Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dan persaingan pasar

yang semakin ketat, sangatlah diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan dibidang kesehatan ditujukan

untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi tenaga kerja. Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) sangat penting untuk diperhatikan bagi semua tenaga kerja.

Pada kenyataannya keselamatan dan kesehatan kerja juga masih sangat kurang

memadai dan kurang mendapat perhatian dari instansi terkait serta masih banyak

tenaga kerja yang kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan untuk diri

sendiri.

Di Indonesia berdasarkan laporan kasus kecelakaan kerja dari PT.

Jamsostek yang sekarang sudah menjadi Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS)

sesuai data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Penduduk menyebutkan

cenderung meningkat dan data terakhir pada tahun 2011 tercatat sebanyak 99.491

kasus kecelakaan kerja (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Penduduk, 2013).

Sesuai data Proyek dari Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejateraan

yang dicetak pada bulan Maret 2012 setiap tahun hampir 100 orang pekerja di

bagian pengelasan mengalami cedera sewaktu melakukan pekerjaan karena sedikit

saja kelalaian atau tindakan berbahaya dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan

kerja (Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejateraan, 2012).

1
2

Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu ditingkatkan upaya dan

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di kalangan pengusaha dan

pekerja yang dihadapi diperusahaan. Maka sebagai upaya terakhir adalah

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu seperangkat alat yang digunakan

tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari bahaya atau

kecelakaan yang terjadi. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan

pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja, mesin yang produktif dan efisien,

bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi (Sofian, 2012).

Usaha sektor informal merupakan sektor kegiatan ekonomi marginal atau

kegiatan ekonomi kecil-kecilan. Biasanya dikaitkan dengan usaha kerajianan

tangan, dagang,usaha lain secara kecil-kecilan. Sekarang ini kontruksi las semakin

diminati oleh masyarakat, sehingga pelaksanaan pekerjaan las juga menjadi

meningkat. Peningkatan volume kerja ini beresiko meningkatkan kecelakaan

kerja. Kecelakaan kerja umumnya disebabkan karena cara memakai alat yang

salah, pemakaian pelindung yang kurang baik dan kesalahan-kesalahan yang lain.

Selanjutnya pengelasan juga menyebabkan timbulnya risiko kebakaran dan

peledakan sehingga perlu adanya tindakan pencegahan terhadap terjadinya bahaya

kebakaran maupun gangguan kesehatan (Widharto, 2013).

Upaya mencegah timbulnya penyakit khususnya pada tenaga kerja dapat

dilakukan malalui berbagai cara pengendalian yaitu pengendalian secara teknik,

administrasi dan pemakaian APD. Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi

sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja (Permenakertrans,

2010).
3

Telah diketahui bahwa pemakaian Alat pelindung diri dapat menimbulkan

berbagai masalah misalnya rasa ketidaknyaman, membatasi gerakan dan persepsi

sensoris dari pemakainya. Sekalipun merupakan cara pengendalian yang baik,

namun pengalaman sering menunjukkan bahwa cara pengendalian ini tidak selalu

bisa diterapkan di tempat kerja atau bila dapat diterapkan hasilnya masih belum

dan bahkan tidak memuaskan karena berbagai faktor diantaranya adalah desain

tidak semua bahan kimia yang toksik (Bintoro, 2010).

Bengkel las di kawasan kaway XVI merupakan salah satu industri kecil

yang berada di Kabupaten Aceh Barat. Jenis pekerjaan di bengkel las ini dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu pemotongan bahan baku, perakitan, pengelasan,

penggrendaan, pengamplasan dan pengecatan. Bengkel las listrik yang ada di

kecamatan kaway XVI terdapat sebanyak 22 unit bengkel las, dimana dari 22

bengkel yang ada, hanya 5 memiliki izin usaha dan selebihnya tidak memiliki izin

usaha. Dari hasil surver yang dilakukan peneliti sendiri semua bengkel las yang

ada di kecamatan kaway XVI tidak menyediakan APD bagi para pekerjanya,

penyediaan APD seperti Helm Pengaman, kacamata las, pelindung muka, pakaian

kerja, sarung tangan, pelindung dada dan sepatu kerja mutlat diperlukan

mengingat keselamatan kerja harus menjadi perioritas utama. Hampir semua

bengkel las yang ada di kecamatan kaway XVI didominasi oleh bengkel kecil

yang notabennya menggunakan alat-alat sederhana dan cenderung pemakaian

(APD) yang kurang begitu diperhatikan, sehingga tidak jarang terjadinya

kecelakaan kerja akibat tidak biasanya menggunakan (APD). Salah satu akibat

yang ditimbulkan dari kurangnya pemakaian (APD) ialah terjadinya iritasi pada

mata, ganguan pernafasan dan lainya. Kurangnya perhatian khusus terhadap


4

kesehatan dan keselamatan kerja dan minimnya penyediaan (APD) dari pihak

pemilik bengkel las listrik serta kurangnya pengetahuan tukang las listrik yang

ada di kecamatan kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis

pemakaian (APD) pada tukang las listrik di Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten

Aceh Barat.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bagaimana

analisis pemakaian (APD) pada tukang las listrik di Kecamatan Kaway XVI,

Kabupaten Aceh Barat.

I.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pemakaian (APD) pada tukang las listrik di

Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk menganalisis bagaimana pemakaian (APD) pada tukang las listrik di

Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.


2. Untuk menganalisis bagaimana pekerja tentang penggunaan (APD) pada

tukang las listrik di Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.


3. Untuk menganalisis pentingnya penggunaan (APD) pada tukang las listrik di

Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.

4. Untuk menganalisis bahaya yang di timbulkan akibat kerja pada tukang las

listrik di Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.

I.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis


5

1. Bagi pihak puskesmas dan dinas ketenaga kerjaan menjadi bahan masukan

dan informasi untuk meningkatkan penyuluhan mengenai pentingnya

penggunaan (APD)
2. Bagi pengusaha untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang

penyediaan APD untuk pekerjanya.

3. Bagi karyawan untuk manambah pengetahuan dan wawasan tentang

penggunaan (APD) khususnya alat pelindung muka untuk keselamatan kerja.

I.5. Manfaat Teoritis

1. Bagi fakultas kesehatan masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai salah

satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan perpustakaan yang

dapat digunakan bagi pihak-pihak yang berkepentinggan.


2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian

khusunya pada penggunaan pada tukang las listrik di Kecamatan Kaway XVI,

Kabupaten Aceh Barat.


3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan / referensi

untuk dipelajari di bangku perkuliahan, dan dapat dibandingkan pemakaian

(APD) pada tukang las listrik.


4. Bagi peneliti berikutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

acuan / referensi untuk dipelajari, dan dapat dikembangkan menjadi

pemecahan permasalah masa kerja dan pemakaian (APD) pada tukang las

listrik.

Anda mungkin juga menyukai