A. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
B. Tujuan khusus
1. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan.
3. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan
dan asuhan keperawatan.
4. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
5. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut
dan asuhan keperawatan di rumah.
6. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di
Puskesmas.
7. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal.
b. Proteksi kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok masyarakat
terhadap terpaparnya suatu penyakit.
b. Model Orem menjelaskan ada tiga jenis kebutuhan self care (mandiri)
1) Universal self care dibutuhkan oleh semua manusia, seperti udara, air,
makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, serta interaksi sosial. Bila
kebutuhan tersebut terpenuhi, maka komunitas akan dapat mencapai
kesehatan yang diharapkannya. Contoh, Anda mungkin pernah
melihat kekeringan di suatu desa, akan sangat memengaruhi
kehidupan komunitasnya. Masyarakat menjadi sulit untuk mencari air
bersih, dan bahkan untuk bercocok tanam pun menjadi sulit. Penyakit
akan banyak muncul dan kegagalan panen juga akan terjadi. Hal ini
tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan komunitas di dalamnya.
c. Keperawatan
Baiklah, Anda untuk lebih jelasnya model ini akan membahas tentang
tiga sistem keperawatan yang dapat digunakan perawat untuk
membantu komunitas dalam memenuhi gangguan kebutuhan, seperti
uraian di atas. Tindakan self care (mandiri) adalah reaksi komunitas
terhadap tuntutan untuk memenuhi kebutuhan self care dalam upaya
mencapai kesehatan.
a. Manusia
Model ini memandang manusia sebagai sistem terbuka yang
berinteraksi secara konstan dan dinamis seiring dengan adanya
respon terhadap stresor baik dari lingkungan internal maupun
eksternal. Model ini juga memandang manusia atau klien secara
keseluruhan (holistik) yang terdiri atas faktor fisiologis, psikologis,
sosial budaya, perkembangan, dan spiritual yang berhubungan secara
dinamis dan tidak dapat dipisah- pisahkan.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran
konsentrik yang saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar
kelangsungan hidup yang merupakan gambaran yang unik dari sistem
klien, seperti range temperatur normal, struktur genetik, pola respon,
kekuatan dan kelemahan organ, struktur ego, dan pengetahuan atau
kebiasaan. Stresor yang ada akan sangat memengaruhi kondisi klien,
contoh ketika di suatu daerah
terdapat banyak agregat remaja awal (usia 12-13 tahun) sudah banyak
yang merokok, karena mencontoh orang dewasa. Mengingat bahaya
merokok usia dini sangat besar, maka perawat komunitas akan
melakukan upaya pencegahan primer dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada remaja tersebut dengan melibatkan orang dewasa di
sekitarnya. Ini menunjukkan komunitas membutuhkan informasi dan
dukungan untuk melakukan perilaku sehat untuk mengatasi stresor.
b. Kesehatan
Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap
stresor yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian
dan subbagian keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan
bahwa sehat merupakan respons sistem terhadap stresor dilihat dalam
satu lingkaran konsentris core (inti) dengan tiga garis pertahanan,
yaitu fleksibel, normal, dan resisten, dengan lima variabel yang saling
memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan
perkembangan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada
di sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis dan
seimbang. Anda harus mengenal stresor yang berasal dari lingkungan
intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal, berikut uraiannya.
1) Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam sistem
klien. Contoh, melihat sekelompok pelajar SMP tawuran, perawat
tentu harus mengkaji mengapa remaja berperilaku demikian,
apakah remaja memiliki kepribadian yang mudah marah, gangguan
konsep dirinya, atau tidak terpenuhinya kebutuhan remaja,
sehingga marah menjadi kompensasi dari gangguan kebutuhan
tersebut.
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau
keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Contoh,
apakah perilaku tawuran tersebut dicontoh remaja dari lingkungan
keluarganya atau lingkungan komunitasnya? Lalu siapakah yang
berperan dalam mengatasi masalah tawuran remaja ini?
3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu
atau keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas. Contoh,
sosial politik, mungkin remaja tawuran, karena ada sisipan unsur
politik untuk mengalihkan permasalahan yang sedang terjadi di
wilayah tersebut.
d. Keperawatan
Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan manusia
secara utuh untuk mempertahankan semua variabel yang
memengaruhi respons klien terhadap stresor. Melalui penggunaan
model keperawatan ini, diharapkan dapat membantu individu,
keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level
maksimum dari total wellness. Perawat membantu komunitas
menjaga kestabilan dengan lingkungannya dengan melakukan
prevensi primer untuk garis pertahanan fleksibel, prevensi sekunder
untuk garis pertahanan normal, dan prevensi tersier untuk garis
pertahanan resisten.
Gambar 3.2.
Model Health Care System
Uraian tentang model health care system di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan
merupakan bagian yang saling berhubungan dan mendukung ke arah
stabilitas sistem.
3. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
c. Data Persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi :
1) Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu bagaimana perasaan
masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan dilingkungan tempat
tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan pada
masyarakat dalam kelompok yang berbeda (misalnya, lansia, remaja, pekerja,
professional, ibu rumah tangga, dll)
2) Persepsi Perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya, atau potensial masalah
yang dapat diidentifikasi.
Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang didapat dengan cara:
1) Survei epidemiologi;
2) Pengamatan epidemiologi;
3) Dan skrining kesehatan.
Sedangkan pada data sekunder, data didapatkan dari data yang sudah ada sebelumnya.
Sumber data sekunder didapat dari :
1) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, puskesmas, atau balai pengobatan.
2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya Kementrian Kesehatan, Dinas
Kesehatan, atau Biro Pusat Statistik.
3) Absensi sekolah, industry dan perusahaan.
4) Secara internasional, data dapat diperoleh dari data WHO, seperti : laporan populasi
dan statistic vital, population bulletin, dll.
Strategi perawat dalam melakukan pendokumentasian agar tidak membutuhkan waktu lama
dalam pendokumentasian :
a. Catat segera kejadian saat ditemukan atau setelah melakukan tindakan keperawatan
b. Lakukan pencatatan minimal data mayor (penting)
c. Perkirakan penggunaan waktu perawat oleh klien dalam catatan
d. Jangan mengulang catatan narasi yang telah dicatat dalam format checklist(kecuali ada
hasil penting yang memerlukan kejelasan)
e. Letakan format dokumentasi sedekat mungkin dan simpan di tempat yang mudah terlihat.
d. Dokumentasi Implementasi
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu
klien menyelesaikan maslah keperawatan yang dialaminya. Implementasi merupakan
pelaksanaan dari rencana intervensi keperawatan. Implementasi keperawatan dapat berupa
implementasi mandiri atau kolaborasi serta implementasi langsung atau tidak langsung.
Komponen yang harus ada dalam pendokumentasian implementasi keperawatan adalah
nama klien, usia, no indeks, hari/ tanggal/ waktu implementasi, diagnosis keperawatan,
tindakan keperawatan dan hasil, respon klien, paraf dan nama jelas perawat.
e. Dokumentasi Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan membandingkat suatu hasil yang telah dicapai dengan standar
untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat dan menilai sejauh mana keberhasilan
intervensi yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ni Made Riasmini, dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,
Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC
di Puskesmas dan Masyarakat: Universitas Indonesia (UI-Press).
Herawati, Neni FS. (2012). Buku Panduan Praktikum Keperawatan Komunitas I. PSIK
FK UNLAM: Banjarbaru.
Mubarak IW. (2009). Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. CV Sagung
Seto: Jakarta.