Anda di halaman 1dari 6

EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096

STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP


KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG
KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Rd. Indah Nirtha NNPS

Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

Keywords: the degree of erosion hazard, USLE, water quality

Abstract

The purposes of this research are to study the degree of erosion hazard and its influence on
water quality in Sejorong watershed. Survey method was used in this research. The locations
of soil sampling were divided into two locations that are native and disturbed areas. Soil
samples were taken on 4 locations. Water samples were taken on 2 locations which lying from
upstream and downstream. The degree of erosion hazard known by combining the surface
erosion estimated using USLE from Wischmeier and Smith (1978) and the depth of the soil.
The result of this research had shown that the surface erosion ranging from 0.21 to 6.916.3
t/a/year. The most of surface erosion and the degree of erosion hazard occurred in Jalit I. The
analyze of water quality showed that Jalit WI, that located near Jalit I and Jalit II, has the
highest TDS, that is 2500 mg/l.

Pendahuluan penggunaan lahan dan mengkaji


pengaruhnya terhadap kualitas air (TSS dan
Sungai sebagai suatu sistem terbuka TDS).
sangat dipengaruhi oleh lingkungan
disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, Metode Penelitian
sungai memiliki keterkaitan antara daerah
hulu sampai hilir. Kerusakan di hulu sungai Cara Kerja
dapat mempengaruhi kehidupan ekosistem
dibawahnya. Besar erosi dan tingkat bahaya erosi
Salah satu akibat adanya perubahan diketahui dengan cara pengambilan contoh
penggunaan lahan di hulu DAS Sejorong tanah di 4 lokasi yang terdiri dari 2 lokasi
adalah terjadinya erosi. Hal ini disebabkan yang masih alami dan 2 lokasi yang telah
karena perubahan penggunaan lahan mengalami perubahan penggunaan lahan.
tersebut juga diikuti dengan proses Contoh tanah dianalisis di laboratorium
pemadatan tanah. Proses pemadatan tanah untuk diketahui tingkat erodibilitasnya.
ini akan mengurangi laju infiltrasi air ke Dari hasil analisis tersebut kemudian
dalam tanah. Selain itu juga telah terjadi dihitung besar erosi dengan cara
perubahan pola aliran air sungai. Aliran air mengalikannya dengan faktor-faktor yang
permukaan yang dialihkan ke DAS lain, yaitu erosivitas hujan, topografi, jenis
Sejorong telah membawa partikel-partikel tanaman penutup tanah dan praktek
tanah hasil erosi dari pembukaan lahan konservasi yang ada di lokasi penelitian.
diatasnya. Aliran air ini selanjutnya akan Besar erosi yang didapatkan dari hasil
mempengaruhi kualitas air Sungai perhitungan tersebut kemudian
Sejorong. dikombinasikan dengan kedalaman tanah
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat bahaya erosi.
mengetahui tingkat bahaya erosi di DAS Kualitas air diukur di 2 lokasi yang
Sejorong setelah terjadi perubahan dianggap mewakili daerah hulu dan tengah
28 Rd. Indah Nirtha NNPS/EnviroScienteae 10 (2014) 27-32

Sungai Sejorong. Kualitas air yang diamati Erodibilitas Tanah


adalah TSS, TDS, pH, EC, DO dan suhu.
Parameter pH, EC, DO dan suhu diukur Indeks erosivitas tanah lokasi
langsung dilapangan dengan menggunakan penelitian diketahui dengan cara analisis
alat 566 MPH, sementara kandungan TSS laboratorium dari contoh tanah yang telah
dan TDS diambil contohnya dengan diambil di lapangan. Indeks ini diukur
menggunakan USDH 48 kemudian dengan menggunakan rumus erodibilitas
dianalisis di laboratorium. tanah dari Wischmeier dan Smith (1978)
berdasarkan harkat struktur tanah,
Cara Penelitian permeabilitas, kadar lempung, pasir sangat
halus, debu dan kandungan bahan organik.
Pengambilan contoh tanah dan air Apabila persentase kandungan debu dan
dilakukan di sepanjang Sungai Sejorong. pasir halus lebih dari 70% maka nilai K
Penentuan titik pengambilan contoh tanah dihitung dengan menggunakan nomograf,
dan air dilakukan dengan berdasarkan pada tetapi jika kurang dari 70% maka nilai K
pembagian hulu, tengah dan hilir sungai. dihitung dengan menggunakan rumus :
Contoh tanah diambil di 4 lokasi yaitu 100K = 1,292 [2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-
Hulu, Jalit I, Jalit II dan Hutan. Hulu dan 2)+2,25 (c-3)]
Hutan merupakan lokasi yang masih alami dimana M = % (debu + pasir halus) x (100 -
sedangkan Jalit I dan Jalit II adalah lokasi % lempung) , a = kandungan bahan
yang telah mengalami perubahan organik, b = harkat struktur tanah dan c =
penggunaan lahan. Contoh air diambil di 2 harkat permeabilitas tanah.
lokasi, yaitu Hulu dan Jalit WI.
Topografi
Erosi Aktual
Faktor topografi yang diamati dan
Kajian terhadap erosi aktual diukur adalah panjang dan kemiringan
ditentukan berdasarkan pengamatan, lereng tiap lokasi pengamatan. Faktor ini
pengukuran dan perhitungan terhadap dihitung dengan menggunakan rumus :
faktor-faktor erosi, meliputi erosivitas LS = √L/100(0,136 + 0,097 S + 0,0139 S2)
hujan, erodibilitas tanah, topografi, dimana L adalah panjang lereng (m) dan S
pengelolaan tanaman dan praktek adalah kemiringan (%).
konservasi.
Pengelolaan Tanaman dan Praktek
Erosivitas Hujan Konservasi

Untuk mengetahui indeks erosivitas Pengelolaan tanaman diamati dengan


hujan di lokasi penelitian digunakan data menggunakan pedoman penentuan nilai
curah hujan 11 tahun terakhir dari dua factor C dan P yang dibuat oleh
stasiun pencatat hujan yang ada di sekitar Abdurrachman dkk (dalam Arsyad, 1989)
DAS Sejorong. Indeks ini dihitung dengan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di
rumus Bols, yaitu: lapangan.
EI30 = 6,119 R1,21D-047M 0,53
dimana EI30 = erosivitas hujan rata-rata Tingkat Bahaya Erosi
bulanan (ton/ha), R = curah hujan rata-rata-
bulanan (cm), D = jumlah hari hujan rata- Tingkat bahaya erosi ditentukan
rata bulanan dan M = curah hujan maksimal berdasarkan kombinasi erosi actual yang
harian rata-rata bulanan (cm). terjadi dengan kedalaman solum tanah
setiap lokasi penelitian. Klasifikasi tingkat
bahaya erosi menggunakan klasifikasi dari
Rd. Indah Nirtha NNPS/EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 29

Departemen Kehutanan (dalam Utomo, adalah 4,5 bulan dan bulan basah adalah 6,8
1994). bulan, sehingga nilai Q adalah 0,66 dan
termasuk ke dalam tipe iklim D (iklim
Kualitas Air sedang) berdasarkan tipe iklim Schmidt-
Ferguson.
Pada penelitian ini parameter kualitas Tanah di daerah penelitian
air yang diukur adalah yang berhubungan diklasifikasikan dengan Sistem Taksonomi
dengan erosi, yaitu TSS (Total Suspended Tanah USDA. Klasifikasi ini menunjukkan
Solid) dan TDS (Total Dissolved Solid) di bahwa tanah disekitar DAS Sejorong
Sungai Sejorong. Contoh air diambil di dua digolongkan ke dalam dua sub kelompok,
lokasi dengan menggunakan alat USDH 48. yaitu Eutropept Tipik dan Haplustalfs
Contoh air kemudian dianalisis di Tipik.
laboratorium.
Erosi Aktual dan Tingkat Bahaya Erosi
Analisis Data
Faktor Erosivitas Hujan (R)
Analisis tingkat bahaya erosi Data curah hujan yang dipakai untuk
dilakukan dengan mengkombinasikan besar mengetahui faktor erosivitas hujan berasal
erosi yang dihitung dengan rumuss USLE dari 2 stasiun pencatat hujan selama 11
dan kedalaman tanah ditiap lokasi tahun terakhir. Faktor erosivitas hujan
penelitian. Pengaruh tingkat bahaya erosi dihitung dengan menggunakan rumus Bols
terhadap kualitas air dilakukan dengan (1978, dalam Arsyad 1989).
melihat hasil pengukuran kualitas air, Factor erosivitas hujan tahunan diperoleh
terutama kandungan TSS dan TDS yang dengan menjumlahkan EI30 bulanan.
berhubungan dengan erosi, kemudian Erosivitas hujan bulanan dapat dilihat pada
membandingkan antara lokasi yang masih Tabel 1.
alami dengan lokasi yang telah mengalami
perubahan penggunaan lahan. Tabel 1. Erosivitas Hujan Bulanan Rata-
rata
Bulan Stasiun 1 Stasiun 2
Hasil Dan Pembahasan Januari 479,23 435,30
Februari 309,73 334,63
Kondisi Lingkungan Fisik DAS Sejorong Maret 308,55 272,24
April 182,29 143,38
Temperatur rata-rata tertinggi terjadi Mei 42,65 54,04
Juni 26,25 21,38
pada bulan November yaitu sebesar Juli 17,31 17,69
26,50°C dan temperature terendah terjadi Agustus 4,32 4,71
pada bulan Juli dan Agustus yaitu masing- September 18,95 16,60
masing sebesar 23,8°C dan 23,7°C. Oktober 99,59 99,12
Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan November 312,83 309,81
Maret yaitu sebesar 88,8% dan yang Desember 418,24 422,62
terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu Total 2.219, 97 2.131,56
sebesar 79%. Rata-rata curah hujan tahunan Sumber : Hasil penelitian.
terbesar terjadi di bagian hulu DAS
Sejorong yaitu sebesar 2.581 mm dan curah Faktor erosivitas hujan tahunan untuk
hujan terkecil terjadi di hilir DAS Sejorong lokasi penelitian digunakan nilai rata-rata
yaitu sebesar 2.093 mm. Berdasarkan dari kedua stasiun hujan tersebut sehingga
klasifikasi iklim Mohr, maka daerah faktor erosivitas hujan tahunan untuk lokasi
penelitian termasuk kedalam zona IV. penelitian adalah (2.219,97 +2.131,56) : 2
Jumlah rata-rata bulan kering di daerah ini =2.175,76 ton/ha.
30 Rd. Indah Nirtha NNPS/EnviroScienteae 10 (2014) 27-32

Faktor Erodibilitas Tanah (K) yaitu sebesar 44% dan yang terendah
Sifat-sifat tanah yang dianalisis untuk berada di lokasi Hulu, yaitu sebesar 24%,
menentukan indeks erodibilitas tanah sedangkan lokasi yang memiliki lereng
adalah tekstur, struktur, permeabilitas, terpanjang adalah lokasi Jalit I dan Jalit II,
kandungan bahan organik, kandungan pasir yaitu 226,5 m dan yang terpendek adalah
kasar dan pasir halus. Nilai K tiap lokasi lokasi Hutan yaitu sepanjang 147,73 m.
penelitian dihitung dengan menggunakan Hasil pengukuran panjang dan kemirngan
rumus dari Wischmeier dan Smith (1978) lereng serta perhitungan faktor lereng (nilai
dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. LS) di tiap lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 2. Nilai K Tiap Lokasi Penelitian
Lokasi (1) (2) (3) (4) (5) K Ket
Tabel 3. Nilai LS Lokasi Penelitian
No. Lokasi L (m) S(%) LS
Agak 1. Hutan 147,73 44 18,89
Hutan 44,18 37,76 8,71 4 2 0,23
rendah 2. Hulu 169,77 24 0,34
Agak 3. Jalit I 226,5 40 17,66
Hulu 37,8 44,52 3,19 3 4 0,27
rendah 4. Jalit II 226,5 40 17,66
Jalit I 67,63 23,12 1,51 2 4 0.60 Tinggi
Sumber: Hasil Penelitian.

Jalit II 54,32 34,34 3,37 2 4 0,36 Sedang Berdasarkan perhitungan nilai LS di


lokasi penelitian, nilainya berkisar antara
Sumber : Hasil penelitian. 0,34 sampai 17,66. Nilai factor LS tertinggi
Ket. : (1) Persentase kandungan debu dan ada pada lokasi Hutan, sedangkan yang
pasir halus, (2) Persentase kandungan pasir, terendah adalah pada lokasi Hulu.
(3) Persentase kandungan bahan organic,
(4) Harkat tipe dan kelas struktur tanah dan Faktor Tanaman (C)
(5) harkat tingkat permeabilitas tanah. Hasil pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa penutup lahan di
Dari hasil analisis laboratorium semua lokasi penelitian adalah hutan alami
terlihat bahwa untuk lokasi yang dan semak belukar. Penutupan tanah berupa
mengalami perubahan penggunaan lahan hutan dengan serasah kurang berada di
(tidak alami), yaitu Jalit I dan Jalit II lokasi yang masih alami, yaitu Hutan dan
tanahnya banyak mengandung debu dan Hulu, sementara penutup tanah berupa
kurang kandungan lempung serta bahan semak belukar berada di lokasi yang
organiknya. Di lokasi ini kandungan debu mengalami perubahan penggunaan lahan,
lebih dari 40%. Pada Tabel 2 terlihat bahwa yaitu Jalit I dan Jalit II. Nilai C pada lokasi
klasifikasi nilai K di lokasi penelitian penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
bervariasi, yakni dari agak rendah, sedang
dan tinggi. Nilai K terendah terdapat di Tabel 4. Nilai C Lokasi Penelitian
lokasi Hutan sedangkan nilai K tertinggi No. Lokasi Tanaman Nilai C
pada lokasi Jalit I. Hal ini menunjukkan 1. Hutan Serasah kurang 0,005
bahwa tanah di lokasi Jalit I peka terhadap 2. Hulu Serasah kurang 0,005
erosi. 3. Jalit I Semak belukar 0,3
4. Jalit II Semak belukar 0,3
Faktor Lereng (LS) Sumber : Hasil penelitian.
Faktor lereng diperhitungkan dari data
panjang lereng (dalam meter) dan Faktor Konservasi (P)
kemiringan lereng (dalam persen). Dari Nilai P pada beberapa teknik
hasil pengukuran panjang dan kemiringan konservasi tanah dikemukakan oleh
lereng terlihat bahwa persentase kemiringan Hammer (dalam Hardjowigeno, 1992).
lereng yang terbesar berada di lokasi Hutan, Berdasarkan pengamatan di lapangan,
Rd. Indah Nirtha NNPS/EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 31

terlihat bahwa baik di lokasi yang masih kedalaman tanah. Hal tersebut dapat dilihat
alami maupun yang telah mengalami pada Tabel 7.
perubahan penggunaan lahan tidak terdapat
teknik konservasi. Nilai P untuk tiap lokasi Tabel 7. Tingkat Bahaya Erosi Lokasi
penelitian disajikan pada Tabel 5. Penelitian
Tingkat
Erosi Aktual Kedalaman
Tabel 5. Nilai P Lokasi Penelitian No Lokasi Bahaya
(ton/ha/thn) Tanah (cm)
Macam Erosi
No. Lokasi Nilai P 1. Hutan 47,26 200 Ringan
Konservasi
Tanpa Sangat
1. Hutan 0,005 2. Hulu 0,99 200
Konservasi ringan
Tanpa Sangat
2. Hulu 0,005 3. Jalit I 6.916,3 120
Konservasi berat
Tanpa Sangat
3. Jalit I 0,3 4. Jalit II 4.149,78 80
konservasi berat
Tanpa Sumber : Hasil penelitian.
4. Jalit II 0,3
konservasi
Sumber : Hasil penelitian. Berdasarkan data di atas dapat
diketahui bahwa tingkat bahaya erosi tanah
Besar Erosi Aktual di lokasi penelitian adalah dari tingkat
Berdasarkan faktor-faktor erosi di tiap bahaya erosi sangat ringan, ringan dan
lokasi penelitian, maka besar erosi aktual sangat berat. Tingkat bahaya erosi sangat
tiap lokasi dapat diketahui seperti yang ringan dan ringan terjadi di lokasi Hutan
disajikan pada Tabel 6. dan Hulu yang merupakan lokasi yang
masih alami, sedangkan tingkat bahaya
Tabel 6. Besar Erosi Aktual (A) Lokasi erosi sangat berat terjadi di lokasi yang
Penelitian mengalami perubahan pengunaan lahan,
A yaitu Jalit I dan Jalit II.
No Lokasi R K LS CP (ton/ha
/thn) Kualitas Air DAS Sejorong
1. Hutan 2.175,76 0,23 18,89 0,005 47,26
2. Hulu 2.175,76 0,27 0,34 0,005 0,99 Parameter kualits air yang diukur
3. Jalit I 2.175,76 0,60 17,66 0,3 6.916,3 pada penelitian ini adalah yang
4. Jalit II 2.175,76 0,36 17,66 0,3 4.149,78 berhubungan dengan erosi, yaitu
Sumber : Hasil penelitian. kandungan TSS (padatan tersuspensi), TDS
(padatan terlarut), suhu, EC (DHL), DO
Berdasarkan hasil perhitungan erosi dan pH. Dari hasil pengukuran di lapangan,
tersebut, maka terlihat bahwa besar erosi kualitas air sungai di dua lokasi
actual (A) yang terjadi di lokasi penelitian pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.
berkisar antara 0,99-6.916,3 ton per hektar
per tahun. Besar erosi actual tertinggi Tabel 8. Hasil Pengukuran TSS, TDS, EC,
terjadi di lokasi Jalit I dengan kemiringan DO,pH dan Suhu Lokasi
lereng 40%, sedangkan yang terendah Penelitian
adalah pada lokasi Hulu dengan kemiringan TSS TDS EC DO Suhu
24%. No Lokasi pH
(mg/l) (mg/l) (µs/cm) (mg/l) (OC)
1. Hulu 23 906 348 7,99 6,95 21,43
Tingkat Bahaya Erosi 2. Jalit 10,6 25000 384 5,12 7,35 21,92
Tingkat bahaya erosi di lokasi WI
penelitian diketahui dengan Sumber : Hasil penelitian.
mempertimbangkan erosi aktual dan
32 Rd. Indah Nirtha NNPS/EnviroScienteae 10 (2014) 27-32

Pengaruh Tingkat Bahaya Erosi Terhadap 2. Dengan semakin beratnya tingkat


Kualitas Air bahaya erosi yang terjadi di lokasi Jalit
I dan Jalit II, maka kualitas air yang ada
Analisis pengaruh tingkat bahaya di bawahnya, yaitu Jalit WI menjadi
erosi terhadap kualitas air hanya dilakukan menurun. Hal ini terlihat dengan
pada lokasi Hulu, Jalit I, Jalit II dan Jalit besanya kandungan TDS di lokasi
WI. Lokasi penelitian di Hutan dilakukan tersebut, yaitu 2.500 mg/l dan
hanya untuk pembanding bagi perhitungan kandungan TSS sebesar 10,6 mg/l.
tingkat bahaya erosi. Dari hasil
perhitungan, besar erosi yang terjadi di Saran
lokasi Jalit I adalah 6.916,3 ton/ha/thn dan
Jalit II sebesar 4.149,8 ton/ha/thn. Nilai 1. Besarnya erosi permukaan dan tingkat
tersebut menunjukkan bahwa tingkat bahaya erosi dapat ditekan dengan
bahaya erosi di kedua lokasi adalah sangat memperbesar peranan faktor CP dengan
berat, sementara kualitas air di Jalit WI mengoptimalkan teknik konservasi dan
yang lokasinya berada di bawah Jalit I dan penanaman tanaman penutup secara
Jalit II memiliki kandungan nilai TDS merata.
tertinggi, yaitu 2.500 mg/l, TSS = 10,6 2. Panjang lereng pada lokasi yang
mg/l, EC=384 µs/cm, Suhu= 7,35, DO= mengalami perubahan penggunaan
5,12 mg/l dan pH=7,35. Besar erosi di Hulu lahan perlu dikurangi dengan cara
sebesar 0,99 ton/ha/thn. Tingkat bahaya pembuatan teras dan saluran air
erosi di lokasi ini tergolong sangat ringan. sehingga dapat mengurangi laju aliran
Kualitas air di lokasi ini adalah TDS=906 permukaan.
mg/l, TSS= 23 mg/l, EC= 348 µs/cm,
Suhu=6,95, DO= 7,99 mg/l dan pH= 6,95.
Dari nilai besar eosi dan kualitas air di atas Daftar Pustaka
menunjukan bahwa semakin besar tingkat
bahaya erosi maka kualitas air semakin Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.
menurun. Kualitas air yang menurun Instittut Pertanian Bogor. Bogor.
tersebut adalah untuk parameter kandungan Hardjowigeno S. 1992. Ilmu Tanah. PT.
TSS dan TDS, sementara untuk parameter Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
kualitas air lainnya, yaitu EC, DO, Suhu Utomo WH. 1994. Erosi dan Konservasi
dan pH masih berada dalam kisaran normal. Tanah. IKIP. Malang.
Wischmeier and Smith DD. 1978.
Predicting Rainfall Erosion Losses A
Kesimpulan Dan Saran guide to Conservation Planning.
USDA. Washington DC.
Kesimpulan

1. Tingkat bahaya erosi ringan dan sangat


ringan terjadi di lokasi Hutan dan Hulu
dengan besar erosi 47,26 ton/ha/thn dan
0,99 ton/ha/thn. Kedua lokasi ini
merupakan lokasi yang masih alami.
Tingkat bahaya erosi sangat berat
terjadi di lokasi Jalit I dan Jalit II
dengan besar erosi 6.916,3 ton/ha/thn
dan 4.149,8 ton/ha/thn. Lokasi ini
merupakan lokasi yang telah mengalami
perubahan penggunaan lahan.

Anda mungkin juga menyukai