Kumpulan Dasar Teori
Kumpulan Dasar Teori
TINJAUAN PUSTAKA
Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat
rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul,
Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras.Ia juga menyebut
pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun
lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen,
ilmuwan Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap
sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun
terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara
berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena
berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an
Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam
meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di
Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya mengumpulkan
sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar.Selanjutnya, adonan dituang
dalam cetakan kayu.Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijualdari rumah ke
rumah.Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi barang mewah
(Baysinger, 2004).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan
gliserol.Masing– masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan
rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak
jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi
sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan
gliserol (Baysinger, 2004).
Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
darikomponen asam – asam lemak yang digunakan.Komposisi asam – asam lemak yang
sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada
umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya
karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18
atom karbon membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan
busa.Terlalu besar bagian asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang
mudahteroksidasi bila terkena udara. Alasan – alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya
jual menyebabkan lemak dan minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas.
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam
alkali.Hasilpenyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan sisa alkali
atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali. Campuran
tersebut berupa masa yang kental, masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara
penggaraman, bila sabunnya adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat
dilakukan dengan menambahkan larutan garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan
sabun naik ke permukaan larutan garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol
dan larutan garam dengan cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental
tersebut dicuci dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan
garam NaCl yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun tangan
atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl
dengan jalan destilasi vakum.Garam NaCl dapat diperoleh kembali dengan jalan
pengkistralan dan dapat digunakan lagi (Ralph J. Fessenden, 1992).
Penetapan Sabun terdapat 2 macam, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.
a. Penetapan Kualitatif
Penetapan secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sabun
mengandung alkali bebas atau asam lemak bebas.
Cara penetapan :
Contoh sabun diparut/ dipotong halus
Timbang sabun sebanyak 0,1 gram sabun, masukkan kedalam tabung rekasi
yang bersih dan kering
Larutkan sabun dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu dipanaskan diatas
penangas air)
Kemudian dibubuhi 1-2 tetes indicator PP
b. Penetapan Kuantitatif
Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati hasil dari uji
kualitatif
Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun tidak berwarna merah
berarti sabun mengandung asam lemak bebas atau netral
Apabila sabun berwarna merah berarti sabun mengandung alkali bebas
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja
mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung
hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon
atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif
sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO
mempunyai sifat ganda, gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus
karboksilat – COO bersifat hidrofil (Harold. 1982).
Larutan sabun selalu trhidrolisa di dalam air sehingga bersifat sedikit alkalis. Dengan
penambahan indikator PP(fenolftalein) selalu berwarna merah muda. Sehingga dalam waktu
bersamaan akan terdapat molekul-moleku RCOONa, RCOOH dan ion-ion RCOO , OH dan
Na+.
Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah menjadi kasar dan
tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu dimana larutan koloid sabun menjadi keruh
karena terbentuknya dispersi kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin. Titik
keruh disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh berbeda dan merupakan
indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi. Maka untuk penggunaan sebagai detergen, larutan
sabun dipanaskan sampai mendekati suhu titer (Harold. 1982).
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun secara koloidal di
dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan. R – COOL . Gugus R sebagi alkil bersifat
menolak air (hidrofob) dan gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation
dari Na, K atau NH4. Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu makin tinggi
(Harold. 1982).
Larutan asam akan segera menghidrolisa sabun menjadi asam lemak kembali. Di dalam
air dingin berbentuk gumpalan dan di dalam air panas akan melelh dan membentuk lapisan
minyak yang jernih di prmukaan larutan asam.
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun.
Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan
mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan
sabun antara lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
a. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah
wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Ralph J. Fessenden, 1992).
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus
dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun
tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis
minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
1. Tallow ( Lemak Sapi )
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan
dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam
pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak
terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer
point pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer point di bawah 40°C
dikenal dengan nama grease. Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat
40-45%, asam palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam
linoleat 3-4%, dan asam laurat 0,2%.
2. Lard ( Lemak Babi )
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak
jenuh seperti asam oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti asam stearat
(35-40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial
terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari
lard berwarna putih dan mudah berbusa.
3. Palm Oil ( Minyak Sawit )
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna
karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus
dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan
bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam
linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan
asam miristat 0,5-1%.
4. Coconut Oil ( Minyak Kelapa )
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui
ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan
asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga
minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
5. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan
sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam
lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada
minyak kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu :
asam laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%,
asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
6. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam
lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak
terbesar dalam minyak ini adalah asam palmitat 52-58% dan asam oleat 27-32%.
Selain itu juga terdapat asam linoleat 6,6-8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat
1,2-1,3%, asam laurat 0,1- 0,4%
7. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki
kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika,
bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak mempunyai massa jenis
0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g I2/100 g, bilangan penyabunan
176-181 mg KOH/g. Minyak jarak mengandung komponen gliserida atau dikenal
sebagai senyawa ester. Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam
riccinoleat sebanyak 86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat
0,5-2,0%, asam dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown, 1973).
9. Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas
tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki
sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa
senyawa yang tak tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen.
Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di antaranya
berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut
dapat mencapai 55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak zaitun.
10. Campuran Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran
minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur
dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa
memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun
mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi
dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
b. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-Aminoethanol, monoethanolamine,
dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau
yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang
paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam
lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak (Ralph J.
Fessenden, 1992).
2.5 Fungsi sabun
Fungsi dari sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat di buang dengan pembilasan, kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun yaitu :
a. sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK,
RCOONH4
b. sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak permananen
(RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al (Ralph J. Fessenden, 1992).
Sabun yang digunakan sebagai pencuci pada umumnya dibuat dari basa natrium
yang direaksikan dengan asam lemak berantai panjang. Untuk tujuan tertentu sabun dapat
dibuat dari garam kalium, misalnya untuk sabun yang lebih lunak dan lebih larut dalam
air. Cara pembuatan sabun secara singkat dapat diihat sebagai berikut:
Pemasakan minyak/lemak dalam larutan alkali (NaOH atau KOH) pada suhu mendidih
(95 – 100 0C).
O
H2C-O-C-R’ H2C-OH
O NaOH, hidrolisa
HC-O-C-R’’ HC-OH + 3 RCOOH
O pada suhu mendidih
H2C-O-C-R’’’ H2C-OH
penyabunan
RCOOH + NaOH RCOONa
Detergent atau sabun dapat digunakan sebagai pembersih pada air sadah karena
detergent tidak dapat bereaksi dengan air sadah sehingga tidak akan menimbulkan
endapan yang dimungkinkan daapat merugikan. Sedangkan pada sabun tidak dapat
bekerja pada air sadah karena sabun bereaksi pada air sadah yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerak pada baju maupun lantai.
Adapun sebab sabun dan detergen bisa menjadi sebagai pembersih kotoran atau
lemak dikarenakan sabun dan detergen terdiri dari ujung hidrokarbon yang bersifat
hidrokarbon yang bersifat non polar dan ujung satunya besifat polar. Bagian non polar
akan mengelilingin tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas like dissolved
like, sedangkan ujung polar dari molekul tersebut segera akan terlarut dalam air.
Detergent lebih efektif membersihkan kotoran karena kerja detergent tidak dipengaruhi
air sadah. Sedangkan sabun tidak bekerja efektif pada air sadah.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
b. Reaksi safonifikasi
Gambar 4.2 Reaksi safonifikasi
4.3 Perhitungan
4.4 Pembahasan
Safonifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan
sabundan hasil samping berupa gliserol. Sabun merupakan garam (natrium) yang
mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Gugus induk lemk disebut Fatty acids yang
terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk
gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua
ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari
natrium hidrokarbon asam lemak yang bersift lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan
minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya yang
merupakan ion karboksilat bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung
polar.
NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam idustri sabun,
merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena
sifatnya yang mudah larut dalam air. Sabun dengan berat molekul yang lebih rendah akan
lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan
larut dalam bentuk ion.
Medium pereaksi yang digunakan dalam bentuk suatu pelarut yaitu etanol. Etanol
digunakan sebagai pelarut karena etanol merupakan suatu pelarut yang baik untuk
senyawa-senyawa organic, dalam hal ini adalah untuk melarutkan minyak zaitun yang
digunakan. Etanola dalah alkohol dengan dua atom C. Etanol merupakan senyawa organic
yang bersifat semi polar karena mengandung gugus OH- dan bersifat nonpolar yaitu CH3+.
Dengan pelarut inilah NaOH terlarut dan dapat bercampur dengan minyak dalam reaksi
peyabunan menghasilkan larutan yang berwarna kuning, berbuih dan terbentuk
endapan-endapat putih. Namun, reaksinya akan berlangsung lama. Setalah ketiga bahan
dicampur maka dilakukan proses pemanasan pada suhu 75 0C. pemanasan pada suhu ini
bertujuan untuk menguapkan etanol. Etanol memiliki titik didih yaitu 78 0C dan pada suhu
tersebut etanol akan menguap. Jika etanol kita panaskan pada suhu diatas 78 0C maka
etanol akan cepat menguap dan proses pereaksian minyak zaitun dan NaOH tidak
berlangsung sempurna. Sedangkan jika dipanaskan pada suhu dibawah 78 0C, etanol akan
lama sekali menguap dan proses reaksi akan erlangsung lama. Dalam proses saponifikasi,
lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Selain itu,
agar rekasi saponifikasi berjalan lebih optimal dan produk yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik, maka campuran minyak dan NaOH harus dipanaskan sambil tetap
dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk mempercepat larutan. Proses pencampuran
antara minyak dan alkali kemudian akan memebentuk suatu cairanyang mengental, yang
disebut dengan trace. Tujuan dari diadakannya pemanasan ini adalah untuk meghilangkan
bau etanol dan memepercepat terjadinya reaksi.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui sifat-sifat sabun,
diantaranya yaitu :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sabun dapat dibuat dari reaksi antara minyak dan natrium hidroksida pekat.
2. Sabun bersifat basa, hal ini dibuktikan melalui penambahan Phenolphtalein
kedalam larutan sabun, dan menghasilkan larutan berwarna merah muda.
3. Sabun bersifat emulgator, hal ini dilihat dari kemampuan sabbun menyatukan
larutan air dengan kerosene.
4. Sabun tidak bekerja dengan adanya Ca2+, dapat dilihat dari laruta sabun
ditambah dengan kalsium sulfat mengakibatkan warna keruh, busanya berkurang
dan sabun tetap terpisah.
5.2 Saran
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book
Co: Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit Erlangga :
Jakarta.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan
untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik.
Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak Jumlah minyak atau lemak yang digunakan
dalam proses pembuatan sabunharus dibatasi karena berbagai alasan, seperti :
kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah
berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa
dipakai dalam proses pembuatan sabundi antaranya :
Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna,titer (temperatur
solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi,dan bilangan iodin.
Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan
tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat
adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow
berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer padatallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di
bawah 40°C dikenal dengannama grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asamlemak
tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~40%).
Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu untuk mengurangi ketidak jenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari
lard berwarna putih dan mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakansebagai pengganti tallow.
Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buahkelapa sawit. Minyak
kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanyakandungan zat warna
karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa
sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harusdicampur dengan
bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yangsering digunakan dalam
industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh
melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat,sehingga minyak
kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.Minyak kelapa juga
memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawitdiperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit
memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat
digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam lemak tak jenuh lebihtinggi dan asam lemak rantai pendek lebih
rendah daripada minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi
asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana.
Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalahstearin.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marineoil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat
sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan
kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun
memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari
campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur
dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa
memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun
mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari
tallow akan memperkeras struktur sabun.
Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau
lemak,semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh.
Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu
untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
Gugus - OH pada alcohol di substitusi oleh atom Cl yang berasal dari asam
clorida sehingga membentuk etil klorida serta air. Reaksi di atas serupa dengan
reaksi saponifikasi yang akan di bahas berikut ini.
Sabun dapat dibuat melalui reaksi substitusi lemak dengan basa kuat seperti
yang diuraikan sebelumnya. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun
apabila R (gugus alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti –
C15H31 dan – C 16H33. Hal ini terjadi karena gugus alkil yang besar memiliki sifat
nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih bersifat polar. Apabila
sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat
nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat
pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya
pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari
sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun
dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya
terhadap lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
4.1 Kesimpulan
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengangliserol.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali
merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun
maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat
sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun
lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.
Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai
karbon panjang antara C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada
lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh.
Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan
larutan natrium hidroksida membebaskangliserol
4.2 Saran
Saat melakukan pemanasan minyak hendaknya api diperhatikan, suhu harus tetap
dijaga agar hasilnya bagus
Saat gliserol terbentuk, buanglah gliserol-gliserol tersebut agar tidak terlalu banyak
gliserol
Saat menambahkan pewarna dan pewangi jangan menggunakan terlalu banyak air,
lebih baik menggunakan pewarna bubuk agar tidak mengandung terlalu banyak air
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/26616864/Laporan-Praktikum-Pembuatan-Sabun
http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/
http://eprints.undip.ac.id/3662/1/makalah_seminar_soda_Q_pdf.pdf
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill
Book Co: Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
inShare