Abstract
The purposes of this research are to study the degree of erosion hazard and its influence on
water quality in Sejorong watershed. Survey method was used in this research. The locations
of soil sampling were divided into two locations that are native and disturbed areas. Soil
samples were taken on 4 locations. Water samples were taken on 2 locations which lying from
upstream and downstream. The degree of erosion hazard known by combining the surface
erosion estimated using USLE from Wischmeier and Smith (1978) and the depth of the soil.
The result of this research had shown that the surface erosion ranging from 0.21 to 6.916.3
t/a/year. The most of surface erosion and the degree of erosion hazard occurred in Jalit I. The
analyze of water quality showed that Jalit WI, that located near Jalit I and Jalit II, has the
highest TDS, that is 2500 mg/l.
Departemen Kehutanan (dalam Utomo, adalah 4,5 bulan dan bulan basah adalah 6,8
1994). bulan, sehingga nilai Q adalah 0,66 dan
termasuk ke dalam tipe iklim D (iklim
Kualitas Air sedang) berdasarkan tipe iklim Schmidt-
Ferguson.
Pada penelitian ini parameter kualitas Tanah di daerah penelitian
air yang diukur adalah yang berhubungan diklasifikasikan dengan Sistem Taksonomi
dengan erosi, yaitu TSS (Total Suspended Tanah USDA. Klasifikasi ini menunjukkan
Solid) dan TDS (Total Dissolved Solid) di bahwa tanah disekitar DAS Sejorong
Sungai Sejorong. Contoh air diambil di dua digolongkan ke dalam dua sub kelompok,
lokasi dengan menggunakan alat USDH 48. yaitu Eutropept Tipik dan Haplustalfs
Contoh air kemudian dianalisis di Tipik.
laboratorium.
Erosi Aktual dan Tingkat Bahaya Erosi
Analisis Data
Faktor Erosivitas Hujan (R)
Analisis tingkat bahaya erosi Data curah hujan yang dipakai untuk
dilakukan dengan mengkombinasikan besar mengetahui faktor erosivitas hujan berasal
erosi yang dihitung dengan rumuss USLE dari 2 stasiun pencatat hujan selama 11
dan kedalaman tanah ditiap lokasi tahun terakhir. Faktor erosivitas hujan
penelitian. Pengaruh tingkat bahaya erosi dihitung dengan menggunakan rumus Bols
terhadap kualitas air dilakukan dengan (1978, dalam Arsyad 1989).
melihat hasil pengukuran kualitas air, Factor erosivitas hujan tahunan diperoleh
terutama kandungan TSS dan TDS yang dengan menjumlahkan EI30 bulanan.
berhubungan dengan erosi, kemudian Erosivitas hujan bulanan dapat dilihat pada
membandingkan antara lokasi yang masih Tabel 1.
alami dengan lokasi yang telah mengalami
perubahan penggunaan lahan. Tabel 1. Erosivitas Hujan Bulanan Rata-
rata
Bulan Stasiun 1 Stasiun 2
Hasil Dan Pembahasan Januari 479,23 435,30
Februari 309,73 334,63
Kondisi Lingkungan Fisik DAS Sejorong Maret 308,55 272,24
April 182,29 143,38
Temperatur rata-rata tertinggi terjadi Mei 42,65 54,04
Juni 26,25 21,38
pada bulan November yaitu sebesar Juli 17,31 17,69
26,50°C dan temperature terendah terjadi Agustus 4,32 4,71
pada bulan Juli dan Agustus yaitu masing- September 18,95 16,60
masing sebesar 23,8°C dan 23,7°C. Oktober 99,59 99,12
Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan November 312,83 309,81
Maret yaitu sebesar 88,8% dan yang Desember 418,24 422,62
terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu Total 2.219, 97 2.131,56
sebesar 79%. Rata-rata curah hujan tahunan Sumber : Hasil penelitian.
terbesar terjadi di bagian hulu DAS
Sejorong yaitu sebesar 2.581 mm dan curah Faktor erosivitas hujan tahunan untuk
hujan terkecil terjadi di hilir DAS Sejorong lokasi penelitian digunakan nilai rata-rata
yaitu sebesar 2.093 mm. Berdasarkan dari kedua stasiun hujan tersebut sehingga
klasifikasi iklim Mohr, maka daerah faktor erosivitas hujan tahunan untuk lokasi
penelitian termasuk kedalam zona IV. penelitian adalah (2.219,97 +2.131,56) : 2
Jumlah rata-rata bulan kering di daerah ini =2.175,76 ton/ha.
30 Rd. Indah Nirtha NNPS/EnviroScienteae 10 (2014) 27-32
Faktor Erodibilitas Tanah (K) yaitu sebesar 44% dan yang terendah
Sifat-sifat tanah yang dianalisis untuk berada di lokasi Hulu, yaitu sebesar 24%,
menentukan indeks erodibilitas tanah sedangkan lokasi yang memiliki lereng
adalah tekstur, struktur, permeabilitas, terpanjang adalah lokasi Jalit I dan Jalit II,
kandungan bahan organik, kandungan pasir yaitu 226,5 m dan yang terpendek adalah
kasar dan pasir halus. Nilai K tiap lokasi lokasi Hutan yaitu sepanjang 147,73 m.
penelitian dihitung dengan menggunakan Hasil pengukuran panjang dan kemirngan
rumus dari Wischmeier dan Smith (1978) lereng serta perhitungan faktor lereng (nilai
dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. LS) di tiap lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 2. Nilai K Tiap Lokasi Penelitian
Lokasi (1) (2) (3) (4) (5) K Ket
Tabel 3. Nilai LS Lokasi Penelitian
No. Lokasi L (m) S(%) LS
Agak 1. Hutan 147,73 44 18,89
Hutan 44,18 37,76 8,71 4 2 0,23
rendah 2. Hulu 169,77 24 0,34
Agak 3. Jalit I 226,5 40 17,66
Hulu 37,8 44,52 3,19 3 4 0,27
rendah 4. Jalit II 226,5 40 17,66
Jalit I 67,63 23,12 1,51 2 4 0.60 Tinggi
Sumber: Hasil Penelitian.
terlihat bahwa baik di lokasi yang masih kedalaman tanah. Hal tersebut dapat dilihat
alami maupun yang telah mengalami pada Tabel 7.
perubahan penggunaan lahan tidak terdapat
teknik konservasi. Nilai P untuk tiap lokasi Tabel 7. Tingkat Bahaya Erosi Lokasi
penelitian disajikan pada Tabel 5. Penelitian
Tingkat
Erosi Aktual Kedalaman
Tabel 5. Nilai P Lokasi Penelitian No Lokasi Bahaya
(ton/ha/thn) Tanah (cm)
Macam Erosi
No. Lokasi Nilai P 1. Hutan 47,26 200 Ringan
Konservasi
Tanpa Sangat
1. Hutan 0,005 2. Hulu 0,99 200
Konservasi ringan
Tanpa Sangat
2. Hulu 0,005 3. Jalit I 6.916,3 120
Konservasi berat
Tanpa Sangat
3. Jalit I 0,3 4. Jalit II 4.149,78 80
konservasi berat
Tanpa Sumber : Hasil penelitian.
4. Jalit II 0,3
konservasi
Sumber : Hasil penelitian. Berdasarkan data di atas dapat
diketahui bahwa tingkat bahaya erosi tanah
Besar Erosi Aktual di lokasi penelitian adalah dari tingkat
Berdasarkan faktor-faktor erosi di tiap bahaya erosi sangat ringan, ringan dan
lokasi penelitian, maka besar erosi aktual sangat berat. Tingkat bahaya erosi sangat
tiap lokasi dapat diketahui seperti yang ringan dan ringan terjadi di lokasi Hutan
disajikan pada Tabel 6. dan Hulu yang merupakan lokasi yang
masih alami, sedangkan tingkat bahaya
Tabel 6. Besar Erosi Aktual (A) Lokasi erosi sangat berat terjadi di lokasi yang
Penelitian mengalami perubahan pengunaan lahan,
A yaitu Jalit I dan Jalit II.
No Lokasi R K LS CP (ton/ha
/thn) Kualitas Air DAS Sejorong
1. Hutan 2.175,76 0,23 18,89 0,005 47,26
2. Hulu 2.175,76 0,27 0,34 0,005 0,99 Parameter kualits air yang diukur
3. Jalit I 2.175,76 0,60 17,66 0,3 6.916,3 pada penelitian ini adalah yang
4. Jalit II 2.175,76 0,36 17,66 0,3 4.149,78 berhubungan dengan erosi, yaitu
Sumber : Hasil penelitian. kandungan TSS (padatan tersuspensi), TDS
(padatan terlarut), suhu, EC (DHL), DO
Berdasarkan hasil perhitungan erosi dan pH. Dari hasil pengukuran di lapangan,
tersebut, maka terlihat bahwa besar erosi kualitas air sungai di dua lokasi
actual (A) yang terjadi di lokasi penelitian pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.
berkisar antara 0,99-6.916,3 ton per hektar
per tahun. Besar erosi actual tertinggi Tabel 8. Hasil Pengukuran TSS, TDS, EC,
terjadi di lokasi Jalit I dengan kemiringan DO,pH dan Suhu Lokasi
lereng 40%, sedangkan yang terendah Penelitian
adalah pada lokasi Hulu dengan kemiringan TSS TDS EC DO Suhu
24%. No Lokasi pH
(mg/l) (mg/l) (µs/cm) (mg/l) (OC)
1. Hulu 23 906 348 7,99 6,95 21,43
Tingkat Bahaya Erosi 2. Jalit 10,6 25000 384 5,12 7,35 21,92
Tingkat bahaya erosi di lokasi WI
penelitian diketahui dengan Sumber : Hasil penelitian.
mempertimbangkan erosi aktual dan
32 Rd. Indah Nirtha NNPS/EnviroScienteae 10 (2014) 27-32