Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA

TINDAKAN PIDANA KORUPSI DAN UPAYA


MEMBERANTASNYA

DISUSUN OLEH
1. ALIF ELDURR RAMADANI H0718016
2. ANNISA DINA PRATAMI H 0718023

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan
terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni
(orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan samapai pada
pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor tersebut yang paling
dominan adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan salah satu
negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya
alamnya. Tetapi ironisnya, Negara tercinta ini dibandingkan dengan negara
lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya
malahan termasuk negara yang miskin. Salah satu penyebabnya adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan
hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut
kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya
tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi.
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social
(penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah
mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar.
Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan
pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan
anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan
lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan
pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah
tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu,
sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung.
Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain
kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak
berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai pada
titik nadir yang paling rendah maka jangan harap negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi
sebuah negara yang maju. Korupsi membawa dampak negatif yang cukup
luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari korupsi?
2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya korupsi?
3. Apakah macam-macam dari korupsi?
4. Apakah dampak dari korupsi?
5. Apa yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk memberantas korupsi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak pidana yang
memperkaya diri sendiri yang secara langsung merugikan negara atau
perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek.
Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek
penggunaan uang negara untuk kepentingannya. Sementara itu, Syed Hussen
Alatas memberi batasan bahwa korupsi merupakan suatu transaksi yang tidak
jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari pihak lain.
Korupsi dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan
nepotisme. Disitu ada istilah penyuapan,yaitu suatu tindakan melanggar hukum,
melalui tindakan tersebut si penyuap berharap mendapat perlakuan khusus dari
pihak yang disuap.
Seseorang yang menyuap izin agar lebih mudah menyuap pejabat
pembuat perizinan. Agar mudah mengurus KTP menyuap bagian tata
pemerintahan. Menyuap dosen agar memperoleh nilai baik. Pemerasan, suatu
tindakan yang menguntungkan diri sendiri yang dilakukan dengan menggunakan
sarana tertentu serta pihak lain dengan terpaksa memberikan apa yang diinginkan.
Sarana pemerasan bisa berupa kekuasaan. Pejabat tinggi yang memeras
bawahannya.
Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas dasar
kekerabatan, yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam bentuk kolaborasi
dalam merugikan keuangan negara.
Adapun ciri-ciri korupsi, antara lain:
1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin
dilakukan sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang. Bahkan, pada
perkembangannya acap kali dilakukan secara bersama-sama untuk menyulitkan
pengusutan
2. Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi dilakukan dalam
koridor kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing pihak yang terlibat akan
berusaha semaksimal mungkin menutupi apa yang telah dilakukan.
3. Melibatkan elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksud
elemen perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara yang
menyangkut pengembangan usaha tertentu. Misalnya izin mendirikan bangunan,
izin perusahaan,dan lain-lain.
4. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan atau maksud tertentu
dibalik kebenaran.
5. Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan memiliki
pengaruh. Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agar
berpihak padanya. Mengutamakan kepentingannya dan melindungi segala apa
yang diinginkan.
6. Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badan hukum
publik dan masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud suatu lembaga yang
bergerak dalam pelayanan publik atau penyedia barang dan jasa kepentingan
publik.
7. Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan. Ketika seseorang
berjuang meraih kedudukan tertentu, dia pasti berjanji akan melakukan hal yang
terbaik untuk kepentingan semua pihak. Tetapi setelah mendapat kepercayaan
kedudukan tidak pernah melakukan apa yang telah dijanjikan.
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari koruptor
sendiri. Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampilkan di hadapan publik
adalah bentuk fungsi ganda yang kontradiktif. Di satu pihak sang koruptor
menunjukkan perilaku menyembunyikan tujuan untuk menyeret semua pihak
untuk ikut bertanggung jawab, di pihak lain dia menggunakan perilaku tadi
untuk meningkatkan posisi tawarannya.

2.2 Sebab-Sebab Yang Melatarbelakangi Terjadinya Korupsi


Korupsi dapat terjadi karena beberapa factor yang mempengaruhi pelaku
korupsi itu sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor
Adapun sebab-sebabnya, antara lain:
1. Klasik
a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluang bawahan
melakukan korupsi. Pemimpin yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan
kontrol manajemen lembaganya. kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke
leader shipan, artinya, seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan
mudah dipermainkan anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk
menumbuhkan rasa takut, ewuh di kalangan staf untuk melakukan
penyimpangan.
b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan system pendidikan
dan substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaran etika dan moral
lebih ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-
bentuk pengimplementasiannya.
c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi
bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah daripada berusaha dan
senantiasa menempatkan diri sebagai bawahan. Sementara, dalam
pengembangan usaha, mereka lebih cenderung berlindung di balik kekuasaan
(penjajah) dengan melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan kepribadian
inilah yang menyebabkan munculnya kecenderungan sebagian orang
melakukan korupsi.
d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya
korupsi. Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang
usaha adalah wujud rendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan
itulah mereka berupaya mencari peluang dengan menggunakan
kedudukannya untuk memperoleh keuntungan yang besar. Yang dimaksud
rendahnya pendidikan di sini adalah komitmen terhadap pendidikan yang
dimiliki. Karena pada kenyataannya koruptor rata-rata memiliki tingkat
pendidikan yang memadai, kemampuan, dan skill.
e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diri atas
kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung
melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya. Atas keinginannya
yang berlebihan ini, orang akan menggunakan kesempatan untuk mengeruk
keuntungan yang sebesar-besarnya.
f ) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup atau
di buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman seperti itulah yang diperlukan
untuk menuntaskan tindak korupsi.
g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.
2. Modern
a) Rendahnya Sumber Daya Manusia. Penyebab korupsi yang tergolong modern
itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada
empat komponen, sebagai berikut:
1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai
permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge.
2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen
bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara,
kepentingan dunia usaha, dan kepentingan seluruh umat manusia.komitmen
mengandung tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hanya yang terbaik
dan menguntungkan semua pihak.
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorang mengemban
tanggung jawab yang diberikan. Betapa pun memiliki kemampuan dan
komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan kesehatan yang prima,
tidak mungkin standar dalam mencapai tujuan.
b) Struktur Ekonomi Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan
kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap.Sekarang
tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya,sehingga semuanya
tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalu memporak-porandakan produk
lama yang bagus.
2.3 Cara Memberantas Tindak Pidana Korupsi
1. Strategi Preventif, Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan
pada hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang
terindikasi harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan
penyebab korupsi. Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan
peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Deduktif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan
tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan
seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindak lanjuti dengan tepat. Dengan dasar
pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem-sistem
tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan
sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan
adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum,ekonomi maupun ilmu politik
dan sosial.
3. Strategi Represif, Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini
proses penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di
segala aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan secara
cepat dan tepat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk
kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan, rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia,
serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
bentuk, sifat, dan tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi diberbagai bidang
diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.

3.2 Saran
a) Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi
di Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
b) Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2004. Menuju Indonesia Baru, Strategi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.
Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia.
Bandung : Penerbit Sinar Baru.
Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia.Jakarta : Ghalia
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai