Anda di halaman 1dari 31

CHOLELITIASIS

Pendahuluan

Definsi
A. Pengertian cholelitiasis
Cholelitiasis adalah
Kolelitiasis (batu empedu) adalah adanya batu (kaskuli) dalam kandung
empedu berupa batu kolesterol akibat gangguan hati yang mengekresikan
kolesterol (Arief Mansjoer, 2001).Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di
kandung empedu,atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi
utamanyaadalah kolesterol. (Williams, 2003) keadaan dimana terdapatnya batu di dalam
kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,
2002). Kolelitiasis merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Barat, sedangkan di
Indonesia kolelitiasis baru mendapatkan perhatian (Lesmana, 2009). Diperkirakan lebih dari 95%
penyakit yang mengenai kandung empedu dan salurannya adalah penyakit kolelitiasis (Kumar et
al., 2007).

B. Etiologi

Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor


predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung
empedu.
dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu
kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu
(dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu
empedu.
progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur
tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi,
atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon
kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu.
batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri
dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul
akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu.
Adapun faktor resiko yang mempengaruhi kolelitiasis :
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.
Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko
terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon
(esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan
penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan
kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsure

 Adapun faktor resiko yang mempengaruhi kolelitiasis :

Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis


dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.
Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko
terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan
kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsure

C. ANATOMI FISIOLOGI
1) Anatomi Empedu
Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan
visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk
bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan
dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan
permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai
duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus
hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi kandung empedu
dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.
2) Fisiologi Empedu
Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.
Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini,
mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan.
Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang membatasinya juga
mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan ke
duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar
dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus
biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung
empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum
disalurkan ke duodenum.

D PATOFISIOLOGI
Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini adalah
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan
terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila
bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil
tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini
disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa
menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
Mekanisme batu pigmen
Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu

Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi
Batu kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam
pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat
tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid).

prev
next

E. Manifestasi klinis

kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.


Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen
kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri
ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan
makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat
kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan
kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar
akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago
kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok
pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan
menghambat pengembangan rongga dada.
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini
membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh
pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-
colored ”

D. Komplikasi
1. Kolesistitis akut dan kronik
2. koledokolitiasis
3. pankabatitis
4. kolangitis
5. abses hati
6. sirosin bilien
7. empiema
8. ikterus obstruktif

F. Pemeriksaan penunjang
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat
dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus.
Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi.
Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah
berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam
keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang
dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung
empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
atau bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk
mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk
melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan
isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak
dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami
obstruksi.(Smeltzer, 2002)
kandung empedu telah menebal.(Williams, 2003)
memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada
saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang
fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah
kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus,
kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan
keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi
percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)
utama.

konsep keperawatan
Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
1. Identitas klien/pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal Masuk Rumah Sakit,
nomor register dan ruangan, serta orang yang bertanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Pada pasien kolelitiasis biasanya akan megalami nyeri perut kanan
atas atau dapat juga kolik bilien disertai dengan demam dan ikterus.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien kolelitiasis biasanya akan terdapat gejala seperti perasaan
penuh pada epigastrium kadang-kadang mual dan muntah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Umumnya pasien kolelitiasis mempunyai riwayat nyeri perut kanan
atas dalam jangka waktu yang lama.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada pasien kolelitiasis tidak terpengaruh pada riwayat penyakit
keluarga, karena kolelitiasis bukan merupakan penyakit turunan atau
kelainan bawaan atau kongenital.
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada umumnya pasien kolelitiasis dapat memenuhi sebagian
besar dari tata laksana kesehatannya karena kolelitiasis tidak
mengganggu persepsi dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Terdapatnya gangguan dan penurunan absorbsi lemak
menyebabkan pasien kolelitiasis mengalami gangguan
gastrointestinal ringan seperti perasaan mual, kadang-kadang
disertai muntah.
c. Pola eliminasi
Pada umumnya pasien kolelitiasis tidak mengalami gangguan
eliminasi, tetapi warna alvi dan urin berubah warna (alvi menjadi
warna pucat urin menjadi warna gelap).
d. Pola istirahat dan tidur
Akibat dari nyeri perut kanan atas yang tiba-tiba muncul dapat
mengganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Akibat dari nyeri, mual, muntah, demam, perasaan penuh di
daerah epigastrium dapat mengganggu aktifitas dan latihan
pasien, karena pasien butuh istirahat.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pada umumnya akan terjadi kecemasan terhadap keadaan
penyakitnya baik oleh pasien itu sendiri maupun keluarga pasien.
g. Pola hubungan peran
Pada umum peran pasien terhadap keluarga ataupun respon
keluarga terhadap keadaan penyakitnya pasien tidak ada
gangguan.
h. Pola reproduksi seksual
Pada umumnya pola reproduksi seksual berpengaruh karena
keadaan penyakit pasien.
i. Pola penanggulangan stress
Pada umumnya pasien kolelitiasis cemas terhadap penyakitnya
keadaan penyakitnya.
j. Pola sensori dan kognitif
Pada umumnya pasien dengan batu empedu tidak terdapat
gangguan pada sensori dan kognitifnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan tentang agama dan kepercayaan yang dianut
pasien tentang norma dan aturan yang di jalankan.

3.1.2 PEMERIKSAAN FISIK


Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan dalam pemeriksaan
fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis akut, pasien akan mengalami nyeri
palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui
dengan adanya tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas
panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien
berhenti menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera dan bisa teraba hepar.

3.1.3 Pemeriksaan penunjang

a. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan
laboratorium.Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi lekositosis. Apabila terjadi sindrom mirizzi,
akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar
bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledokus. Kadar fosfatase
alkali serum dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya meningkat sedang setiap kali terjadi
serangan akut.
b. Pemeriksaan ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatic maupun ekstra
hepatic. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis
atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada
duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus.
Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih
jelas daripada dengan palpasi biasa.
c. Kolesistografi, untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena
relative murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat
dihitung jumlah dan ukuran batu.Cara ini memerlukan lebih banyak waktu dan persiapan
dibandingkan ultrasonografi. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaian
fungsi kandung empedu.1,16 Penataan hati dengan HIDA, metode ini bermanfaat untuk
menentukan adanya obstruksi di duktus sistikus misalnya karena batu.Juga dapat berguna untuk
membedakan batu empedu dengan beberapa nyeri abdomen akut. HIDA normalnya akan
diabsorpsi di hati dan kemudian akan di sekresi ke kantong empedu dan dapat dideteksi dengan
kamera gamma. Kegagalan dalam mengisi kantong empedu menandakan adanya batu
sementara HIDA terisi ke dalam duodenum.1,17 Computed Tomografi (CT) juga merupakan
metode pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya batu empedu, pelebaran saluran
empedu dan koledokolitiasis. Walupun demikian, teknik ini jauh lebih mahal disbanding USG.
Percutaneous Transhepatic Cholangiographi (PTC) dan Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP) merupakan metode kolangiografi direk yang amat
bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi bilier dan penyebab obstruksinya seperti
koledokolitiasis.Selain untuk diagnosis ERCP juga dapat digunakan untuk terapi dengan
melakukan sfingterotomi ampula vateri diikuti ekstraksi batu. Tes invasive ini melibatkan
opasifikasi lansung batang saluran empedu dengan 17 kanulasi endoskopi ampula vateri dan
suntikan retrograde zat kontras. Resiko ERCP pada hakekatnya dari endoskopi dan mecakup
sedikit penambahan insidens kolangitis dalam saluran empedu yang tersumbat sebagian.

3.1.4 PENATALAKSANAAN
a) Non Bedah, yaitu :
 Therapi Konservatif
- Pendukung diit : Cairan rendah lemak
- Cairan Infus : menjaga kestabilan asupan cairan
- Analgetik : meringankan rasa nyeri yang timbul akibat gejala penyakit
- Antibiotik : mencegah adanya infeksi pada saluran kemih
- Istirahat
 Farmako Therapi
Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu
terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu
hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak
dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu
tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan
sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi.
Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3
bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun ,
dalam hal ini pengobatan perlu dilanjutkan.
 Penatalaksanaan Pendukung dan Diet
Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk kedalam susu skim. Makanan
berikut ini ditambahkan jika pasien dapat menerimanya: buah yang dimasak, nasi atau ketela,
daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi
atau teh. Makanan seperti telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bumbu-bumbu yang
berlemak, sayuran yang membentuk gasserta alkohol harus dihindari. Penatalaksanaan diet
merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang hanya mengalami intoleransi terhadap
makanan berlemak dan mengeluarkan gejala gastrointestinal ringan.
BAB 2 TINJAUAN KASUS
Kasus :
pada tanggal 25 november 2019 jam 04.57 pagi melalui unit rawat jalan ,Tn.B dirawat diruang
jantung dengan rujukan Dr.Sugiharto Purnomo,dengan diagnose medis cholelitiasis. pasien
mengatakan nyeri perut bagian kanan hilang timbul sejak 4minggu yang lalu,pasien mengatakan
skala nyeri 6/10 ,sedikit mual, pasien mengatakan takut saat akan dilakukan operasi,pasien
tampak gelisah,cemas. GCS: E=4 M=6 V=5,kesadaran pasien compos mentis, keadaan umum
sedang,ttv pasien: TD: 120/80mmhg, S: 36c,N: 80x/mnt, RR: 18x/mnt,riwayat penyakit dahulu
pasien hipertensi dan diabetes mellitus,pasien akan menjalani tindakan laparatomi oleh
Dr.Sugiharto dan asisten bedah ,dilakukan anestasi umum oleh .

Masalah keperawatan :
1. nyeri akut (pre-op)
2. ansietas (pre-op)
3. ketidakefektifan bersihan jalan napas (post-op)
4. nyeri (post-op)

ASUHAN KEPERAWATAN PRE OP

PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 25,November,2019

Tanggal Masuk : 25,November,2019

Ruang/Kelas : jantung D03 kelas 1

Nomor Register : 02087706

Diagnosa Medis : cholelitiasis

Identitas Pasien

Nama : Tn. B

Jenis kelamin : laki-laki

Usia : 53 Tahun

Tanggal lahir : 23-12-1965

Agama : Katholik
Status : Menikah

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl.Mangga besar 1X-/II/224 A RW001/001 kel. tanggki


Jakarta barat

Diagnosis medis : cholelitiasis

Tindakan operasi : laparas copy

Dokter yang merawat : Dr.Sugiharto Purnomo, SpB

Dokter yang membedah : Dr. Sugiharto Purnomo, SpB

Jenisanastesi : Umum

Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : nyeri perut kanan

Riwayat penyakit sekarang : nyeri perut hilang timbul, mual, muntah, demam.

Pemeriksaan Penunjang

Test Result Unit Refference Range

HEMATOLOGI

Hemoglobin 14.6 g/dl 13.2 – 17.3

Hematokrit 45 % 40-52

Leukosit 9.9 10^3/uL 3.8 – 10.6


Trombosit H636 Ribu/uL 150 – 450

MCV 84 fL 80 – 100

MCH L27 pg/ml 28 – 33

MCHC 32 g/dL 32 – 36

Erotrosit 5.39 Juta/uL 4 . 60 – 6 . 20

HEMOSTATIS

Masa Perdarahan (BT) 2 Menit 1–6

Masa Pembekuan 10 Menit 5 – 15

KIMIA KLINIK

Glukosa Darah 197 mg/dL 70 – 200


Sewaktu

Creatinin Darah L 0.71 mg/dL 0.9 – 1.3

eGFR H 116.1 Ml/min/1.73^m 78.0 – 116. 0

Kalium 4.2 Mmo1/L 3.5 – 5.0

Natrium 139 Mmo1/L 136 - 146


Penatalaksanaan

Rawat inap:

Amlodipin 5mg

Metformint 500mg

test ceftriaxone (drip) 1x1gr

Intra operatif:

Miloz 2,5 mg

Ketamin 30 mg

Atrakurium 40 mg

Prosofol 50Mg

Dexametaso 2 amp

Ketorolac 30 mg

Catapres 300/jam

paracetamol 1gr

fentanyi 100mg

Infus RL 2 kolf
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OP

MASALAH KEPERAWATAN 1 : NYERI KRONIS

DIAGNOSA

Nyeri akut b.d agen-agen fisiologis

Data Subjektif Data Objektif

- Pasien mengatakan nyeri dibagian P : pada saat beraktifitas


abdomen sebelah dekstra
Q: Nyeri seperti ditusuk
- Pasien mengatakan mual
R: disebelah abdomen kanan dekstra
- Pasien mengatakan lemas
- pasien mengatakan pusing S: Skala nyeri (6/10)
- Pasien mengatakan nyeri hilang timbul.
T : Hilang Timbul

TTV:TD= 120/80 mmhg, S= 36, N=


80x/menit, RR= 18 x/menit

GCS : E=4 M=6 V=5

Compos mentis

KU : sedang

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 1x24 jam masalah keperawatan nyeri akut b.d
agen-agen fisiologis dibagian dekstra diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

- Pasien dapat memperlihatkan terknik relaksasi nafas dalam secara efektif


- Pasien melaporkan skala nyeri hilang atau berkurang menjadi 2
- Pasien memahami penyebab nyeri
- Pasien tampak nyaman

INTERVENSI

- Kaji nyeri PQRST


- Kaji penyebab nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
- Lakukan perubahan posisi pasien untuk mengurangi nyeri
- Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan nyerinya
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

IMPLEMENTASI

- Mengkaji nyeri PQRST


Hasil :

P : diabdomen kanan

Q: Seperti ditusuk tusuk

R: abdomen sebelah kanan

S: 4 /10

T: hilang timbul

- Mengkaji penyebab nyeri


Hasil : pasien memahami penyebab nyerinya karena adanya batu empedu

- Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam


Hasil : pasien mengatakan sudah paham dengan teknik relaksasi napas dalam

- Melakukan perubahan posisi pasien untuk mengurangi rasa nyeri


Hasil : pasien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan

- Membantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan pada nyerinya
Hasil : pasien terlihat dapat mengalihkan rasa nyerinya dengan mengobrol dengan perawat.

- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman


Hasil : lingkungan pasien terlihat nyaman dan aman

- Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien


Hasil : pasien mengatakan merasa termotivasi dan sering mendapatkan dukungan dari perawat

EVALUASI

S:

- pasien mengatakan penyebab nyerinya karena adanya batu empedu di abdomen dekstra
- Pasien mengatakan sudah paham dengan teknik relaksasi napas dalam
- Pasien mengatakan merasa termotivasi dan senang mendapat dukungan dari perawat.

O:

- P : diabdomen kanan
- Q: Seperti ditusuk tusuk
- R: abdomen sebelah kanan
- S: 4 /10
- T: hilang timbul
- Pasien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan
- Pasien terlihat dapat mengalihkan rasa nyerinya dengan mengobrol dengan perawat
- Lingkungan pasien terlihat nyaman dan aman
A: Masalah teratasi

P : Tindakan dihentikan

MASALAH KEPERAWATAN 2 : ANSIETAS

DIAGNOSA

Ansietas b.d preoprasi

Data Subjektif Data Objektif

-Pasien mengatakan takut akan menjalani - TTV :


operasi - TD : 120/80 mmhg
- S : 36 °C
- N : 80x/mnt
- RR : 18x/mnt
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan ansietas b.d spre oprasi
diharapkan dapat teratasi dengan krtiteria hasil:

- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas


- Pasien melakukan tindakan untuk mengurangi ansietas
- Pasien tampak tenang
INTERVENSI

- Kaji penyebab ansietas pasien


- Bina hubungan saling percaya
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien
- Berikan edukasi pre op

IMPLEMENTASI

- Mengkaji penyebab ansietas pasien


Hasil : pasien mengatakan takut dan cemas menjalani operasi

- Membina hubungan saling percaya


Hasil : pasien mengatakan percaya kepada perawat dan sudah dapat mengekspresikan
perasaannya pada perawat

- Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya


Hasil : Pasien bercerita tentang penyakitnya kepada perawat

- Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya.


Hasil : pasien terlihat sudah mampu mengekspresikan perasaannya

- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman


Hasil : lingkungan pasien terlihat nyaman dan aman

- Memberikan edukasi pre op


Hasil : Pasien jadi merasa keputusan untuk melakukan operasi adalah hal yang baik untuk tetap
menjaga kesehatannya
EVALUASI

S:

- Pasien mengatakan percaya kepada perawat dan sudah dapat mengekspresikan perasaannya
kepada perawat
- Pasien mengatakan sudah termotivasi dan mengatakan senang mendapatkan dukungan
perawat
- Pasien mengatakan memahami prosedur operasi yang akan dijalaninya.

O:

- Pasien sudah terlihat tampak tenang


- Pasien terlihat sudah mampu mengekpresikan perasaannya.
- Lingkugan pasien terlihat nyaman

A : Ansietas teratasi

P : Tindakan dihentikan

LAPORAN PRE OP

Pasien memiliki Riwayat penyakit. Pasien DM dan HIPERTENSI gangguan di saluran


pernafasan, tidak mempunyai alergi obat. Puasa 7 jam,tidak ada pra medikasi. Jenis anastesi
Umum. Perawatan pasca anastesi rawat inap.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PRE OP DI KAMAR BEDAH

Persiapan administrasi

Informed consent tindakan operasi (+)

Informed consent anestesi (+)

Informed consent transfusi (-)

Persetujuan administrasi ditandatangani oleh pasien atau keluarga & perawat (+)

Visit Anestesi (-)

Persiapan pasien

Pra medikasi (-)

Makan/minum terakhir jam 22.00 (+)

LWC/Gliserin Spuit (-)Cukur (+)

Mandi Chlorehexidin jam 10.00 (+)

Persiapan tambahan

Darah (-)

Infus (+) RL

Pindah ruangan ICU/ICCU/NICU (-)

Obat tambahan (-)

Pemakaian O2/NRM (-)

Pemeriksaan Diagnostik

Biopsi (+)

Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin 14,6

Hematokrit 45

Leukosit 9.9

Trombosit H636

Kalium 4.2

Natrium 439

Clorida (-)

Gula darah sewaktu 197

Analisa gas darah (-)

Kondisi pasien

Tingkat kesadaran E4M6V5

Tanda tanda vital

TD 120/80 mmHg

N 80 ×/menit

RR 18 ×/menit

S 36 0C

Obstruksi jalan nafas (-)

Pola nafas teratur (+)

Gangguan sirkulasi (-)

Alergi obat (-)


CHELIST KESELAMATAN OPRASI RS HUSADA INSTALASI KAMAR OPRASI

Apakah pasien telah ada identitas ? Ya

Apakah lokasi operasi sudah ditandai? Ya

Apakah prosedur operasi telah sesuai ? Ya

Apakah operasi sudah lengkap? Ya

Apakah mesin anastesi di cek kelengkapannya? Ya

Apakah post oksimeter terpasang dan berfungsi? Tidak

Apakah pasien mempunyai alergi? Tidak

Adakah kesulitan jalan nafas atau risiko aspirasi ? Tidak

Risiko kehilangan darah > 500 ml ? Tidak

Konfirmasi anggota tim :

Dr Operator : dr Sugiarto, SpB

Asisten Bedah : Sr. Yuli

Dr Anastesi : dr T Anesthesi

Perawat Anastesi : Sr. Atik

Perawat Instrumen : Sr. Lia

Konfirmasi identitas pasien, nama operasi, prosedur dan lokasi insisi


ASUHAN KEPERAWATAN POST OP

PENGKAJIAN KEPERAWATAN POST OP DI KAMAR BEDAH

Data administrasi

Laporan operasi : (+)

Laporan anestesi : (+)

Rekam medis : (+)

Jaringan operasi : PA : (-)

Kesadaran pasien

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan umum : Sedang

Tanda tanda vital : TD:111/69 mmHg, HR:65 x/mnt, RR: 23 x/mnt

Saturasi O2 :100 terpasang oksigen nasal kanul.

Keluhan saat di RR : sesak nafas

Pasien pindah ke ruangan : biasa

Skala nyeri : skala nyeri 5 dari 1-10

Jalan nafas

Normal : (+)

Intake cairan

Infus futrolit : (+)


MASALAH KEPERAWATAN 1 : NYERI AKUT

DIAGNOSA

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d sekret

Data Subjektif Data Objektif

- Pasien mengatakan sesak nafas -pasien tampak sulit bernafas

- Pasien mengatakan lemas -pasien tampak sulit mengeluaarkan sekret

0
TTV : TD=111/69 mmHg, S=36 C, N=
65x/menit, RR: 23x/menit.

GCS : E=4 M=6 V=5, Compos mentis

KU : sedang

TUJUANDANKRITERIAHASIL

SetelahdilakukanAsuhanKeperawatan dalam 1x24 jam masalah keperawatan ketidak efektifan


bersihan jalan nafas b.d sektret diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

- jalan nafas pasien paten

- TTV pasien dalam batas normal

- Pasien tampak tenang


INTERVENSI

- Kaji TTV pasien


- Kaji pola nafas pasien
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Lakukan perubahan posisi pasien untuk mengurangi sesak
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen nasal kanul

IMPLEMENTASI

- Mengkaji TTV pasien


Hasil : TD:120/80mmg N:80x/menit S:36c RR: 20X/menit

- mengkaji pola nafas pasien


Hasil: tidak terdengar suara nafas tambahan

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


Hasil : pasien mengatakan sudah paham dengan teknik relaksasi nafas dalam dan dapat
menerapkannya

- Melakukan perubahan posisi pasien untuk mengurangi sesak


Hasil : pasien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan

- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman


Hasil : lingkungan pasien terlihat sudah aman dan nyaman

- Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien


Hasil : pasien mengatakan merasa termotivasi dan senang mendapatkan dukungan dari perawat
EVALUASI

S:

- pasien mengatakan sudah paham dengan teknik relaksasi nafas dalam


- Pasien mengatakan merasa termotivasi dan senang mendapatkan dukungan dari perawat

O:

- pasien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan


- pasien tidak terengar suara nafas tambahan
- lingkungan pasien terlihat sudah aman dan nyaman
A : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

P : Intervensi dihentikan
MASALAH KEPERAWATAN 2

DIAGNOSA

Nyeri akut b.d agens-agens penyebab cedera biologis post op.

Data Subjektif Data Objektif

- Pasien mengatakan nyeri P = post exsisi biopsi laparatomi


dibagian insisi beedah
Q = Pasien mengatakan nyeri seperti perih
- Pasien mengatakan nyeri
R = abdomen dekstra
seperti terasa perih
S = Pasien mengatakan skala nyeri 6(0-10)
- Pasien mengatakan kalau
miring masih terasa nyeri T = Pasien mengatakn nyeri timbul abis operasi

0
TTV : TD=125/95 mmHg, S=36 C, N=
62x/menit, RR: 20x/menit.

GCS : E=4 M=6 V=5, Compos mentis

KU : sedang

TUJUANDANKRITERIAHASIL

SetelahdilakukanAsuhanKeperawatan dalam 1x24 jam masalah keperawatan Nyeri Akut b.d


agens-agens penyebab cedera biologi diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

- Pasien dapat memperlihatkan teknik relaksasi nafas dalam secara efektif

- Pasien melaporkan skala nyeri hilang atau berkurang menjadi 4

- Pasien tampak tenang

- Pasien memahami penyebab nyeri


INTERVENSI

- Kaji nyeri PQRST


- Kaji penyebab nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Lakukan perubahan posisi pasien untuk mengurangi nyeri
- Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan pada nyerinya
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

IMPLEMENTASI

- Mengkaji nyeri PQRST


Hasil : P : cholelitiasis Q : Seperti terasa perih, R : abdomen dekstra S : 4 /10, T : hilang timbul

- Mengkaji penyebab nyeri


Hasil: pasien memahami nyeri timbul karena post op exsisi biopsi laparatomi

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


Hasil : pasien mengatakan sudah paham dengan teknik relaksasi nafas dalam dan dapat
menerapkannya

- Melakukan perubahan posisi pasien untuk mengurangi nyeri


Hasil : pasien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan

- Membantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan pada nyerinya
Hasil : pasien terlihat dapat mengalihkan rasa nyerinya dengan mengobrol dengan perawat

- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman


Hasil : lingkungan pasien terlihat sudah aman dan nyaman

- Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien


Hasil : pasien mengatakan merasa termotivasi dan senang mendapatkan dukungan dari perawat

EVALUASI

S:

- Pasien mengatakan terasa perih pada bagian abdomen dekstra berkurang


- Pasien mengatakan sudah paham dengan teknik relaksasi nafas dalam
- Pasien mengatakan merasa termotivasi dan senang mendapatkan dukungan dari perawat

O:

- P : Post op. cholelitiasis


- Q : Seperti terasa perih
- R : abdomen dekstra
- S : 4/10
- T : hilang timbul
- pasien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan
- pasien terlihat dapat mengalihkan rasa nyerinya dengan mengobrol dengan perawat
- lingkungan pasien terlihat sudah aman dan nyaman
A : Nyeri Akut post op teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Dr.H.Y. Kun cara aplikasi klinis patofisiologi:Pemeriksaan dan manajelaki, edisi


2:2009;Buku kedokteran E G

Brunner & Suddart.2013. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta. EGC

Nanda,NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Mendiagnosis


Medis & NANDA,NIC-NOC. Jakarta: Media Tindakan Penerbitan.
ASUHAN KEPERAWATAN

LAPARAS COPY

CHOLELITIASIS

Di Susun Oleh:

Nama Kelompok:

1. Anis Armilati
2. Asri Agustina
3. Beni Saputra
4. Cindy
5. Denisa Oktavia
6. Aditya Pramono
7. Ahtalita
8. Alfa Ayu Clara T
9. Annisa Oktavia
10. Armiyani

Tahun Ajaran 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai