Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori Sinyal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi

yang sama tentang prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan. Namum dalam

kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor luar. Hal

ini disebut asimetri informasi, dan ini memiliki dampak penting pada struktur

modal yang optimal. Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana informasi

privat yang hanya dimiliki investor-investor yang hanya mendapat informasi saja.

Hal tersebut akan terlihat jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua

informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan,

maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal

terhadap suatu kejadian yang akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin

melalui harga saham (Sulistyanto, 2008:75).

Godfrey et al. (2010:374) mengatakan teori sinyal berbicara mengenai manajer

yang menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan untuk memberikan tanda

atau sinyal harapan dan tujuan masa depan. Menurut teori ini, jika manajer

mengharapkan suatu tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan,

mereka akan berusaha memberikan sinyal itu terhadap investor melalui akun-akun.

Manajer dari perusahaan lain yang memiliki kinerja yang baik akan memiliki

insentif yang sama, dan manajer dari perusahaan dengan kinerja rata-rata akan

memiliki insentif untuk melaporkan berita positif sehingga mereka tidak dianggap

12
13

berkinerja buruk. Manajer dari perusahaan dengan kinerja buruk umumnya akan

berinisiatif untuk tidak melaporkannya, tetapi mereka juga memilki insentif untuk

melaporkan kinerja buruknya untuk mempertahankan kredibilitas dalam pasar

saham. Mengasumsikan insentif-insentif tersebut untuk memberikan sinyal

informasi pada pasar modal.

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena

informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik

untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi

kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi

yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di

pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi

yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi

investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut

mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu

pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2000:392).

Menurut Hartono (2010), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan

investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan

pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada

waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi

tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis

informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news).
14

Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi

akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di

masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan

perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui

perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara

publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik

terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.

Pasar efisien adalah suatu kondisi dimana informasi tentang semua harga dapat

diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa hambatan khusus (Fahmi dan Hadi,

2011:182). Adapun Fama (1970) mendefinisikan pasar yang efisien sebagai

berikut:

“a security market is efficient if security prices fully reflect the information


available”
Hipotesis pasar efisien dikembangkan oleh Fama (1970) untuk

menggambarkan efisiensi pasar surat berharga atas informasi terhadap pasar

tersebut. Dalam hal ini Fama membagi hipotesis menjadi tiga betuk yaitu:

1) Bentuk lemah (weak form), mengasumsikan bahwa semua harga-harga saham

mencerminkan seluruh informasi pasar yang tersedia (historikal), sehingga

informasi harga dan volume perdagangan masa lalu tidak memiliki hubungan

dengan arah pergerakan harga-harga pada masa mendatang. Kesimpulan yang

bisa diambil adalah bahwa investor tidak dapat mengandalkan analisis teknikal

di dalam menghasilkan keuntungan di atas normal.


15

2) Bentuk semi-kuat (semi strong form), mengasumsikan bahwa semua harga-

harga saham mencerminkan seluruh informasi publik yang tersedia, yang

meliputu informasi pasar dan informasi publik nonpasar. Harga-harga

segera “menyesuaikan diri” terhadap semua informasi publik yang baru

diinformasikan, misalnya penelitian mengenai saham baru, pengumuman

laba dan dividen, perkiraan laba perusahaan, perubahan praktik akuntansi,

merger, dan pemecahan saham. Kesimpulannya adalah bahwa investor tidak

dapat mengandalkan analisis fundamental di dalam menghasilkan

keuntungan di atas normal.

3) Bentuk kuat (strong form), mengasumsikan bahwa semua harga-harga

saham mencerminkan seluruh informasi pasar, publik, dan sumber-sumber

dari dalam perusahaan yang tersedia bagi umum. Informasi tersebut

mencakup juga informasi yang dapat diperoleh dari analisis fundamental.

Dalam keadaan seperti ini tidak seorang investor pun dapat memperoleh

abnormal return dengan menggunakan informasi apapun.

Jika investor bertransaksi dalam sebuah pasar yang efisien, maka mereka dapat

mendasarkan pada harga-harga yang merefleksikan berbagai rangkaian informasi,

termasuk informasi laporan keuangan, dan mereka tidak harus memproses semua

informasi secara langsung (Beaver, 2002). Informasi laporan keuangan merupakan

informasi yang penting karena dimanfaatkan sebagai sinyal untuk investor potensial

terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh

para investor, maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang
16

dilaporkan. Dalam teori sinyal, manajemen laba merupakan sinyal buruk karena

mengakibatkan risiko yang dihadapi oleh investor juga semakin tinggi.

2.2 Manajemen Laba (Earnings Management)

2.2.1 Pengertian Manajemen Laba (Earnings Management)

Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target

rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan

kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan

oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu,

sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan

keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan

keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings

management). (Nuryaman, 2008)

Pengertian manajemen laba (earnings management) menurut Scott

(2009:403) adalah:

“earnings management is the choice by a manager of accounting policies,


or actions affecting earnings, so as to achieve some spesific reported
earnings objectives”

Pengertian manajemen laba menurut Sulistyanto (2008:48) adalah:

“upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi


informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk
mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi
perusahaan”
17

Berdasarkan kedua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan manajer dengan cara

memanipulasi informasi-informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan

sehingga jumlah laba yang tercatat dalam laporan keuangan tersebut sesuai dengan

keinginan manajer.

2.2.2 Klasifikasi Manajemen Laba (Earnings Management)

Manajemen laba dapat di klasifikasikan kedalam dua klasifikasi utama,

seperti yang dikemukakan oleh Usman Sastradipraja (2010:33) :

1) Cosmetic Earnings Management

Cosmetic earnings management terjadi jika manager memanipulasi akrual

yang tidak memiliki konsekuensi cash flow. Teknik ini merupakan hasil dari

kebebasan dalam aplikasi akuntansi akrual yang mungkin terjadi. Standar

akuntansi keuangan dan mekanisme pengawasan mengurangi kebebasan ini

tetapi tidak mungkin untuk meniadakan pilihan karena kompleksitas dan

keragaman aktivitas usaha. Akuntansi akrual yang membutuhkan estimasi

dan pertimbangan (judgements) menyebabkan kebebasan manager dalam

menetapkan angka akuntansi. Meskipun kebebasan ini memberikan

kesempatan bagi manager untuk menyajikan gambaran aktivitas usaha

perusahaan yang lebih informatif, kebebasan ini juga memungkinkan

mereka mempercantik laporan keuangan (window-dress financial

statement) dan mengelola earnings.


18

2) Real Earnings Management

Real earnings management terjadi jika manajer melakukan aktivitas dengan

konsekuensi cash flow. Insentif untuk melakukan earnings management

mempengaruhi keputusan investing dan financing oleh manager. Real

earnings management lebih bermasalah dibandingkan cosmetic earnings

management karena mencerminkan keputusan usaha yang seringkali

mengurangi kekayaan pemegang saham.

2.2.3 Motivasi Manajemen Laba (Earnings Management)

Menurut Scott (2003:296), hal-hal yang dapat memotivasi seorang manajer

melakukan earnings management antara lain:

1) Pola Bonus (Bonus Plan)

Pola motivasi ini diasumsikan bahwa manajer akan memilih prosedur

akuntansi yang meningkatkan keuntungan yang dilaporkan dalam upaya

untuk memaksimalkan imbalan bonus.

2) Perjanjian Hutang (Debt Covenants)

Motivasi ini muncul ketika perusahaan melakukan perjanjian hutang jangka

panjang yang berisikan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari

aksi manajer yang tidak sesuai dengan pemberi pinjaman, seperti dividen

yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja atau

laporan ekuitas jatuh dibawah tingkat yang ditetapkan, semua aktivitas yang

dapat mencairkan sekuritas pemberi pinjaman.


19

3) Biaya Politis (Political Cost)

Motivasi praktik manajemen laba biasanya dialami oleh perusahaan-

perusahaan besar, karena aktivitas operasi mereka menyentuh sebagian

besar masyarakat. Perusahaan-perusahaan seperti itu akan mengatur

labanya untuk mengurangi penampakannya, sebagai contoh untuk

mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah dilakukan

dengan cara penurunan laba.

4) Pajak (Taxation Motivation)

Pajak mungkin merupakan motivasi yang paling jelas dalam earnings

management. Bagaimana pun juga, bagian dalam perusahaan yang

menangani pajak cenderung untuk menjalankan peraturan akuntansinya

sendiri untuk mengkalkulasikan pendapatan kena pajak, dengan demikian

mengurangi ruang perusahaan untuk melakukan manuver. Dalam hal ini

manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang

harus dibayar.

5) Pergantian Pimpinan (Changes of Chief Executive Officer)

Earnings management diperkirakan terjadi pada periode pergantian

pemimpin. Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa

kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan

jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka

terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang

buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga

mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.


20

6) Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering (IPO))

Perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (Initial Public

Offering (IPO)) tidak memiliki harga saham yang established. Ini

memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana menilai saham dari

perusahaan yang melakukan IPO. Rupanya, informasi akuntansi keuangan

yang terdapat di dalam prospektus merupakan sumber informasi yang

berguna.

Menurut Nunung Badruzaman (2012:2) terdapat beberapa kondisi dan

motivasi yang membuat manajemen melakukan praktik manajemen laba

diantaranya adalah:

Tabel 2.1
Kondisi dan Motivasi Praktik Manajemen Laba
No Kondisi Motivasi

1 Laba rendah Menghindari penurunan harga saham

2 Persiapan IPO (Initial Public Memperoleh harga saham maksimal

Offering)

3 Laba diluar Bogey dan Caps Selalu memperoleh bonus

4 Sasaran politis Mengurangi political cost

5 Debt covenant Menghindari penalty

6 Laba diluar garis trend Menghindari respon negatif pasar

7 Volatility laba Income smoothing

8 Penggantian top manajemen Take a bath


21

9 Kerugian besar di masa lalu Reversing of accruals

2.2.4 Pola Manajemen Laba (Earnings Management)

Menurut Scott (2003:306) terdapat beberapa pola earnings management,

antara lain:

1) Taking a Bath

Pola ini terjadi selama ada tekanan dari organisasi pada saat pergantian

manajemen baru yaitu dengan mengakui kegagalan yang ada sebagai

kesalahan manajemen yang lama sehingga manajemen baru mempunyai

peluang yang besar untuk memperoleh laba. Konsekuensinya manajemen

melakukan pembersihan diri dengan membebankan perkiraan pada biaya di

masa mendatang.

2) Income Minimization

Pola ini dilakukan saat profitabilitas perusahaan tinggi agar tidak

mendapatkan perhatian pihak-pihak lain yang berkepentingan (aspek

political cost).

3) Income Maximization

Pola ini dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, dimana

laba yang dilaporkan masih berada di atas batas bawah dan jika ada dibawah

batas atas dari yang ditetapkan.


22

4) Income Smoothing

Bentuk earnings management ini merupakan yang paling digemari oleh

manajer. Jika manajer termasuk tipe risk-averse, maka mereka lebih suka

mengurangi varibilitas bonus sehingga cenderung melakukan perataan laba.

Perusahaan juga mungkin melakukan perataan laba bersihnya untuk

pelaporan eksternal. Hal ini ditunjukkan untuk penyampaian informasi ke

pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.

2.2.5 Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil

Menurut Roychowdhury (2006), the real earnings management (REM) adalah

satu bentuk manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi aktivitas

operasional perusahaan. Manipulasi ini diukur dengan adanya satu penyimpangan

dari praktik operasional perusahaan yang normal. Motivasi manajemen melakukan

ini adalah adanya keinginan untuk mengelabui pelaporan keuangan perusahaan

untuk beberapa stakeholder dalam rangka memenuhi tujuan tertentu.

Perkembangan penelitian empiris tentang manajemen laba yang ditemukan

oleh Graham et al. (2005), Gunny (2005), Roychowdhury (2006), serta Cohen dan

Zarowin (2008) menemukan bahwa manajer telah bergeser dari manajemen laba

akrual menuju manajemen laba riil setelah perioda Sarbanes-Oxley Act (SOX).

Menurut Graha et al. (2005), pergeseran dari manajemen laba akrual ke manajemen

laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering

dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada

keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Pilihan akuntansi yang dilakukan
23

terkait dengan akrual pada perusahaan mempunyai risiko yang lebih besar terhadap

pemeriksaan oleh pihak yang berwenang di pasar modal dan perusahaan akan

mendapatkan sanksi apabila terbukti melakukan penyimpangan standar akuntansi

yang berlaku umum dengan tujuan untuk memanipulasi laba. Kedua, hanya

menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang

beresiko. Teknik manajemen laba akrual dan manajemen laba riil tersebut memiliki

kelemahan dan kelebihan masing-masing sehingga mendorong manajer untuk dapat

mengkombinasikan kedua teknik manajemen laba tersebut untuk mencapai target

laba. Dalam mendeteksi tindakan manipulasi aktivitas riil yang dilakukan oleh

perusahaan, Roychowdhury (2006) menggunakan model Dechow et al. (1998) dan

fokus pada tiga metode manipulasi berikut.

1) Manipulasi Penjualan

Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan

secara temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga

produk secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih

lunak. Strategi ini dapat meningkatkan volume penjualan dan laba periode

saat ini, dengan mengasumsikan marginnya positif. Meskipun volume

penjualan meningkat dan menyebabkan laba tahun berjalan tinggi namun

arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan kredit dan

potongan harga.

2) Pengurangan Beban-beban Diskresionari (discretionary expenditures)

Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban

penelitian dan pengembangan, iklan, penjualan, administrasi, dan umum


24

terutama dalam periode dimana pengeluaran tersebut tidak langsung

menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba

dan arus kas periode saat ini namun dengan resiko menurunkan arus kas

periode mendatang.

3) Produksi Besar-besaran (Overproduction)

Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih

banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi

yang lebih tinggi akan menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih

rendah. Strategi ini dapat menurunkan cost of goods sold dan meningkatkan

laba operasi.

Ketiga cara manipulasi aktivitas riil di atas biasanya dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan dengan kinerja yang buruk sehingga tidak memiliki banyak

akrual untuk dimanipulasi. Satu-satunya cara adalah dengan manipulasi aktivitas

riil tertama untuk mencapai laba sedikit di atas nol. Dengan ketiga cara di atas

perusahaan-perusahaan yang diduga melakukan manipulasi aktivitas riil akan

mempunyai abnormal cash flow operation (CFO) dan abnormal discretionary

expenses yang lebih kecil serta abnormal production cost yang lebih besar

dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Dalam penelitiannya, Ratmono (2010)

menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dengan

kinerja keuangan yang buruk terbukti melakukan manajemen laba melalui

manipulasi aktivitas riil.


25

2.2.6 Metode Pendeteksian Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas

Riil

Manajemen laba pada penelitian ini diukur dengan manajemen laba melalui

manipulasi aktivitas riil yang menggunakan model pengukuran yang dikembangkan

oleh Roychowdhury (2006). Proksi-proksi manajemen laba melalui pendekatan ini

yaitu abnormal cash flow operation, abnormal discretionary expenses dan

abnormal production costs. Masing-masing proksi tersebut dihitung sebagai

berikut:

a) Manipulasi Aktivitas Riil melalui Arus Kas Kegiatan Operasi

CFOt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + α2(St/At-1) + α3(∆St/At-1) + Ԑt

Keterangan:

CFOt : arus kas kegiatan operasi tahun t

At-1 : total asset perusahaan i pada tahun t-1

St : total penjualan pada tahun t

∆St : perubahan penjualan perusahaan dari akhir tahun t dengan tahun t-1

Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus

kas kegiatan operasi abnormal, maka untuk setiap observasi tahun arus kas

kegiatan operasi abnormal (Abn_CFO) adalah selisih dari nilai arus kas

kegiatan operasi aktual yang di skalakan dengan total aktiva satu tahun

sebelum pengujian dikurangi dengan arus kas kegiatan operasi normal yang

dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi yang diperoleh dari model

persamaan di atas.

Abn_CFO = CFOt - CFOt/At-1


26

Jika Abn_CFO bernilai negatif, hal tersebut mengindikasikan bahwa

peusahaan tersebut melakukan manajemen laba riil melalui manipulasi

penjualan.

b) Manipulasi Aktivitas Riil melalui Biaya Diskresioner

DISEXP/ At-1 = α0 + α1(1/At-1) + α2(St-1/At-1) + Ԑt

Keterangan:

DISEXP : discretionary expenses yaitu beban penelitian dan pengembangan

+ beban iklan + beban penjualan, administrasi dan umum

At-1 : total asset perusahaan i pada tahun t-1

St-1 : total penjualan pada tahun t-1

Nilai koefisien dari persamaan regresi di atas digunakan untuk

menghitung nilai biaya diskresioner normal. Sehingga, biaya diskresioner

abnormal (Abn_DISEXP) diperoleh melalui cara yang sama seperti arus kas

kegiatan operasi yaitu dengan mengurangkan nilai biaya diskresioner aktual

yang diskalakan dengan total aktiva dalam satu tahun sebelum periode

pengujian dengan biaya diskresioner normal yang dihitung dengan

menggunakan koefisien estimasi dari model persamaan di atas.

Abn_DISEXP = DISEXPt – DISEXPt/At-1

Jika Abn_DISEXP bernilai negatif, hal tersebut mengindikasikan bahwa

perusahaan melakukan manajemen laba riil melalui pengurangan

pengeluaran diskresioner.

c) Manipulasi Aktivitas Riil melalui Biaya Produksi

PROD/At-1 = α0 + α1 (1/At-1) + α2(St/At-1) + α3(∆St/At-1) + α4(∆St-1/At-1) + Ԑt


27

Keterangan:

PRODt : biaya produksi pada tahun t dimana PRODt = COGSt + ∆INVt

At-1 :total asset perusahaan i pada tahun t-1

St : total penjualan pada tahun t

∆St : perubahan penjualan perusahaan dari akhir tahun t dengan tahun t-1

∆St-1 : perubahan penjualan perusahaan dari akhir tahun t-1 dengan tahun t-

Sama halnya dengan arus kas kegiatan operasi dan biaya diskresioner

nilai koefisien estimasi dari persamaan regresi di atas untuk menghitung

nilai biaya produksi normal. Sehingga, biaya produksi abnormal

(Abn_PROD) diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya produksi

aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum periode

pengujian dengan biaya produksi normal yang dihitung dengan

menggunakan koefisien estimasi dari model persamaan di atas.

Abn_PROD = PRODt – PRODt/At-1

Perusahaan diduga melakukan manajemen laba riil melalui produksi

secara berlebihan jika Abn_PROD bernilai positif.

2.3 Pasar Modal

2.3.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara permintaan

dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu

tahun (Mohamad Samsul, 2006:43). Pasar modal terdiri dari kata pasar dan modal.
28

Jadi, pasar modal dapat di definisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan

penawaran terhadap modal, baik dalam bentuk ekuitas maupun hutang jangka

panjang (Martalena, 2011:2).

Di dalam bab 1 pasal 1 angka 13 UU Pasar Modal No 8 1995, Pasar modal di

definisikan sebagai berikut :

“Pasar modal di definisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan


penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.”

Pasar modal menurut Sunariyah (2011:4) adalah sebagai berikut:

“Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham, obligasi, dan jenis
surat berharga lainnya dengan memakai jasa perdagangan efek”
Dari beberapa uraian di atas kita dapat memahami bahwa pasar modal adalah

tempat penawaran dan permintaan atas surat berharga. Di tempat ini para pelaku

pasar yaitu individu maupun badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus

fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan emiten.

Sebaliknya, ditempat itu pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan

surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu. Dengan demikian, pasar modal

memfasilitasi hubungan antara pemilik modal atau investor dengan peminjam dana

atau disebut emiten (perusahaan yang go public).


29

2.3.2 Peran dan Manfaat Pasar Modal

Pasar modal sebagai tempat permintaan dan penawaran atas surat berharga

memiliki peran dan manfaat bagi para pelaku pasar di pasar modal. Menurut

Martalena dan Malinda (2011:5), peran dan manfaat pasar modal adalah sebagai

berikut :

1) Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien.

2) Pasar modal sebagai alternatif investasi.

3) Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan

berprospek baik.

4) Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan.

5) Peningkatan aktivitas ekonomi nasional.

Menurut Sunariyah (2011:7) peranan pasar modal pada suatu negara dapat

dilihat dari lima segi, yaitu sebagai berikut:

1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk

menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan.

Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam

melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi

tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara tidak

langsung). Pada dewasa ini, kemudahan tersebut dapat dilakukan dengan

lebih sempurna setelah adanya sistem perdagangan efek melalui fasilitas

perdagangan terkomputerisasi.
30

2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk

menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan

mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal.

Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan atau emiten untuk

memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan dividen dan

stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan

kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas. Tingkat

kepuasan hasil yang diharapkan akan menentukan bagaimana pemodal

menanam dananya dalam surat berharga atau sekuritas dan tingkat harga

sekuritas di pasar di cerminkan kondisi perusahaan.

3) Pasar modal memberikan kesempatan pada investor untuk menjual kembali

saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya

pasar modal, para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki

tersebut pada setiap saat. Apabila tidak ada pasar modal, maka investor

terpaksa harus menunggu pencairan surat berharga yang dimilikinya sampai

dengan saat likuidasi perusahaan. keadaan semacam ini akan menjadikan

investor kesulitan menerima uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan

berakibat menerima risiko rugi yang sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi

operasi pasar modal memberikan kepastian dalam menghindari risiko rugi,

yang pada dasarnya tidak seorang pun investor yang bersedia menanggung

kerugian tersebut. Jadi, operasi pasar modal dapat menghindarkan

ketidakpastian di masa yang akan datang dengan segala bentuk resiko dapat

diantisipasi sebelumnya dengan baik.


31

4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat

berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan

alternatif cara penggunaan mereka. Selain dengan menabung, uang dapat

dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan

membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. Apabila sebagian kecil

saham tersebut sedikit demi sedikit berkembang dan meningkat jumlahnya

maka ada kemungkinan bahwa masyarakat dapat memiliki saham

mayoritas.

5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi

para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya

informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan

kebutuhan terhadap informasi bagi para pemodal secara lengkap, yang

apabila hal tersebut harus dicari sendiri maka akan memerlukan biaya yang

sangat mahal. Dengan adanya pasar modal tersebut, biaya memperoleh

informasi ditanggung oleh pelaku pasar bursa, yang dengan sendirinya akan

jauh lebih murah. Biaya informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu:

a. Biaya pencarian (research costs) informasi tentang emiten. Termasuk di

dalamnya adalah biaya eksplisit, seperti biaya iklan untuk

mengumumkan jual beli saham. Disamping itu, harus diperhitungkan

pula biaya implisit, seperti waktu mencari calon pembeli atau calon

investor.
32

b. Biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau

kelemahan surat berharga. Misalnya, dividen dari suatu saham

perusahaan. Dalam pasar modal yang efisien, informasi semua itu

dicerminkan dalam harga saham.

2.3.3 Struktur Pasar Modal

Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh UU No.8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal (www.idx.co.id):

Gambar 2.1
Bagan Struktur Pasar Modal Indonesia

Sumber: www.idx.co.id

1) Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan

UU No 21 tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan

dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen

dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
33

dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.

OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK.

2) Bursa Efek

Merupakan lembaga resmi yang telah memperoleh izin resmi dari OJK

selaku pihak yang berwenang untuk menjalankan perdagangan efek serta

menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan anggota bursa

efek.

3) Lembaga Kliring dan Penjaminan

Bertugas untuk menyediakan jasa kliring serta penjaminan penyelesaian

transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien.

4) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Bertugas untuk menyediakan jasa kustodian sentral serta penyelesaian

transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien.

5) Perusahaan Efek

Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek,

perantara pedangang efek dan manajer investasi.

6) Lembaga Penunjang

Lembaga penunjang Pasar Modal terdiri dari:

a. Biro Administrasi Efek (BAE)

Merupakan pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten melakukan

pencatatan kepemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan

efek.
34

b. Bank Kustodian

Merupakan pihak yang memberikan jasa penitipan kolektif dan harta

lainnya yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima

dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek,

mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

c. Wali Amanat

Adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.

Tugasnya antara lain menghandiri Rapat Umum Pemegang Obligasi

(RUPO) dan mewakili kepentingan pemegang obligasi dalam hubungan

dengan emiten.

d. Pemeringkat Efek

adalah perusahaan swasta yang melakukan pemeringkatan atas efek

yang bersifat utang (obligasi).

7) Profesi Penunjang

Profesi penunjang pasar modal antara lain:

a. Akuntan

Akuntan publik adalah pihak yang memberikan pendapat atas kewajaran

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus

kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta memberi

petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik.


35

b. Notaris

Tugas notaris adalah membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta

perubahan anggaran dasar, dan menyiapkan naskah perjanjian dalam

rangka emisi efek.

c. Perusahaan penilai

Penilai mempunyai tugas melakukan penilaian terhadap aktiva

perusahaan dan menentukan nilai wajar atas suatu aktiva tetap emiten

dalam proses akuntansi.

d. Konsultan hukum

Konsultan hukum mempunyai fungsi melakukan pemeriksaan secara

menyeluruh dari segi hukum; serta memberikan pendapat dari segi

hukum terhadap emiten dan perusahaan publik. Tujuannya adalah untuk

membuktikan bahwa emiten yang melakukan penawararan umum tidak

bermasalah dari sisi hukum.

8) Pemodal

Investor adalah pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya

di perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga.

Sebelum membeli atau menanamkan modalnya, investor melakukan

analisis terhadap perusahaan tersebut, prospek emiten, dan laln-lainnya.

Investor ini dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
36

9) Emiten

Emiten adalah perusahaan yang memperoleh dana di pasar modal dengan

melaksanakan penawaran umum atau investasi langsung (private

placement) Emiten terdiri atas perusahaan publik dan reksadana.

2.3.4 Instrumen Pasar Modal

Dalam pasar modal terdapat banyak instrumen yang ditawarkan, antara lain

saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Setiap instrumen memiliki karakteristik,

keuntungan dan risiko yang berbeda-beda. Berikut pembahasan tiap jenis dan

karakteristik dari tiap instrumen pasar modal.

Tabel 2.2
Ringkasan Instrumen Pasar Modal
Instrumen Definisi Keuntungan Risiko
Saham Sertifikat yang - Capital gain - Capital
menunjukkan - Dividen loss tidak
bukti ada
kepemilikan pembagian
suatu dividen
perusahaan - Risiko
likuidasi
- Delisting
dari bursa
efek
Obligasi Efek bersifat - Bunga - Gagal
hutang dengan bayar
jumlah serta - Risiko
waktu yang tingkat
telah suku bunga
ditetapkan (interest
- Capital gain rate risk)
- Dapat - Capital
dikonversi loss
menjadi - Callability
saham (untuk
37

obligasi
konversi)
- Memiliki hak
klaim
pertama pada
saat emiten
dilikuidasi
Bukti right (hak Sekuritas yang - Capital gain - Capital
memesan efek memberikan dengan loss dengan
terlebih dahulu) hak kepada leverage, jika leverage
pemiliknya bukti right - Capital
untuk membeli ditukar loss yang
saham baru dengan diperoleh
perusahaan saham baru di pasar
dengan harga - Capital gain sekunder
dan dalam yang
periode tertentu diperoleh di
pasar
sekunder
Waran Merupakan - Capital gain - Capital
sekuritas yang dengan loss dengan
melekat pada leverage, jika leverage
penerbitan waran di - Capital
saham maupun konversikan loss yang
obligasi yang menjadi diperoleh
memberikan saham baru di pasar
hak kepada - Capital gain sekunder
pemiliknya yang
untuk membeli diperoleh di
saham pasar
perusahaan sekunder
dengan harga
dan pada
jangka waktu
tertentu
Reksadana Saham, - Tingkat Capital loss, risiko
obligasi, atau pengembalian likuidasi pada
efek lain yang yang reksadana tertutup
dibeli oleh potensial
sejumlah - Pengelolaan
investor dan dana oleh
dikelola oleh manajemen
sebuah yang
perusahaan profesional
investasi
profesional
38

Sebagai Jenis tabungan - Bunga - Tingkat


perbandingan: pada bank - Tidak ada suku bunga
Deposito dengan jangka capital loss yang
berjangka waktu tertentu rendah
- Tidak ada
capital gain
Sumber : Martalena dan Malinda (2011)

2.4 Saham

2.4.1 Pengertian Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer.

Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan

untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi lain, saham merupakan instrumen investasi

yang banyak dipilih oleh para investor karena saham mampu memberikan tingkat

keuntungan yang menarik. Saham merupakan bukti memiliki perusahaan dimana

pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder)

(Mohamad Samsul, 2006:45).

Menurut Fahmi dan Hadi (2011:68) saham adalah :

a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.


b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan di
ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual.
Pengertian saham menurut Martalena dan Malinda (2011:12) :

“saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau


pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).”
39

2.4.2 Kepemilikan dan Karakteristik Saham

Kepemilikan saham biasa pada suatu perusahaan menurut Sundjaja dan

Barlian (2003:348) dapat berbentuk:

1) Kepemilikan saham pribadi, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang

dimiliki secara pribadi atau individual.

2) Kepemilikan saham tetap, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang

dimiliki oleh sebuah kelompok investor kecil seperti keluarga.

3) Kepemilikan saham publik, yaitu saham biasa perusahaan yang telah

dimiliki oleh publik dan dimiliki oleh sebuah kelompok besar yang tidak

ada hubungannya antar individu dan atau suatu lembaga investasi.

Karakteristik saham biasa menurut Martalena dan Malinda (2011:57) adalah

sebagai berikut:

1) Berhak atas pendapatan perusahaan berupa dividen. Dividen yang

dibagikan dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham.

2) Berhak atas harta perusahaan jika perusahaan dilikuidasi di urutan yang

terakhir. Jaminan investor dapat dilhat dari nilai buku per lembar saham.

Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3) Tanggung jawab terbatas, tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas

nilai saham yang dimiliki dan tidak memiliki tanggung jawab pribadi yang

menjadikan harta pribadi menjadi jaminan.


40

2.4.2 Jenis-Jenis Saham

Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh

publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock).

Dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing.

Adapun uraian lengkap mengenai klasifikasi saham menurut Fahmi dan Hadi

(2011:68), yaitu:

a) Common Stock (Saham Biasa)

Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh

suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan

sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat

Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan

saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh

keuntungan dalam bentuk dividen.

b) Preferred Stock (Saham Istimewa)

Preferred stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual

oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen

dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap

dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).

Para pemegang saham pada suatu perusahaan mempunyai hak-hak yang

melekat dalam pemilikan saham yang dijami oleh undang-undang. Seperti jual beli

sekuritas lainnya, maka dalam membeli saham selalu ada hak yang terjadi secara
41

otomatis. Menurut Sunariyah (2011:126) terdapat beberapa hak pemegang saham

biasa dan pemegang saham istimewa:

1) Hak Pemegang Saham Biasa (Common Stock)

a. Setiap pemegang saham biasa mempunyai hak suara pada rapat umum

pemegang saham (RUPS) dan rapat umum luar biasa (RULBS).

Ketentuannya adalah satu saham satu suara. Jadi, satu suara dibatasi

oleh satu saham yang dimiliki. Misal, pemegang saham mempunyai 100

lembar saham berarti dia mempunyai 100 suara. Semakin besar

presentase pemilikan seseorang atau badan usaha semakin besar pula

yang dimiliki.

b. Sebagai pemegang saham, mempunyai wewenang untuk memilih

direktur perusahaan, memilih manajemen seperti komisaris dan direksi

perusahaan, di mana tugas komisaris antara lain mewakili para

pemegang saham dalam mengatasi pekerjaan dan tugas direksi lain.

Direksi inilah yang bertugas menjalankan operasional perusahaan

sehari-hari.

c. Mempunyai hak terlebih dahulu untuk membeli saham pada perusahaan

yang bersangkutan sebelum dibeli investor baru. Oleh karena itu,

pemegang saham mempunyai hak untuk mempertahankan proporsi

kepemilikan perusahaan. Hal ini biasanya disebut bukti right atau bukti

hak memesan saham terlebih dahulu. Pemegang saham perusahaan

diberi rincian tentang saham baru sebelum mereka memutuskan untuk

melakukan investasi. Dari segi lain, hak pemegang saham


42

diperbolehkan untuk menjual beberapa saham baru kepada masyarakat.

Hal tersebut hanya berlaku setelah pemegang saham biasa tidak

menggunakan haknya membeli saham terlebih dahulu.

d. Pemegang saham diberi hak atas laba bersih perusahaan sebagai hasil

atas dana yang diinvestasikan. Hak atas laba dibagikan kepada seluruh

pemegang saham berdasarkan jumlah lembar saham yang dikuasainya.

Hal ini berbentuk dividen yaitu dapat berupa, dividen tunai atau dividen

saham.

e. Pada saat likuidasi pemegang saham biasa bertanggungjawab sebesar

jumlah saham yang dimiliki atas kewajiban-kewajiban perusahaan. Oleh

karena itu pada kasus likuidasi perusahaan, maka pemegang saham

biasa akan diberi hak untuk dibayar setelah semua kreditur dan

pemegang saham istimewa dibayar. Kreditur mendapat hak untuk

dibayar pertama kali, kemudian yang kedua adalah pemegang saham

istimewa. Selanjutnya, dilakukan distribusi secara adil untuk seluruh

pemegang saham biasa berdasar proporsi sesuai dengan persentase

saham yang dimilikinya.

f. Pemegang saham biasa mempunyai hak melihat atau mengetahui hasil

rapat umum pemegang saham dan daftar para pemegang saham suatu

perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah adanya manipulasi

daftar para pemegang saham atau adanya penggantian terhadap hal-hal

lainnya yang sudah disepakati dalam rapat umum pemegang saham.


43

g. Pemegang saham biasa mempunyai akses tidak terbatas atau bebas

sepenuhnya untuk akses pembukuan keuangan, kecuali kalau dibatasi

oleh suatu keadaan tertentu.

h. Risiko pemegang saham terbatas sesuai dengan modal yang ditanam

dalam perusahaan tersebut. Dengan kata lain, kekayaan pemegang

saham biasa tidak dapat digunakan untuk melunasi kewajiban

perusahaan. Jadi, kalau perusahaan yang bersangkutan kehabisan

kekayaan, maka hal tersebut menjadi tanggungjawab manajemen

perusahaan. Manajemen menggunakan kekayaan perusahaan untuk

menutupi kewajiban perusahaan yang bersangkutan.

2) Hak Pemegang Saham Istimewa (Preferred Stock)

a. Masing-masing pemegang saham istimewa mempunyai dividen yang

ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu pemegang saham

dan manajemen. Dividen ini dinyatakan dalam bentuk nilai.

b. Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham istimewa mempunyai

hak untuk menerima dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham

biasa dibayarkan. Pemegang saham istimewa didahulukan dalam hal

pembayaran dividen sebelum pemegang saham biasa, sepanjang hal itu

dinyatakan dalam emisi saham.

c. Pada kasus likuiditas, pemegang saham istimewa mempunyai klaim

terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa. Pemegang saham

istimewa mempunyai hak untuk dibayar sesudah kewajiban dari kreditur

berhasil dilunasi perusahaan. Pemegang saham istimewa dibayar sesuai


44

nilai investasinya. Sisa kekayaan perusahaan setelah digunakan untuk

membayar saham istimewa, baru digunakan untuk membayar kepada

pemegang saham biasa. Jadi, dalam kasus likuidasi pemegang saham

istimewa lebih diistimewakan dibanding dengan saham biasa.

d. Pemegang saham istimewa tidak mempunyai hak suara. Walaupun

pemegang saham istimewa diperbolehkan hadir dalam rapat umum

pemegang saham akan tetapi pemegang saham istimewa tidak

mempunyai hak suara apapun untuk mempengaruhi segala kebijakan

perusahaan.

Menurut Sunariyah (2011:132) ditinjau dari segi kinerja perdagangan di Bursa

Efek Indonesia, saham dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu:

1) Blue Chip Stocks, yaitu saham yang memiliki reputasi tinggi, sebagai

pemimpin dalam industrinya, memiliki pendapatan yang stabil dan

konsisten membayar dividen.

2) Income Stocks, yaitu saham suatu emiten dengan kemampuan membayar

dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun

sebelumnya.

3) Growth Stocks, yaitu saham suatu emiten yang masih dalam pertumbuhan

perusahaan yang sedang meningkatkan penghasilan dari omzet serta

keuntungan.

4) Speculative Stocks, yaitu saham yang secara konsisten memperoleh

keuntungan dari tahun ke tahun, sehingga mempunyai kemungkinan

penghasilan yang lebih di masa mendatang, namun belum pasti.


45

5) Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak berpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.5 Indeks Harga Saham

2.5.1 Pengertian Indeks Harga Saham

Pengertian indeks harga saham menurut Sunariyah (2011:162) adalah:

“Indeks harga saham merupakan suatu nilai yang berfungsi sebagai


pengukuran kinerja suatu saham di Bursa Efek Indonesia”

Menurut Martalena dan Malinda (2011:162) indeks harga saham adalah

sebagai berikut:

“Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan


harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya
pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah
pasar sedang aktif atau lesu.”
Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan menghindari dampak

negatif dari penggunaan harga saham dalam rupiah. Dengan adanya indeks, kita

dapat mengetahui tren pergerakan harga saham saat ini, apakah sedang naik, stabil

atau turun. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk

menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau

beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan

menit maka nilai indeks pun bergerak turun-naik dalam hitungan waktu yang cepat

pula.
46

2.5.2 Jenis Indeks Saham

Menurut data terbaru www.idx.co.id, saat ini di Bursa Efek Indonesia

memiliki 11 jenis indeks saham. Indeks-indeks tersebut adalah:

1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan

indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa

Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu

atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar

pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat tersebut

yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi

pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat

tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.

2) Indeks Sektoral

Menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masing-

masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor

Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang

Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa, dan

Manufaktur.

3) Indeks LQ45

Indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih

berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria

yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap

enam bulan.
47

4) Jakarta Islamic Index (JII)

Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang

masuk dalam kriteria syariah dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar

dan likuiditas.

5) Indeks Kompas100

Indeks yang terdiri dari 100 saham perusahaan tercatat yang dipilih

berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria

yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap

enam bulan.

6) Indeks BISNIS-27

Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia

meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27.

Indeks yang terdiri dari 27 saham perusahaan tercatat yang dipilih

berdasarkan kriteria fundamental, teknikal, atau likuiditas transaksi dan

akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.

7) Indeks PEFINDO25

Kerja sama antara Bursa Efek dengan lembaga rating PEFINDO

meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25.

Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi

pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small

Medium Enterprise/SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan

tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti:

Total Asset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity/ROE) dan opini


48

akuntan publik. Selain kriteria di atas, diperhatikan juga faktor likuditas dan

jumlah saham yang dimiliki publik.

8) Indeks SRI-KEHATI

Indeks ini dibentuk atas kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah

kependekan kependekan dari Susrainable Responsible Investment. Indeks

ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin

berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam

mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap

lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini

terdiri dari 25 saham perusahaan tercatat yang dipilih dengan

mempertimbangkan kriteria seperti: Total Asset, Price Earnings Ratio

(PER), dan Free Float.

9) Indeks Papan Utama

Menggunakan saham-saham perusahaan tercatat yang masuk dalam papan

utama.

10) Indeks Papan Pengembangan

Menggunakan saham-saham perusahaan tercatat yang masuk dalam papan

pengembangan

11) Indeks Individual

Indeks harga saham masing-masing perusahaan tercatat.


49

2.6 Return Saham

2.6.1 Pengertian Return Saham

Setiap investor mengharapkan return yang tinggi atas investasinya. Suatu

investasi yang mengandung risiko lebih tinggi seharusnya memberikan return yang

diharapkan yang juga lebih tinggi.

Pengertian return saham menurut Jogiyanto (2003:109) adalah:

“Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang telah terjadi atau return ekspetasi yang belum
terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.”

2.6.2 Abnormal Return

Menurut Jogiyanto (2003:433), abnormal return merupakan kelebihan dari

return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Abnormal return

digunakan untuk mengukur reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang

informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Jika pengumuman

tersebut mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi saat

pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya

perubahan harga pada sekuritas yang bersangkutan.

2.6.3 Metode Pendeteksian Abnormal Return

Pada penelitian ini, return saham diproksikan dengan CAR (Cumulative

Abnormal Return). Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan CAR:


50

1) Abnormal Return

Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya

terjadi dengan return ekspetasi, dihitung dengan menggunakan rumus:

ARt = Rt – E(Rt)

Keterangan:

ARt : Abnormal return saham pada periode t

Rt : Return sesungguhnya saham pada periode t

E(Rt) : Return ekspetasi saham pada periode t

2) Return Sesungguhnya

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada periode tertentu

yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya. Return

sesungguhnya diukur dengan menggunakan return total yang merupakan

return keseluruhan dari suatu investasi. Data menggunakan harga saham

harian. Return sesungguhnya dihitung menggunakan rumus:

Rt = Pt – Pt-1
Pt-1

Keterangan :

Rt : Return sesungguhnya saham periode t

Pt : Harga saham pada hari t

Pt-1 : Harga saham pada hari t-1


51

3) Return Ekspetasi

Return ekspetasi diperoleh dengan menggunakan model disesuaikan pasar

(market-adjusted model). Model ini menganggap bahwa penduga yang

terbaik untuk mengestimasi return pada suatu sekuritas adalah return indeks

pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu

menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena

return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Data menggunakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Return

ekspetasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

E(Rt) = IHSGt – IHSGt-1


IHSGt-1

Keterangan :

E(Rt) : Return ekspetasi saham periode t

IHSGt : Indeks harga saham gabungan pada hari t

IHSGt-1 : Indeks harga saham gabungan pada hari t-1

4) CAR (Cumulative Abnormal Return)

Akumulasi abnormal return dapat dihitung dengan rumus:

t2
CAR(t1,t2) = ∑ 𝐴𝑅𝑡
t1
52

Keterangan :

t1,t2 : Panjang interval pengamatan return saham atau periode akumulasi dari

t1 hingga t2

ARt : Abnormal Return saham pada periode t

2.8 Matrik Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3
Matrik Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ Judul Hasil Perbedaan Persamaan
Tahun Penelitian Penelitian
1 Rachman The Effect The -Objek Variabel
Ariella of corporate penelitian dependen:
Erasputranto Corporate image has an -Variabel Return
dan Ancella Image on influence independen Saham
Hermawan Company’s towards the
(2015) Stock stock return
Return
2 Verawati, Pengaruh Tidak ada -Objek Variabel
dkk Kinerja pengaruh penelitian dependen :
(2015) Keuangan signifikan -Variabel Return
terhadap antara kinerja independen saham
Return keuangan
Saham pada (DER (Debt
Perusahaan to Equity
Pertambang Ratio), REO
an yang (Return
Terdaftar di On Equity),
Bursa Efek EPS (Earning
Indonesia Per Share),
PER (Price
Earning
Ratio) dan
NPM (Net
Profit
Margin))
dengan
return saham
3 Nuryaman The manajemen -Objek Variabel
(2013) Influence of laba penelitian dependen :
Earnings berpengaruh
53

Managemen negatif -Proksi return


t on Stock terhadap manajemen saham
Return return saham, laba dengan
and the sedangkan disretionary
Role of kualitas audit accruals
Audit positif -Variabel
Quality as a mempengaru moderasi
Moderating hi hubungan
Variable manajemen
laba terhadap
return saham
4 Kusumaningt Pengaruh manajemen -Objek Variabel
yas Hapsari Manajemen laba penelitian dependen :
Putri (2015) Laba berpengaruh -Proksi return
terhadap negatif manajemen saham
Return terhadap laba dengan
Saham return saham disretionary
accruals

5 Gunny The This paper Tidak ada Manajemen


Katherine A Relation contributes to variabel laba
(2005) Between the body of dependen : menggunak
Earnings literature return an proksi
Managemen examining saham abnormal
t Using the resource cash flow
Real allocation operation,
Activities impact of abnormal
Manipulatio earnings cost
n and management production
Future dan
Performanc abnormal
e discretionar
y expense
6 Sugata Earnings Those paper Tidak ada Manajemen
Roychowdhu Managemen complements variabel laba
ry (2006) t through the existing dependen : menggunak
Real literature on return an proksi
Activities earnings saham cash flow
Manipulatio management operation,
n in several abnormal
ways cost
production
dan
abnormal
discretionar
y expense
54

7 Sonia Sayari The Impact Those paper -Objek Variabel


(2013) of Earnings showed that penelitian dependen :
Managemen earnings -Proksi return
t on Stock management manajemen saham
Returns The with laba dengan
Case of discretionary disretionary
Tunisian accruals have accruals
Firms negatively
affect stock
returns

2.8 Pengaruh Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil terhadap

Return Saham

Teori sinyal berbicara mengenai manajer yang menggunakan akun-akun dalam

laporan keuangan untuk memberikan tanda atau sinyal harapan dan tujuan masa

depan. Menurut teori ini, jika manajer mengharapkan suatu tingkat pertumbuhan

perusahaan yang tinggi di masa depan, mereka akan berusaha memberikan sinyal

itu terhadap investor melalui akun-akun. Manajer dari perusahaan lain yang

memiliki kinerja yang baik akan memiliki insentif yang sama, dan manajer dari

perusahaan dengan kinerja rata-rata akan memiliki insentif untuk melaporkan berita

positif sehingga mereka tidak dianggap berkinerja buruk. Manajer dari perusahaan

dengan kinerja buruk umumnya akan berinisiatif untuk tidak melaporkannya, tetapi

mereka juga memilki insentif untuk melaporkan kinerja buruknya untuk

mempertahankan kredibilitas dalam pasar saham. Mengasumsikan insentif-insentif

tersebut untuk memberikan sinyal informasi pada pasar modal. Informasi laporan

keuangan merupakan informasi yang penting karena dimanfaatkan sebagai sinyal

untuk investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi

keputusan yang dibuat oleh para investor, maka manajer akan berusaha untuk
55

menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. Dalam teori sinyal, manajemen laba

merupakan sinyal buruk karena mengakibatkan risiko yang dihadapi oleh investor

juga semakin tinggi (Godfrey et al, 2010:374).

Beberapa peneliti telah menemukan bahwa manajemen laba dapat

mempengaruhi return saham. Manajemen memenuhi tuntutan dari principal agar

mendapatkan kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang

memadai maka manajemen dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan seolah-

olah mencapai target dan laba perusahaan menjadi tinggi. Permainan tersebut

biasanya terjadi atas inisiatif dari agent karena motif diatas. Tindakan agent tersebut

bisa disebut praktik manajemen laba (earnings management).

Perkembangan penelitian empiris tentang manajemen laba yang ditemukan oleh

Graham et al. (2005), Gunny (2005), Roychowdhury (2006), serta Cohen dan

Zarowin (2008) menemukan bahwa manajer telah bergeser dari manajemen laba

akrual menuju manajemen laba riil setelah perioda Sarbanes-Oxley Act (SOX).

Manajemen laba riil adalah penyimpangan dari aktivitas operasi normal perusahaan

yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan persepsi yang keliru

kepada stakeholders mengenai kinerja perusahaan. Tindakan manajemen laba rill

dilakukan melalui tiga cara yaitu sales manipulation, reduction of discretionary

expenditures dan over production. Tindakan tersebut memang memperlihatkan

kinerja jangka pendek perusahaan yang baik dalam perioda tersebut, namun akan

mempengaruhi nilai perusahaan di masa yang akan datang (Roychowdhury, 2006).


56

Tempat yang memfasilitasi hubungan antara pemegang saham atau investor

dengan peminjam dana (manajemen) atau disebut emiten (perusahaan yang go

public) adalah pasar modal.

Di dalam bab 1 pasal 1 angka 13 UU Pasar Modal No 8 1995, Pasar modal di

definisikan sebagai berikut :

“Pasar modal di definisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan


penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar modal ini adalah suatu

pasar dimana berbagai jenis efek-efek diperdagangkan. Efek adalah obligasi,

saham, warrant, right, opsi, dan sebagainya.

Salah satu efek yang paling populer diperdagangkan di pasar modal adalah

saham. Dengan membeli saham, para pemodal berharap mereka akan mendapatkan

dividen dan capital gain pada saat sahamnya dijual kembali. Namun para pemodal

ini juga harus siap apabila dihadapkan dengan risiko bila terjadi kerugian dalam

investasi. Tujuan utama investor berinvestasi adalah mendapatkan return yang

maksimal (Kusumaningtyas Hapsari, 2015).

Harga suatu saham mencerminkan persetujuan, di mana pembeli setuju

untuk membelinya dan penjual setuju untuk menjualnya. Hal inilah yang

mengakibatkan harga saham cenderung berubah-ubah. Pergerakan harga saham

yang terus-menerus berubah mengakibatkan investor perlu melakukan analisis

ketika memutuskan untuk berinvestasi. Salah satu langkah yang perlu dilakukan

dalam melakukan investasi adalah dengan melakukan analisis fundamental.


57

Informasi fundamental secara umum dapat digambarkan sebagai informasi yang

berkaitan dengan data keuangan historis suatu perusahaan. informasi laba dalam

laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan salah satu kunci bagi investor

dalam mengambil keputusan investasi (Nuryaman, 2013).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa informasi laba pada

perusahaan yang melakukan manajemen laba dapat mengakibatkan investor salah

dalam mengambil keputusan investasi. Tingginya tingkat manajemen laba pada

suatu perusahaan menunjukkan semakin tingginya risiko yang dihadapi dan

mengakibatkan return saham yang akan diterima investor semakin rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2013) dimana manajemen laba

yang diproksikan dengan discretionary accruals berpengaruh negatif terhadap

return saham yang diproksikan dengan abnormal return dengan peran kualitas audit

sebagai variabel moderasi yang diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik

positif mempengaruhi hubungan manajemen laba terhadap return saham. penelitian

tersebut dilakukan pada 149 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2010.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Kusumaningtyas Hapsari (2015) dimana

manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals berpengaruh

negatif terhadap return saham yang diproksikan dengan abnormal return. Penelitian

tersebut dilakukan pada 65 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2012.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sonia Sayari dimana manajemen

laba yang diproksikan dengan discretionary acrruals berpengaruh negatif terhadap


58

return saham yang diproksikan dengan abnormal return. Penelitian tersebut

dilakukan pada 33 perusahaan sektor keuangan di Tunisian tahun 1999 dan 2008.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan proksi

discretionary accruals untuk manajemen laba, penelitian ini mencoba

menggunakan proksi manipulasi aktivitas riil untuk manajemen laba (earnings

management through real activities manipulation) yang terdiri dari abnormal cash

flow operation, abnormal discretionary expense dan abnormal cost production.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan skema kerangka

pemikiran dari penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Manajemen Laba melalui


Return Saham
Manipulasi Aktivitas Riil

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
2.9 Hipotesis Penelitian

Bertitik tolak pada kajian pustaka dan kerangka pemikiran di atas, peneliti

mengambil hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis : Manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil berpengaruh terhadap

return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai