Anda di halaman 1dari 41

Katalog : 4102002.

7310

INDEKS
PEMBANGUNAN
MANUSIA

2015
BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN BARRU
Statistics of Barru Regency
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN BARRU TAHUN 2015

No.Publikasi : 73100.1624
No.Katalog : 4102002.7310

Ukuran Buku : 17,5 cm x 25 cm


Jumlah Halaman : iv + 35 Halaman

Naskah : Seksi Neraca Wilayan dan Analisis Statistik


Editor : Kepala BPS Kabupaten Barru
Ilustrasi sampul : Seksi Integrasi Pengolahan dan Desiminasi Statistik Penerbit
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru
Pencetak : CV. DIFA UTAMA, JL. SEHATI NO. 3, MAKASSAR

Tahun Terbit : 2016

Cetakan Kedua

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan,


dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk
tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Kebutuhan konsumen akan data statistik makin kompleks


khususnya untuk data sosial-ekonomi penduduk. Untuk memenuhi
data tersebut Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru telah
menerbitkan publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2015
dan merupakan edisi yang ke dua belas.

Publikasi ini merupakan indeks komposit yang memberi gambaran menyeluruh


mengenai pembangunan manusia. Disebut indeks komposit karena mencakup
indikator dibidang pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat. Terdapat
perubahan metodologi dalam penghitungan IPM yaitu Indeks pendidikan dihitung
dari indeks harapan lama sekolah umur 7 tahun ke atas dan rata rata lama sekolah
usia pendidikan 25 tahun ke atas. Selain itu dalam penghitungan daya beli ada
perubahan cakupan komoditas menjadi 66 komoditas makanan dan 30 komoditas
non makanan yang berfungsi sebagai salah satu ukuran pencapaia keberhasilan
pembangunan di Kabupaten Barru.

Data yang digunakan untuk menganalisis dua hal tersebut di atas adalah hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga terbitnya publikasi ini
diucapkan banyak terima kasih. Saran dan kritik yang membangun kami harapkan
untuk perbaikan publikasi.

Barru, Oktober 2016


Kepala BPS Kabupaten Barru

Samingun, S.Si

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 ii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................... ii


Daftar Isi ......................................... iii
Daftal Tabel ......................................... iv
Daftar Grafik ......................................... iv

Bab I. Pendahuluan
1.1.Latar Belaknag . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.2.Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.3.Sistimatika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Bab II. Metodologi


2.1. Konsep dan Definis IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.1.1.Angka Harapan Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.1.2.Angka Harapan Lama Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.1.3.Rata-Rata Lama Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.1.4.Daya Beli/ PPP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.2 Sumber Data .................................... 11
Bab IV. Kondisi Sosial Ekonomi
3.1.Jumlah dan Pertmbuhan Penduduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.2.Keadaan Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3.3.Tingkat Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
3.4.Keadaan Ketenagakerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
3.5.Fasilitas Perumahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3.6.Perekonomian ..................................... 17

Bab IV. Perbandingan Antar Daerah


4.1.Perbandingan Komponen IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
4.2.Perbandingan IPM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

Bab V. Penutup
5.1.Kesimpulan .................................... 27
5.2.Inplikasi Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

Lampiran Tabel ......................................... 30

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru,2015 iii


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

2.1. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM yang Digunakan


dalam Penghitungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.2. Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Menghitung
Rata-rata Lama Sekolah (MYS) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
3.1. Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Barru seri
2010 periode 2011-2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten Barru . . . . . 23
4.2. Nilai absolut dan Angka Indeks di Sekitar Kabupaten Barru, 2015 24
4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru . . . . . 25

DAFTAR GRAFIK

3.1. Angka Per Kapita/Tahun Kabupaten Barru dan Provinsi Sulawesi


Selatan (Rp.Juta) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten . . . . . . . . . . 23
4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru . . . . . 25

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru,2015 iv


I. PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belakangan ini, perhatian kita terfokus pada isu pertumbuhan ekonomi,
pelaksanaan reformasi ekonomi, dan nawacita, terhadap dimensi
pembangunan manusia. Hal terakhir muncul sebagai salah satu isu
sehubungan dengan tujuan pembangunan yang dinilai kurang berorientasi
pada aspek manusia dan hak-hak azasinya. Hal ini tercermin pada
perkembangan pemikiran tentang paradigma pembangunan di dunia
selama beberapa dekade terakhir. Pada dekade 60-an, pembangunan
berorientasi pada peningkatan produksi (production centered
development) dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pertumbuhan
ekonomi bukanlah akhir dari tujuan pembangunan, tetapi hanya sebagai
alat/ cara untuk mencapai tujuan yang lebih esensial yaitu human security.
Dalam kerangka pemikiran ini manusia tidak ditempatkan sebagai faktor
variabel, tetapi hanya sebagai faktor produksi. Kemudian pada dekade 70-
an paradigma pembangunan bergeser dengan lebih menekankan pada
distribusi hasil-hasil pembangunan (distribution-growth development).
Selanjutnya muncul paradigma pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan dasar (basic need development) pada dekade 80-
an, dan memasuki tahun 90-an paradigma pembangunan terpusat pada
aspek manusia (human centered development).

Berbagai pergeseran dalam kebijakan pembangunan, berdampak pada


penyesuaian pengukuran terhadap hasil-hasil pembangunan tersebut. Kita
jumpai berbagai macam program pemerintah yang berbau slogan belaka,
menunjukkan betapa perencanaan tidak didasarkan atas pertimbangan
“dapatkah program itu diukur keberhasilannya”. Kebutuhan untuk melihat
fenomena atau masalah dalam perspektif waktu dan tempat sering

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 2


BAB 1 PENDAHULUAN

menuntut adanya ukuran baku. Upaya untuk mengangkat manusia sebagai


tujuan utama pembangunan, sebenarnya telah muncul dengan lahirnya
konsep “basic need development”. Paradigma ini mengukur keberhasilan
pembangunan dengan menggunakan Indeks Mutu Hidup (Physical
Quality of Life Index), yang memiliki tiga parameter yaitu angka kematian
bayi, angka harapan hidup waktu lahir dan tingkat melek huruf.
Kemudian dengan muncul dan berkembangnya paradigma baru
pembangunan manusia, sejak tahun 1990 UNDP menggunakan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)
untuk mengukur keberhasilan atau kenerja pembangunan manusia suatu
negara atau wilayah. Sejalan dengan itu, perlu dilakukan pengukuran
kinerja pembangunan di wilayah Kabupaten Barru, dan selnjutnya
metodologi perhitungannya berubah dengan 2 alasan yaitu :

a. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam


perhitungan IPM, Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam
mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan
kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf disebagian
besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antar daerah dengan baik. PDB per kapita tidak dapat
menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
b. Menggunakan rumus rata-rata aritmetik dalam penghitungn IPM
menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat
ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

1.2 Tujuan Penulisan.


Laporan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Barru Tahun
2015 disusun dalam kerangka untuk menempatkan dimensi manusia
sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat,

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 3


BAB 1 PENDAHULUAN

oleh rakyat dan untuk rakyat. Sehingga diharapkan daerah mempunyai


indikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaian pembangunan,
terutama yang terkait erat dengan upaya-upaya peningkatan kualitas hidup
manusia. Disamping itu, IPM berfungsi sebagai input dalam penyusunan
Pola Dasar (Poldas) dan Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah
(Repelitada), agar jiwa pembangunan pada era reformasi ini
terimplementasi dalam dokumen perencanaan dan untuk penajaman
prioritas pembangunan.
Penggunaan salah satu indikator komposit (Indeks Pembangunan
Manusia) dalam tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran
umum kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Barru.

1.3 Sistimatika Penulisan


Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan dan
organisasi penulisan. Kemudian Bab II membahas tentang metodologi,
yang meliputi pengertian konsep, metode yang digunakan dan penjelasan
komponen-komponen dan cara penghitungan indeks masing-masing
komponen serta sumber data yang digunakan. Bab III membahas
mengenai gambaran umum keadaan sosial dan ekonomi Kabupaten Barru
yang diuraikan atas jumlah dan pertumbuhan penduduk, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan, keadaan ketenagakerjaan, fasilitas
perumahan dan trend alokasi APBD. Kemudian Bab IV membahas
mengenai perbandingan tingkat kinerja pembangunan manusia antar
kabupaten/kota, yang merupakan hasil penghitungan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) antar kabupaten/kota dan komponen-
komponennya. Selanjutnya Bab V adalah penutup, yang berisi
kesimpulan dan saran implikasi kebijakan.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 4


II. METODOLOGI
BAB II METODOLOGI

BAB II
METODOLOGI

Fenomena atau masalah yang terjadi dimasyarakat menuntut kita untuk


merumuskan adanya ukuran baku. Ukuran tersebut sebaiknya berupa agregat
agar dapat digunakan untuk menjelaskan sekaligus beberapa indikator. Untuk
memehuhi kebutuhan tersebut maka disusunlah indeks agregat yaitu indeks
pembangunan manusia..

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
upaya pemberdayaan yang telah dicapai masyarakat secara cepat adalah
indikator komposit. Beberapa indikator komposit yang telah dikembangkan
dan direkomendasi UNDP adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Indeks Pembangunan Jender (IPJ), Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ), dan
Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Indikator tersebut digunakan dalam
perspektif yang berbeda, dan dalam penyajian laporan ini secara khusus
hanya membahas IPM.

IPM digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan


manusia secara keseluruhan dan bersifat agregatif. Meskipun demikian
ukuran komposit ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran bagi para
perencana pembangunan di daerah tentang kualitas pembangunan manusia
yang telah dicapai selama ini. Secara umum, langkah yang ditempuh dalam
menghadapi pengembangan tolok ukur fenomena yang sifatnya kuantitatif,
selalu di mulai dengan memahami konsep, definisi dan batasan baku masalah
yang hendak diukur. Maka dalam laporan ini disajikan konsep dan definisi
dari beberapa indikator yang digunakan serta sumber data yang dibutuhkan
dalam penyusunan buku ini.

2.1. Konsep dan Definisi


IPM merupakan indeks komposit yang dihitung dengan menggunakan
rata-rata geometrik, yang dirumuskan sebagai berikut:

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 6


BAB II METODOLOGI

3
𝐼𝑃𝑀 = √𝑥 (1)𝑥(2)𝑥(3) … … … (1)

Dimana : X(1) : Indeks harapan hidup


X(2) : Indeks pendidikan =
1/2 (indeks harapan lama sekolah) +
1/2 (indeks rata-rata lama sekolah).
X(3) : Indeks paritas dayabbeli.

Nilai indeks hasil hitungan masing-masing komponen tersebut berkisar


antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Dalam laporan ini
indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100) untuk
mempermudah penafsiran, seperti yang disarankan oleh BPS (BPS-
UNDP, 1996).

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan


perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya
dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang
bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :

X(i) – X(i) min


Indeks X (i) = …………………….. (2)
X (i) maks – X(i) min

Dimana :
X(i) : Indikator ke-i (i=1,2,3)
X(i)maks : Nilai maksimum X(i)
X(i)min : Nilai minimum X(i)

Seperti dalam rekomendasi UNDP, meskipun telah muncul berbagai


kritik dan masukan berkaitan dengan rumusan indikator variabel IPM,
hingga saat ini masih digunakan ketiga komponen di atas.
Komponennya adalah kesehatan (longevity) yang diwakili dengan usia
harapan hidup (life expectancy at Age 0; e0), pengetahuan atau
kecerdasan diwakili oleh dua buah indikator yaitu harapan lama sekolah
(expected years of scholing) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years of
Schooling/ MYS) serta indikator hidup layak (decent living) atau
kemakmuran yang diwakili oleh purschasing power parity/paritas daya

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 7


BAB II METODOLOGI

beli. Berhubung data PPP sulit diperoleh maka digunakan pendekatan


pengeluaran perkapita penduduk.

Tabel 2.1
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
yang digunakan dalam penghitungan

Indikator Komponen Nilai


Catatan
IPM [=X(i)] Maks Min
(1) (2) (3) (4)
Sesuai standar global
Angka Harapan Hidup 85 20
(UNDP)
Angka Harapan Lama Sesuai standar global
18 0
Sekolah (UNDP)
Sesuai standar global
Rata-rata lama sekolah 15 0
(UNDP)
Konsumsi Perkapita 26.572.352 1.007.436 UNDP menggunakan
yang disesuaikan PDB per kapita riil yang
(pendekatan terhadap disesuaikan
daya beli

2.1.1. Angka Harapan Hidup (e0)


Seperti yang telah disebutkan dalam BPS-UNDP (1996: 8) bahwa
sebenarnya agak “berlebihan” mengatakan variabel e 0 dapat
mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat”, mengingat
angka morbiditas tampaknya lebih valid dalam mengukur “hidup
sehat”. Meskipun demikian, karena keterbatasan data dan hanya
sedikit negara yang memiliki data morbiditas yang dapat dipercaya
maka variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan
perbandingan.

Penggunaan angka harapan hidup atas pertimbangan bahwa angka


ini merupakan resultanta dari beberapa indikator kesehatan. AHH
merupakan cerminan dari ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan, sanitasi lingkungan, pengetahuan ibu tentang
kesehatan, gaya hidup masyarakat, pemenuhan gizi ibu dan bayi

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 8


BAB II METODOLOGI

dan lain lain, oleh karena itu AHH untuk sementara bisa mewakili
indikator lama hidup.

2.1.2. Harapan lama sekolah


Terhadap perubahan komponen penghitungan dimana pendekatan
sebelumnya menggunakan indeks angka melek huruf penduduk 15
tahun ke atas, diubah menjadi indeks harapan lama sekolah
penduduk usia 7 tahun ke atas. Perubahan tersebut mengikuti
perubahan penghitungan, metodologi penghitungan oleh UNDP
pada tahun 2010

𝐸𝑡
𝐻𝐿𝑆𝑎𝑡 = 𝐹𝐾 × ∑𝑛𝑖=𝑎 𝑃𝑖𝑡
𝑖
Keterangan :
𝐻𝐿𝑆𝑎𝑡 Harapan Lama Sekolah pada umur 𝑎 di tahun 𝑡
𝐸𝑖𝑡 Jumlah penduduk usia 𝑖 yang bersekolah pada tahun 𝑡
𝑃𝑖𝑡 Jumlah Penduduk usia 𝑖 pada tahun 𝑡
𝑖 Usia (a,a+1, ..., n)
𝐹𝐾 Faktor koreksi pesantren

2.1.3.Rata-rata Lama Sekolah


Rata-rata lama sekolah didefenisikan sebagai jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.
Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah
suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung
dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk
berusia 25 tahun keatas.

Dimana :

MYS : rata-rata lama sekolah (dalam tahun)


fi : frekuensi penduduk yang berumur 10 tahun

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 9


BAB II METODOLOGI

ke atas untuk jenjang pendidikan i..


Si : skor masing-masing jenjang pendidikan i.
LSi : 0 (bila tidak/belum pernah sekolah)
LSi : Si (bila tamat)
LSi : Si + kelas yang diduduki – 1 (bila masih
bersekolah dan pernah tamat)
LSi : kelas yang diduduki – 1 (bila jenjang yang
diduduki SD/SR/MI/Sederajat)
I : jenjang pendidikan (1,2,3, ..,10)

Tabel 2.2
Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk
Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Jenjang Pendidikan Skor


(1) (2)
Tidak punya 0
SD/MI/Sederajat 6
SLTP/MTs/Sederajat/Kejuruan 9
SMU/MA/Sederajat/Kejuruan 12
Diploma I/II 14
Diploma III/Sarjana Muda 15
Diploma IV/S1 16
S2 18
S3 21

2.1.4. Daya Beli (PPP)


Komponen standar hidup layak atau dikenal juga sebagai Purchasing
Power Parity (PPP) yang digunakan dalam laporan ini adalah dengan
menggunakan konsumsi riil perkapita dari hasil susenas modul konsumsi
yang disesuaikan dengan indeks PPP. Selain itu, ada penambahan jumlah
komoditas yang dikonsumsi semula 27 komoditas menjadi 96 komoditas
dengan perincian 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non
makanan dengan pormula sebagai berikut

𝒎 𝒑𝒊𝒋 𝟏⁄
𝑷𝑷𝑷𝒊 = ∏ ( ) 𝒎
𝒊=𝟏 𝒑𝒊𝒌

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 10


BAB II METODOLOGI

Keterangan
𝑝𝑖𝑘 : Harga komoditas 𝑖 di Jakarta Selatan
𝑝𝑖𝑗 : Harga komoditas 𝑖 di Kab/Kota 𝑗
𝑚 : jumlah komoditas

2.2. Sumber Data


Pengukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah yang disajikan
dalam tulisan ini menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional 2012, 2013, 2014 dan 2015. Selain dari data survei tersebut,
juga menyajikan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)

Susenas dengan penyajian sampai pada level kabupaten/kota dimulai


sejak tahun 1993 (Susenas 1993). Susenas merupakan survei
rumahtangga dengan lingkup nasional dan dilakukan secara sampel.
Sejak Susenas 1993 ukuran sampel di Kabupaten Barru relatif tidak
berubah, begitu juga pada Susenas 2013 dan Susenas 2014 ukuran
sampelnya sebesar 540 rumah tangga. Sampel sebesar itu tersebar di
seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Barru. Keterangan (data) yang
dikumpulkan melalui Susenas antara lain menyangkut bidang demografi,
kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan pengeluaran rumahtangga.
Keterangan tersebut umumnya dikumpulkan setiap tahun, yang biasa
disebut data pokok (kor) Susenas. Sedangkan data yang lebih rinci
dikumpulkan setiap tiga tahun sekali dan disebut data modul (sasaran)
Susenas. Data modul Susenas dikelompokkan sebagai berikut: (i)
Konsumsi dan pendapatan; (ii). Pendidikan, kesehatan dan perumahan;
dan (iii) Sosial budaya, kriminalitas dan wisata nusantara, tetapi
cakupan modul ini dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.

Dalam penyajian laporan ini sebagai indikator atau data basis adalah data
yang dihasilkan dari kor Susenas 2014 atau 2015 terutama yang
berkaitan dengan indikator pendukung, seperti indikator kependudukan,
indikator bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan perumahan.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 11


III. KONDISI SOSIAL EKONOMI
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI

BAB III
KONDISI SOSIAL EKONOMI

3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk


Berdasarkan hasil Susenas tahun 2015 pada bulan Juli penduduk
Kabupaten Barru berjumlah sekitar 171.217 jiwa. Dari jumlah tersebut
tercatat bahwa penduduk perempuan lebih banyak dibanding dengan
laki-laki, sehingga mempunyai rasio jenis kelamin sekitar 92 yang berarti
diantara 100 perempuan terdapat 92 laki-laki .

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Barru dari tahun 1990


(SP90 146 653 jiwa) sampai tahun 2000 (SP00 151 247 jiwa) adalah 3,13
persen atau rata-rata pertumbuhannya sekitar 0,31 persen pertahun.
Sedangkan LPP selama periode 2000-2010 (SP00 dan SP 2010) sekitar
9,72 persen atau rata- rata pertumbuhan per tahun sekitar 0,97 persen
pertahun dan untuk periode tahun 2010-2015 (SP 2010 dan Penduduk
tahun 2015) sekitar 3,18 persen atau rata-rata pertumbuhan pertahunnya
sekitar 0,64 persen. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam tiga
periode di atas, pertambahan penduduk di daerah ini dapat dikendalikan.

Kalau dilihat dari komposisi umur penduduk dapat diperoleh Angka


Beban Tanggungan (ABT) yang secara kasar dapat mencerminkan
indikator ekonomi. Makin rendah ABT diperkirakan indikator ekonomi
penduduk suatu daerah makin baik, karena dapat dikatakan bahwa
jumlah tanggungan penduduk usia produktif (usia 15-65 tahun) yaitu
penduduk usia muda (0-14 tahun) dan usia lanjut (65 tahun ke atas) juga
semakin mengecil. ABT di Kabupaten Barru sekitar 64,17 hal ini
menunjukkan bahwa setiap seratus penduduk usia produktif secara
hipotesis/teori menanggung sekitar 64 penduduk usia non produktif (usia
muda dan lanjut).

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 13


BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI

3.2 Keadaan Kesehatan


Angka Harapan Hidup (e0) atau lamanya hidup terhitung sejak lahir,
yang ternyata sedikit mengalami peningkatan dari 67,73 tahun (tahun
2014) menjadi 68,03 tahun (tahun 2015).

Besar kecilnya AHH dipengaruhi oleh banyak variabel baik yang bersifat
endogen (kondisi bawaan) maupun eksogen (pengaruh dari luar). Khusus
untuk varibel eksogen dapat dibuat daftar yang cukup panjang
diantaranya mencakup input makanan, upaya kesehatan dan kondisi
lingkungan yang juga dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat bersifat langsung maupun


tidak langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu (time
lag) tertentu. Pengaruh variabel-variabel tersebut bekerja secara
tersendiri maupun bersinergi dengan variabel lain.

Sementara itu, terdapat beberapa variabel yang diperkirakan berpengaruh


terhadap AHH/e0. Secara umum diharapkan bahwa dengan semakin
tingginya persentase balita yang ditolong kelahirannya oleh tenaga medis
akan semakin tinggi kemungkinan kelangsungan hidupnya. Tetapi
perkiraan hubungan tersebut dapat menyimpang jika pertolongan tenaga
medis digunakan untuk proses kelahiran yang abnormal dan dengan
penanganan yang sudah terlambat. Demikian pula jika dihubungkan
dengan beberapa variabel lain seperti persentase bayi yang disusui secara
eksklusif selama 4-6 bulan, persentase balita yang telah diimunisasi
secara lengkap, serta tingkat ketersediaan puskesmas dan dokter.

Terlepas dari keterkaitan tersebut gambaran data menunjukkan perlu


adanya intervensi, terutama dari pemerintah untuk memperbaiki derajat
kesehatan masyarakat seperti perluasan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga medis.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 14


BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI

3.3 Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan penduduk Kabupaten Barru berdasarkan hasil
Susenas 2015 ternyata cukup bervariasi. Hal ini tercermin dari indikator
yang mencakup rata-rata lama sekolah, angka harapan lama sekolah,
angka rata-rata lama sekolah sekolah dan persentase penduduk yang
telah menamatkan SLTP ke atas.

Rata-rata Lama Sekolah (MYS), terlihat diatas 7 tahun. Hal ini


menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Barru rata-rata hanya
menamatkan sekolah sampai pada tingkat SD, ini tercermin masih
rendahnya penduduk yang tamat SLTP ke atas. Sementara itu Angka
Partisipasi Sekolah (APS) pada usia SLTP (13-15 tahun) dan SLTA (16-
18 tahun) serta perguruan tinggi (19-24 tahun) juga masih tergolong
rendah. Kondisi seperti ini mungkin disebabkan oleh faktor fasilitas
pendidikan yang masih kurang memadai dan sukar dijangkau, disamping
itu masih rendahnya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan
anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

3.4 Keadaan Ketenagakerjaan


Bekerja adalah kegiatan untuk memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan bagi kelangsungan hidup seseorang atau sekelompok orang
tertentu. Bekerja atau tidaknya seseorang dipengaruhi oleh adanya
kebutuhan ekonomi dan kebutuhan non ekonomi. Adanya tekanan
kebutuhan ekonomi akan memaksa paling tidak satu orang dari suatu
rumahtangga untuk bekerja. Makin besar tekanan tersebut makin banyak
anggota rumahtangga yang terjun ke pasar tenaga kerja baik bekerja
maupun mencari pekerjaan. Mereka yang bekerja dan mereka yang
sedang mencari pekerjaan disebut dengan angkatan kerja (AK). Dalam
kondisi krisis ekonomi sesungguhnya akan semakin banyak penduduk

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 15


BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI

yang tergolong sebagai angkatan kerja, tetapi kondisi krisis pula yang
mengakibatkan terbatasnya peluang/kesempatan kerja. Salah satu
akibatnya dapat berupa peningkatan tingkat pengangguran terbuka
(TPT), tetapi data tahun 2014 dibandingkan data tahun 2015
menunjukkan peningkatan TPT (dari 2,27 persen menjadi 7,68 persen).

Dampak krisis ekonomi lebih terasa pada sektor industri, yang banyak
mengandalkan komponen import. Mereka yang kehilangan pekerjaan
dari sektor industri kemudian sebagian beralih ke sektor pertanian dan
jasa (termasuk perdagangan) yang bersifat fleksibel dalam penyerapan
tenaga kerja. Hal ini tercermin dari penyerapan tenaga kerja sektor
industri relatif kecil dibanding dengan sektor pertanian dan jasa-jasa.

Gambaran dampak krisis terhadap keadaan ketenagakerjaan tingkat


propinsi sekilas tidak terlalu mengkhawatirkan, tetapi keadaan
ketenagakerjaan di beberapa kabupaten/kota ternyata mengalami
kemerosotan. Dampak yang paling mengkhawatirkan adalah dalam
bentuk kombinasi rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
disertai dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT). Hal
tersebut terutama berkaitan dengan sangat minimnya kesempatan kerja
yang berakibat pada tingginya TPT dan bahkan sebagian keluar dari
angkatan kerja.

3.5 Fasilitas Perumahan


Keadaan perumahan (kualitas dan fasilitas) menggambarkan tingkat
kesejahteraan dan budaya, serta kondisi sosial-ekonomi penduduk yang
dapat saling berinteraksi dan pada gilirannya dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan penduduk.

Rumah tradisional penduduk Kabupaten Barru adalah rumah panggung


yang berlantai dan berdinding kayu, serta beratap dedaunan. Seiring

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 16


BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI

dengan perkembangan teknologi serta ekspose terhadap pola hidup


masyarakat lain berangsur-angsur terjadi perubahan. Perubahan yang
utama adalah jenis atap yang beralih dari dedaunan menjadi seng, serta
perubahan pemanfaatan kolong rumah panggung menjadi tempat hunian
sehingga lantai dan dinding berubah menjadi tembok/semen.
Perkembangan berikutnya adalah pergeseran pembangunan rumah baru
dari rumah panggung menjadi bukan panggung. Pergeseran tersebut
diantaranya mengakibatkan adanya rumah yang masih berlantai tanah,
yang tentunya berdampak kurang baik bagi kesehatan penghuninya.

3.6 Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB atas dasar
harga konstan yang diperoleh pada tahun tertentu dibandingkat dengan
nilai PDRB sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga konstan
dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga
perubahan yang diukur adalah perubahan produksi yang menggambarkan
pertumbuhan riil ekonomi, sedangkan harga konstan yang dimaksud
adalah harga konstan tahun 2010.

Bila diperhatikan selama periode 2011-2015, terlihat bahwa


perekonomian Kabupaten Barru berpluktuasi, hal ini terlihat bahwa
pertumbuhan ekonomi berada kisaran 6,32 persen sampai 8,39 persen,
dengan pertumbuhan rata-rata 7,61 persen. Secara keseluruhan
pertumbuhan ekonomi didaerah ini dalam periode tersebut cukup tinggi,
pada tahun 2015 pertumbuhan sedikit melambat yang disebabkan
melambatnya pertumbuhan sektor perikanan yang mempunyai share 6,89
persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Barru.

Struktur ekonomi Kabupaten Barru dapat dilihat dari peranan masing-


masing kategori dalam sumbangannya terhadap PDRB total atas dasar

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 17


BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI

harga berlaku (ADHB). Di Kabupaten Barru tahun 2015, peranan sektor


pertanian terhadap perekonomian masih cukup besar yakni sebesar 36,93
persen, sedikit menurun dibanding tahun 2014 yaitu 37,03 persen.
Rendahnya peranan ini dipengaruhi oleh lapangan usaha pertanian,
peternakan dan perburuan dengan kontribusi 15,02 persen pada tahun
2014 turun menjadi 14,96 persen pada tahun 2015 . Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Barru perekonomiannya
masih mengandalkan pada sektor pertanian khususnya pada sub kategori
perikanan.
Tabel dibawah ini menyajikan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
Kabupaten Barru Tahun 2011-2015

Tabel. 3.1.
Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Barru seri 2010
2011-2015
PDRB adh Perkembangan PDRB adh Pertumbuhan
Tahun Berlaku (Persen) Konstan (persen)
(Juta Rp) (Juta Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
2011 2.914.969,86 13,85 2.768.518,38 8,13
2012 3.363.617,10 15,39 3.000.719,47 8,39
2013 3.833.299,62 13,96 3.237.001,48 7,87
2014 4.434.059,13 15,67 3.475.199,99 7,36
2015 4.918.367,60 10,92 3.694.855,55 6,32

Rata-rata XXXXX 13,96 XXXXX 7,61


Sumber : BPS Kabupaten Barru

Kategori lain mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pembentukan


total PDRB Kabupaten barru adalah kategori Konstruksi sebesar 16,64
persen, kategori perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda
motor sebesar 8,46 persen dan kategori administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan social wajib sebesar 8,60. persen. Sebaliknya

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 18


BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI

yang paling kecil kontribusinya adalah kategori jasa perusahaan yaitu


hanya 0,02 persen

Penghitungan PDRB perkapita dihitung dengan membagi PDRB atas


harga berlaku dengan penduduk pertengahan tahun. Hasil olahan
menunjukkan bahwa PDRB perkapita di Kabupaten Barru pada tahun
2011 sebesar Rp.17.386.923 dan tahun 2012 naik menjadi
Rp.20.017.479, tahun 2013 naik menjadi Rp.22.641.785 kemudian pada
tahun 2014 naik menjadi Rp.26.034.307 serta ditahun 2015 sebesar
Rp.28.725.930. Angka tersebut bukan merupakan penerimaan secara riil
merata disemua penduduk, tetapi menggambarkan rata-rata tingkat
pendapatan penduduk.

Grafik.3.1 Angka Per Kapita/Tahun Kabupaten


Barru dan Provinsi Sulawesi Selatan (Rp.Juta)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 19


IV. PERBANDINGAN ANTAR DAERAH
PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

BAB IV
PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

Pembangunan yang hanya menitik beratkan pada Sektor Ekonomi dengan


bertumpu pada peningkatan hasil produksi/ laju pertumbuhan ekonomi, telah
terbukti tidak selalu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini karena tidak
dapat mengungkap fakta vital tentang keadaan penduduk terutama yang
berkaitan dengan peluang untuk hidup panjang, keterlibatan dan partisipasi
dalam dunia ilmu pengetahuan, menikmati hidup secara layak bagi
kemanusiaan. Sehingga terjadi pergeseran paradigma pembangunan dengan
berorientasi pada pembangunan manusia. Namun demikian, pembangunan
manusia tidak mungkin dapat berkesinambungan tanpa dukungan dengan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena pembangunan manusia merupakan
tujuan akhir, sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan alat.

Dalam era reformasi sekarang ini, otonomi daerah telah diterapkan secara
menyeluruh sejak tahun 2004, sehingga roda pembangunan terfokus
pelaksanaannya pada wilayah kabupaten/kota. Untuk itu, tingkat
keberhasilan pembangunan (kinerja) perlu diukur pada masing-masing
kabupaten/kota. Dalam pembahasan ini, kenerja pembangunan yang
dimaksud adalah kinerja pembangunan manusia yang disajikan dalam satu
indikator komposit (angka tunggal) yaitu Indeks Pemabangunan Manusia
(IPM)

IPM dapat digunakan sebagai ukuran kebijakan dan upaya yang dilakukan
dalam kerangka pembangunan manusia khususnya upaya pemberdayaan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan partisipasi dalam
pembangunan. Namun indeks ini hanya akan memberikan gambaran
perbandingan antar waktu dan perbandingan antar wilayah. Perbandingan
antar kabupaten yang dimaksud dalam buku ini adalah kabupaten yang
secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Barru, yaitu

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 21


PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

Kabupaten Bone, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Soppeng dan Kota Pare-


Pare.

Sebelum pembahasan mengenai perbandingan IPM antar wilayah


kabupaten/kota, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai keadaan dari
masing-masing indikator (komponen) IPM. Komponen-komponen tersebut
adalah indikator angka harapan hidup (eo), harapan lama sekolah, rata-rata
lama sekolah dan pendapatan (PPP).

4.1 Perbandingan Komponen IPM


Perbandingan komponen IPM tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Pada tabel tersebut nampak bahwa pada periode yang sama,
perubahan komponen-komponen IPM bervariasi karena terjadinya
penurunan dan peningkatan variable tersebut. Namun secara umum
relatif mengalami peningkatan.

 Indeks Kesehatan; Kabupaten Barru pada tahun 2015 menunjukkan


kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 1,74 persen. Angka kenaikan/
shorfall tersebut relatif lebih tinggi daripada angka indeks Provinsi
Sulawesi Selatan. Angka Indeks Kesehatan Kabupaten Barru apabila
dibandingkan dengan angka yang diperoleh di daerah sekitanya,
maka Kabupaten Soppeng dan Kota Pare-pare mempelihatkan angka
yang relative lebih tinggi.

 Indeks Pendidikan; yang terdiri dari 2 unsur yaitu angka indeks


Harapan lama bersekolah dan rata-rata lama bersekolah. Kemajuan
yang diperoleh dalam bidang pendidikan dapat ditunjukkan oleh
angka shortfall-nya yaitu sebesar 3,41 persen. Kinerja tersebut relatif
lebih tinggi daripada angka provinsi yang sebesar 1,94 persen.
Kinerja di bidang pendidikan pada daerah sekitarnya, maka daerah
yang memiliki kinerja terbaik adalah Kabupaten Bone dan Pare-pare.
Lebih dalam lagi, nilai angka indeks harapan lama sekolah masih

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 22


PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

lebih baik bila dibandingkan dengan di kawasan sekitanrnya, keculai


Pare-Pare dan bahkan lebih baik daripada angka provinsi. Sedangkan
angka indeks rata-rata lama sekolah kondisinya sama dengan pada
angka indeks harapan lama bersekolah.

 Indeks Daya Beli; Komponen Purchasing Power Parity (PPP) atau


dikenal dengan komponen daya beli atau standar hidup layak bagi
Indonesia. Besarnya nilai angka indeks Kabupaten Barru tahun 2015
adalah 69,55 persen dengan kinerjanya sebesar 0,80 persen. Kinerja
dibidang ekonomi/ daya beli merupakan yang terendah dikawasan
sekitarnya, dan berada pada posisi 19 se Sulawesi Selatan. Besarnya
nilai daya beli Kabupaten Barru pada tahun 2015 yaitu Rp.9,81 juta
per kapita per tahun. Angka itu hanya berselish tipis dengan angka
provinsi yang sebesar Rp.9,99 juta.

Tabel.4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten Barru


Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli
Daerah Shortfall Shortfall Shortfall
2014 2015 2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Pangkep 69,80 70,26 1,53 58,73 58,80 0,15 70,62 71,68 3,58
2 Barru 73,44 73,90 1,74 61,62 62,93 3,41 69,31 69,55 0,80
3 Bone 70,48 70,78 1,04 54,16 56,33 4,73 62,72 63,05 0,89
4 Soppeng 74,49 74,65 0,60 55,28 56,31 2,29 65,88 66,35 1,39
5 Pare-Pare 77,52 77,83 1,37 72,17 73,46 4,62 77,42 77,72 1,33
6 Sulsel 76,30 76,62 1,35 60,79 61,55 1,94 69,28 70,11 2,71
Sumber : BPS Kabupaten Barru

Grafik.4.1. Nilai Komponen IPM di Sekitar Wilayah Kabupaten


Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 23


PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

Tabel.4.2. Nilai absolut dan Angka Indeks di Sekitar Kabupaten Barru, 2015

Angka Indeks Indeks


Angka Rata-Rata
Harapan Harapan Rata-Rata Daya Beli
Daerah Harapan Lama
Lama Lama Lama (Rp.000)
Hidup Sekolah
Sekolah Sekolah Sekolah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pangkep 65,67 12,38 68,76 7,32 48,83 10.517

2 Barru 68,03 13,53 75,17 7,60 50,68 9.811

3 Bone 66,01 12,41 68,97 6,55 43,68 7.930

4 Soppeng 68,52 11,81 65,60 7,05 47,01 8.835

5 Pare-Pare 70,59 14,44 80,20 10,01 66,73 12.817

6 Sulsel 69,80 12,99 72,19 7,64 50,91 9.992

Sumber : BPS Kabupaten Barru

4.2 Perbandingan IPM di sekitar Wilayah Kabupaten Barru


Perbandingan antar indikator (komponen IPM seperti yang diuraikan
pada sub bab sebelumnya) merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat
keberhasilan/kinerja pembangunan diukur dari satu komponen. Misalnya
pada bidang kesehatan tahun 2015 di Barru lebih baik dari wilayah yang
lain di daerah sekitarnya (berdasarkan shortfall). Pada bidang
pendidikan daerah yang mempunyai kinerja yang baik adalah Kabupaten
Bone dan Kota Pare-Pare.

Indeks Pembangunan Manusia tahun 2015 sebesar 68,64 mengalami


peningkatan sebesar 2,19 persen dan menempati posisi ke-8 se Sulawesi
Selatan. Angka IPM Kabupaten Barru tersebut merupakan angka
tertinggi setelah Kota Pare-Pare dibandingkan dengan angka yang
dicapai oleh wilayah sekitarnya. Kinerja pembangunan manusia yang
ditunjukkan oleh nilai shortfall maka Bone dan Pare-pare memilki
kinerja yang relatif baik, namun Kabupaten Barru juga telah melampau
kinerja Provinsi Sulawesi Selatan.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 24


PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

Tabel.4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru

Grafik.4.3. Indeks Pemabngunan Manusia di Sekitar Kabupaten Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 25


V. PENUTUP
PENUTUP

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Peningkatan IPM pada tahun 2015 Kabupaten Barru yaitu dari
67,94 tahun 2014 menjadi 68,64 tahun 2015; kondisi itu
menempatkan posisi padperingkat ke-8 se Sulawesi Selatan.

 Kinerja pembangunan manusia pada tahu 2015 sebesar 2,19


persen. Kinerja tersebut memposisikan Kabupaten Barru pada
ranking ke 9 se Sulawesi Selatan

 Berdasarkan komponen IPM, maka dapat ditelusuri komponen


yang menjadi kekuatan dan komponen yang harus menjadi
perhatian untuk lebih ditingkatkan. Indeks kesehatan berada pada
posisi ke-15; indeks pendidikan pada posisi ke-6, dan indeks daya
beli pada posisi ke-12. Terlihat bahwa indeks kesehatan
merupakan bidang yang harus mendapat perhatian yang khusus
oleh pemerintah, sedangkan kedua indeks lainnya harus tetap
dipertahankan kinerjanya.
 Secara umum bahwa Kbaupaten Barru berada pada posisi ke-8 se
Sulawesi Selatan, menunjukkan kinerja pembangunan manusia
semakin membaik.

5.2 Implikasi Kebijakan


Persamaan hubungan IPM dengan komponennya dapat dirancang
program peningkatan kesejahteraan penduduk melalui upaya
peningkatan kesehatan dan pendidikan penduduk secara umum. Seiring
dengan pembangunan kedua komponen tersebut juga diikuti dengan
perbaikan ekonomi yang akan meningkatkan daya beli.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 27


PENUTUP

 Upaya peningkatan kesehatan dapat dilakukan melalui :


 Peningkatan ketersediaan obat-obat yang terjangkau oleh
masyarakat.

 Penambahan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang


berkualitas untuk lebih mendekatkan layanan kesehatan
pada masyarakat.

 Upaya peningkatan daya beli masyarakat melalui:


 Perluasan lapangan pekerjaan, terutama pada sektor tanaman
pangan dan perikanan, karena kedua sektor ini merupakan
penyerap tanaga kerja terbesar.

 Adanya stabilitas ekonomi, pergendalian harga barang-


barang kebutuhan pokok dan produksi pertanian dan
perikanan.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 28


LAMPIRAN TABEL
LAMPIRAN TABEL

Lampiran Tabel.1. Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Kota

Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Selayar 62,15 62,53 62,87 63,16 63,66 64,32


2 Bulukumba 62,73 63,36 63,82 64,27 65,24 65,58
3 Bantaeng 62,46 63,07 63,99 64,88 65,77 66,20
4 Jeneponto 58,31 58,95 59,62 60,55 61,45 61,61
5 Takalar 60,23 60,83 61,66 62,58 63,53 64,07

6 Gowa 63,83 64,42 64,65 65,45 66,12 66,87


7 Sinjai 61,31 62,13 62,74 63,47 63,83 64,48
8 Maros 64,07 64,95 65,50 66,06 66,65 67,13
9 Pangkep 62,79 63,60 64,30 65,24 66,16 66,65
10 Barru 64,94 65,73 66,07 67,02 67,94 68,64

11 Bone 59,69 60,21 60,77 61,40 62,09 63,11


12 Soppeng 63,51 63,80 64,05 64,43 64,74 65,33
13 Wajo 63,07 64,00 64,88 65,79 66,49 66,90
14 Sidrap 65,54 65,88 66,19 67,15 68,14 69,00
15 Pinrang 66,25 66,96 67,64 68,14 68,92 69,24
16 Enrekang 66,27 67,03 67,74 68,39 69,37 70,03
17 Luwu 63,95 64,71 65,43 66,39 67,34 68,11
18 Tana Toraja 62,83 63,22 63,96 64,55 65,08 65,75
19 Luwu Utara 64,77 65,57 65,99 66,40 66,90 67,44
20 Luwu Timur 68,47 68,94 69,34 69,53 69,75 70,43
21 Toraja Utara 63,51 64,48 64,89 65,65 66,15 66,76
22 Makassar 77,63 77,82 78,47 78,98 79,35 79,94

23 Pare-Pare 73,55 74,20 74,67 75,10 75,66 76,31


24 Palopo 73,03 74,02 74,54 75,02 75,65 76,27

Provinsi 66,00 66,65 67,26 67,92 68,49 69,15

Sumber : BPS Kabupaten Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 30


LAMPIRAN TABEL

Lampiran Tabel.2. Rank Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Kota

2010-
Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Selayar 20 20 20 21 21 21 21
2 Bulukumba 18 17 19 19 17 18 18
3 Bantaeng 19 19 17 16 16 16 17
4 Jeneponto 24 24 24 24 24 24 24
5 Takalar 22 22 22 22 22 22 22
6 Gowa 12 13 14 14 15 13 14
7 Sinjai 21 21 21 20 20 20 21
8 Maros 10 10 10 11 11 11 11
9 Pangkep 17 16 15 15 13 15 15
10 Barru 8 8 8 8 8 8 8
11 Bone 23 23 23 23 23 23 23
12 Soppeng 13 15 16 18 19 19 17
13 Wajo 15 14 13 12 12 12 13
14 Sidrap 7 7 7 7 7 7 7
15 Pinrang 6 6 6 6 6 6 6
16 Enrekang 5 5 5 5 5 5 5
17 Luwu 11 11 11 10 9 9 10
18 Tana Toraja 16 18 18 17 18 17 17
19 Luwu Utara 9 9 9 9 10 10 9
20 Luwu Timur 4 4 4 4 4 4 4
21 Toraja Utara 14 12 12 13 14 14 13
22 Makassar 1 1 1 1 1 1 1
23 Pare-Pare 2 2 2 2 2 2 2
24 Palopo 3 3 3 3 3 3 3

Provinsi 15 13 13 16 15 14 14
Sumber : BPS Kabupaten Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 31


LAMPIRAN TABEL

Lampiran Tabel.3. Shortfall Reduction Indeks Pembangunan Manusia Menurut


Kabupaten Kota
Kabupaten Kota 2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Selayar 1,00 0,91 0,80 1,34 1,83 5,74


2 Bulukumba 1,69 1,24 1,25 2,73 0,97 7,64
3 Bantaeng 1,63 2,48 2,46 2,55 1,25 9,96
4 Jeneponto 1,54 1,63 2,30 2,28 0,42 7,92
5 Takalar 1,51 2,10 2,41 2,53 1,49 9,66
6 Gowa 1,62 0,67 2,24 1,96 2,20 8,40
7 Sinjai 2,13 1,61 1,97 0,97 1,79 8,20
8 Maros 2,45 1,56 1,65 1,72 1,44 8,50
9 Pangkep 2,17 1,93 2,63 2,63 1,47 10,37
10 Barru 2,26 1,00 2,81 2,79 2,19 10,57

11 Bone 1,28 1,42 1,60 1,79 2,69 8,48


12 Soppeng 0,79 0,68 1,06 0,86 1,70 4,99
13 Wajo 2,52 2,44 2,59 2,06 1,20 10,37
14 Sidrap 1,00 0,91 2,83 3,03 2,69 10,05
15 Pinrang 2,09 2,08 1,54 2,43 1,06 8,87
16 Enrekang 2,24 2,17 1,99 3,12 2,13 11,13
17 Luwu 2,13 2,02 2,77 2,84 2,36 11,56
18 Tana Toraja 1,05 2,02 1,63 1,49 1,93 7,88
19 Luwu Utara 2,27 1,21 1,22 1,47 1,62 7,57
20 Luwu Timur 1,48 1,28 0,62 0,73 2,27 6,22
21 Toraja Utara 2,65 1,15 2,17 1,44 1,81 8,89
22 Makassar 0,85 2,93 2,34 1,77 2,86 10,32
23 Pare-Pare 2,48 1,81 1,69 2,26 2,65 10,44
24 Palopo 3,67 1,98 1,92 2,50 2,55 12,00

Provinsi 1,91 1,83 1,94 1,80 2,08 9,25

Sumber : BPS Kabupaten Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 32


LAMPIRAN TABEL

Lampiran Tabel.4. Indeks Kesehatan Menurut Kabupaten Kota

Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (4) (6) (8) (10) (12)

1 Selayar 72,92 72,97 73,03 73,06 73,07 73,38


2 Bulukumba 71,00 71,12 71,24 71,37 71,43 71,89
3 Bantaeng 76,06 76,19 76,29 76,39 76,43 76,57
4 Jeneponto 69,36 69,50 69,64 69,76 69,82 69,98
5 Takalar 70,40 70,46 70,53 70,59 70,62 71,08
6 Gowa 76,49 76,53 76,57 76,58 76,59 76,74
7 Sinjai 70,94 71,06 71,17 71,28 71,33 71,48
8 Maros 74,50 74,53 74,57 74,60 74,62 74,69
9 Pangkep 69,53 69,61 69,69 69,76 69,80 70,26
10 Barru 72,99 73,11 73,25 73,37 73,44 73,90
11 Bone 69,96 70,11 70,27 70,41 70,48 70,78
12 Soppeng 73,89 74,07 74,24 74,41 74,49 74,65
13 Wajo 70,00 70,20 70,39 70,57 70,66 71,13
14 Sidrap 73,79 73,84 73,88 73,93 73,95 74,72
15 Pinrang 73,61 73,68 73,78 73,85 73,89 74,51
16 Enrekang 77,10 77,15 77,19 77,23 77,24 77,39
17 Luwu 75,47 75,51 75,56 75,59 75,61 76,07
18 Tana Toraja 80,04 80,09 80,12 80,15 80,16 80,62
19 Luwu Utara 72,10 72,17 72,23 72,28 72,30 72,92
20 Luwu Timur 75,78 75,87 75,96 76,03 76,06 76,36
21 Toraja Utara 80,67 80,70 80,72 80,75 80,76 81,22
22 Makassar 79,04 79,04 79,05 79,05 79,05 79,18
23 Pare-Pare 77,46 77,48 77,49 77,51 77,52 77,83
24 Palopo 76,83 76,92 77,00 77,08 77,11 77,23

Provinsi 75,28 75,57 75,86 76,15 76,30 76,62

Sumber : BPS Kabupaten Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 33


LAMPIRAN TABEL

Lampiran Tabel.5. Indeks Pendidikan Menurut Kabupaten Kota

Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (4) (6) (8) (10) (12)

1 Selayar 54,35 54,89 55,44 55,99 56,96 58,01


2 Bulukumba 51,91 53,11 54,15 55,18 56,39 56,49
3 Bantaeng 46,04 46,99 48,72 50,47 52,42 52,97
4 Jeneponto 44,77 45,90 47,20 49,24 51,22 51,31
5 Takalar 46,72 47,68 49,26 51,17 53,32 54,17

6 Gowa 52,86 54,01 54,40 56,31 57,87 59,53


7 Sinjai 51,95 53,44 54,51 55,99 56,66 57,75
8 Maros 52,98 54,75 55,87 57,02 58,26 59,15
9 Pangkep 51,33 52,95 54,26 56,54 58,73 58,80
10 Barru 55,73 57,12 57,42 59,41 61,62 62,93

11 Bone 49,50 50,30 51,32 52,62 54,16 56,33


12 Soppeng 54,17 54,25 54,33 54,85 55,28 56,31
13 Wajo 50,30 52,11 53,91 55,86 57,44 57,52
14 Sidrap 53,66 54,34 55,04 57,38 59,90 60,18
15 Pinrang 55,72 57,11 58,54 59,56 61,40 61,50
16 Enrekang 56,53 58,09 59,65 61,12 63,50 63,77
17 Luwu 53,30 54,89 56,46 58,79 61,10 61,59
18 Tana Toraja 56,94 57,51 59,23 60,68 61,85 63,10
19 Luwu Utara 53,17 54,82 55,60 56,46 57,57 58,26
20 Luwu Timur 56,43 57,40 58,30 58,70 59,21 60,59
21 Toraja Utara 54,98 57,36 57,99 59,69 60,69 61,68

22 Makassar 72,18 72,54 74,24 75,60 76,43 76,93


23 Pare-Pare 67,67 69,06 69,99 70,89 72,17 73,46
24 Palopo 68,76 71,19 72,30 73,40 74,89 75,87

Provinsi 56,16 57,25 58,34 59,64 60,79 61,55

Sumber : BPS Kabupaten Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 34


LAMPIRAN TABEL

Lampiran Tabel.6. Indeks Daya Beli Menurut Kabupaten Kota

Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Selayar 60,56 61,03 61,37 61,60 61,97 62,51


2 Bulukumba 66,99 67,34 67,38 67,41 68,95 69,45
3 Bantaeng 69,59 70,09 70,49 70,82 71,02 71,53
4 Jeneponto 63,84 64,21 64,46 64,62 64,87 65,13
5 Takalar 66,43 67,00 67,47 67,85 68,09 68,32
6 Gowa 64,33 64,66 64,88 65,01 65,22 65,45
7 Sinjai 62,52 63,15 63,67 64,08 64,34 64,93
8 Maros 66,64 67,15 67,44 67,78 68,10 68,47
9 Pangkep 69,38 69,80 70,31 70,41 70,62 71,68
10 Barru 67,32 68,00 68,57 69,06 69,31 69,55
11 Bone 61,42 61,89 62,24 62,48 62,72 63,05
12 Soppeng 64,02 64,63 65,13 65,54 65,88 66,35
13 Wajo 71,23 71,64 71,97 72,22 72,43 73,18
14 Sidrap 71,09 71,28 71,33 71,38 71,43 73,06
15 Pinrang 70,90 71,33 71,67 71,93 72,15 72,46
16 Enrekang 66,78 67,20 67,52 67,75 68,07 69,57
17 Luwu 65,00 65,38 65,65 65,83 66,11 67,45
18 Tana Toraja 54,42 54,86 55,15 55,31 55,60 55,89
19 Luwu Utara 70,89 71,26 71,54 71,75 71,93 72,20
20 Luwu Timur 75,07 75,23 75,27 75,31 75,35 75,52
21 Toraja Utara 57,76 57,91 58,36 58,70 59,04 59,38
22 Makassar 82,00 82,20 82,34 82,42 82,69 83,86
23 Pare-Pare 75,89 76,36 76,76 77,09 77,42 77,72
24 Palopo 73,74 74,07 74,39 74,64 74,97 75,72

Provinsi 68,02 68,44 68,76 68,99 69,28 70,11


Sumber : BPS Kabupaten Barru

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru, 2015 35


DATA
MENCERDASKAN BANGSA

BADAN PUSAT STATISTIK


KABUPATEN BARRU
Statistics of Barru Regency
Jl. Sultan Hasanuddin No. 93 Barru, Sulawesi Selatan
Telp. (0427)-21021,21297
Website : https://barrukab.bps.go.id; email : bps7310@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai