2017:8) untuk mendapatkan data
analisa yang tepat dilakukan langkah secara bertahap, secara garis besar
dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu : pengukuran kekuatan cahaya dan
energi listrik yang digunakan, membuat simulasi tata letak penerangan dengan
menggunakan software DIALux, dan merealisasikan pemasangan titik lampu
penerangan dan melakukan pengukuran kuat cahaya penerangan serta energi
listrik yang digunakan. Pendekatan/simulasi untuk melakukan perhitungan
daya dan penempatan titik kuat cahaya (lampu), dengan menggunakan
software DIALux, sangat tepat untuk dilakukan.
Menurut penelitian (Noviyanti & Indrani, 2013:10) hasil penelitian yang
menyatakan 8 (delapan) dari 9 (Sembilan) objek penelitian laboratorium di
Jurusan Sastra Inggris dan Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra
Surabaya masih belum mencukupi standar yang ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional. Untuk 6 (enam) objek penelitian yang lain, hal yang
paling umum menjadi masalah adalah kurangnya luminasi yang dihasilkan oleh
lampu.
Menurut penelitian (Iksan, et al., 2018:5) apabila dibandingkan hasilnya
antara cara manual dan dengan bantuan software, nampak jelas bahwa keluaran
dari software lebih bervariatif dan detail. Selain itu, juga sudah dilengkapi
dengan database mengenai berbagai jenis armatur serta tipe lampu.
6
7
2.2.2 Pencahayaan
Cahaya dapat didefinisikan sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi
secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang
memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata.
Sumber cahaya memancarkan energi dalam bentuk gelombang yang
merupakan bagian dari kelompok gelombang elektromagnetik. (Muhaimin,
2001:2)
Luminasi
(Cd/m2)
Intensitas
Cahaya
(Cd)
Bidang Kerja
Kuat Penerangan
(Lux)
a. Sudut Ruang
Karena pancaran cahaya di udara bebas sifatnya meruang seperti bola, maka
Sudut bidang adalah sebuah titik potong 2 buah garis lurus. Besar sudut bidang
dinyatakan dengan derajat (°) atau radian (rad). Sudut ruang (ω) adalah sudut
pada ruang yang dibatasi oleh permukaan bola dengan titik sudutnya. Besarnya
sudut ruang dinyatakan dengan steradian (sr). (Muhaimin, 2001:5)
1 steradian adalah besarnya sudut yang terpancang pada titik pusat bola
antara jari-jari terhadap batas luar permukaan bola seluas kuadrat jari-jari bola.
Maka dapat dirumuskan :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑢𝑙𝑖𝑡 𝐵𝑜𝑙𝑎 4 𝜋 𝑅2
= = 4 𝜋 steradian….…………………….........2.1
𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑎𝑟𝑖−𝐽𝑎𝑟𝑖 𝑅2
b. Arus Cahaya
Aliran rata-rata energi cahaya adalah arus cahaya atau fluks cahaya (F).
Arus cahaya didefinisikan sebagai jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh
sumber cahaya setiap detik. (Muhaimin, 2001:6)
Besarnya arus cahaya dengan satuan lumen (lm) dinyatakan dengan persamaan
berikut :
𝑄
Ф= lm…………………………………………………………...........2.2
𝑡
Besarnya intensitas cahaya yang dihasilkan suatu sumber cahaya adalah tetap,
baik dipancarkan secara terpusat maupun menyebar.
d. Kuat Penerangan
Kuat penerangan (E) adalah pernyataan kuantitatif untuk arus cahaya (Ф)
yang menimpa atau sampai pada permukaan bidang. Kuat penerangan disebut
pula tingkat penerangan atau intensitas penerangan merupakan perbandingan
antara intensitas cahaya (I) dengan luas permukaan (A) yang mendapat
penerangan. (Muhaimin, 2001:8)
𝐼
E= lux ……...……………………………………………………...........2.4
𝐴
e. Luminasi
Luminasi (L) merupakan besaran penerangan yang kaitannya erat dengan
kuat penerangan (E). Luminasi didefinisikan sebagai intensitas cahaya dibagi
dengan luas semua permukaan (As) bidang yang mendapatkan cahaya (cd/m2).
(Muhaimin, 2001:12)
𝐼
L= ….…………………………………………….……………...........2.5
𝐴𝑠
2.2.4 Kriteria Perancangan
a. Tingkat Pencahayaan Rata-rata (Erata-rata)
Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan
sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud
dengan bidang kerja ialah bidang horizontal imajiner yang terletak 0,75 meter
diatas lantai pada seluruh ruangan. Tingkat pencahayaan rata-rata, Erata-rata
(Lux) dapat dihitung dengan persamaan :
Ftotal xK p xKd
E ratarata .....(Lux) …………..……………………….........2.6
A
Dimana :
12
Ftotal = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang
kerja (lumen)
A = Luas bidang kerja (m2)
Kp = Koefisien pengunaan
Kd = Koefisien depresiasi (penyusutan)
Sumber. SNI 03-6575-2001
b. Faktor-faktor refleksi
Faktor-faktor refleksi dinding(rw) dan faktor refleksi langit-langit(rp)
masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari fluks cahaya yang
diterima oleh dinding dan langit-langit yang mencapai bidang kerja. Pengaruh
dinding dan langit-langit pada sistem langsung jauh lebih kecil daripada
pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lain, sebab cahaya yang jatuh
pada dinding dan langit-langit hanya sebagian dari fluks cahaya.
Menurut (Muhaimin, 2001:152) faktor refleksi berdasarkan warna dinding
dan langit-langit ditunjukkan oleh tabel 2.1
Tabel 2.1 Faktor Refleksi
Warna Faktor Refleksi
Putih 0,7
Terang 0,5
Muda 0,3
Gelap 0,1
Keterangan :
p = panjang ruangan (meter)
l = lebar ruangan (meter)
h = jarak/tinggi armatur terhadap bidang kerja (meter)
13
Keterangan :
kp = faktor penggunaan yang akan ditentukan
kp1 = faktor penggunaan batas bawah
kp2 = faktor penggunaan batas atas
14
Keterangan :
n = Jumlah lampu (buah)
E = Intensitas Penerangan (lux)
Ф = Flux cahaya (lumen)
A = Satuan Luas (m2)
kp = Faktor penggunaan
kd = Faktor depresiasi/penyusutan
g. Jumlah Armatur
Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan
tertentu. Untuk menghitung jumlah armatur, terlebih dahulu dihitung fluks
15
Dimana :
F1 = Fluks luminus datu buah lampu
N = Jumlah lampu dalam satu armatur
Sumber. SNI 03-6575-2001
Gambar 2.4 Titik P menerima komponen langsung dari sumber cahaya titik.
(Sumber. SNI 03-6575-2001)
16
Keterangan :
W = daya setiap lampu termasuk Balast (Watt)
Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan
daya(Watt/m2) yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.
Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya
maksimum yang direkomendasikan dalam usaha konservasi energi, dapat
dilihat dari tabel 2.3.
Tabel 2.3 Daya pencahayaan maksimum (Sumber. SNI 6197:2011)
19
2. Lampu halogen
Lampu halogen adalah lampu incandescent yang ditambahkan gas
halogen (iodine, klorine, bromide). Karena panas yang tinggi dari
filament yang berpijar maka halogen dengan prinsip siklus
regeneratif mencegah penghitaman lampu. Lampu halogen
mempunyai umur lebih panjang dan efisiensi lebih tinggi
dibandingkan lampu pijar. (+20% ~ 50%)
3. Lampu fluoresen
Lampu fluoresen terdiri dari tabung kaca yang tersekat, dilapisi
warna putih di dalamnya dan diisi dengan gas inert dan sedikit
merkuri. Jenis yang umum adalah lampu fluoresen dan lampu
fluoresen kompak. Semua lampu fluoresen membutuhkan ballast
untuk menyalakan (start) dan mengontrol proses pencahayaan.
Efisiensi lampu fluoresen melebihi lampu pijar 5 sampai 8 kali,
tergantung pada sistem pencahayaan. Lampu fluoresen membutuhkan
investasi tinggi (sampai 10 kali), tetapi umur pemakaiannya 10 sampai
15 kali lebih lama. Lampu fluoresen memberikan indeks Renderisasi
(Ra) mulai 60% sampai 85%. Lampu fluoresen cocok digunakan
untuk perkantoran dan area komersial.
4. Lampu pelepasan gas lainnya
Lampu pelepasan gas lainnya merupakan pilihan untuk
pencahayaan yang efisien. Lampu ini mempunyai banyak jenis yang
berbeda, beragam harganya, umur pemakaian, warna dan kualitas
cahaya. Oleh karena itu disarankan untuk mengikut sertakan ahli
pencahayaan dalam perencanaan.
Lampu pelepasan gas lainnya umumnya terbatas untuk tujuan khusus,
seperti pencahayaan ruangan produksi (contoh lampu merkuri
vapour), pencahayaan jalanan umum (contoh lampu sodium vapour),
dan lain-lain. Efisiensi lampu ini umumnya diluar lampu biasa, yaitu
sebesar lebih dari 10 kali. Semua lampu pelepasan gas membutuhkan
ballast.
22
5. Lampu LED
Prinsip kerja LED
LED adalah diode semikonduktor. Semikonduktor adalah
material yang mempunyai kemampuan mengalirkan arus listrik.
Dioda dibuat oleh kombinasi dua semi konduktor yang berbeda
materialnya membentuk suatu hubungan P N (P=Pengisi Positif)
(N=Negatif Pengisian-elektron). Dengan menggunakan arus listrik,
elektron dipaksa bergerak kesatu arah dan P kearah yang
berlawanan. Photons (cahaya) ditimbulkan ketika dikombinasikan
kembali hubungan pengisi positif dan negatif.
Simbol Elektronik lampu LED ditunjukkan pada gambar 2.5.
2. Kerugian :
a. Beberapa jenis fluoresen baru (T5) lebih efiesien
dibandingkan LED
b. Harga awal tinggi pada saat sekarang harga LED lebih
mahal, harga per lumen. Pada harga modal dasar awal
dibandingkan lampu konvensional.
c. Tergantung temperatur kinerja LED amat bergantung dengan
temperatur sekitar dari lingkungan kerja, jika area temperatur
tinggi maka LED akan menghasilkan panas berlebihan maka
akan didapat kegalalan peralatan. Heat sinking diperlukan
untuk memelihara umur lampu yang panjang.
d. Sensitif voltase LED harus diberi voltase diatas ambang dan
arus dibawah nominal. Hal ini dapat dipakai tahanan seri atau
suplai daya dengan pengatur arus.
2.2.8 Armatur
Armatur merupakan rumah lampu yang dirancang untuk mengarahkan
cahaya, untuk tempat melindungi lampu serta untuk menempatkan
komponen-komponen listrik. (SNI 6197:2011)
Menurut (Harten & Setiawan, 1980) armatur-armatur lampu dapat dibagi
menurut beberapa cara, yaitu :
1. Berdasarkan sifat penerangannya, atas armatur untuk penerangan
langsung, sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan
tak langsung.
2. Berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap
air, kedap letupan debu dan kedap letupan gas.
3. Berdasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam,
penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur
yang ditanam di dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam.
4. Berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, “rok”, gelang,
armatur pancaran lebar dan pancaran terbatas, kemudian armatur kandil,
palung dan armatur-armatur jenis lain untuk lampu-lampu bentuk tabung.
25
26
27
Gambar 3.1 Denah ruang laboratorium komputer dan Bahasa (Tampak Atas)
Gambar 3.2 Denah ruang laboratorium komputer dan Bahasa (Tampak Kiri)
28
Gambar 3.3 Denah ruang laboratorium komputer dan Bahasa (Tampak Depan)
b. Spesifikasi Ruangan
Spesifikasi ruang Laboratorium Komputer dan Bahasa STTR Cepu
ditunjukkan oleh tabel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi Ruangan
2. Setelah itu akan muncul jendela untuk memasukkan panjang, lebar, dan
tinggi ruangan. Lalu, klik oke. Seperti ditunjukkan pada gambar 3.6.
Mulai
Tidak
Data
Lengkap
Ya
Pengolahan data
Melakukan perhitungan
berdasarkan SNI 03-6575-2001
Analisis Perencanaan
Kesimpulan
Pembuatan laporan
Selesai
Mulai
Tentukan warna
Upayakan Kp &
muda untuk langit-
Kd besar
langit dan dinding
Hitung
𝐸. 𝐴
n=
Ф . 𝐾𝑝 . 𝐾𝑑
Diperoleh jumlah
armatur & jumlah lampu
Tidak
Diperoleh daya yang
diperlukan Watt/m2
Periksa Watt/m2
< target
Ya
Selesai
Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian
3.6 Rencana Pelaksanaan
Pada penelitian direncanakan pelaksanaan seperti ditunjukkan pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Penyusunan Proposal
Maret April Mei Juni Juli Agustus
No Uraian Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Iksan, A. M., Bintoro, A., & Sadli, M. (2018). Perancangan dan Perhitungan Ulang
Penerangan Buatan pada Pustaka Gedung A fakultas Pertanian Universitas
Malikussaleh. Jurnal Energi Elektrik ISSN, 5.
joewono, A., Sitepu, R., & Angka, P. R. (2017). Desain Sistem Penerangan Ruang
Laboratorium yang Efisien Dalam Pemakaian Energi. RITEKTRA, ISBN,
100.
Noviyanti, C., & Indrani, H. C. (2013). Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan Pada
Ruang Laboratorium kampus. DIMENSI INTERIOR, ISSN, 9.
36