Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan yang menunjukkan bahwa di dalam

rongga mulut seseorang bebas dari kotoran, seperti plak dan calculus. Apabila kebersihan

gigi dan mulut terabaikan akan terbentuk plak pada gigi geligi dan meluas keseluruh

permukaan gigi. Kondisi mulut yang selalu basah, gelap dan lembab sangat mendukung

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri yang membentuk plak.

Mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang diukur dengan suatu index. Index

adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan

pemeriksaan dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak

maupun calculus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang

objektif (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010).

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan terbebasnya

gigi geligi dari plak dan calculus, keduanya selalu terbentuk pada gigi dan meluas ke

seluruh permukaan gigi, hal ini disebabkan karena rongga mulut bersifat basah, lembab

dan gelap, yang menyebabkan kuman dapat berkembang biak (Farida,2012).


B. Dasar-Dasar Kebersihan Gigi dan Mulut

Tujuan pembersihan gigi adalah menghilangkan plak dan calculus dari seluruh

permukaan gigi. Plak adalah merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terkalsifikasi,

menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan benda lain yang berada pada rongga

mulut seperti tumpatan, geligi tiruan maupun calculus. Dalam bentuk lapisan tipis, plak

pada umumnya tidak dapat terlihat dan hanya dapat dilihat dengan bantuan disclosing.

Dalam bentuk lapisan yang tebal plak terlihat sebagai deposit kekuningan atau

keabuabuan yang tidak dapat dilepas hanya dengan kumur-kumur atau irigasi tetapi dapat

dihilangkan dengan menyikat gigi (Farani W, 2008).

Calculus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan

melekat erat pada permukaan gigi. Calculus dikelompokkan menjadi supragingiva dan

subgingiva. Calculus supragingiva adalah calculus yang melekat pada permukaan

mahkota gigi mulai puncak margin gingiva dan dapat dilihat. Calculus ini berwarna

kekuningan, konsentrasinya keras seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dengan

menggunakan skeler. Calculus subgingiva adalah calculus yang berada dibawah batas

margin gingiva, biasanya pada daerah saku gusi dan melekat erat pada permukaan gigi.

Biasanya padat, keras, berwarna coklat tua atau hijau kehitam-.hitaman

(Basuni,dkk,2014).

C. Mekanisme Pembentukan Plak

Mekanisme pembentukan plak melalui suatu pembelahan internal dan deposisi

permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada kolum ini dan berlipat ganda
sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora mikrobia yang mencerminkan adanya

keseimbangan ekosistim organism atau microbial pada permukaan gigi. Plak pada gigi

dapat terlihat 1 - 2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene. Plak bisa berwarna putih,

keabu-abuan atau kuning dan memiliki tampilan yang bulat. Sejumlah kecil plak yang

tidak dapat terlihat pada permukaan gigi dapat dideteksi dengan menjalankan probe

periodontal sepanjang bagian sepertiga gigi bagian atas. Metode lain yang digunakan

yaitu dengan menggunakan disclosing solution. Tanpa adanya tindakan oral hygiene,

plak bisa berlanjut dan terus berakumulasi sampai sebuah keseimbangan tercapai antara

penghapusan plak dengan pembentukan plak (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010).

Proses pembentukan plak bisa dibagi menjadi tiga fase yakni:

a. Pembentukan Dental Pellicle

Pembentukan dental pellicle adalah fase awal dari pembentukan plak. Beberapa detik

setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit selapis t ipis dari protein saliva yang

terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi (serta pada restorasi dan geligi

tiruan). Lapisan yang disebut pelikel ini tipis (0,5μm), translusen, halus, dan tidak

berwarna. Lapisan ini melekat erat pada permukaan gigi.

b. Kolonisasi Awal Pada Permukaan Gigi

Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel, pelikel ini akan

terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi

biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan bakteri dapat menyelubungi

glikoprotein saliva. Bakteri awal yang berkolonisasi dengan pellicle pada permukaan

gigi sebagian besar adalah bakteri gram positif fakultatif seperti Actinomyces viscosus

dan Streptococcus sanguis.


c. Kolonisasi Kedua dan Maturasi Plak

Koloni kedua adalah mikroorganisme yang pada awalnya tidak berkoloni pada

permukaan gigi termasuk Prevotella intermedia, Prevotella loescheii,

Capnocytophaga spp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis.

Mikroorganisme ini melekat pada sel bakteri yang telah berada dalam plak. Selama

proses ini kondisi lingkungan perlahan-lahan akan berubah dan menyebabkan

terjadinya pertumbuhan selektif. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan

komposisi bakteri, dan setelah 2-3 minggu akan terjadi pertumbuhan flora kompleks,

termasuk bakteri anaerob gram negatif, bakteri motil dan spirochaeta (J.D.Manson,

2013).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut

Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010, Faktor-faktor yang

mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut yaitu:

1. Menyikat gigi

a. Pengertian menyikat gigi

Menyikat gigi adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan

dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringankeras

maupun jaringan lunak.

b. Frekuensi menyikat gigi

Menyikat gigi sebaiknya dua kali sehari yaitu pagi setelah makan pagi dan malam

sebelum tidur.
c. Cara menyikat gigi

Menurut (Sariningsih, 2012), cara menyikat gigi yang baik adalah sebagai berikut:

1) Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengandung fluor, banyaknya

pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah.

2) Kumur-kumur dengan air sebelum menyikat gigi.

3) Pertama-tama rahang bawah dimajukan kedepan sehingga gigi rahang atas

merupakan sebuah bidang datar. Kemudian sikatlah gigi rahang atas dan gigi

rahang bawah dengan gerakan ke atas dan ke bawah.

4) Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan bawah dengan gerakan

maju mundur. Menyikat gigi sedikitnya 8 kali gerakan untuk setiap

permukaan.

5) Sikatlah permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan gerakan naik turun

sedikit memutar.

6) Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah

dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.

7) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke lidah

dengan gerakan mencongkel keluar.

8) Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langitlangit

dengan gerakan sikat mencongkel ke luar dari rongga mulut.

9) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langitlangit

dengan dengan gerakan mencongkel.


d. Syarat sikat gigi yang ideal

1) Tangkai sikat gigi harus enak di pegang dan stabil, pegangan sikat gigi harus

cukup lebar dan cukup tebal.

2) Kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29 x 10

mm, untuk anak-anak 15-24 x 7 mm, untuk anak balita 18 mm x 7 mm.

3) Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak

jaringan lunak maupun keras.

2. Menggunakan benang gigi (dental floss)

Sebaiknya benang gigi digunakan satu kali sehari setelah menyikat gigi,

namun bila memungkinkan dilakukan dua kali sehari. Tindakan ini dapat

membersihkan celah gigi yang sempit yang tidak dapat dicapai sikat gigi (Pintauli dan

Hamada, 2010).

3. Jenis makanan

Menurut Tarigan 2013, fungsi mekanis dari makanan yang dimakan

berpengaruh dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, diantaranya :

a. Makanan yang bersifat membersihkan gigi, yaitu makanan yang berserat dan

berair seperti : buah-buahan dan sayur-sayuran.

b. Sebaliknya makanan-makanan lunak dan melekat pada gigi dapat merusak gigi

seperti, coklat, biskuit, dan lain sebagainya.

4. Merokok

Merokok mempunyai dampak yang besar bagi kebersihan gigi dan mulut

antara lain pewarnaan pada gigi (stain) dan karang gigi (calclulus) :

a. Pewarnaan pada gigi (stain)


Rokok mengandung tar dan nikotin yang dapat mengendap di permukaan gigi dan

menimbulkan pewarnaan coklat kehitam-hitaman. Pewarnaan ini tidak bisa

dihilangkan dengan menyikat gigi biasa sehingga menjadi masalah estetika

(mengganggu penampilan).

b. Karang gigi (calculus)

Plak yang menumpuk pada gigi, jika tidak dilakukan pengendalian plak, maka

timbunan bakteri di dalam plak akan semakin banyak dan plak mengalami

pertambahan massa, kemudian berlanjut dengan pengerasan yang disebut dengan

karang gigi (calculus). Karang gigi berwarna coklat kehitaman dan berbau.

Karang gigi tidak bisa dihilangkan dengan menyikat gigi biasa.

E. Akibat Tidak Memelihara Kebersihan Gigi dan Mulut

1. Karies gigi

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak

adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang

berkembang biak diatas suatu matrixs yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Mikroorganisme dalam plak ini akan

memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.

2. Karang gigi atau Calculus

Karang gigi atau calculus adalah timbunan plak gigi yang mengeras dan tumbuh

sedikit demi sedikit. Plak gigi terbentuk ketika bakteri dalam mulut bercampur

dengan protein dan sisa-sisa makanan. Biasanya karang gigi timbul karena sikat gigi
yang kurang bersih. Jika tidak dibersihkan, maka plak tersebut dapat menyebabkan

karang gigi.

3. Penyakit periordontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva megalami peradangan. Ada

dua tipe penyakit periodontal yang biasa di jumpai yaitu gingivitis dan periodontitis.

Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, biasanya gingiva

berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat

akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut peridontitis.

Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang

kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak

jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan jaringan

pendukung yang rusak. Bila penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat

maka lama kelamaan gigi akan longgar dan harus dicabut (Pintauli dan Hamada,

2010).

4. Bau mulut atau Halitosis

Halitosis merupakan suatu keadaan terciumnya bau mulut pada saat seseorang

mengeluarkan nafas (biasanya tercium pada saat berbicara). Bau nafas yang bersifat

akut, disebabkan kekeringan mulut, stres, berpuasa, makanan dan yang biasanya

mengandung sulfur. Kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut juga sangat

mempengaruhi timbulnya bau mulut yang tidak sedap (Yanti, 2008)


F. Cara Memelihara Kebersihan Gigi Dan Mulut

Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan kontrol plak dan scaling.

1. Kontrol plak

Kontrol plak adalah pengurangan plak mikroba dan pencegahan akumulasi plak pada

gigi dan permukaan gusi yang berdekatan, memperlambat pembentukan karang gigi.

Kontrol plak merupakan cara yang efektif dalam merawat dan mencegah gingivitis

serta merupakan bagian yang sangat penting dalam urutan perawatan dan pencegahan

penyakit rongga mulut (Fauzan, 2010).

2. Scaling

Scaling adalah suatu proses membuang plak dan calculus dari permukaan gigi.

Tujuan utama dari scaling adalah mengembalikan kesehatan gusi dengan cara

membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi yaitu plak dan calculus

dari permukaan gigi (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010).

G. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut

Ada beberapa cara mengukur atau menilai kebersihan mulut seseorang yaitu: Oral

Hygiene Index (OHI), Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S), Personal

HygienePerformance (PHP), Personal Hygiene Performance Modified (PHPM).

Penelitian ini menggunakan cara pengukuran kebersihan gigi dan mulut (OHI-S).

1. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)

Menurut Green dan Vermillion dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010,

index yang digunakan untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut disebut Oral
Hygiene Index Simplified (OHI-S). OHI-S merupakan tingkat kebersihan gigi dan

mulut dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI). Debris

Index merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap endapan

lunak dipermukaan gigi yang dapat berupa plak, material alba, dan food debris,

sedangkan Calculus Index merupakan nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi

akibat pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi utamanya adalah

kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme,

dan sel-sel ephitel deskuamasi dalam.

2. Gigi Indeks OHI-S

Menurut Green dan Vermillion dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010,

untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang, dipilih enam permukaan gigi

indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segment depan maupun belakang dari

seluruh permukaan gigi yang ada dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai

gigi indeks beserta permukaan indeks yang dianggap mewakili tiap segment adalah:

1) Gigi 16 pada permukaan bukal

2) Gigi 11 pada permukaan labial

3) Gigi 26 pada permukaan bukal

4) Gigi 36 pada permukaan lingual

5) Gigi 31 pada permukaan labial

6) Gigi 46 pada permukaan lingual


3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian OHI-S

Permukaan gigi yang diperiksa adalah permukaan yang jelas terlihat dalam

mulut yaitu permukaan klinis bukan permukaan anatomis. Jika gigi index pada satu

segmen tidak ada, lakukan gigi tersebut dengan ketentuan berikut:

1) Jika gigi molar pertama tidak ada, penelian dilakukan pada gigi molar kedua, jika

gigi molar pertama dan kedua tidak ada penilaian dilakukan pada gigi molar

ketiga, jika molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada, maka tidak dilakukan

penilaian untuk segment tersebut.

2) Jika gigi incisivus pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi

incisivus pertama kiri atas, dan jika gigi incisivus pertama kiri bawah tidak ada,

dapat diganti dengan incisivus pertama kanan bawah, jika gigi incisivus pertama

kanan dan kiri tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk segment tersebut.

3) Gigi segment dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang

karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan mahkota

atau jaket baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gigi sudah

hilang atau rusak lebih dari ½ pada permukaan gigi indeks akibat karies maupun

fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis.

4) Penilaian dapat dilakukan jika minimal dua gigi index yang dapat diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai