Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : ALBRIANSYAH ZINKA A.P
NIM : H0718011
CO-ASS : UMMI MARFU’AH

PROGAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Kesuburan Tanah dan telah diterima, disetujui dan disahkan oleh Co-
Asisten dan Dosen Mata Kuliah Kesuburan Tanah pada:
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh :
Nama : Albriansyah Zinka Ancoro Putro
NIM : H0718011
Kelompok :9H

Mengetahui,

Dosen Koordinator Praktikum Co-Assisten


Kesuburan Tanah

Dr. Ir. Jauhari Syamsiyah, M.S. Ummi Marfu’ah


NIP. 195906071983032008 H0717141

ii
KATA PENGANTAR

Pujisyukurkehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia,


dan ijin-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan praktikum Kesuburan
Tanah. Laporan praktikum Kesuburan Tanah ini dibuat untuk melengkapi tugas
mata kuliah Kesuburan Tanah.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
2. Tim dosen mata kuliah Kesuburan Tanah
3. Co-Assisten yang telah membimbing dan mengarahkan praktikan
4. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari seandainya dalam penulisan laporan ini masih ada
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi hasil yang lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan member tambahan ilmu bagi pembaca. Amin.

Surakarta, Mei 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................v
DAFTAR GRAFIK...................................................................................vi
I. PENDAHULIAN...................................................................................1
1. Latar Belakang...................................................................................1
2. Tujuan Praktikum...............................................................................2
II. PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Pengamatan Kualitatif ......................................................................3
1. Dinamika Tinggi Tanaman..........................................................3
B. Pengamatan Kuantitatif ...................................................................6
1. Analisa Tanah.......................................................................6
a. Bahan Organik...............................................................6
b. N – Total Tanah..............................................................8
c. P Tersedia.....................................................................10
d. K Tersedia....................................................................12
2. Analisa Jaringan.................................................................14
a. N Jaringan....................................................................14
b. P Jaringan ....................................................................15
c. K Jaringan....................................................................17
III. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................20
1. Kesimpulan....................................................................................20
2. Saran..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa)..................... 3

Tabel 2 Hasil Analisis Bahan Organik............................................................ 6


Tabel 3 Hasil Analisis N-Total Tanah............................................................. 9

iv
Tabel 4 Hasil Analisa P Tersedia..................................................................... 10
Tabel 5 Hasil Penembakan Larutan Standar P Tersedia................................. 11
Tabel 6 Hasil Analisa K Tersedia.................................................................... 12
Tabel 7 Hasil Penembakan Larutan Standart K-Tersedia............................... 13
Tabel 8 Hasil Analisa N Jaringan.................................................................... 14
Tabel 9 Hasil Analisa P Jaringan.................................................................... 16
Tabel 10 Hasil Penembakan Larutan Standar P Jaringan................................. 16
Tabel 11 Hasil Analisa K Jaringan................................................................... 18
Tabel 12 Hasil penembakan larutan standart K-Tersedia................................. 18

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Dinamika Tinggi Tanaman......................................................... 3


Gambar 2 Hasil Penembakan Analisis Bahan Organik.............................. 7
Gambar 3 Hasil Penembakan Analisis P Tanah......................................... 11
Gambar 4 Grafik Regresi K tersedia......................................................... 13
Gambar 5 Regresi P Jaringan..................................................................... 16
Gambar 6 Regresi P Jaringan..................................................................... 18

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan


produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada.
Tanah dapat dikatakan subur jika tanaman yang ditanam di atasnya dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik dan produksinya tinggi sepanjang tahun
serta Kesuburan tanah dalam arti sempit adalah ketersediaan hara tanaman
pada waktu tersebut. Semakin tinggi ketersediaan hara, maka tanah tersebut
makin subur dan sebaliknya. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda
tergantung faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu:
bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus
utama dalam pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan
indikator utama mutu kesuburan tanah.
Menurut Eko (2017) kesuburan tanah dapat didefinisikan sebagai
kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup
dalam bentuk yang tersedia. Bentuk unsur hara tersedia adalah dalam bentuk
ion yang dapat diserap oleh tanaman yang tumbuh. Namun demikian, karena
kandungan unsur hara dan respon tanaman merupakan interaksi dan
komponen kimia tanah serta kondisi tanah yang mempengaruhi ketersediaan
dan serapan unsur hara, maka sifat fisika, sifat kimia dan sifat biologi tanah
semuanya rnempunyai peranan terhadap kesuburan tanah. Atas dasar
pandangan tersebut maka kajian kesuburan tanah meliputi pengamatan bentuk
unsur bara tanaman di dalam tanah, bagaimana unsur-unsur tersebut menjadi
tersedia untuk tanaman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
unsur hara oleh tanaman.
Hasil kajian tersebut dapat digunakan sebagai landasan pengelolaan
kesuburan tanah untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kesuburan tanah bersifat site specific dan crop specific, artinya tanah yang
subur untuk suatu jenis tanaman belum tentu subur untuk jenis tanaman
lainnya. Konsep yang lebih luas berkaitan dengan kemampuan tanah untuk

1
2

menyangga pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan adalah produktifitas


tanah, yaitu kemampuan tanah untuk mempertahankan kesuburan tanah dalam
jangka panjang. Kesuburan tanah merupakan kunci dan sistem pertanian yang
berkelanjutan, yaitu suatu praktek pertanian yang melibatkan pengelolaan
sumberdaya alam untuk pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia
bersamaan dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas
lingkungan dan konservasi sumberdaya alam.
Praktikum Kesuburan Tanah dilaksanakan agar mahasiswa dapat
menganalisis beberapa sifat kimia tanah serta mengetahui pengaruh dari
pemupukan dan pengelolaan pada tanaman serta mahasiswa dapat mengetahui
cara-cara untuk meningkatkan produktivitas tanah. Menurut Rachman (2011)
Produktivitas tanah dapat ditingkatkan hanya melalui pengelolaan lahan, tanah
dan tanaman secara terpadu. Dengan demikian, pemahaman serbacakup
(comprehensive) faktor-faktor produktivitas tanah sangat diperlukan petani
untuk meningkatkan produktivitas tanah. Usaha untuk memperbaiki
produktivitas tanah dengan memperhatikan semua faktor yang berpengaruh
dikenal sebagai membangun tanah secara terpadu.
B. Tujuan
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman
II. PEMBAHASAN

A. Pengamatan Kualitatif
Pengamatan kualitatif untuk mengetahui kualitas tanaman yang
ditanaman berdasarkan pengamatan tinggi tanaman, biomassa tanaman dan
produksi polong. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas
tanaman apakah menghasilkan produksi yang optimal atau tidak.
1. Dinamika Tinggi Tanaman.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa)

Jenis Tanah Tinggi Tanaman (cm)


Inseptisol 101
Alfisol 31
Entisol 71
Vertisol 54

Sumber : Data Rekapan

3
4

Grafik 1 Dinamika Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa)

Pengamatan kualitatif untuk mengetahui kualitas tanaman yang


ditanaman berdasarkan Perlakuan yang Data tinggi tanaman padi (Oryza
sativa) yang ditunjukkan dalam data rekapan tinggi tanaman padi (Oryza
sativa) kelompok h didapati data tinggi tanaman yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut terjadi karena pada masing-masing tanaman
mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan yang dilakukan
adalah pemberian tanah alfisol, inseptisol, vertisol, dan entisol.
Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasaya
merupakan pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan gunung
berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili. Tanah ini juga sangat subur dan
merupakan tipe tanah yang masih muda. Tanah ini biasanya ditemukan tidak
jauh dari area gunung berapi. Menurut Zulkarnain (2013) Tanah entisol
biasanya bertekstur pasir atau pasir berlempung, sehingga daya menahan
airnya rendah dan kandungan bahan organiknya sangat rendah.
Tanah inceptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan
warna agak kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-
abuan. Tanah ini juga dapat menopang pembentukan hutan yang asri. Ciri-
ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari
25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik. Menurut wiekandyne
(2012) tanah inceptisol memiliki sifat fisik dan kimia yang kurang baik.
Tanah ini mempunyai kandungan C organik, N dan P yang rendah, serta
mempunyai kandungan liat yang cukup tinggi.
Tanah alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat
di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa
tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
Menurut dani (2019) aIfisol biasanya adalah tanah-tanah hutan dengan
tingkat pencucian sedang yang mcmiliki tingkat kesuburan yang tinggi.
Tanah ini berkembang baik dan memiliki horizon bawah permukaan dimana
liat terakumulasi.
Tanah vertisol merupakan salah satu order tanah yang memiliki
beberapa kondisi sifat fisik yang tidak dikehendaki baik dari segi pertanian
5

maupun teknik. Salah satu kondisi sifat fisik tersebut adalah kemampuannya
untuk mengembang dan mengerut secara intensif yang menyebabkan tanah
tersebut tidak stabil. Pengembangan tanah menyebabkan tanah mudah
terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat, sehingga permeabilitas tanahnya
menjadi rendah. Menurut Nurdin (2009) Vertisol merupakan jenis tanah
yang berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman, bertekstur liat, mempunyai
slinckenside, dan rekahan yang secara periodik dapat membuka dan
menutup. Komposisi mineral liat Vertisol selalu didominasi oleh mineral liat
tipe 2 : 1, terutama montmorilonit.
Pada Perlakuan berbagai jenis tanah itu didapatkan tinggi tanaman
jagung pada tanah alfisol adalah 31 cm, tanah inseptisol 101 cm, tanah
entisol 71 cm, dan pada tanah vertisol 54 cm. Tanaman padi paling tinggi
adalah saat perlakuan tanah inseptisol, padahal kesuburan tanah pada tanah
inseptisol cenderung kurang subur. Eko (2016) menyatakan Kandungan
bahan organik tanah inseptisol yang rendah dan pH yang rendah dengan
reaksi tanah ada yang masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5),
kandungan bahan organik rendah dengan ratio C/N tergolong rendah (5 - 10)
dan kandungan P potensial rendah sehingga tingkat kesuburan tanah
Inseptisol rendah. Mungkin ada faktor lain mengapa tanaman padi pada
tanah inseptisol paling tinggi yaitu pemberian pupuk ureaposka. Tanaman
jagung paling rendah adalah pada saat perlakuan tanah alfisol dikarenakan
mungkin tanaman padi tidak cocok dengan kandungan kapur yang tinggi
pada tanah alfisol. Sudaryono (2012) menyatakan bahan induk alfisol
umumnya adalah batu kapur sehingga mempunyai pewaris sifat basis yang
kuat.
6

B. Pengamatan Kuantitatif
1) Analisis Tanah
a. Bahan Organik
Slamet (2009) menyatakan kandungan bahan organik (karbon
organik) dalam tanah mencerminkan kualitas tanah yang langsung
maupun tidak Iangsung berpengaruh pada kualitas tanah tersebut dan
sustainabilitas agronomi karena pengaruhnya pada indikator fisik,
kimia dan biologi dan kualitas tanah. Bahan organik di wilayah
tropika berperanan menyediakan unsur hara N, P, dan S yang
dilepaskan secara lambat, meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah masam, menurunkan fiksasi P karena pemblokan sisi
fiksasi oleh radikal organik, membantu memantapkan agregat tanah,
memodifikasi retensi air, dan membentuk komplek dengan
unsurmikro. Meskipun kandungan bahan organik kebanyakan tanah
hanya berkisar 2-10%, namun peranannya sangat penting
Ekschmitt (2010) menyatakan Bahan organik dalam tanah
terstabilkan oleh berbagai proses yang kompleks yang menghalangi
dekomposisi termasuk selain karena kualitas senyawa organik,
kondisi tanah juga kondisi biologi mikroorganisme. Sifat senyawa
termasuk rekalsitran dan molekul organik yang tahan terhadap
degradasi oleh mikroorganisme dan enzim, stabilisasi secara kimia
karena berbagai interaksi molekul organik, kondensasi permukaan
atau serapan. Sehingga mengurangi ketersedian substrat molekul
organik dan proteksi secara fisik dan substrat organik oleh
dekomposer karena oklusi substrat dalam agregat. Dalam hal biologi
ini termasuk proses biotik yaitu produksi exo-enzim, penghancuran
mekanis bahan organik, bioturbasi massa tanah, fíksasi C ke dalam
sel hidup. Selain itu juga proses ekologis termasuk kebutuhan energi
sel mengendalikan dekomposisi, hilang karena difusi menghalangi
pertumbuhan dan mencegah terbentuknya koloni baru yang akhimya
terhalang atau dapat tepat untuk mineralisai bahan organik tanah
7

Tabel 2 Hasil Analisis Bahan Organik

Jenis tanah Bahan Organik (%) Harkat


Inseptisol 0.0000027835 Sangat rendah
Alfisol 0.00000353361 Sangat rendah
Entisol 0.00000354413 Sangat rendah
Vertisol 0.0000025815 Sangat rendah
Sumber : Laporan Sementara

Grafik 2 Hasil Penembakan Analisis Bahan Organik


Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kandungan
bahan organik dari empat sampel yang dianalisis semuanya memiliki
harkat yang sangat rendah. Kandungan bahan organik tertinggi
sebesar 0,00000258 terdapat pada perlakuan tanah vertisol .
Sementara itu, bahan organic pada perlakuan tanah entisol termasuk
sangat rendah yaitu sebesar 0,00000354.
Faktor – faktor yang mempengaruhi bahan organik adalah tipe
vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah,
keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah.
Rachman (2009) menyatakan bahwa pemberian bahan organik dan
pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan ph tanah, N-total,
P-tersedia dan K-tersedia dalam tanah. Pada praktikum kali ini
diperoleh harkat bahan organik di dalam ke empat jenis tanah adalah
sangat rendah dikarenakan mungkin tidak adanya salah satu unsur
8

hara di dalam tanah tersebut, padahal unsur hara sangat penting


dalam pembentukkan bahan organik. Sabaruddin (2009) menyatakan
bahwa bahan organik pada tanah merupakan komponen penting
ditinjau dari siklus hara, siklus hidrologi, produktivitas, dan neraca
karbon global.
b. N-Total, P-Tersedia, K-Tersedia
1. Analisis N-Total dalam Tanah
Intan (2013) menyatakan nitrogen (N) merupakan unsur
esensial bagi tumbuhan. N dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak. N di dalam tanah dan tanaman bersifat sangat mobil,
sehingga keberadaan N didalam tanah cepat berubahatau bahkan
hilang. Kehilangan N dapat melalui denitrifikasi, volatilisasi,
pengangkutan hasil panen atau pencucian dan erosi permukaan
tanah. Hilangnya N melalui pencucian umum terjadi pada tanah-
tanah yang bertekstur kasar, kandungan bahan organik sedikit
dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) rendah. Rendahnya
kandungan unsur N serta unsur hara lain dapat terjadi pada tanah
yang memiliki tingkat kemasaman tinggi (pH 5.5), hal ini umum
terjadi pada tanah yang diusahakan dalam bidang pertanian,
seperti pada tanah Entisol, Inceptisol dan Ultisol. Fahmi (2010)
menyatakan bahwa unsur N merupakan unsur hara yang sangat
dibutukan oleh tanaman dalam jumlah yang besar. Unsur N
merupakan salah satu unsur hara essensial yang berarti unsur N
merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
banyak dan perannya tidak dapat digantikan oleh unsur lain.

Tabel 3. Hasil Analisis N-Total Tanah

Jenis tanah N – Total Tanah (%) Harkat


Inseptisol 1,039443155 Sangat tinggi
9

Alfisol 0,749748968 Tinggi


Entisol 0.70901034 Tinggi
Vertisol 1.021198997 Sangat tinggi
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kandungan
N-total tanah berkisar dari tinggi hingga sangat tinggi. Hasil
analisis N-total tanah tertinggi sebesar 1,039443155 terdapat
pada jenis tanah inseptisol sedangkan kandungan N-total tanah
terendah berada pada jenis tanah entisol yaitu sebesar
0.70901034. N total tanah dilakukan dengan mendestruksi
larutan terlebih dahulu kemudian di destilasi dan yang terakhir
adalah dititrasi. Larutan H2SO4 pekat digunakan untuk
mendestruksi untuk mengetahui N total tanah hal tersebut
dilakukan dengan menambahkan serbuk K2SO4 dan CuSO4 1
sendok kecil. Akhir mendestruksi larutan tersebut yaitu dengan
menunggu hingga asap hilang dan larutan menjadi putih
kehijauan atau tidak berwarna. Muklis dan Fauzi (2013)
menyatakan bahwa ketidak tersediaan N dari dalam tanah dapat

melalui proses pencucian ‾ , denitrifikasi menjadi ,

volatilisasi menjadi ‾, terfiksasi oleh mineral liat

atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Adapun pemberian


bahan organik berpengaruh nyata menunjukkan bahwa
penambahan bahan organik dari bahan baku berbeda
memberikan respon berbeda dalam menyediakan hara N dalam
tanah, sedangkan untuk tanaman N berperan dalam fotosintesis
seperti yang dinyatakan oleh Pramitasari (2016) bahwa nitrogen
membuat bagian tanaman menjadi hijau karena mengandung
klorofil yang berperan dalam fotosintesis.
2. Analisis P-Tersedia dalam Tanah
10

Setyanti (2013) menyatakan jumlah fosfor dalam tanaman


lebih kecil dibanding dengan nitrogen dan kalium, tetapi fosfor
dianggap sebagai kunci kehidupan. Serapan fosfor yang rendah
dapat menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih
kecil dan warna daun menjadi lebih gelap. Tanaman menyerap

sebagian besar hara P dalam bentuk ion ortofosfat primer (

‾). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat

sekunder (HPO ). Kemungkinan fosfor masih dapat diserap

dalam bentuk lain, yaitu pirofosfat dan metafosfat, atau dapat


pula diserap dalam bentuk senyawa fosfat organik yang larut
dalam air misalnya asam nukleat dan phitin. Unsur nitrogen
merupakan unsur yang mengatur penyerapan hara salah satunya
adalah fosfor. Jika tanaman kekurangan N, maka tanaman akan
tumbuh kerdil dan sistem perakarannya terbatas sehingga
penyerapan fosfor kurang optimal. Santosa et al., (2009)
menyatakan Efisiensi pengangkutan fosfor dari tanah terkait erat
dengan tipe sistem perakaran tanaman. Akar yang lebih panjang
dapat menyerap unsur hara lebih banyak. Beberapa faktor yang
mempengaruhi serapan fosfor dalam tanah adalah air yang
berguna melarutkan hara, daya serap akar, dan alkalis tanah
yaitu derajat keasaman tanah. Unsur fosfor lebih mudah diserap
oleh tanaman dalam pH 5,0 – 8,5.
Tabel 4. Hasil analisis P Tersedia

Kadar P2O5
Jenis tanah X Y Harkat
tersedia
Inseptisol 0,181 0,13883 2,16563438 Sangat rendah
Alfisol 0,183 0,13962 1,58578718 Sangat rendah
Entisol 0,097 0,10563 0,39926411 Sangat rendah
Vertisol 0,098 0,10602 1,02341943 Sangat rendah
Sumber : Data Rekapan
11

Tabel 5 Hasil penembakan larutan standar P-Tersedia


Ppm Absorbansi
0 0
0.1 0.124 Grafik 3 Hasil Penembakan
0.2 0.158
0.4 0.234 Analisis P Tanah
0.6 0.358 Berdasarkan data diatas
0.8 0.402 diperoleh hasil penembakan
1 0.458
1.2 0.526 larutan analisis P-Tersedia
1.4 0.598 menunjukkan hasil paling tinggi
Sumber: Data rekapan berada pada jenis tanah inseptisol

yaitu sebesar 2,16563438. Kandungan P-Tersedia dalam tanah


yang dianalisis berkisar antara 0,39926411-
2,16563438 .Menurut Yudhy (2011) Ada dua penyebab
rendahnya ketersediaan P dalam tanah yaitu interaksi P
anorganik dengan kation (Fe, Al dan Ca) dan immobilisasi
menjadi komplek organik oleh jasad renik. Tingginya daya serap
P oleh tanah membuat > 90% pupuk P yang ditambahkan
dengan cepat diubah menjadi bentukbentuk tidak tersedia.

3. Analisis K Tersedia Tanah


12

Widowati (2012) menyatakan kalium sangat penting dalam


proses metabolisme karbohidrat, aktivator berbagai enzim,
mengatur tekanan osmotik, efisiensi penggunaan air, serapan
nitrogen dan sintesis protein, dan translokasi dari asimilat.

Kalium diserap dari larutan tanah sebagai ion . Ion kalium

relatif rendah berkisar 0,1– 0,2 me / 100 g tanah dan kompleks


adsorpsi didominasi oleh Ca dan Mg. Tanah inseptisol di
dominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi
K sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi K pada larutan
tanah berkurang. Tingkat ketersediaan K sangat dipengaruhi
oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH dan kejenuhan basa
rendah kalium mudah hilang tercuci, pada pH netral dan
kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar
kation yang makin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk
menahan K sehingga menurunkan potensi pencucian. Sutanto
(2010) menyatakan unsur hara kalium di dalam tanah selain
mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh
pH dan kejenuhan basa.
Tabel 6 Hasil analisis K-Tersedia

Jenis
X Y Kadar K Tersedia Harkat
tanah
Sangat
Inseptisol 9 27 15.6612529
tinggi
Sangat
Alfisol 6 18 10.04352193
tinggi
Sangat
Entisol 8 24 12.66089892 tinggi
Sangat
Vertisol 8 24 13.67677228
tinggi
Sumber : Data Rekapan
13

Tabel 7 Hasil penembakan larutan standart K-Tersedia

Ppm Absorbansi
0 0
1 3
2 6
3 9
4 12
Sumber : Data Rekapan

Grafik 4 Grafik Regresi K tersedia

K tersedia di dalam tanah dapat dilakukan dengan


menggunakan larutan amonium dan menambah larutan LiCl2
sesuai dengan petunjuk yang telah dijelaskan. Setelah dengan
menambah larutan tersebut ditembak dengan menggunakan
flamefotometer. Pada praktikum kali ini harkat K dalam tanah
sangat tinggi. Kandungan K berkisar antara 10.04352193-
15.6612529 . Ketersediaan K di dalam tanah tersedia dengan
beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban tanah, kanddungan
bahan organik, mikrobia pengikat unsur dari udara, pupuk
kandang dan pupuk buatan. Apabila ketersediaan K dalam tanah
rendah maka akan berpengaruh kepada tanaman seperti yang
dinyatakan oleh Dedi (2010) bila ketersediaan kalium tanah
rendah maka pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman
akan memperlihatkan gejala kekahatan.
14

2) Analisis Jaringan
a. N Jaringan
Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman yang
diserap dalam bentuk amonium (NH/) dan nitrat (N03), dan sebagian
besar diserap dalam bentuk nitrat (N03). Nitrat (N03) bermuatan
negatif sehingga selalu berada dalam larutan tanah dan mudah
diserap oleh tanaman namun lebih mudah juga tercuci.
Sebaliknya amonium (NH/) bermuatan positif sehingga terikat oleh
kaloid tanah, dan tidak mudah tercuci. Amonium baru dapat
dimanfaatkan oleh tanaman melalui pertukaran ion. Menurut Sirait
(2015) Nitrogen merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman,
tanpa nitrogen pertumbuhan tanaman akan lambat. Pentingnya
nitrogen bagi tanaman dipertegas dengan kenyataan bahwa dalam
tanaman hanya karbon, oksigen dan hidrogenlah yang jumlahnya lebih
banyak dari nitrogen. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap
unsur ini, biasanya dilakukan dengan pemberian pupuk urea
Menurut Elisabeth (2013) bahwa kandungan unsur N yang tinggi
membuat tanaman lebih hijau sehingga proses fotosintesis dapat
berjalan sempurna yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
hasil akhir panen. Unsur N dapat membuat tanaman lebih hijau karena
banyak mengandung butir-butir hujau daun yang penting dalam proses
fotosintesa dan dapat merangsang tumbuhnya anakan.
Tabel 8. Hasil Analisis N-Jaringan Tanaman Jagung (zea mays)
Jenis tanah N – Jaringan (%)
Inseptisol 9.09512761
Alfisol 4.999442027
Entisol 2.067946824
Vertisol 70.20743105
Sumber :Laporan Sementara
Berdasarakan tabel 8 kadar N-jaringan tertinggi adalah pada jenis
tanah vertisol yaitu sebesar 70.20743105 sedangkan yang terendah
adalah pada jenis tanah entisol yaitu sebesar 2.0679468241. Patti (2013)
menyataka bahwa nitrogen memiliki fungsi yaitu untuk meningkatkan
15

pertumbuhan vegetative, meningkatkan jumlah anakan dan


meningkatkan jumlah bulir/rumpun, sementara apabila tanaman
kekurangan unsur N maka tanaman akan mengalami khlorosis pada
daun tua seperti yang dinyatakan oleh Darmawiya (2012) defisiensi
unsure hara esensial khususnya N dapat menyebabkan khlorosis pada
daun tua, karena unsure hara ini bersifa mobile.Gejala defisiensi unsure
hara N adalah daun tua berwarna kekuningan, selain itu pertumbuhan
tanaman yang kekurangan unsure N juga terhambat
b. P Jaringan
Fajarditta (2012) menyatakan unsur hara phospor adalah unsur hara
utama yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak, namun
ketersediaan phospor di tanah yang sedikit sering mengalami
kekurangan, sehingga perlu ditambahkan unsur-unsur hara tersebut ke
dalam tanah melalui pemupukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan unsur hara adalah respirasi, konsentrasi unsur hara,
kerapatan dan penyebaran akar, air, daya serap akar,
Menurut Trisilawati et al (2009) P merupakan salah satu unsur hara
yang penting untuk konversi, penyimpanan, transportasi dan
penggunaan energi di dalam tanaman. P yang cukup dalam tanah akan
membantu penyerapan unsur hara lain yang sangat penting bagi proses
metabolisme tanaman. Menurut Mulyadi (2012) perlakuan pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap kandungan P total tanaman kedelai.
Tanaman yang dipupuk NPK memperlihatkan peningkatan kandungan
P total pada jaringan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman yang dipupuk urea. Kandungan P total dalam jaringan tanaman
selain berasal dari proses penyerapan unsur P yang berasal dari tanah
juga adanya sumbangan P yang berasal dari proses katabolisme energi
yang digunakan dalam berbagai reaksi metabolis.

Tabel 9 Hasil analisis P Jaringan

Kadar P2O5
Jenis tanah X Y
tersedia
16

Inseptisol 0.1826984 0.292 2.210770546


Alfisol 0.2759656 0.528 3.845435484
Entisol 0.3293176 0.663 4.565253607
Vertisol 0.2123384 0.367 2.729835759
Sumber : Data Rekapan
Tabel 10 Hasil penembakan larutan standar P Jaringan
Ppm Absorbansi
0 0
2,5 0,146
5 0.265
7,5 0,374
10 0,529
12,5 0,665
15 0,925
Sumber: Data Rekapan

Grafik 5 Regresi P Jaringan


Halvin et al.,(2009) Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang
sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun kandungannya di
dalam tanaman lebih rendah dibanding nitrogen (N),kalium (K), dan
kalsium (Ca). Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah
Vanadium Molibdat dimana pada analisis ini Fosfat bereaksi dengan
vanadat membentuk senyawa kompleks berwarna kuning. Pencampuran
pereaksi vanadat dan molibdat harus dilakukan beberapa hari sebelum
digunakan karena sangat cenderung untuk mengendap. Bahan bahan
17

organik yang turut tercampur harus terlebih dahulu dihilangkan agar


tidak mengganggu warna yang dihasilkan menggunakan pereaksi
pengoksidasi. Pada praktikum P-jaringan untuk nilai tertinggi adalah
jenis tanah entisol sebesar 4.565253607, dan nilai terendah adalah jenis
tanah inseptisol yaitu sebesar 2.210770546. Unsur P sangat diperlukan
oleh tanaman seperti yang dinyatakan oleh Oka (2014) Fosfor (P),
unsur ini berperan penting untuk pertumbuhan tanaman, merangsang
akar, pembentukan bunga dan buah. Ketersediaannya dalam tanah
mencapai optimum pada pH sekitar 6. Kekurangan P sering terjadi pada
tanah-tanah berkapur atau jika diberi pupuk N berlebihan.
c. K Jaringan
Menurut Nursyamsi (2010) Kalium merupakan hara makro yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak setelah N dan P. Umumnya
kalium diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang berada
dalam reaksi keseimbangan dengan K dapat dipertukarkan
(exchangeable K) dan K tidak dapat dipertukarkan (non-exchangeable
K). Kalium tidak dapat dipertukarkan meliputi K terfiksasi dan K
struktural. Bentuk K larut dan dapat dipertukarkan merupakan bentuk K
yang cepat tersedia sehingga sering disebut sebagai K tersedia atau K
aktual. Sementara itu bentuk K tidak dapat dipertukarkan merupakan
bentuk K yang lambat tersedia sehingga disebut sebagai K potensial.
Tanaman akan mengalami kekahatan apabila K aktual di dalam tanah
saat tanaman tumbuh lebih rendah dari batas kritisnya.
Marschner (2011) menyatakan Ketersediaan kalium bagi tanaman
tergantung aspek tanah dan parameter iklim yang meliputi: jumlah dan
jenis mineral liat, kapasitas tukar kation,daya sangga, kelembaban,
suhu, aerasi dan pH tanah. Selain faktor tanah dan iklim, spesies dan
varietas tanaman juga berpengaruh terhadap serapan K, dimana
tanaman yang toleran memerlukan K dalam jumlah sedikit dan
sebaliknya tanaman sensitif memerlukan K dalam jumlah banyak. Salah
satu mekanisme ketoleranan tanaman terhadap kekurangan hara adalah
dengan cara mengeluarkan eksudat asam organik di sekitar akar
18

(rhizosphere). Selanjutnya asam organik dapat melarutkan hara (P, K,


Fe, Mn, dan lain-lain) yang sebelumnya tidak tersedia menjadi tersedia
bagi tanaman. Dengan demikian maka pengelolaan hara K untuk
meningkatkan produksi tanaman perlu memperhatikan faktor-faktor
tersebut di atas.
Tabel 11 Hasil Analisis K Jaringan

Jenis tanah X Y Kadar K Tersedia


Inseptisol 12 36 0.835266821
Alfisol 8 24 0.535654503
Entisol 12 36 0.759653935
Vertisol 12 36 0.820606337
Sumber : Data Rekapan

Tabel 12 Hasil penembakan larutan standar K Jaringan


Ppm Absorbansi
0 0
1 3
2 6
3 9
4 12
Sumber : Data Rekapan

Grafik 6 Regresi K Jaringan


Menurut Suminarti (2010) tanaman yang ketersediaan K rendah,
aktivitas fotosintesisnya juga rendah, yang selanjutnya berdampak pada
rendahnya fotosintat yang dihasilkan. Fotosintat merupakan karbohidrat
sederhana yang berfungsi sebagai energi pertumbuhan. Oleh karenanya
19

apabila kandungan K tanaman rendah sebagai akibat rendahnya aplikasi


K ke dalam tanah, menyebabkan rendahnya energi untuk pertumbuhan.
Pada praktikum analisis K jaringan kali ini yang memiliki nilai tertinggi
adalah tanah dengan jenis inseptisol dengan kadar K 0.835266821,
sementara tanah dengan nilai K terendah adalah tanah alfisol dengan
kadar K 0.535654503. Menurut Yuwono (2009) di dalam tanaman
unsur hara K dan P ada saling ketergantungan. Unsur K berfungsi
sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar
termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun ke
seluruh jaringan tanaman. Kurangnya hara K dalam tanaman dapat
menghambat proses transportasi dalam tanaman. Oleh karena itu, agar
proses transportasi unsur hara maupun asimilat dalam tanaman dapat
berlangsung optimal maka unsur K dalam tanaman harus optimal.
III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kesuburan tanah yang telah saya lakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
a. Tanah Inseptisol merupakan jenis tanah yang paling optimal dalam
pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa). Sedangkan tanah yang paling
buruk adalah jenis tanah alfisol. Peningkatan tinggi tanaman dipengaruhi
oleh faktor eksternal berupa pemberian pupuk ureaposka memberikan
pertumbuhan tinggi tanaman yang signifikan.
b. Pupuk NPK merupan unsur hara makro bagi tanaman yang sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk NPK dengan
dosis yang sesuai merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Namun jumlah nya harus
disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Banyak atau sedikitnya kandungan unsur-unsur anorganik (N,P,K) yang
tersedia di dalam jaringan tumbuhan menyesuaikan dengan pemberian
pupuk anorganik pada tanah.
B. Saran
Berdasarkan Praktikum Kesuburan Tanah yang dilakukan diperoleh saran
yang dianjurkan sebagai berikut:
a. Mengenai penggunaan pupuk yang digunakan seharusnya sesuai takaran,
karena akan berdampak dalam pertumbuhan tanaman padi
b. Pupuk yang baik digunakan untuk menanam jagung (Zea mays) adalah
pupuk lengkap N, P, dan K karena jika salah satu unsur hara tersebut
tidak terpenuhi maka akan terjadi kekahatan.
c. Setiap perlakuan dari beberapa kelompok sebaiknya dilakukan dengan
ketentuan mengenai dosis yang tepat agar hasilnya akurat dan sesuai

20
DAFTAR PUSTAKA

Banaty, Oka Ardiana. 2014. Gejala Defisiensi Unsur Hara Makro Pada
Tanaman Stroberi (Fragaria X Ananassa Duchesne) Varietas Dorit.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropika: 780-785
Darmawijaya, M Isa 2012. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Duaja, Wiekandyne. 2012. Pengaruh Pupuk Urea, Pupuk Organik Padat dan Cair
Kotoran Ayam Terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Selada
Keriting di Tanah Inceptisol. J. Fakultas Pertanian. 1(4): 236-246.
Ekschmitt, K., M. Liu, S. Vetter, O. Fox, and V. Wolters, 2010. Strategies Used by
Soil Biota to Overcome Soil Organic Matter Stability. Geoderma (128):
167—176
Elisabeth, D. W, Mutji S dan Nunuk. H , 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai
Konsentrasi Bahan Organik Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang
Merah (Allium ascanicum). J. Pertanian: 12-22
Fahmi, Arifin et all. 2010. The Effect of Interaction of Nitrogen and Phosphorus
Nutrients on Maize (Zea Mays L.) Grown In Regosol and Latosol Soils.
Berita Biologi 10(3): 297-304.
Fajarditta, F. 2012. Serapan Unsur Hara Nitrogen dan Phospor Beberapa Tanaman
Legum Pada Jenis Tanah yang Berbeda. Animal Agriculture Journal. 1(2):
41 – 50.
Hakim, Dani Lukman. 2019. Ensiklopedia Jenis Tanah di Dunia. Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia.
Halvin, J.L., J.D. Beaton., S.L. Tisdale., and W.L. Nelson. 2009. Soil Fertility and
Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Sixth ed. Prentice
Hall .
Marschner, H. 2011. Mineral Nutrition of Higher Plants. Tokyo: Second
Edition. Academic Press, Harcourt Brace & Company, Publisher.
Mukhlis dan Fauzi. 2013. Pergerakan Unsur Hara Nitrogen Dalam Tanah. Ilmu
Tanah FP – USU,Medan. repository.usu.ac.id.bitstream. (diakses 28 Juni
2019).
Mulyadi. 2012. Respons Pertumbuhan Jagung terhadap Pemberian Pupuk-Pupuk
NPK, Urea, SP-36, dan KCl. J. Teknik Pertanian. 22(2) : 62-69
Nariratih, Intan. 2013. Ketersediaan Nitrogen Pada Tiga Jenis Tanah Akibat
Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya Pada Tanaman Jagung. J.
Agroekoteknologi. 1(3): 479-488.
Nurdin. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada
Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. J. Tanah Trop. 14(1) :
49-56.
Nursyamsi, D. 2010. Pengaruh Asam Oksalat, Na+ , NH4 + , dan Fe3+
terhadap Ketersediaan K Tanah, Serapan N, P, dan K Tanaman, serta
Produksi Jagung pada Tanah-tanah yang Didominasi Smektit. J. Tanah
dan Iklim (28): 69-82.
Nursyamsi, Dedi. 2010. Kebutuhan Hara Kalium Tanaman Kedelai di Tanah
Ultisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 6(2) : 71-81.
Patti P S. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam Kaitannya dengam Serapan
N Oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu,
Kabupaten Seram Bagian Barat. J Agrologia 2(1): 51-58.
Rachman, et al. 2009. Strategi Dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering
Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. J. Litbang Pertanian. 27(2) :
43-49
Sabaruddin. 2009. Hubungan antara Kandungan Bahan Organik Tanah dengan
Periode Pasca Tebang Tanaman HTI Acacia Mangium Willd. J. Tanah
Trop. 14(2): 105-110.
Santosa, D. W., M.R. Widyastuti, K. Murtilaksono, A. Purwito, dan Nurmalasari.
2009. Peningkatan Serapan Nitrogen dan Fosfor Tebu Transgenik IPB-1
yang Mengekspresikan Gen Fitase di Lahan PG Jatiroto, Jawa Timur.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian IPB Bogor: 268-278.
Setyanti, Y. H. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan Serapan Fosfor Hijau Alafalva
(Medicago sativa) Pada Tinggi Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen
yang Berbeda. Animal Agriculture Journal. 2(1): 86-96.
Sihite, Eko Andreas. 2016. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah, Serapan P dan
Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala
Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Beberapa Sumber P. Jurnal
Agroekoteknologi. 4(3): 2082.
Sirait, J. 2015. Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan
Pemupukan yang Berbeda. JITV 10(3): 175-183.
Sudaryono. 2012. Pemberdayaan Alfisol untuk Pengembangan Sentra Area Tanam
dan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia. Bul. Palawija (4): 84–99.
Suminarti, Nur Edy. 2010. Pengaruh Pemupukan N dan K pada Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Talas yang Ditanam di Lahan Kering. Akta Agrosia
13(1): 1 – 7.
Supriyadi, Slamet. 2009. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan
Tanah di Lahan Kering Madura. EMBRYO 5(2): 176-183.
Sutanto. 2010. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Kalium Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Yogyakarta: Mediatama.
Trisilawati. 2009. Penggunaan Pupuk. Jakarta: Azka Press.
Widowati. 2012. Pengaruh Penggunaan Biochar dan Pupuk Kalium Terhadap
Pencucian dan Serapan Kalium Pada Tanaman Jagung. Buana Sains 12(1):
83-90.
Yudhy. 2011. Mekanisme Adaptasi Genotipe Baru Kedelai dalam Mendapatkan
Hara Fosfor dari Tanah Mineral Masam. J. Agron Indonesia 39(1): 24 –
30.
Yuwono . 2009. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga.
Zulkarnain, Maulana. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, dan Custom-Bio
terhadap Sifat Tanah ,Pertumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum
officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri).
Indonesian Green Technology Journal .2(1): 45.

Anda mungkin juga menyukai