SRI KURNIATI
P1507208044
PASCASARJANA KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU
(COMBINED DEGREE)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN ANAK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
yang telahmelimpahkanrahmatdankarunia-
Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisanhasilpenelitianini.
Penulisaninimerupakansalahsatupersyaratandalamrangkapenyelesaian
(InstitutusiPendidikanDokterSpesialisAnak)
padaKonsentrasiPendidikanDokterSpesialisTerpaduProgram
Penulismenyadarisepenuhnyabahwapenulisantesisinitidakakanterselesaik
andenganbaiktanpabantuandariberbagaipihak. Olehkarenaitu,
sangatberhargadalammembantupenulismenyelesaikanpenulisanhasilpe
nelitianinisertasumbangsihbeliaudalammembantukelancaranpelaksana
anpenelitianini.
SpA(K)sebagaipembimbingmetodologidansebagaiKetuaBagianDeparte
nelitianinisertasumbangsihbeliaudalammembantukelancaranpelaksana
anpenelitianini.
sebagaidosenpembimbingdanpenguji yang
dalampenulisantesissehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisanhasil
penelitianini.
PascasarjanadanDekanFakultasKedokteranUniversitasHasanuddinatas
Program PascasarjanaUniversitasHasanuddin.
UniversitasHasanuddin yang
senantiasamemantaudanmembantukelancaranpendidikanpenulis.
atasbimbingandanasuhannyaselamapenulismenjalanipendidikan di
BagianIlmuKesehatanAnak.
nipendidikan di rumahsakittersebut..
10. SemuatemansejawatpesertaPendidikanPascasarjana di
BagianIlmuKesehatanAnakatasbantuan, kebersamaandankerjasama
yang baikselamapenulismenjalanipendidikan.
senantiasamendukungdalamdoa, memberikandorongandansemangat
yang sangatberartibagipenulisselamamengikutipendidikan.
penuhkesabaransenantiasamendoakan,mendorongdanmendampingipe
nulisdalammenjalanipendidikandanpenyelesaiantesisini.
Dan
akhirnyapenulisberharapsemogatulisaninidapatmemberikanmanfaatteruta
mabagiperkembanganIlmukesehatanAnak di
masamendatang.Taklupapenulismohonmaafuntukhal-hal yang
tidakberkenandalampenulisaninikarenapenulismenyadarisepenuhnyabah
wapenulisanhasilpenelitianinimasihjauhdarikesempurnaan.
Sri Kurniati
ABSTRAK
Hasil. Dari 120 sampel, didapatkan 61 sampel mempunyai hasil kultur (+) dan 59
sampel dengan hasil kutur (-). Terdapat perbedaan bermakna antara kedua
kelompok dalam hal pemanjangan CRT (p=0,000, AOR=14,82), adanya manifestasi
perdarahan( p=0,002, AOR=6,31) dan peningkatan ANC (p=0,000, AOR=9,28).
Kata kunci : Capillary refill time, perdarahan, absolute neutrophil count, sepsis
neonatal
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4. Hipotesis................................................................................................... 7
II.1.7.Patofisiologi sepsis............................ 18
IV.11.Metode Analisis............................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 60
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
ada 50
BAB I
PENDAHULUAN
dibandingkan negara maju. Di Asia, angka kejadian sepsis berkisar 7,1 – 38 tiap
1000 kelahiran hidup,6,5 sampai 23 tiap 1000 kelahiran hidup di Afrika, dan 3,5 –
8,9 di Amerika utara dan Karibean . Di negara berkembang, hampir sebagian besar
bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis. Hal yang
sama ditemukan pula di negara maju pada bayi yang dirawat di NICU (neonatal
WHO memperkirakan sekitar 5 juta bayi baru lahir meninggal tiap tahun dan
utama morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir, terutama pada bayi prematur
dan bayi berat lahir rendah. Di negara berkembang, sekitar 30-50% kematian bayi
sepsis neonatal belum ada. Laporan angka kejadian di Rumah Sakit menunjukkan
angka kejadian yang lebih tinggi khususnya bila Rumah sakit tersebut merupakan
Meskipun infeksi dapat disebabkan oleh virus, jamur dan parasit, namun
infeksi bakteri berperan paling penting dalam sepsis neonatal. Paparan dapat terjadi
selama dalam kandungan (in utero), selama persalinan dan setelah lahir. Jika
setelah lahir dikelompokkan sebagai sepsis awitan lambat( late onset ). Bila
paparan ini berlanjut dan mikroorganisme penyebab memasuki aliran darah maka
Berbagai respon sistemik tubuh yang terjadi akan memperlihatkan pula berbagai
manifestasi klinis pada pasien, yang pada stadium lanjut menimbulkan perubahan
dan respon tubuh, maka gambaran klinis yang tampak akan berbeda. (Stoll, 2007;
Aminullah 2008)
Berlainan dengan pasien dewasa dan anak, pada bayi baru lahir terdapat berbagai
tingkat defisiensi sistem pertahanan tubuh sehingga respon sistemik pada bayi baru
lahir akan berlainan dengan pasien dewasa.Tanda dan gejala sepsis neonatal
sangat tidak spesifik dan seringkali sulit dibedakan dengan penyakit non infeksi
dkk menunjukkan bahwa kesulitan minum dan saturasi oksigen yang rendah sebagai
faktor prediktif pada sepsis awitan dini, sedangkan yang berhubungan dengan
sepsis awitan lambat adalah suhu tubuh yang tidak normal, kesulitan minum,
takikardi dan bradikardi. Kayange dkk juga telah meneliti manifestasi klinis pada
sepsis neonatal dan menyimpulkan bahwa letargi, kejang, kesulitan minum, sianosis,
ketuban pecah dini dan ketuban bercampur mekonium sebagai faktor yang
berhubungan erat dengan hasil biakan darah positif, baik pada sepsis awitan dini
maupun awitan lambat. Sedangkan Okascharoen dkk memasukkan hanya hipotensi,
suhu tubuh yang tidak normal serta kesulitan bernapas sebagai gejala klinis yang
koagulasi dan kerusakan endotel akibat infeksi bakteri atau toksinnya dapat
penelitian untuk mengetahui sejauh mana kedua gejala ini yaitupemanjangan CRT
dan manifestasi perdarahan dapat memprediksi adanya bakteremia pada bayi yang
ini pemeriksaan darah merupakan gold standar dalam diagnosis sepsis neonatal .
Namun, umumnya hasil biakan baru akan diketahui setelah 3 sampai 5 hari. Di satu
hidup bayi. Telah dilaporkan bahwa CRP (C –reaktive protein) meningkat pada 50-
90% pasien sepsis neonatal tapi protein ini juga dapat meningkat pada berbagai
kerusakan tubuh non infeksi. Akhir-akhir ini telah dilakukan upaya untuk penegakan
diagnosis dini sepsis neonatal yaitu dengan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain
Reaction) dan kadar sitokin (interleukin, interferon, dan Tumor Necrosis Factor) yang
pemeriksaan ini memerlukan teknologi kedokteran yang canggih dan biaya mahal,
sehingga masih diperlukan variabel inflamasi lain yang sederhana dan lebih mudah,
Sebagai respon terhadap infeksi bakteri, maka tubuh akan melepas neutrofil
bahwa cadangan sum-sum tulang neonatus sangat rendah. Hal ini menyebabkan
deplesi netrofil tidak jarang ditemukan pada sepsis neonatal, bahkan sekalipun
yang terinfeksi Streptococcus group B, baik pada manusia maupun hewan. Namun,
penelitian yang dilakukan oleh Bhandari dkk justru menunjukkan bahwa ANClebih
tinggi pada bayi baru lahir yang mengalami sepsis dibandingkan yang tidak
faktor yang dapat memprediksi bakteremia yang mencakup parameter klinis dan
sepsis neonatal.
sepsis neonatal?
I.3.Tujuan Penelitian
peningkatan serta penurunan ANC pada bayi baru lahir yang mengalami
sepsis neonatal.
biakan darah positif dibandingkan pada bayi yang mempunyai hasil biakan
darah negatif.
2. Kejadian perdarahan lebih banyak dijumpai pada bayi dengan hasil biakan
negatif.
biakan positif dibandingkan pada bayi yang mempunyai hasil biakan negatif.
biakan positif dibandingkan pada bayi yang mempunyai hasil biakan negatif.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Sepsis Neonatal
II.1 .1 Definisi
yang ditandai oleh 2 atau lebih gejala sebagai berikut ; (a) demam atau hypothermi,
(b) takikardi, (c) takipneu atau hiperventilasi, dan (d) hitung leukosit abnormal atau
immunologi, endokrinologi, trauma atau operasi, kemoterapi dan infeksi. Jika SIRS
yang terjadi berhubungan dengan proses infeksi maka disebut sepsis. Sepsis
neonatal adalah sepsis yang terjadi pada bayi baru lahir yang berumur 0 – 28 hari
(Chiesa, 2003).
Sepsis pada bayi baru lahir (sepsis neonatal) masih merupakan masalah
dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir baik di negara berkembang maupun
negara maju angka kejadian sepsis neonatal dilaporkan berkisar 1-10 per 1000
kelahiran hidup, namun penelitian yang dilakukan pada populasi yang luas masih
bayi-bayi dengan resiko tinggi misalnya pada bayi prematur atau bayi berat lahir
lebih tinggi. Di Asia, angka kejadian sepsis yaitu sekitar 7,1 – 38 per 1000 kelahiran
dari kematian anak umur dibawah 5 tahun terjadi pada masa neonatus dan 98%
Selain morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terdapat pula berbagai masalah
5. Seringkali disertai gejala sisa apabila bayi dapat bertahan hidup (Lokeshwar
II.1. 4. Etiologi
parasit, namun infeksi bakteri berperan paling penting pada sepsis neonatal.Pola
kuman penyebab tidak selalu sama dan berubah dari waktu ke waktu antar satu
negara dengan negara lainnya, bahkan antar rumah sakit dengan rumah sakit
pada populasi tertentu, khususnya pada populasi dengan resiko tinggi. Secara
umum, bakteri gram negatif merupakan bakteri patogen yang paling sering dijumpai
bakteri gram positif yang sering dijumpai sebagai penyebab adalah Staphylococcus
aureus, CONS (Coagulase-negative Staphylococci) , Streptococcus pneumonia,
group B dan E coli merupakan agen penyebab utama pada sepsis neonatal awitan
dini dan awitan lambat. CONSsebagai penyebab dominan pada sepsis awitan
agen penyebab lebih jarang ditemukan. Hampir sebagian besar bakteri penyebab di
Infeksi sistemik pada bayi baru lahir dapat pula disebabkan oleh
(Stoll,2008).
kontaminasi mikroba dari ibu karena terlindung oleh selaput amnion, plasenta dan
beberapa zat antibakteri pada cairan amnion. Namun, terdapat berbagai cara bagi
mikroba untuk menginfeksi janin. Agen patogen ini dapat menginfeksi bayi sebelum
lahir, selama persalinan dan setelah lahir. Pasien yang terpapar pada saat sebelum
lahir dan selama persalinan dikelompokkan dalam sepsis awitan dini (early onset
sepsis) sedangkan pasien yang terpapar setelah lahir dikelompokkan dalam sepsis
monocytogenes dapat mencapai janin dari aliran darah ibu yang menembus barier
menyebabkan amnionitis yang pada akhirnya akan terjadi kontaminasi mikroba pada
lahir/vagina ibu, pada saat ketuban pecah, paparan mikroorganisme ini lebih
berperan dalam infeksi janin. Pada beberapa kasus kolonisasi pada bayi dapat
terjadi saat bayi melewati jalan lahir. Namun, pada keadaan ketuban pecah lebih
dari 24 jam, bakteri pada vagina dapat menyebabkan infeksi ascenden sehingga
Organisme yang paling sering ditemukan pada cairan amnion yang terinfeksi adalah
Selanjutnya, bayi baru lahir dapat pula terkontaminasi dengan mikroba patogen yang
ada lingkungannya (setelah lahir). Infeksi ini dapat terjadi pada saat perawatan di
rumah sakit dan/ atau di rumah. Prosedur seperti pemasangan kateter umbilikal,
sebagai sumber infeksi pada saat perawatan. Transientbacteremia dapat pula terjadi
setelah prosedur yang menyebabkan trauma pada kulit dan membran mukosa.
resusitasi tetapi hasil biakan darah akan negatif setelah 10 menit (Chiesa
dkk,2004;Stoll,2008).
Saat bakteri masuk ke dalam aliran darah manusia, maka tubuh akan
efek invasi bakteri tidak berlangsung lama. Namun, mekanisme ini sangat
dipengaruhi oleh umur pasien, jumlah dan virulensi bakteri dalam darah, status gizi
Bayi baru lahir relatif mempunyai daya tahan tubuh yang rendah
sepsis. Seperti pada orang dewasa, bayi baru lahir mempunyai 3 sistem pertahan
1. Sistem pertahanan fisik ; yaitu berupa keutuhan kulit dan membran mukosa,
dan limfosit T.
Pada keadaan normal, jika terjadi infeksi atau invasi mikroorganisme, maka
mikroorganisme yang masuk. Namun sayangnya, pada bayi baru lahir mekanisme
ini belum berjalan sempurna karena adanya defisiensi dan immaturitas komponen
sistem pertahanan sehingga bayi baru lahir sangat rentan terhadap invasi bakteri.
Faktor imunitas yang menyebabkan bayi baru lahir sangat rentan terhadap invasi
Kadar immunoglobulin
Kadar immunoglobulin pada bayi baru lahir sangat rendah. Pada bayi baru
lahir yang normal tidak mempunyai IgA dan IgM dalam sirkulasi. IgG dari ibu
ditransport secara aktif melalui plasenta sejak umur kehamilan 20 minggu sehingga
pada bayi full-term mempunyai kadar IgG yang sama atau lebih tinggi dari kadar IgG
ibu. Namun, setelah kelahiran, kadar IgG menurun dengan cepat sampai bayi dapat
hypogammaglobulinemia. Jenis immunoglobulin yang lain (seperti IgA dan IgM) tidak
dapat melewati plasenta. Produksi immunoglobulin ini oleh janin sebenarnya sudah
dimungkinkan saat umur kehamilan 20 minggu namun sintesis dan sekresi tidak
muncul karena janin relatif terlindung dari antigen yang berasal dari lingkungan.
Meningkatnya kadar IgM pada bayi saat lahir mengindikasikan adanya infeksi
gram negatif terutama diperankan oleh kelas IgM sehingga rendahnya kadar IgM
menyebabkan bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi Escherecia coli dan
subclass IgG tertentu yaitu IgG2 juga menyebabkan bayi baru lahir rentan terhadap
infeksi bakteri pyogen karena IgG2 turut berperan dalam opsonisasi kapsul
polisakarida bakteri ini (group Streptococcus dan Escherecia coli) (Lokeshwar, 2003;
Stoll,2008).
Sistem Komplemen
kurang. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya aktifitas kemotaksis dan opsonisasi
Sistem monosit-makrofag
Jumlah monosit dalam sirkulasi pada bayi baru lahir adalah normal, tetapi terjadi
pada bayi prematur. Pada bayi baru lahir, kemotaksis oleh monosit terganggu
(Stoll,2008).
Sistem pertahanan tubuh melalui sistem imun seluler dan humoral berupaya
melindungi tubuh dari infeksi agar tidak berkembang menjadi sepsis. Namun, upaya
inflamasi yang bersifat toksik termasuk hormon, sitokin dan enzim. Cascade
inflamasi pada infeksi diawali oleh antigen atau toksin . Netrofil adalah lini pertama
dari pertahanan tubuh terhadap infeksi. Produk bakteri maupun komponennya akan
mengaktifkan netrofil melalui pengenalan oleh reseptor. Selama proses aktivasi ini,
ROS(reactive oxygen species) dan sitokin pro-inflamasi lainnya, seperti TNFἀ, IL-
1,IL-6,IL-8 dan GM CSF. IL 8 yang dihasilkan oleh makrofag ini juga berperan dalam
aktivasi netrofil. IL 8 dan TNF ἀ yang dihasilkan baik oleh netrofil maupun makrofag
yang teraktivasi serta IL1 yang dihasilkan oleh makrofag yang teraktivasi berperan
Jika cascade inflamasi ini tidak terkontrol, maka akan terjadi SIRS dengan
langsung tetapi juga dengan melalui peningkatan INOS (inducible nitric oxyde
Manifestasi klinis yang timbul tergantung dari cascade inflamasi ini. Jika
cascade inflamasi tidak terkontrol, akan terjadi SIRSdengan disfungsi seluler dan
2006.,Enrionne, 2008).
pada sistem koagulasi. TNF ἀ, IL6 dan IL 1β berperan pada aktivasi sistem
Tissue Factor (TF) yang bersama dengan faktor VII akan berperan pada proses
pasien sepsis, respon fibrinolisis yang biasa terlihat pada bayi normal juga
fibrinolisis. Kedua faktor yang berperan dalam supresi ini mengakibatkan akumulasi
fibrin darah yang dapat menimbulkan mikrotrombi pada pembuluh darah kecil
disfungsi organ ini secara klinis dapat memperlihatkan gejala-gejala sindrom distress
pernafasan, hipotensi, gagal ginjal dan bila tidak teratasi akan diakhiri dengan
Adanya masalah immunologi bayi baru lahir seperti yang telah dijelaskan di
atas berdampak pada manifestasi klinis sepsis neonatal. Berlainan dengan pasien
dewasa, pada bayi baru lahir terdapat berbagai tingkat defisiensi sistem pertahanan
tubuh, sehingga respon sistemik pada janin dan bayi baru lahir akan berlainan
Gambaran klinis sepsis pada bayi baru lahir sangat bervariasi dan tidak
spesifik . Bayi baru lahir yang mengalami bacterial sepsis dapat memberikan
berbagai gejala seperti instabilitas suhu, hipotensi, perfusi yang buruk dengan kulit
pucat dan mottled skin, asidosis metabolik, takikardi atau bradikardi, apneu,
terbatas pada satu sistem misalnya apneu saja atau takipneu dengan retraksi atau
Berikut ini adalah beberapa manifestasi klinis yang dapat dijumpai akibat
Tidak mampu X X
minum/menyusu
Aktifitas berkurang X X
Sianosis X
Pemanjangan Capillary refill X
time
(Vergnano,2004; NNF, 2009)
Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan oleh Kayange dkk menunjukkan
bahwa letargi, kejang, kesulitan minum, sianosis dan ketuban bercampur mekonium
berhubungan secara signifikan dengan hasil biakan darah positif baik pada sepsis
hanya hipotensi, suhu tubuh yang tidak normal serta kesulitan bernapas sebagai
Okascharoen, 2005).
sepsis :
Pemanjangan CRT
inflamasi yaitu sitokin, faktor yang mendepresi miokard, dan metabolit asam
pemanjangan CRT. Selain itu, aktivasi sistem koagulasi dapat menyebabkan DIC
sehingga terjadi oklusi vaskuler yang juga dapat menyebabkan perfusi ke jaringan
perdarahan. Perdarahan yang terjadi pada bacterial sepsis dapat berupa peteki,
(Gupta,2011).
Diagnosis dini dan penanganan yang cepat sepsis neonatal sangat penting
untuk mencegah komplikasi yang berat dan mengancam jiwa. Di satu sisi, di era
resistensi multidrug seperti sekarang ini, pemberian antibiotik yang tidak diperlukan
harus dihindari. Dengan demikian, parameter diagnostik yang dengan cepat dapat
membedakan pasien yang terinfeksi dengan yang tidak terinfeksi khususnya pada
bayi baru lahir memegang peranan sentral dalam perawatan bayi baru lahir.
dan serologis untuk mengidentifikasi sepsis neonatal. Namun, gejala klinis tidak
spesifik dan tidak jarang gejala tersebut ditemukan meskipun biakan darah
menunjukkan hasil negatif. Sampai sekarang biakan darah masih merupakan gold
kelemahan tersendiri. Hasil biakan kuman baru akan diketahui setelah 3-5 hari.
Selain itu, hasil biakan dipengaruhi pula oleh pemberian antibiotik sebelumnya atau
prediksi positif yang kurang dalam menentukan sepsis neonatal dan sekitar 30 %
bayi baru lahir yang terbukti sepsis mempunyai leukosit normal. Namun, menurut
Manucha dkk hitung lekosit (merupakan parameter yang baik untuk dijadikan alat
skrining sepsis neonatal. Leukopeni lebih spesifik sebagai indikator bakterial sepsis
dibanding leukositosis. Hitung netrofil lebih sensitif dan spesifik sebagai indikator
mediator yang diproduksi oleh sum-sum tulang untuk memfasilitasi proliferasi dan
diferensiasi neutrofil juga telah diusulkan untuk dapat dijadikan petanda infeksi untuk
indikator yang tidak sensitif dan tidak spesifik untuk sepsis neonatal dan sering
ditemukan pada kondisi selain sepsis. Sekitar 50% bayi baru lahir yang mengalami
Dalam 5 – 10 tahun terakhir ini konsep SIRS dalam bidang infeksi telah
fisiologik sistem imun , baik humoral maupun seluler, yang terjadi dalam cascade
inflamasi mempunyai arti penting dalam diagnosis infeksi bayi baru lahir (BBL).
Kadar sitokin proinflamasi (IL-2, IL-6, IFN-g, TNF –ά) dan anti inflamasi (IL-4, IL-10)
pada BBLtersebut akan terlihat meningkat pada bayi dengan infeksi sistemik. Kluster
dkk melaporkan bahwa sitokin yang beredar dalam sirkulasi pasien sepsis neonatal
Espinosa, 2002).
Reaktan fase akut merupakan peptida endogen yang dihasilkan oleh hati
sebagai respon terhadap infeksi atau kerusakan jaringan. CRP merupakan reaktan
fase akut yang telah banyak diteliti, namun procalcitonin akhir-akhir ini juga banyak
menarik perhatian. CRP disintesis dalam 6-8 jam paparan terhadap proses infeksi
atau kerusakan jaringan dengan waktu paruh sekitar 19 jam dan dapat meningkat
lebih dari 1000 kali selama fase akut. Fowlie PW melaporkan bahwa pada sepsis
awitan dini, sensitifitas CRP berkisar 43-90% dengan spesifitas berkisar 70-78 %.
Sedangkan pada sepsis awitan lambat, spesifitas dan nilai prediksi positif berkisar
beberapa kota besar di Inggris, pemeriksaan cara ini telah rutin dilakukan pada
reaktan fase akut) memerlukan teknologi kedokteran yang canggih dan biaya yang
mahal yang mungkin belum bisa terjangkau oleh sebagian besar negara
risiko, gejala klinik dan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis dini pasien sepsis
neonatal (Aminullah,2008).
neonatal. Pada kenyataannya, menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan
upaya memperbaiki mortalitas bayi, selain untuk mengatasi berbagai defisiensi dan
immaturitas sistem immun bayi baru lahir, juga dalam rangka mengatasi perubahan
yang terjadi dalam perjalanan penyakit dan cascade inflamasi pasien sepsis
neonatal (Aminullah,2008).
Waktu paruh netrofil matur sangat singkat, yaitu sekitar 7-10 jam di sirkulasi.
Dalam keadaan normal, waktu paruh yang singkat ini ikompensasi dengan
kemampuan produksi netrofil oleh sum-sum tulang sekitar 120 miliar granulosit per
yang cukup besar untuk menampung produksi granulosit. Sebagai respon terhadap
infeksi, maka tubuh akan melepas netrofil dari cadangannya di sum-sum tulang ke
ketersediaan netrofil yang akan bermigrasi ke tempat terjadinya infeksi. Pada saat
yang sama , terjadi peningkatan proliferasi sel yang akan membentuk netrofil untuk
pelepasan netrofil ke sirkulasi, maka akan banyak netrofil immatur yang mencapai
sirkulasi, proses ini dikenal sebagai shift to the left. Peningkatan penyediaan netrofil
dari sum-sum tulang memegang peranan penting pada resistensi tubuh terhadap
cadangan sum-sum tulang neonatus sangat rendah. Hal ini menyebabkan deplesi
netrofil tidak jarang ditemukan pada sepsis neonatal, bahkan sekalipun netrofil
neutropenia dan deplesi granulosit sum-sum tulang pada neonatus yang terinfeksi
dilakukan oleh Bhandari dkk menunjukkan bahwa ANC lebih tinggi pada bayi baru
lahir yang mengalami sepsis dibandingkan yang tidak mengalami sepsis (Melvan
MPO-MMR MIP1α,MIP1β,IFNỹ
Aktivasi makrofag
Eliminasi
bakteri TNFα,IL1, IL8 Stimulasi
IL8
GM-CSF granulopoiesis
Pelepasan sitokin
Pelepasan ROS
-Vasodilatasi Migrasi
-Peningkatan DIC °ranula
permeabilitas si PMN
vaskuler Oklusi vaskuler lebih besar
dari
-Depresimyocard Peningkatan pelepasan
Pemakaian PMN ke
faktor sirkulasi
Penurunan perfusi Peningkatan Pemakaian pembekuan→
→PemanjanganCRT trombosit→trombosito- Faktor Pelepasan
penia pembekuan ↓ PMN ke
sirkulasi
lebih besar
dari Migrasi
neutropenia °ranula
Perdarahan si PMN
neutrophilia
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk menilai sejauh mana
menggunakan data dari rekam medik pasien bayi baru lahir dengan kecurigaan
Populasi terjangkau adalah semua pasien bayi baru lahir dengan kecurigaan
besar sepsis yang dirawat di NICU RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Cara pengambilan sampel adalah melalui data
dari rekam medis pasien kemudian dicatat data-data yang berhubungan dengan
penelitian.
perkiraan besar sampel pada penelitian ini, sesuai perhitungan rumus sebagai
berikut :
Zά2PQ
n=
d2
(1,96)2 x 0,8 x 0,2
n =
0,12
= 60, artinya diperlukan 60 pasien dengan hasil positif pada biakan darah,
jumlah seluruh subyek minimal yang diperlukan adalah 100/50 x 60 = 120. Dengan
Kriteria inklusi :
1. Semua pasien bayi baru lahir berumur 0 –28 hari yang diduga mengalami
Kriteria ekslusi :
Subjek penelitian yaitu data dari rekam medik pasien yang dirawat di NICU
RS Dr. Wahidin Sudirohusodo yang diduga mengalami sepsis yang dirawat di NICU
tahun 2010 dan 2011 yang kemudian terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok
dengan hasil biakan darah positif dan kelompok dengan hasil biakan darah negatif.
1. Nomor register, nama, jenis kelamin, umur, berat badan lahir, usia gestasi.
2. Pemeriksaan klinis pada saat pasien masuk rumah sakit yang meliputi ada
Identifikasi : Identifikasi :
1. Variabel bebas adalah bakteremia yang dibuktikan dengan hasil kutur darah
variabel kategorikal.
klinik dan perubahan kadar netrofil yang tidak diamati pada penelitian ini.
Definisi operasional
1. Bakteremia adalah adanya bakteri dalam aliran darah yang dibuktikan dengan
bernapas (misalnya : apnea, frekuensi napas lebih dari 60 kali per menit,
- Bayi mempunyai tiga atau lebih temuan kategori B, yaitu letargi, tremor,
empat.
- Bila ada riwayat infeksi rahim yang ditandai dengan suhu ibu > 380C
- Bayi mempunyai dua atau lebih temuan kategori A atau tiga atau lebih
temuan kategori B
5. Capillary refill time (CRT) adalah waktu pengisian kembali kapiler yang dinilai
dengan menekan kulit pada sternum atau tumit dengan jari tangan atau ibu
jari selama 5 detik kemudian penekanan dilepas dan dinilai berapa lama
hitam.
7. Umur adalah umur kronologis pasien yang dihitung sejak bayi lahir dan
8. Usia gestasi adalah taksiran umur kehamilan yang dinilai berdasarkan HPHT
(hari pertama haid terakhir) atau dengan menggunakan Ballard score dan
Kriteria objektif :
Meningkat bila :
(Shirazi, 2010)
dan jenis data kemudian dianalisis denganmetode statistik yang sesuai, yaitu :
2. Analisis Bivariat :
laboratorium dengan hasil biakan darah dengan uji X2 atau Fisher Exact
test.
6. Odds ratio < 1 dengan CI 95% menunjukkan bahwa faktor yang diteliti
3. Analisis multivariat :Analisis ini digunakan bila pada analisis bivariat ditemukan
lebih dari satu faktor prediktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan
hasil biakan darah positif. Secara rinci, analisis multivariat bertujuan untuk :
prediktor tersebut.
regression analysis), dengan nilai p entry 0,15 dan nilai p remove 0,20.
BAB V
HASIL PENELITIAN
dan telah diteliti 120 sampel yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 61subyek
yang terbukti bakteremia (hasil kultur (+)) dan 59subyek yangtidak terbukti
Kelompok
Karakteristik pasien n = 120
Bakteremia (+) Bakteremia (-)
n (%) = 61(50,8) n (%) = 59(49,2)
Jenis kelamin :
Laki-laki 34 (55,70) 40 (67,80)
Perempuan 27 (44,30) 19 (32,20)
Usia gestasi :
Cukup bulan 51 (83,60) 47 (79,70)
Kurang bulan 10 (16,40) 12 (20,30)
Perdarahan :
Ada 30 (49,20) 6 (10,20)
Tidak ada 31 (50,80) 53 (89,80)
CRT :
Memanjang 22 (36,10) 3 (5,10)
Normal 39 (63,90) 56 (94,90)
ANC :
Menurun 4(6,60) 2 (3,40)
Normal 14(23) 43(72,90)
Meningkat 43(70,50) 14(23,70)
Dari 120 sampel yang diteliti, terdiri dari 74 (61,70%) subyek laki-laki dan 46
penurunan ANC,14 (23%) subyek mempunyai ANC normal, dan 43 (70,50%) subyek
tabel 2 :
Bakteremia
anak perempuan 58,70% sedangkan frekuensi kejadian tanpa bakteremia pada laki-
laki 54,10% dan perempuan 41,30%. Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna
antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,174 (p>0,05). Nilai crude odds
ratio (COR) = 1,6 dengan interval kepercayaan 95% atau 95% confidence interval
(95% CI) = (0,79-3,51). Ini berarti jenis kelamin bukan merupakan faktor prediktor
bakteremia.
Analisis hubungan antara usia gestasi dengan bakteremia dapat dilihat pada
tabel 3.
Frekuensi kejadian bakteremia pada subyek cukup bulan sebesar 52% dan
kurang bulan 45,50% sedangkan frekuensi kejadian tanpa bakteremia pada cukup
bulan 48% dan kurang bulan 54,50%. Secara statistik tidak ada perbedaan
bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,577 (p>0,05). Hal Ini
Bakteremia
pemanjangan CRT sebesar 88% dan CRT normal sebesar 41,10%, sedangkan
CRT sebesar 12% dan CRT normal 58,90%. Analisa statistik memperlihatkan
bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai
p=0,000 (p<0,05). Nilai crude odds ratio (COR) = 10,53 dengan interval kepercayaan
95% atau 95% confidence interval (95% CI) = (2,95-37,63). Hal ini berarti bahwa
normal.
Bakteremia
crude odds ratio (COR) = 8,55 dengan interval kepercayaan 95% atau 95%
confidence interval (95% CI) = (3,20-22,83). Hal ini berarti bahwa subyek yang
dan tabel 7.
Bakteremia
ANC Positif Negatif Total
Menurun 4(66,67%) 2 (33,33%) 6(100%)
Normal 14 (24,56%) 43 (75,44%) 57 (100%)
Total 18 (28,57%) 45 (71,43%) 63(100%)
bakteremia
ANC Positif Negatif Total
Meningkat 43(75,40) 14 (24,60%) 57(100%)
Normal 14(24,56%) 43 (75,44%) 57 (100%)
Total 57(50%) 57 (50%) 114(100%)
sedangkan frekuensi kejadian hasil kultur (-) pada subyek yang mengalami
kelompok tersebut dengan nilai p=0,000(p<0,05). Nilai crude odds ratio (COR) =
9,43 dengan interval kepercayaan 95% atau 95% confidence interval (95% CI) =
(4,02-22,136). Hal ini berarti bahwa subyek yang mengalami peningkatan ANC
faktor independen, maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan analisis multivariat
perdarahan, CRT dan ANC yang meningkat merupakan faktor – faktor yang secara
(CI) 95% untuk setiap faktor prediktor di atas maka didapatkan model regresi
sebagai berikut :
en
ℓn = en
= -1,973 + 2,696 (CRT) + 1,843 (PD) + 2,228 (ANC)
en = [ , , ( ) , ( ) , ( )]
Keterangan :
ℓn = logaritma natural
en = Probabilitas bakteremia
e = Bilangan natural (2,718)
CRT = Pemanjangan CRT
PD = Perdarahan
ANC = ANC meningkat
Berdasarkan model regresi di atas, probabilitas bakteremia pada bayi dengan
kecurigaan besar sepsis dengan faktor prediktor dapat dilihat pada tabel 9.
BAB VI
PEMBAHASAN
secara cepat dan menyebabkan kematian bila tidak ditangani secara cepat dan
tepat. Sayangnya, gejala klinis bacterial sepsis pada neonatus seringkali tidak
dari rekam medik untuk menilai parameter klinis yaitu perdarahan dan CRT
dengan kecurigaan besar sepsis. Telah diteliti 120 sampel yang terdiri dari 61
subyek dengan hasil kultur (+) dan 59 sampel dengan hasil kultur (-). Analisis
dilakukan terhadap pengaruh faktor jenis kelamin, usia gestasi, perdarahan, CRT
dan perempuan pada kelompok bakteremia (+) maupun bakteremia (-) tidak berbeda
bermakna dengan nilai p = 0,174 (p>0,05) yang berarti bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh terhadap hasil kultur sehingga jenis kelamin bukan merupakan faktor
perancu pada penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya perbedaan antara
jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam hal respon tubuh terhadap invasi
bakteri.
Analisa statistik dalam hal pengaruh usia gestasi terhadap hasil kultur juga
memperlihatkan tidak adanya perbedaan bermakna antara bayi cukup bulan dan
kurang bulan dengan nilai p = 0,577 (p>0,05) yang berarti bahwa usia gestasi juga
tidak mempengaruhi hasil kultur sehingga usia gestasi juga bukan merupakan faktor
perancu pada penelitian ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kayange dkk yang mendapatkan tidak adanya perbedaan bermakna dalam hal jenis
kelamin dan usia gestasi terhadap hasil kultur, baik pada awitan dinimaupun awitan
lambat.
spektrum klinis pada sepsis neonatal menunjukkan bahwa perdarahan adalah salah
satu gejala klinis yang didapatkan pada bayi yang terbukti mengalami bacterial
sepsis. Pada penelitian ini, frekuensikejadian hasil kultur (+) pada bayi yang
mengalami perdarahan (83,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak
mengalami perdarahan (36,9%) dengan nilai p <0,05. Nilai crude odds ratio (COR)
= 8,55 dengan interval kepercayaan 95% (3,201-22,827) yang berarti bahwa bayi
kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami perdarahan. Setelah
menjadi faktor prediktor dengan nilai AOR = 6,31, yang berarti bayi dengan
bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami perdarahan. Hal ini
pemanjangan CRT (88%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian hasil kultur (+)
pada kelompok bayi dengan CRT normal (41,10%). Nilai crude odds ratio (COR) =
10,53 dengan interval kepercayaan 95% (2,946-37,633) yang berarti bahwa bayi
kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mempunyai CRT normal.Setelah
menjadi faktor prediktor dengan nilai AOR = 14,82, yang berarti bahwa bayi dengan
tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang mempunyai CRT normal. Hal ini sesuai
penurunan perfusi berhubungan secara signifikan dengan hasil kultur (+), demikian
pula sebuah studi yang dilakukan oleh WHO (2003) yang mengidentifikasi
pemanjangan CRT sebagai salah satu faktor yang dapat memprediksi bakteremia
adekuat, hal ini disebabkan oleh bakteri atau toksin yang dihasilkan akan
sitokin, myocard depressan factor, dan metabolit asam arakhidonat. Hal ini akan
penurunan resistensi vaskuler. Selain itu, infeksi bakteri dapat menganggu sistem
Frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi yang mengalami
peningkatan ANC (75,40%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian hasil kultur (+)
pada kelompok bayi dengan ANC normal (24,56%)dengan nilai p<0,05.Nilai crude
odds ratio (COR) = 9,43dengan interval kepercayaan 95% (4,02-22,136) yang berarti
bakteremia 9,43 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mempunyai
merupakan faktor prediktor dengan nilai AOR = 9,28, yang berarti bahwa bayi
kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang mempunyai ANC normal.
fagositosis. Frekuensi kejadian hasil kultur (+) pada kelompok bayi yang mengalami
penurunan ANC (66,67%) lebih tinggi daripada frekuensi kejadian hasil kultur (+)
pada kelompok bayi dengan ANC normal (24,56%).Namun, setelah dilakukan uji
statistik, didapatkan nilai p = 0,051 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa tidak ada
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhandari dkk (2008)yang
menunjukkan bahwa ANC lebih tinggi pada bayi baru lahir yang mengalami sepsis
waktu pengambilan sampel darah ,jika pengambilan darah dilakukan saat awal
penyakit, maka bisa jadi pengerahan netrofil dari sum-sum tulang ke sirkulasi masih
maka lama kelamaan jumlah neutrofil yang ada di sirkulasi akan berkurang,
sehingga dapat terjadi neutropenia. Selain itu, sampel pada penelitian ini pada
umumnya merupakan bayi cukup bulan yang sudah memilki aktivitas granulopoiesis
yang sudah lebih baik dibanding bayi kurang bulan.Pada literatur disebutkan pula
bahwa neutropenia lebih sering terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif daripada yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Namun, lamanya
perjalanan penyakit serta jenis bakteri penyebab tidak dianalisis pada penelitian
ini.Selain itu, pada penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai p untuk kemaknaan
netropenia adalah 0,051, suatu nilai yang merupakan titik kritis karena sangat
mendekati 0,05. Sehubungan dengan hal ini, titik potong netropenia yang digunakan
pada penelitian ini adalah kurang dari 1800/mm3, jika titik potong yang digunakan
lebih rendah maka hasil yang didapatkan kemungkinan besar akan menunjukkan
parameter klinis yang dapat diketahui dengan mudah dari pemeriksaan fisik dengan
ANC yang merupakan jenis pemeriksaan laboratorium yang relatif murah, sehingga
mempunyai fasilitas pemeriksaan kultur darah. Kekuatan lain dari penelitian ini
bakteremia atau tanpa bakteremia pada penelitian ini berdasarkan hasil kultur darah
yang diperoleh dari laboratorium yang tidak menutup kemungkinan adanya hasil
falsepositive maupun false negative. Kendala yang ditemukan adalah penelitian ini
semata-mata menggunakan data yang telah ada dari rekam medis sehingga
ditemukan beberapa kekurangan, yaitu data yang kurang lengkap atau tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan. Hal ini juga merupakan salah satu yang menyebabkan
jumlah sampel kelompok bayi yang mempunyai ANC yang menurun sangat sedikit
(6 sampel) sebab ada beberapa data dari rekam medis yang menunjukkan
neutropenia tetapi tidak dapat diikutkan dalam analisis karena dokumen hasil kultur
tidak ada.
BAB VII
VII.1. Kesimpulan
pemanjangan CRT dan ANC yang meningkat dapat dijadikan sebagai faktor yang
VII.2. Saran
neonatal.
4. DAFTAR PUSTAKA
5.
6.
7. Aminullah, Asril. 2008. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Buku Ajar Neonatologi.
Edisi 1. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
8. Anwer, Khurshid., Mustafa, Sulthan. 2000. Rapid Identification of neonatal
sepsis, (Online), (http://www.jpma.org.pk diakses 15 Juli 2011).
9. Bahl, Rajiv., Martines, Jose., Ali, Nabeela., Research Prioroties to Reduce
Global mortality From Newborn Infections by 2015, (Online),
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed diakses tanggal 15 Juli 2011).
10. Bhandari, Vineet., Wang, Chao., Rinder, Christine. Hematologic profil of
sepsis in neonates: neutrophil CD 64 as a Diagnostic Marker, (Online),
(http://www.pediatrics.org diakses tanggal 16 juli 2011).
11. Bratawidjaja, Karnen. 2006. Sitokin. Imunologi Dasar. Edisi 7. Balai penerbit
FKUI
12. Chiesa, Claudio., Panero, Alessandra.,Osbon, John., Simonetti, Antonella.
2004. Diagnosis of Neonatal Sepsis : A clinical and Laboratory Challenge,
(Online), (http://www.clinchem.org/cgi diakses tanggal 15 Juli 2011).
13. Christakis, Dimitri. 2009. Neonatal Sepsis : Looking Beyond The Blood
Culture, (Online), (http://www.archpediatrics.com diakses tanggal 18 Juli
2011).
14. Edmond, Karen.,Zaidi Anita. 2010. New Approaches to Preventing,
Diagnosing, and Treating Neonatal Sepsis, (Online),
(http://www.plosmedicine.org diakses tanggal 15 Juli 2011).
15. Enrione, Maria., Powell, Keith. 2008. Sepsis, Septic shock, and Systemic
Inflammatory Response Syndrome.Nelson Textbook of Pediatrics. Saunders
Elsevier. Philadelphia.
16. Epsinosa, Layseca., Gonzalez, Perez., Montes, torres. 2002. Expression of
CD64 as a potential marker of neonatal sepsis, (Online),
(http://www.igproducts.nl diakses tanggal 15 Juli 2011).
17. Gupta,Samir. 2011. Shock and Hypotensionin the Newborn, (online),
(http://emedicine.medscape.com diakses tanggal 20 Desember2011).
18. Hornik, C., Benjamin, D., Becker, K., Li, J., Clark, R. 2012. Use of The
Complete Blood Cell Count in Early Onset Neonatal Sepsis. The Pediatric
Infectious Disease Journal. 31(8) : 799-802.
19. Kayange, Neema., kamugisha, Erasmus., Mwizamhola, Damas.,Mshana,
Stephen. 2010.Predictors of Positive Blood Culture and Deaths Among
Neonates with Suspected Neonatal Sepsis in A tertiarry Hospital, Mwanza-
Tanzania, (Online), (http://www.biomedcentral.com diakses tanggal 15 Juli
2011).
20. Kumar, V., Sharma, A. 2010. Neutrophils : Cinderella of Innate immune
System. International Immunopharmacology. 10 (2010) :1325-1334.
21. Lokeshwar, M.R., Shah, Nitin., Manglani, Mamta. 2003. Immunohematology
of Neonatal Sepsis, (Online), (http://www.pedblood.org diakses tanggal 15 Juli
2011).
22. Manucha, V., Rusia, U., Sikka, M. 2002. Utility of Hematological Parameters
and C-Reaktive Protein in The Detectionof neonatal Sepsis, (Online),
(http://www.onlinelibrary.wiley.com diakses tanggal 16 Juli 2011).
23. Masood, K., Butt, Naeem., Sharif, Saadia. 2011. Clinical Spectrum of early
Onset neonatal sepsis. Annals.17: 27-30
24. Mishra, UK., Jacobs, SE., Doyle, LW., Garland, SM. 2005. Newer Approaches
to The Diagnosis of Early Onset Neonatal Sepsia, (Online),
(http://www.fn.bmj.com diakses tanggal 15 Juli 2011).
25. Melvan, Nicholas., bagby, Gregory., 2010. Neonatal Sepsis and Neutrophil
Insufficiencies, (Online), (http://www.ingentaconnect.com diakses tanggal
26. NNF Teaching Aids : Newborn Care ; Neonatal Sepsis, (Online),
(http://www.newbornwhocc.orgdiakses tanggal15 Juli 2011).
27. Ohlin, Andreas.2010. Aspects on Early Diagnosis of Neonatal Sepsis,
(Online), (http://www.publications.oru.se diakses tanggal 18 Juli 2011)
28. Okascharoen, Chusak., Sirinavin, Sayomporn., Thakkinstin, Ammarin. 2005.
A Bedside Prediction-Scoring Model for Late onset neonatal Sepsis, (Online),
(http://www.nature.com diakses tanggal 15 Juli 2011.
29. Osrin, David., Vergagno, Stefania, Costello, Anthony. 2004. Serious Bacterial
in Newborn Infants in Developing Countries, (Online), (http://www.mira.org
diakses tanggal 5 Agustus 2011).
30. Spector,Stephen., Ticknor, Warren., Grosssman, Moses. 1981. Study of the
Usefulness of Clinical and hematologicalFindings in the Diagnosisog neonatal
bacterial Infection, (Online), (http://cpj.sagepub.com diakses tanggal 20 Juli
2011).
31. Stoll, Barbara. 2008. Infection of The Neonatal infants.Nelson Textbook of
Pediatrics. Saunders Elseviers. Philadelphia.
32. Stoll, Barbara., Hansen, nellie., Sanchez, Pablo. 2011. Early Onset Neonatal
Sepsis : the burden of Group B Streptococcal and E. Coli Disease Countries,
(Online), (http://www.pediatrics.aapublications.org diakses tanggal 10 Agustus
2011).
33. Vergagno, S., Sharland, M., kazembe, P., Mwansambo, C. 2004. Neonatal
Sepsis : An International Perspective, (Online), (http://www.archdschild.com
diakses tanggal 15 Juli 2011).
34. Wynn, L james., Wong, R Hector. Pathophysiology and Treatment of Septic
Shock in Neonates, (on line), (http://www.perinatology.theclinics.com) diakses
tanggal 21 Agustus 2011).
35. Zaidi, Anita., Thaver, Durrane., Khan, Ahmed. 2009. Pathogen Associated
With Sepsis in Newborns and Young Infants in Developing Countries,
(Online), (http://www.journals.lww.com) diakses tanggal 20 Juli 2011).
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.