Anda di halaman 1dari 5

Teori Akuntansi

Resume BAB 6: Aset & BAB: 7 Kewajiban

Aset

Elemen-elemen dalam statemen keuangan yang ditentukan dalam perekayasaan,


merepresentasikan realitas kegiatan badan usaha, sehingga orang tidak perlu datang
langsung, cukup hanya memperoleh gambaran yang jelas mengenai realitas secara
keuangan. Salah satu elemen statemen keuangan adalah aset yang merepresentasikan
potensi jasa fisis mauapun non fisis yang dimiliki kesatuan usaha untuk menyediakan
barang dan jasa. Pengertian aset menurut FASB dalam rerangka konseptualnya,

“Aset adalah manfaat ekonomik masa depan yang cukup pasti yang diperoleh
atau dikuasai atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau
kejadian masa lalu.

Terdapat tiga kata kunci dalam definisi aset tersebut yakni aset harus mencakupi
manfaat ekonomik, dikuasai oleh entitas dan akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Manfaat ekonomik mengisyaratkan bahwa manfaat aset tersebut dapat terukur dan
dapat mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa akan datang. Dikuasai oleh
entitas mempunyai implikasi bahwa aset cukup dikuasai tidak harus dimiliki, karena
penguasaan aset lebih penting dalam konsep pemilikan aset. Akibat kejadian masa
lalu mempunyai makna bahwa traksaksi atau kejadian itu dapat menimbulkan
(menambah) bahkan mengurangi aset. Sedangkan, karakteristik pendukung aset
meliputi melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan dan berkekuatan hukum.

Pengukuran

Pengukuran aset mengisyaratkan penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan


pada suatu objek aset pada saat terjadi dan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran
fisis suatu objek. Dalam mengikuti aliran fisis suatu objek, kos aset mengalami tiga
tahap perlakuan akuntansi diantaranya pemerolehan (acquisition), pengolahan
(processing), dan penjualan (sales).
Pemerolehan aset dapat diukur secara objektif dengan harga sepakatan, dan
menjamin bahwa kos merupakan nilai wajar saat transaksi. Pengeluaran selama
periode pemerolehan masuk dalam kos aset. Karena kos merepresenatsikan manfaat
ekonomik, jika kos diperlakukan sebagai aset, kos itu disebut kos belum habis atau
tak terhabiskan (unexpired cost) atau masih dapat menghasilkan pendapatan.
Sedangkan, jika kos dimanfaatkan untuk mendatangkan pendapatan, maka bagian dari
kos aset yang merepresentasikan manfaat yang telah dihabiskan disebut dengan kos
terhabiskan (expired cost) dan menjadi pengukur biaya.

Penghargaan sepakatan atau kos menjadi bahan olah akuntansi karena


merefleksikan satuan uang yang andal dalam menilai aset tersebut secara wajar.
Pemerolahan aset dapat terjadi dari transaksi atau kejadian yang melibatkan kas atau
non kas. Jumlah rupiah dari kos barang atau jasa yang diperoleh secara tunai disebut
jumlah setara tunai. Selain itu jika jumlah rupiah dari kost barang atau jasa selain
tunai, terdapat beberapa cara tertentu dalam dasar pengukuran kosnya.

Penilaian Aset

Penilaian aset bermaksud untuk menentukan berapa jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada tiap pos aset dan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Terdapat
dua dasar penilaian aset untuk tujuan pelaporan, untuk mencapai kerandalan penilaian
atas dasar nilai pertukaran yaitu arah aliran aset dan waktu. Maka dari itu, terdapat
enam basis pengukuran yang digunakan yaitu: kos historis, kos pengganti, kos
harapan, harga jual masa lalu, harga jual sekarang, dan nilai terealisasi harapan.

Kaidah pengakuan FASB terdiri dari definisi, keterukuran, keberpautan, dan


keterandalan. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan berkaitan dengan
jumlah rupiah dikapitalisasi (capitalized) atau dibiayakan (expensed). Ketika kaidah
pengakuan tidak terpenuhi, maka kos diperlakukan menjadi beban pendapatan sebagai
biaya atau rugi. Masalah yang termasuk dalam penangguhan pembebanan, misalnya
kos yang termasuk dalam transaksi sewaguna, bunga selama konstruksi aset tetap,
riset dan pengembangan, eksplorasi minyak dan gas bumi, dan penjabaran valuta
asing.
Kewajiban

Kewajiban merupakan elemen neraca, yang merepresentasikan sumber dana dari


aset badan usaha berupa potensi jasa fisis maupun non fisis yang memampukannya
untuk menyediakan barang dan jasa. Terdapat tiga karakteristik utama kewajiban
yaitu: pengorbanan manfaat ekonomik masa depan, keharusan sekarang untuk
mentransfer aset, dan timbul akibat transaksi masa lalu. Pengorbanan manfaat
ekonomik berarti suatu objek mempunyai kewajiban untuk mengorbankan manfaat
yang cukup pasti di masa datang. Keharusan sekarang melekat pada tanggal
pelaporan, jadi ketika perusahaan harus mengorbankan manfaat ekonomik, maka
harus dilakukan sekarang. Keharusan sekarang dapat menimbulkan kewajiban bersifat
kontraktual, konstruktif, demi keadilan dan keharusan bergantung. Keharusan
kontraktual yaitu keharusan yang timbul akibat peraturan hukum yang menyatakan
kewajiban secara eksplisit atau implisit dan mengikat. Selain itu menimbulkan
keharusan konstruktif yaitu kewajiban yang timbil akibat kebijaka kesatuan usaha
dalam rangka etika bisnis bukan kewajiban yuridis. Keharusan demi keadilan adalah
keharusan yang timbul karena panggilan moran bukan karena etika bisnis dan hukum.
Keharusan bergantung yaitu keharusan yang pemenuhan di masa datang masih belum
jelas, terkait dengan syarat-syarat di masa datang. Selain tiga karakteristik utama
kewajiban terdapat beberapa karakteristik pendukung diantaranya adalah keharusan
membayar kas, identitas terbayar jelas, dan berkekuatan hukum.

Pada saat pengakuan, pengukuran dan penilaian kewajiban digunakan aset


sebagai bayangan cermin. Jika aset diukur atas dasar penghargaan sepakatan begitu
juga dengan kewajiban. Ketika aset direpresentasikan mengalami tiga tahap
perlakuan, kewajiban juga mengalami tiga tahap perlakuan, diantaranya adalah
penanggungan (pengakuan terjadinya), penelusuran dan pelunasan.

Pengakuan Kewajiban

Pengakuan kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi
yang telah terjadi. Kriteria pengakuan untuk memenuhi karakteristik elemen statemen
keuangan tidak berbeda dengan kriteria pengakuan aset yaitu adanya definisi,
keberpautan, keterandalan dan keterukuran dipenuhi. Saat untuk menandai bahwa
kriteria umum terpenuhi adalah terlaksanakannya kaidah pengakuan meliputi
ketersediaan dasar hukum, keterterapan konsep dasar konservatisme, ketertentuan
substansi ekonomik transaksi dan keterukuran nilai kewajiban.

Pengukuran

Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat
terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi tersebut dan bukan jumlah
rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Penghargaan sepakatan suatu kewajiban
merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah
pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.
Dengan demikian basis pencatatan kewajiban adalah nilai sekarang tunai buka nilai
nominal utang. Dalam pengukuran diskon dan premium obligasi, utang obligasi
diukur dan diakui atas dasar jumlah rupiah yang diterima dalam penerbitan obligasi.
Jadi idak terdapat untung maupun rugi dalam transaksi tersebut, jumlah rupiah
sebagai diskun atau premium merupakan harga sepakatan atau harga efektif obligasi.

Penilaian

Penilaian kewajiban mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada


setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban atau biasa
disebut dengan nilai pelunasan. Terdapat berbagai dasar atau atribut penilaian
kewajiban, yaitu harga pasar, nilai pelunasan neto dan nilai diskunan aliran kas. Nilai
pelunasan sekarang pada umunya bergantung pada nilai pasar obligasi. Amortisasi
diskun dan premium merupakan proses dalam rangka penelusuran kewajiban untuk
menentukan nilai pelunasan sekarang. Bila kewajiban dilunasi sebelum jatuh tempo,
maka akan terjadi selisih antara nilai buku dengan nilai pasar pada saat penebusan
maupun penarikan. Bila penarikan dilakukan dengan pendanaan kembali, maka
terdapat tiga perlakuan terhadap selisih tersebut yaitu kewajiban diamortisasi selama
sisa umur semua utang yang dilunasi, dilunasi selama umur utang baru dan diakui
sebagai laba atau rugi penarikan.

Penyajian Kewajiban
Penyajian kewajiban dalam neraca berdasarkan urutan jatuh temponya, ini berarti
jika kewajiban jangka pendek disajikan lebih dulu dibandingkan kewajiban jangka
panjang. Tujuannya adalah memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai