KESUBURAN TANAH-brian Fix
KESUBURAN TANAH-brian Fix
KESUBURAN TANAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : ALBRIANSYAH ZINKA A.P
NIM : H0718011
CO-ASS : UMMI MARFU’AH
Disusun oleh :
Nama : Albriansyah Zinka Ancoro Putro
NIM : H0718011
Kelompok :9H
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 4 Hasil Analisa P Tersedia..................................................................... 10
Tabel 5 Hasil Penembakan Larutan Standar P Tersedia................................. 11
Tabel 6 Hasil Analisa K Tersedia.................................................................... 12
Tabel 7 Hasil Penembakan Larutan Standart K-Tersedia............................... 13
Tabel 8 Hasil Analisa N Jaringan.................................................................... 14
Tabel 9 Hasil Analisa P Jaringan.................................................................... 16
Tabel 10 Hasil Penembakan Larutan Standar P Jaringan................................. 16
Tabel 11 Hasil Analisa K Jaringan................................................................... 18
Tabel 12 Hasil penembakan larutan standart K-Tersedia................................. 18
v
DAFTAR GAMBAR
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
A. Pengamatan Kualitatif
Pengamatan kualitatif untuk mengetahui kualitas tanaman yang
ditanaman berdasarkan pengamatan tinggi tanaman, biomassa tanaman dan
produksi polong. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas
tanaman apakah menghasilkan produksi yang optimal atau tidak.
1. Dinamika Tinggi Tanaman.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa)
3
4
maupun teknik. Salah satu kondisi sifat fisik tersebut adalah kemampuannya
untuk mengembang dan mengerut secara intensif yang menyebabkan tanah
tersebut tidak stabil. Pengembangan tanah menyebabkan tanah mudah
terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat, sehingga permeabilitas tanahnya
menjadi rendah. Menurut Nurdin (2009) Vertisol merupakan jenis tanah
yang berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman, bertekstur liat, mempunyai
slinckenside, dan rekahan yang secara periodik dapat membuka dan
menutup. Komposisi mineral liat Vertisol selalu didominasi oleh mineral liat
tipe 2 : 1, terutama montmorilonit.
Pada Perlakuan berbagai jenis tanah itu didapatkan tinggi tanaman
jagung pada tanah alfisol adalah 31 cm, tanah inseptisol 101 cm, tanah
entisol 71 cm, dan pada tanah vertisol 54 cm. Tanaman padi paling tinggi
adalah saat perlakuan tanah inseptisol, padahal kesuburan tanah pada tanah
inseptisol cenderung kurang subur. Eko (2016) menyatakan Kandungan
bahan organik tanah inseptisol yang rendah dan pH yang rendah dengan
reaksi tanah ada yang masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5),
kandungan bahan organik rendah dengan ratio C/N tergolong rendah (5 - 10)
dan kandungan P potensial rendah sehingga tingkat kesuburan tanah
Inseptisol rendah. Mungkin ada faktor lain mengapa tanaman padi pada
tanah inseptisol paling tinggi yaitu pemberian pupuk ureaposka. Tanaman
jagung paling rendah adalah pada saat perlakuan tanah alfisol dikarenakan
mungkin tanaman padi tidak cocok dengan kandungan kapur yang tinggi
pada tanah alfisol. Sudaryono (2012) menyatakan bahan induk alfisol
umumnya adalah batu kapur sehingga mempunyai pewaris sifat basis yang
kuat.
6
B. Pengamatan Kuantitatif
1) Analisis Tanah
a. Bahan Organik
Slamet (2009) menyatakan kandungan bahan organik (karbon
organik) dalam tanah mencerminkan kualitas tanah yang langsung
maupun tidak Iangsung berpengaruh pada kualitas tanah tersebut dan
sustainabilitas agronomi karena pengaruhnya pada indikator fisik,
kimia dan biologi dan kualitas tanah. Bahan organik di wilayah
tropika berperanan menyediakan unsur hara N, P, dan S yang
dilepaskan secara lambat, meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah masam, menurunkan fiksasi P karena pemblokan sisi
fiksasi oleh radikal organik, membantu memantapkan agregat tanah,
memodifikasi retensi air, dan membentuk komplek dengan
unsurmikro. Meskipun kandungan bahan organik kebanyakan tanah
hanya berkisar 2-10%, namun peranannya sangat penting
Ekschmitt (2010) menyatakan Bahan organik dalam tanah
terstabilkan oleh berbagai proses yang kompleks yang menghalangi
dekomposisi termasuk selain karena kualitas senyawa organik,
kondisi tanah juga kondisi biologi mikroorganisme. Sifat senyawa
termasuk rekalsitran dan molekul organik yang tahan terhadap
degradasi oleh mikroorganisme dan enzim, stabilisasi secara kimia
karena berbagai interaksi molekul organik, kondensasi permukaan
atau serapan. Sehingga mengurangi ketersedian substrat molekul
organik dan proteksi secara fisik dan substrat organik oleh
dekomposer karena oklusi substrat dalam agregat. Dalam hal biologi
ini termasuk proses biotik yaitu produksi exo-enzim, penghancuran
mekanis bahan organik, bioturbasi massa tanah, fíksasi C ke dalam
sel hidup. Selain itu juga proses ekologis termasuk kebutuhan energi
sel mengendalikan dekomposisi, hilang karena difusi menghalangi
pertumbuhan dan mencegah terbentuknya koloni baru yang akhimya
terhalang atau dapat tepat untuk mineralisai bahan organik tanah
7
Kadar P2O5
Jenis tanah X Y Harkat
tersedia
Inseptisol 0,181 0,13883 2,16563438 Sangat rendah
Alfisol 0,183 0,13962 1,58578718 Sangat rendah
Entisol 0,097 0,10563 0,39926411 Sangat rendah
Vertisol 0,098 0,10602 1,02341943 Sangat rendah
Sumber : Data Rekapan
11
Jenis
X Y Kadar K Tersedia Harkat
tanah
Sangat
Inseptisol 9 27 15.6612529
tinggi
Sangat
Alfisol 6 18 10.04352193
tinggi
Sangat
Entisol 8 24 12.66089892 tinggi
Sangat
Vertisol 8 24 13.67677228
tinggi
Sumber : Data Rekapan
13
Ppm Absorbansi
0 0
1 3
2 6
3 9
4 12
Sumber : Data Rekapan
2) Analisis Jaringan
a. N Jaringan
Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman yang
diserap dalam bentuk amonium (NH/) dan nitrat (N03), dan sebagian
besar diserap dalam bentuk nitrat (N03). Nitrat (N03) bermuatan
negatif sehingga selalu berada dalam larutan tanah dan mudah
diserap oleh tanaman namun lebih mudah juga tercuci.
Sebaliknya amonium (NH/) bermuatan positif sehingga terikat oleh
kaloid tanah, dan tidak mudah tercuci. Amonium baru dapat
dimanfaatkan oleh tanaman melalui pertukaran ion. Menurut Sirait
(2015) Nitrogen merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman,
tanpa nitrogen pertumbuhan tanaman akan lambat. Pentingnya
nitrogen bagi tanaman dipertegas dengan kenyataan bahwa dalam
tanaman hanya karbon, oksigen dan hidrogenlah yang jumlahnya lebih
banyak dari nitrogen. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap
unsur ini, biasanya dilakukan dengan pemberian pupuk urea
Menurut Elisabeth (2013) bahwa kandungan unsur N yang tinggi
membuat tanaman lebih hijau sehingga proses fotosintesis dapat
berjalan sempurna yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
hasil akhir panen. Unsur N dapat membuat tanaman lebih hijau karena
banyak mengandung butir-butir hujau daun yang penting dalam proses
fotosintesa dan dapat merangsang tumbuhnya anakan.
Tabel 8. Hasil Analisis N-Jaringan Tanaman Jagung (zea mays)
Jenis tanah N – Jaringan (%)
Inseptisol 9.09512761
Alfisol 4.999442027
Entisol 2.067946824
Vertisol 70.20743105
Sumber :Laporan Sementara
Berdasarakan tabel 8 kadar N-jaringan tertinggi adalah pada jenis
tanah vertisol yaitu sebesar 70.20743105 sedangkan yang terendah
adalah pada jenis tanah entisol yaitu sebesar 2.0679468241. Patti (2013)
menyataka bahwa nitrogen memiliki fungsi yaitu untuk meningkatkan
15
Kadar P2O5
Jenis tanah X Y
tersedia
16
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kesuburan tanah yang telah saya lakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
a. Tanah Inseptisol merupakan jenis tanah yang paling optimal dalam
pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa). Sedangkan tanah yang paling
buruk adalah jenis tanah alfisol. Peningkatan tinggi tanaman dipengaruhi
oleh faktor eksternal berupa pemberian pupuk ureaposka memberikan
pertumbuhan tinggi tanaman yang signifikan.
b. Pupuk NPK merupan unsur hara makro bagi tanaman yang sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk NPK dengan
dosis yang sesuai merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Namun jumlah nya harus
disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Banyak atau sedikitnya kandungan unsur-unsur anorganik (N,P,K) yang
tersedia di dalam jaringan tumbuhan menyesuaikan dengan pemberian
pupuk anorganik pada tanah.
B. Saran
Berdasarkan Praktikum Kesuburan Tanah yang dilakukan diperoleh saran
yang dianjurkan sebagai berikut:
a. Mengenai penggunaan pupuk yang digunakan seharusnya sesuai takaran,
karena akan berdampak dalam pertumbuhan tanaman padi
b. Pupuk yang baik digunakan untuk menanam jagung (Zea mays) adalah
pupuk lengkap N, P, dan K karena jika salah satu unsur hara tersebut
tidak terpenuhi maka akan terjadi kekahatan.
c. Setiap perlakuan dari beberapa kelompok sebaiknya dilakukan dengan
ketentuan mengenai dosis yang tepat agar hasilnya akurat dan sesuai
20
DAFTAR PUSTAKA
Banaty, Oka Ardiana. 2014. Gejala Defisiensi Unsur Hara Makro Pada
Tanaman Stroberi (Fragaria X Ananassa Duchesne) Varietas Dorit.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika: 780-785
Darmawijaya, M Isa 2012. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Duaja, Wiekandyne. 2012. Pengaruh Pupuk Urea, Pupuk Organik Padat dan Cair
Kotoran Ayam Terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Selada
Keriting di Tanah Inceptisol. J. Fakultas Pertanian. 1(4): 236-246.
Ekschmitt, K., M. Liu, S. Vetter, O. Fox, and V. Wolters, 2010. Strategies Used by
Soil Biota to Overcome Soil Organic Matter Stability. Geoderma (128):
167—176
Elisabeth, D. W, Mutji S dan Nunuk. H , 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai
Konsentrasi Bahan Organik Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang
Merah (Allium ascanicum). J. Pertanian: 12-22
Fahmi, Arifin et all. 2010. The Effect of Interaction of Nitrogen and Phosphorus
Nutrients on Maize (Zea Mays L.) Grown In Regosol and Latosol Soils.
Berita Biologi 10(3): 297-304.
Fajarditta, F. 2012. Serapan Unsur Hara Nitrogen dan Phospor Beberapa Tanaman
Legum Pada Jenis Tanah yang Berbeda. Animal Agriculture Journal. 1(2):
41 – 50.
Hakim, Dani Lukman. 2019. Ensiklopedia Jenis Tanah di Dunia. Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia.
Halvin, J.L., J.D. Beaton., S.L. Tisdale., and W.L. Nelson. 2009. Soil Fertility and
Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Sixth ed. Prentice
Hall .
Marschner, H. 2011. Mineral Nutrition of Higher Plants. Tokyo: Second
Edition. Academic Press, Harcourt Brace & Company, Publisher.
Mukhlis dan Fauzi. 2013. Pergerakan Unsur Hara Nitrogen Dalam Tanah. Ilmu
Tanah FP – USU,Medan. repository.usu.ac.id.bitstream. (diakses 28 Juni
2019).
Mulyadi. 2012. Respons Pertumbuhan Jagung terhadap Pemberian Pupuk-Pupuk
NPK, Urea, SP-36, dan KCl. J. Teknik Pertanian. 22(2) : 62-69
Nariratih, Intan. 2013. Ketersediaan Nitrogen Pada Tiga Jenis Tanah Akibat
Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya Pada Tanaman Jagung. J.
Agroekoteknologi. 1(3): 479-488.
Nurdin. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada
Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. J. Tanah Trop. 14(1) :
49-56.
Nursyamsi, D. 2010. Pengaruh Asam Oksalat, Na+ , NH4 + , dan Fe3+
terhadap Ketersediaan K Tanah, Serapan N, P, dan K Tanaman, serta
Produksi Jagung pada Tanah-tanah yang Didominasi Smektit. J. Tanah
dan Iklim (28): 69-82.
Nursyamsi, Dedi. 2010. Kebutuhan Hara Kalium Tanaman Kedelai di Tanah
Ultisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 6(2) : 71-81.
Patti P S. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam Kaitannya dengam Serapan
N Oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu,
Kabupaten Seram Bagian Barat. J Agrologia 2(1): 51-58.
Rachman, et al. 2009. Strategi Dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering
Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. J. Litbang Pertanian. 27(2) :
43-49
Sabaruddin. 2009. Hubungan antara Kandungan Bahan Organik Tanah dengan
Periode Pasca Tebang Tanaman HTI Acacia Mangium Willd. J. Tanah
Trop. 14(2): 105-110.
Santosa, D. W., M.R. Widyastuti, K. Murtilaksono, A. Purwito, dan Nurmalasari.
2009. Peningkatan Serapan Nitrogen dan Fosfor Tebu Transgenik IPB-1
yang Mengekspresikan Gen Fitase di Lahan PG Jatiroto, Jawa Timur.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian IPB Bogor: 268-278.
Setyanti, Y. H. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor Hijau Alafalva
(Medicago sativa) Pada Tinggi Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen
yang Berbeda. Animal Agriculture Journal. 2(1): 86-96.
Sihite, Eko Andreas. 2016. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah, Serapan P dan
Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala
Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Beberapa Sumber P. Jurnal
Agroekoteknologi. 4(3): 2082.
Sirait, J. 2015. Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan
Pemupukan yang Berbeda. JITV 10(3): 175-183.
Sudaryono. 2012. Pemberdayaan Alfisol untuk Pengembangan Sentra Area Tanam
dan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia. Bul. Palawija (4): 84–99.
Suminarti, Nur Edy. 2010. Pengaruh Pemupukan N dan K pada Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Talas yang Ditanam di Lahan Kering. Akta Agrosia
13(1): 1 – 7.
Supriyadi, Slamet. 2009. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan
Tanah di Lahan Kering Madura. EMBRYO 5(2): 176-183.
Sutanto. 2010. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Kalium Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Yogyakarta: Mediatama.
Trisilawati. 2009. Penggunaan Pupuk. Jakarta: Azka Press.
Widowati. 2012. Pengaruh Penggunaan Biochar dan Pupuk Kalium Terhadap
Pencucian dan Serapan Kalium Pada Tanaman Jagung. Buana Sains 12(1):
83-90.
Yudhy. 2011. Mekanisme Adaptasi Genotipe Baru Kedelai dalam Mendapatkan
Hara Fosfor dari Tanah Mineral Masam. J. Agron Indonesia 39(1): 24 –
30.
Yuwono . 2009. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga.
Zulkarnain, Maulana. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, dan Custom-Bio
terhadap Sifat Tanah ,Pertumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum
officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri).
Indonesian Green Technology Journal .2(1): 45.