EDISI III
M
Di susun oleh :
O
Dr. Prima Jiwa Osly, ST., MSi. D
Dwi Ariyani, ST., MT.
Setyo Utomo, ST. U
Ir. Akhmad Dofir, MT., IPM.
L
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Lenteng Agung Raya, Jagakarsa Jakarta 12640
2017
H–1
PENGUKURAN DEBIT PADA SALURAN ALAM
I. Pendahuluan
Saluran alam atau biasa disebut Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir
dengan muka air bebas.Pada semua titik di sepanjang saluran ,tekanan permukaan air
adalah sama, yang biasanya adalah tekanan atmosfir.Pada saluran terbuka , variabel
aliran sangat tidak teratur baik terhadap ruang maupun waktu.Variabel tersebut adalah
tampang lintang saluran,kekasaran,kemiringan dasar,belokan,debit aliran dan
sebagainya.(Triadmojo, B,Hidraulika II,Hal 103).
Debit (discharge), atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran
yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Biasanya
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik ( m3/det) atau liter per detik (l/det).
Pengukuran debit yang dilaksanakan di suatu pos duga air tujuannya terutama adalah
membuat lengkung debit dari pos duga air yang bersangkutan.Lengkung debit dapat
merupakan hubungan yang sederhana antara tinggi muka air dan debit.
1
Dengan menggunakan alat current meter digital maka didapatkan angka kecepatan
aliran air sungai dengan satuan km/detik, yang kemudian dikonversikan ke m2/detik
untuk mendapatkan debit aliran air sungai.
Pengukuran vertikal pada dua titik 0,2H dan 0,8H (H=kedalaman);
V = (V0,2 +V0,8)/2…………………………………...................(5)
Pengukuran vertikal pada tiga titik:
V = ½ (V0,6 + (V0,2 +V0,8)/3)…………………………………..(6)
Hn Hn+1 V Vn 1 H n H n 1
Vn
Q n
2 2 B
Vn+1
Hn
Vn
dengan:
B = lebar penampang basah pada pias
Vn = kecepatan rata-rata aliran pada penampang pias
Hn = tinggi penampang basah pada pias
Bilangan Froude :
Fr = √ (Pengaruh gravitasi lebih berperan)
Dengan V dan Y adalah kecepatan dan kedalaman aliran, adapun konsep dari
bilangan froude yaitu jika nilai Fr < 1 maka termasuk aliran subkritis, kritis jika Fr =
1 , dan superkritis apabila Fr > 1. (Shadiq, F., HIDROLIKA Praktis&Mudah, hal 47).
V. Prosedur Percobaan
A. Pengukuran Dengan Pelampung
10 meter 50 meter
A B
0 A
Finish
start
start
3
4. Mengukur tinggi air penampang basah saluran, lebar permukaan basah dan lebar
permukaan air setiap pias.
5. Memasukkan stik dan propeller Current meter kedalam saluran dan ditempatkan
pada masing-masing kedalaman 0,2H: 0,6H: dan 0,8H, (H = tinggi muka air dari
dasar saluran). Dipilih sesuai kedalaman aliran.
6. Menempatkan Propeler tegak lurus menghadap arus aliran, setelah tepat pada
posisi yang dimaksud kemudian menekan tombol pada counter bersamaan dengan
itu juga menjalankan stopwatch sampai pada interval waktu tertentu (50 detik)
counter dan menghentikan stop watch, kemudian mencatat jumlah putaran (N)
pada counter.
7. Mengulangi percobaan diatas diulang sebanyak 3 kali untuk beberapa tinggi muka
air (H) sesuai dengan perubahan aliran yang ditentukan.
8. Menghitung kecepatan tiap pengukuran, menghitung kecepatan rata-rata.
4
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – BAHAN BETON – HIDROLIKA
Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan ( 12640 )
Telp.(021) 7864730. Ext.115/117. Fax (021) 7270128
TABEL DATA
PENGUKURAN DEBIT PADA SALURAN ALAM
Kece-
Kedala Titik Kece- patan
Pias ke man Lebar Pengukuran patan (V) (V) Vrata-rata Q Fr
(-) (m) (m) (m) Km/jam m/det (m/dt) (m3/dt) (-)
1
(Kiri)
2
(Tengah)
3
(Kanan)
5
H–2
SLUICE GATE
I. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
a. Menentukan hubungan antara head hulu dan tingkat aliran untuk aliran air
dibawah SLUICE GATE
b. Menghitung koefisien debit
II. Peralatan
1. HF507 Tilting flow channel
2. HF507-019 kait anti karat dan point gauge 300 mm dengan pembacaan 0.05 mm atau
3. HF507-019A kait anti karat dan point gauge skala 300 mm x 0,.5 mm
4. HF507-051 SLUICE GATE, tipe geser dengan perlengkapan anti karat atau
5. HF507-052 Radial gate, dengan perlengkapan anti karat atau
6. Stopwatch dan water meter untuk mengukur volume
7. HF 507-060 tabung pitot dengan manometer utnuk mengukur kecepatan air
Maka :
6
IV. Tata Cara Pemasangan Perlengkapan
1. Pastikan flume sudah datar
2. Catat luasan asli b dan h(m) dari adjustable undershot weir.
3. Pasang undershot weir dengan aman ke channel dengan ujung tajam dibawah weir
menghadap ke hulu.
4. Celah antara weir dan channel harus dikunci pada sisi hulu sebelum melakukan
percobaan.
5. Pasang kait dan point gauges (pilihan) diatas sisi channel, satu pad hulu weir dan satu
pada hilir weir dan atur kait dan point gauge.
6. Datum untuk semua pengukuran berada diatas bed dari flume.
V. Prosedur Percobaan
I. Percobaan kedalaman hulu konstan, sesuai bukaan gate (yg)
1. Atur ujung dari weir atau bukaan gate yg = 25 mm diatas bed flume.
2. Nyalakan pompa air, buka katup pengatur aliran, biarkan air mengalir melalui flume.
3. Secara bertahap, buka katup pengatur aliran, menggunakan ukuran katup level hulu
dan jaga kedalaman aliran hulu y0 = 130 mm.
4. Tunggu hingga kedalaman air stabil lalu catat data berikut:
a. Volume nilai aliran menggunakan pembacaan langsung flow meter atau
mengukur tangki dengan stopwatch.
b. Kedalaman aliran hilir.
5. Naikan weir dengan peningkatan sebesar 12 mm (hingga bukaan gate setara dengan
90 mm m), ulangi langkah 4.
II. Percobaan tingkat aliran konstan, sesuai bukaan gate (yg).
1. Atur ujung dari weir atau bukaan gate yg = 25 mm diatas bed flume.
2. Nyalakan pompa air, buka katup pengatur aliran, biarkan air mengalir melalui flume.
3. Atur dan pertahankan nilai aliran pada sekitar 180/1 min.
4. Tunggu hingga kedalaman air stabil lalu catat data berikut:
a. Kedalaman aliran hulu
b. Kedalaman aliran hilir.
5. Naikkan weir dengan peningkatan sebesar 12 mm (hingga bukaan gate setara dengan
90 mm), ulangi langkah 4.
7
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – BAHAN BETON – HIDROLIKA
Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan ( 12640 )
Telp.(021) 7864730. Ext.115/117. Fax (021) 7270128
TABEL DATA
HF 507 TILTING FLOW CHANNEL, lebar 75 mm
LIMPASAN DIBAWAH GATE
Lebar weir, b = .................(m)
yg y0 y1 V t Q Cd H0 H1
(m) (m) (m) (l) (sec) (m3/s) (m) (m)
8
H–3
LONCATAN HIDROLIK
I. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari karakteristik pola aliran saat air mengalir
dibawah undershot weir.
II. Peralatan
1. HF507 Tilting Flow Channel.
2. HF507-051 SLUICE GATE, tipe geser dengan perlengkapan anti karat (perlu 2).
3. HF507-019 Kait anti karat dan point gauge 300 mm dengan pembacaan 0.05 mm,
atau
4. HF507-019A kait anti karat dan point gauge skala 300 mm x 0.05 mm.
5. HF507-060 tabung pitot dengan papan manometer untuk pengukuran kecepatan aliran
pada berbagai bagian channel.
6. Stopwatch dan water meter untuk pengukuran volume.
9
Gambar 3-2 Kurva energi spesifik untuk aliran melalui loncatan hidrolik
Gambar 3-3 Rasio kehilangan energi menggambarkan fraksi kehilangan energi mekanik
selama loncatan hidrolik
2. Jika aliran superkritis terjadi (oleh berbagai kontrol hidrolik seperti gate) dalam suatu
channel dimana kondisi aliran normal adalah subkritis (karena lereng, kekasaran, dan
nilai aliran), maka akan terbentuk loncatan hidrolik. Pada channel persegi horisontal,
hubungan antara kedalaman hilir dan hulu didapat dari persamaan berikut:
.................. (3-1)
Dimana : y1 = Kedalaman hulu air (sebelum loncatan) (m)
Y2 = Kedalaman hilir air (setelah loncatan) (m)
Fr1 = Angka Froude hulu (tak berdimensi)
= Fr1 = √
v1 = Kecepatan hilir rata-rata (setelah SLUICE GATE) (m)
10
V1 = kecepatan rata-rata hilir (setelah SLUICE GATE pertama) (m)
V2 = Kecepatan rata-rata setelah loncatan hidrolik (sebelum SLUICE GATE
kedua (m)
..................... (3-6)
Dimana DH = Total kehilangan head melalui loncatan (kehilangan energi) (m)
Persamaan diatas dapat disederhanakan,
........(3-7)
11
Gambar 3-4
V. Prosedur percobaan
1. Pasang ujung SLUICE GATE pertama atau bukaan gate yg = 60 mm diatas bed flume
dan naikan gate undershot weir kedua terbuka penuh sehingga tidak akan
mengganggu aliran.
2. Nyalakan pompa air, buka katup pengontrol aliran, biarkan air mengalir melalui
flume.
3. Buka katup pengontrol aliran secara bertahap dan atur aliran samp[ai kedalaman
aliran di hulu y0 = 75 mm, perhatikan dan buat pola aliran.
4. Tunggu hingga kedalaman air stabil , ukur dan catat nilai volume aliran menggunakan
bacaan langsung flow meter atau mengukur tangki menggunakan stopwatch.
5. Pindahkan level gauge hulu ke tempat setelah SLUICE GATE pertama lalu catat data
berikut :
a. Kedalaman air di hulu.
b. Kedalaman air di hilir.
c. Pengamatan pola aliran.
d. Kecepatan rata-rata sebelum dan setelah loncatan hidrolik.
6. Secara bertahap turunkan bukaan gate kedua pada akhir channel hingga ujung
SLUICE GATE kedua lebih rendah daripada permukaan air, amati pola aliran.
7. Turunkan ujung SLUICE GATE pertama atau bukaan gate dengan kelipatan 3 mm,
dan pada waktu yang sama buat loncatan hidrolik dengan menurunkan secara
bertahap bukaan gate dari SLUICE GATE kedua hingga ujung SLUICE GATE kedua
lebih rendah daripada permukaan air.
8. Untuk setiap jenis loncatan ukur y1, y2, v1, dan v2 juga amati dan gambar sketsa pola
aliran dan tipe loncatan hidrolik.
9. Ulangi percobaan untuk tingkat aliran yang lain, kedalaman aliran hulu atau hilir yang
berbeda, atau yo dan ketinggian gate (yg) yang berbeda pula.
12
VI. Hasil dan kesimpulan
13
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – BAHAN BETON – HIDROLIKA
Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan ( 12640 )
Telp.(021) 7864730. Ext.115/117. Fax (021) 7270128
TABEL DATA
HF 507 TILTING FLOW CHANNEL, lebar 75 mm
LONCATAN HIDROLIK
Lebar weir, b = .................(m)
y0 V t Q yc yg y1 v1 Frl y2 v2 y1/ y2 DH Profil
m l sec m3/s m m m m m m m m m
14
H–4
KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI BROAD WEIR SUDUT
TAJAM DAN STREAMLINED (BERUJUNG BULAT)
I. Tujuan
4.1.1. untuk mengetahui hubungan antara head hulu dan nilai aliran air yang mmengalir
melalui broad crested weir (weir basis panjang).
4.1.2. untuk menghitung koefisien limpasan.
4.1.3. untuk mengamati pola aliran pada weir.
........................... (4-1)
Perkiraan nilai dari Cwb, koefisien broad-crested weir, didapat dari persamaan :
.................................... (4-2)
Kedalaman kritis, yc, didapat dari persamaan:
15
................................. (4-3)
Dimana : Q = Volume aliran (m3/s)
b = Luasan weir (= luasan channel) (m)
Cwb = Koefisien kehilangan untuk broad crested weir (tak berdimensi)
h = Head diatas crest weir (hulu) (m)
= Kedalaman aliran hulu (y0) – tinggi weir (Pw)
y0 = kedalaman aliran hulu
Pw = tinggi weir crest diatas bed (m)
G = Percepatan gravitasi = 9.81 (m/s2)
Broad crested weir dari kayu atau beton sering dipilih karena ketahanannya. Perawatan harus
dilakukan untuk menghindari sedimentasi hulu berskala besar pada kaki weir (lihat gambar
11-2). Pengerukan secara berkala dapat menghasilkan informasi tentang perpindahan
sedimentasi.
Gambar 4-2
V. Prosedur Percobaan
1. Nyalakan pompa air, buka katup pengontrol aliran, dan biarkan air mengalir melalui
flume.
2. Atur aliran air di dalam flume biarkan air mengalir melalui weir, ukur head diatas
crested weir, catat volume aliran menggunakan pembacaan langsung flow meter,
indikator aliran, atau mengukur tangki menggunakan stopwatch.
3. Atur ulang aliran air dalam flume untuk mendapatkan head dengan peningkatan sebesar
9 mm lalu catat volume aliran.
4. Harap dicatat bahwa, untuk hasil yang lebih baik pembacaan tingkatan harus cukup jauh
hulu dari weir.
16
VI. Hasil dan Kesimpulan
1. Gambar plot Q terhadap h.
2. Gambar plot Cwb terhadap h.
3. Apakah magnitude dari aliran mempengaruhi koefisien limpasan Vwb?
4. Apakah Cwb bertambah atau berkurang seiring dengan penambahan nilai aliran?
5. Bandingkan nilai dari Cwb terhitung yang didapat dari 11.1 dan 11.2
6. Apakah ketinggian dari kedalaman aliran hulu (h) mempengaruhi koefisien limpasan?
7. Bagaimana pola air saat melewati weir, apakah ketinggian dari kedalaman hulu aliran
(h) mempengaruhi pola aliran pada weir?
VII. Referensi
Yanus A. Cengel, John M. Cimba, Fluid Mechanics – Fundamental and Applications p. 718
17
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – BAHAN BETON – HIDROLIKA
Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan ( 12640 )
Telp.(021) 7864730. Ext.115/117. Fax (021) 7270128
TABEL DATA
HF 507 TILTING FLOW CHANNEL, lebar 75 mm
KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI BROAD WEIR SUDUT TAJAM
DAN STREAMLINED (BERUJUNG BULAT)
Lebar weir, b = .................mm (= lebar channel)
Tinggi weir, Pw = .................mm
h V t Q Cwb (dari pers. 4-1) Cwb (dari pers. 4-2)
(m) (l) (sec) (m3/s)
18
H–5
KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI DAM SPILLWAY
I. Tujuan
Untuk mengetahui pola aliran sehubungan dengan alirana ir melalui dam spilway yang
ditentukan dengan tipe toe yang berbeda.
II. Peralatan
1. HF507 Tilting flow channel.
2. HF507-019 kait tahan karat dan point gauge 300 mm dengan pembacaan 0.05 mm, atau
3. HF507-019A kait tahan karat dan point gauge skala 300 mm x 0.5 mm
4. HF507-031 dam spillway dengan berbagai bagian hilir yang diubah : toe, sky jump piers
dan pegs, gravel box, atau stop log.
5. HF507-060 tabung pitot dengan papan manometer untuk mengukur kecepatan aliran
pada berbagai bagian channel.
6. Stopwatch dan water meter untuk mengukur volume.
............ (5-1)
Dimana Q = Volume aliran (m3/s)
Cds = koefisien limpasan spillway (tak berdimensi)
b = Luasan spillway (m)
He = Total head diatas crest spillway (hulu) = (m)
h = Head diatas crest spillway (hulu) (m)
19
g = Percepatan gravitasi = 9.81 (m/s2)
Pw = Ketinggian crest spillway diatas bed (m)
V. Prosedur Percobaan
1. Nyalakan pompa air, buka katup pengontrol aliran, dan biarkan air mengalir melalui
flume.
2. Atur aliran air dalam flume untuk ,menddapatkan head diatas crest spillway h = 6mm,
catat volume aliran menggunakan pembacaan alngsung flow meter, indikator aliran,
atau mengukur tangki menggunakan stopwatch dan gambar pola aliran diatas dam
spillway.
3. Atur ulang aliran air dalam flume untuk mendapatkan head dengan peningkatan sbesar
6 mm, lalu catat volume aliran (Q), dan gambar pola aliran diatas dam spillway.
4. Tambahkan toe. Lalu ulangi langkah 2 dan 3.
20
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – BAHAN BETON – HIDROLIKA
Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan ( 12640 )
Telp.(021) 7864730. Ext.115/117. Fax (021) 7270128
TABEL DATA
HF 507 TILTING FLOW CHANNEL, lebar 75 mm
KARAKTERISTIK ALIRAN MELALUI DAM SPILLWAY
Panjang dam spillway, b = .................mm
Tinggi crest spillway diatas bed , Pw = .................mm
h V t Q
Catatan
(m) (l) (sec) (m3/s)
21
H–6
KOEFISIEN MANNING (ALIRAN MELALUI ROUGHENED
BED)
I. Tujuan
1. Menentukan pengaruh roughened bed pada kedalaman air di berbagai nilai aliran.
2. Untuk mendapatkan koefisien yang sesuai untuk menyesuaikan Formula
Manning.
II. Peralatan
1. HF507 tilting flow channel
2. HF507-019 kait anti karat dan point gauge 300 mm dengan pembacaan 0.05 mm
atau
3. HF507-019A kait anti karat dan point gauge skala 300 mm x 0,.5 mm
4. HF507-051 SLUICE GATE, tipe geser dengan perlengkapan anti karat atau
5. HF 507-060 tabung pitot dengan manometer utnuk mengukur kecepatan air
6. HF507-070 Roughened bed.
7. Stopwatch dan water meter untuk pengukuran volume.
............... (6-1)
22
S = Kemiringan garis energi = sinѲ = ( ) Tak berdimensi
X = Jarak antara pengukuran level m
yo = Kedalaman aliran hulu m
y1 = Kedalaman aliran hilir m
23
Tabel 6-1 Koefisien Manning untuk beberapa material
24
5. Datum untuk semua pengukuran adalah tinggi rata-rata dari roughened bed di
bawah flume.
V. Prosedur Percobaan
1. Nyalakan pompa air, buka katup pengontrol aliran, biarkan air mengalir melalui
flume.
2. Tentukan konstanta h = 30 mm dan jangan atur katup pengontrol aliran lagi untuk
menghasilkan aliran yang tetap utnuk percobaan.
3. Ukur kecepatandengan mwngukur volume aliran menggunakan bacaan langsung
flow meter, indikator aliran, atau mengukur tangki menggunakan stopwatch.
4. Catat kedalaman aliran y0 dan y1 diatas roughened bed di setiap ujung.
5. Hitung koefisien Manning.
6. Atur aliran air dalam flume untuk mendapatkan head dengan peningkatan sebesar
12 mm, catat volume aliran menggunakan bacaan langsung flow meter, indikator
aliran atau mengukur tangki dengan stopwatch, lalu ulangi langkah 6.5.3 hingga
6.5.5.
25
UNIVERSITAS PANCASILA
LABORATORIUM SIPIL FAKULTAS TEKNIK
MEKANIKA TANAH – UKUR TANAH – JALAN & ASPAL – BAHAN BETON – HIDROLIKA
Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan ( 12640 )
Telp.(021) 7864730. Ext.115/117. Fax (021) 7270128
TABEL DATA
HF 507 TILTING FLOW CHANNEL, lebar 75 mm
KOEFISIEN MANNING (ALIRAN MELALUI ROUGHENED BED)
Jarak antar level gauges, x = .................mm
h V t Q y0 y1 x S A P v R V
n
m l sec m3/s m m m m m2 m m m m/s
26
Head Tank End Tank
Water Meter
Slope adjustment Wheel
Power Control
27
Gambar 7-3 Current meter Gambar 7-3 Stopwatch
28
DAFTAR PUSTAKA
Instruction Manual Relevant Theory And Test Procedures Hf 507 Tilting Flow Channel, 75
Mm.Wide. Essom Company Limited. 2015
Yanus A. Cengel, John M. Cimba, Fluid Mechanics – Fundamental and Applications p. 718
29