A. Jadwal Kunjungan
I. Kunjungan I pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak enam jam setelah lahir sampai tujuh
hari)
1) Setelah enam jam dari kelahiran bidan melanjutkan pengamatan terhadap pernapasan,
warna, tingkat aktivitas, suhu tubuh, dan perawatan untuk setiap penyulit yang muncul. Bidan
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Rujuk ke dokter bila tampak tanda bahaya
dan penyulit. Jika bayi sudah cukup hangat (minimal 36,5 0 C) bidan memandikan bayi dan
melakukan perawatan tali pusat. Bidan juga mengajarkan tanda bahaya kepada ibu agar
segera membawa bayinya ke tim medis bila timbul tanda bahaya. Selanjutnya bidan
mengajarkan cara menyusui dan merawat bayi mereka.
2) Pada minggu pertama (sampai hari ke-7) bidan menanyakann keseluruhan keadaan
kesehatan bayi, masalah-masalah yang dialami terutama dalam proses menyusui, apakah
ada orang lain di rumahnya atau di sekitarnya yang dapat membantu ibu. Bidan mengamati
keadaan dan kebersihan rumah ibu, persediaan makanan dan air, amati keadaaan suasana
ibu dan bagaimana cara ibu berinteraksi dengan bayinya. Pada kunjungan ini bidan juga
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi. Jika bayi tidak aktif, menyusu tidak baik, atau tampak
kelainan lain, rujuk bayi pada dokter atau klinik untuk perawatan selanjutnya.
3) Kunjungan II pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh delapan (hari ke-8 sampai hari
ke-28)
a. Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di
dekat ibunya dalam ruangan yang sama
b. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya
atau di ruangan khusus
c. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
a. Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas atau pustu
atau polindes atau poskesdes dan atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan
b. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga
pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan
3) Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
1. Asuhan bayi baru lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan
Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat
dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir
dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam).
4) Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a. Pencegahan infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu
serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
h. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal
i. Pemeriksaan bayi baru lahir
j. Pemberian ASI eksklusif
5) Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit
bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan
normal (partus spontan) :
6) Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi Hepatitis B (HB
0)
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-
3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Risiko
terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh
dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat
mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.
Baru lahir sebelum usia 6 jam Baru lahir sebelum usia 6 jam
a. Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas
b. Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir, imunisasi, pemeriksaan
neonatus, catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta KMS
2. Formulir Bayi Baru Lahir
a. Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain partograph
b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
a. Pencatatan per individu bayi
b. Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan neonatal yang merupakan dokumen
tenaga kesehatan puskesmas
4. Register kohort bayi
a. Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja puskesmas
b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas
9) Fasilitas
Peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan bayi baru lahir harus tersedia dalam
satu ruangan dengan ibu, meliputi: Tempat (meja) resusitasi bayi, diletakkan di dekat tempat ibu
bersalin
a. Infant warmer atau dapat digunakan juga lampu pijar 60 watt dipasang sedemikian rupa
dengan jarak 60 cm dari bayi yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan
kehangatan di atas tempat resusitasi
b. Alat resusitasi (balon sungkup) bayi baru lahir
c. Air bersih, sabun dan handuk bersih dan kering
d. Sarung tangan bersih
e. Kain bersih dan hangat
f. Stetoskop infant dan dewasa
g. Stop watch atau jam dengan jarum detik
h. Termometer
i. Timbangan bayi
j. Pengukur panjang bayi
k. Pengukur lingkar kepala 30
l. Alat suntik sekali pakai (disposible syringe) ukuran 1 ml/cc
m. Senter
n. Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
o. Salep mata Oxytetrasiklin 1%
p. Vaksin Hepatitis B (HB) 0
q. Form pencatatan (Buku KIA, Formulir BBL, Formulir register kohort bayi)
Asuhan bayi baru lahirPelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman
AsuhanPersalinanNormal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhanbayi
baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat.Pelaksanaan asuhan
bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yangsama dengan ibunya atau rawat
gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satukamar, bayi berada dalam jangkauan ibu
selama 24 jam). Asuhan bayibaru lahir meliputi:
i. Pencegahan Infeksi
• Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
bayi
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
• Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril.
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk
bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop.
• Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari
selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan
dosis 0,5 – 1 mg IM.
• Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat
mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya
diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan
setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling
rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan
melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain
melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan bayi
kepada ibu.
3. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6
bulan
dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
a. Aspek Pertumbuhan:
b. Aspek Perkembangan:
2) CHAT (Check List for Autism in Toddles = Cek Lis Deteksi Dini Autis)
5. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada
dokter.
Diantaranya bisa dengan:
b. Pelayanan Pengobatan
Pemberian dosis obat pada bayi sering kali berbeda, mengingat anak masih dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak yang lahir premature ,
penetapan dosis yang diberikan sangat sulit karna fungsi organ belum berfungsi
sempurna sehingga proses absorbs,distribusi, metabolism dan eksresi tidak
maksimal yang kadang menimbulkan efeksamping yang lebih besar dibandingkan
efek terapinya. Pada prinsipnya dosis ditentukan dengan dua standar, yakni
berdasarkan dengan luas permukaan rubuh dan berat badan.
1. Keluarga Berencana
Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, maka sejak dari mulai terjadi
pembuatan sampai dianya menjadi dewasa haruslah dilakukan pemeliharaan dan
penjagaan yang seksama agar tumbuh kembang anak tersebut tidak mengalami
kegagalan.
Faktor anak selama dalam kandungan akan sangat mempengaruhi dalam proses
tumbuh kembang anak dikemudian hari. Sebagai contoh dari seorang ibu yang sehat
dan memelihara kandungannya secara seksama, berarti ibu tersebut telah
mempersiapkan sejak awal suatu keturunan yang dapat diharapkan sebagai generasi
penerus yang berkualitas. Hal ini secara umum tidak akan sama bila sang Ibu sejak
dini tidak terlibat dalam mempersiapkannya. Keikut sertaan ibu dalam keluarga
berencana, sehingga proses persalinan yang ideal dapat dipenuhi dan ini akan sangat
membantu kesehatan ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Sebagai contoh seorang
ibu hendaklah jangan melahirkan terlalu dini, ataupun terlalu lambat, begitu juga
sebaiknya seorang ibu janganlah melahirkan terlalu sering dan janganlah mempunyai
anak terlalu banyak.
Ø Asi saja (ASI ekslusif) adalah makanan terbaik bagi kehidupan bayi 4-6 bulan
pertama kehidupan.
Ø Pasca umur 4-6 bulan, bayi memerlukan makanan lain disamping ASI
Ø Sesudah sakit, anak membutuhkan extra meals untuk mengejar (catch up)
kehilangan pertumbuhan selama sakit
3. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik )
dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel,
untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan
melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan
sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
• Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan
satu kali dalam satu tahun
• Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat
terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga
terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea
mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak
balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh
balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin
A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
Penyakit ini paling sering menyerang Balita. Muntah menceret pada bayi dan anak
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. BCG :
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak yang telah
mendapat vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari penyakit
tuberkulosis, ataupun kalau terinfeksi bentukna adalah ringan, tidak menimbulkan
infeksi yang berat seperti tuberkulosis otak, tulang ataupun melibatkan organ tubuh
yang lain.
c. Vaksin Hepatitis B :
Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan agar tidak
terjadi penyakit hati yang kronis, yang rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.
d. Vaksin campak:
e. DPT:
7. Posyandu
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera
ditunjuk ke Puskesmas
1. Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah/ deteksi dini
Deteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah adalah
kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak prasekolah.
Ada tiga jenis deteksi dini tubuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
IMUNISASI
Tujuan Imunisasi
1. Hepatitis.
2. Campak.
3. Polio.
4. Difteri.
5. Tetanus.
6. Batuk Rejan.
7. Gondongan
- Cacar air
- -TBC
Macam-Macam Imunisasi
1. Imunisasi Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif
membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif
juga dapat di bagi 2 macam:
b. Imunisasi aktif buatanAdalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.
2.Imunisasi Pasif
Kegawatdaruratan obstetrik
Definisi kegawat daruratan obstetrik adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.
a. Perdarahan
a) Tindakan umum
b) Pemberian oksigen
Infus RL guyur
d) Rujuk
Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor
artinya panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan
atau pembengkakan, dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain
infeksi akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di daerah infeksi berwarna
kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di daerah organ itu serta fungsi
organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena infeksi
mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya infeksi di organ genetalia
dapat disertai pengeluaran cairan pevaginam berbau busuk. (Saifudin, 2006)
2. Diagnosa
o Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat hubungannya,
misalnya pembedahan, cedera (trauma), atau sumber infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis atau syok sepsis
o Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor, function lesa.
2) Subinvolusi rahim
3) Tanda-tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang servik, nyeri perut bagian
bawah, nyeri bagian adneksa.
3. Penanganan
a. Tindakan umum
b. Pemberian Oksigen
• Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam kecepatan 6-
8 L/menit.
d. Pemberian Antibiotik
Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septik, cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat tanda-
tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu diberikan.
Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung, sangat penting untuk
memberikan antibiotika dini. Macam-macam antibiotika antara lain ampisilin,
sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain-lain.
e. Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan darah
b) Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia juga
menunjukkan kemungkinan leukositosis atau leucopenia, neutropenia dan biasanya
trombositopenia.
f) Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan parsial
oksigen, peenurunan tekanan parsial CO2 serta alkalosis respiratorik pada tahap awal
o Pemeriksaan urin
a) Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan
tidak ada
b. Ruptur uteri
1. Diagnosis
2) Terhentinya persalinan
2. Penatalaksanaan
Terapi suportif
Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, cairan
intravena, darah pengganti dan antibiotik untuk infeksi.
Laparatomi
Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk
pembedahan. Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan
darah.
c. Inversio uteri
1. Diagnosis
2. Penatalaksanaan
1. Asfiksia
Diagnosa
1) Observasi DJJ:
c) Ketidakteraturan
• DJJ tidak teratur atau berubah lebih dari 40 X dalam 1 kontaksi membahayakan janin.
• DJJ harus dipantau setiap 15 menit dalam tahap dilatasi dan setelah kontraksi selama
periode persalinan.
Metode diagnosis:
Penatalaksanaan :
o Persalinan yang maju; kepala pada atau tepat di atas dasra panggul, os uteri
.berdilatasi sempurna lakukan ekstraksi dengan forceps atau vakum.
o Persalinan yang tidak maju ; kepala relative tetap tinggi, os uteri tidak membuka
sempurna lakukan SC.
Diagnosa
Penatalaksanaan
Resiko pada janin yaitu hipoksia dan kematian sbagai hasil kompresi tali pusat.
Resiko tertinggi pada presentasi kepala dan terendah pada presentasi lengkap atau
sebagian kaki. Sepuluh menit adalah waktu maksimum bayi dapat membebaskan diri
dari lilitan tali pusat, tapi jika tekanan dapat dibbaskan dengan cepat adalah
peningkatan yang baik.
Kala I persalinan yaitu melakukan SC dengan segera jika janin masih hidup.
Kala II persalinan, letak adalah factor yang menentukan. Jika letaknya adalah
longitudinal, pesalinan dengan forceps atau vakum ekstraksi mungkin dapat
dilakukan. Jika kemungkinan persalinan pervaginam sulit dilakukan, SC seharusnya
dapat dilakukan. Pada kasus multipara, bidan bisa menganjurkan ibu untuk di
episiotomi.
Pada masyarakat, jika janin masih hidup sebaiknya segera dirujuk dengan
ambulan, pada saat itu bidan membebaskan tekanan yang terjadi pada tali pusat.
Posisi lutut-dada adalah tidak nyaman bagi wanita untuk waktu yang cukup lama, yang
bagus yaitu posisi sim yang maksimal.
c. Distosia bahu
Diagnosa
• Bahu anterior berhenti baik di dalam pelvis di belakang simfisis atau terfiksasi di atas
simfisis.
Pencegahan
Ketika bayi lahir dengan presentasi verteks, bidan harus menunggu sampai
bahu berputar dalam diameter anteoposterior pada panggul sebelum berusaha
melahirkan seluruhnya.
Penatalaksanaan
Dua macam metode yang paling sering dianjurkan adalah rotasi tulang bahu
dan melahirkan lengan belakang. Keduanya dipermudah dengan episiotomi dan
anastesi yang adekuat.
d. Presentasi bokong
Diagnosa
Dapat dipalpasi :
Penatalaksanaan :
e. Letak lintang
Diagnosa
Penatalaksanaan
- Jangan mencoba versi secepat mungkin rujuk karena kontraksi yang kuat
karena pecahnya selaput ketuban berpotensi rupture uteri
f. Presentasi muka
Diagnosa
Manajemen
Presentasi muka dengan dagu anterior dapat segera ditangani dengan cepat,
tapi karena meningkatnya resiko persalinan abnormal, konsultasi dengan obgin
dibutuhkan ketika presentasi sudah diketahui. Bila dagu terletak posterior, rujukan ke
obgin untuk persalinan sesar harus segera dilakukan.
Diagnosa
Manajemen
h. Vasa previa
Diagnosis Banding
Manajemen
Bidan sebaiknya berkolaborasi dengan dokter dan melanjutkan untuk
memantau DJJ. Jika ini terjadi pada kala II persalinan, wanita dianjurkan untuk
mengedan. Jika terjadi pada kala I persalinan SC dapat dilakukan jika janin masih
hidup. Dokter anak sebaiknya hadir dalam proses persalinan. Darah tali pusat diambil
untuk perkiraan HB pada kelahiran. Bayi akan memerlukan transfusi darah jika ia
masih bisa selamat.
1. Efektivitas.
2. Keamanan
Efektivitas
Petugas KB sering mendapatkan pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah metode ini benar – benar ampuh?”
“Metode apa yang paling efektif?”
“Metode apa yang paling efektif untuk saya?”
“Apakah saya dapat menjadi hamil bila telah ikut KB?”
Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara pasti untuk
setiap individu wanita, dianggap paling baik untuk menjawabnya dengan dua cara:
1. Angka kegagalan bagi pasangan suami-isteri yangmemakai metode kontrasepsi
secara konsisten dan benar ( theoretical atau biological effectiveness ), kegagalan
cara (kegagalan metode) (Method failure).
2. Angka kegagalan bagi pasangan suami – isteri dalam kondisi kehidupan sehari –
hari atau sebenarnya ( use effectivenes s), kegagalan pemakai ( User failure ).
Keamanan
Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua
kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu :
Risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian,
hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain.
Adanya risikoyang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan ( inconvenience ),
misalnya senggama menjadi kurang / tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan
lain-lain.
2.Dengan Alat
Mekanis ( Barrier )
Kondom pria.
Barier Intra – vaginal:
– Diafragma.
– Kap Serviks ( Cervical cap).
– Spons ( Sponge ).
– Kondom Wanita.
b)Kimiawi
– Spermisid
– Vaginal cream.
– Vaginal foam.
– Vaginal jelly.
– Vaginal suppositoria.
– Vaginal tablet ( busa )
– Vaginal soluble film.
B. Metode Modern
1. Kontrasepsi Hormonal
a. Per – oral :
Ø Pil Oral Kombinasi ( POK ).
Ø Mini – pil.
Ø Morning – after pil.l
b.Injeksi / Suntikan
( DMPA, NET – EN, Microspheres, Microcapsules ).
c.Sub – kutis: Implant
( Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK ):
ØImplant Non – biodegradable ( Norplant, Norplant – 2, S T- 1435, Implanon ).
ØImplant biodegradable ( Capronor, Pellets)
2. Intra Uterine Devices ( lUD, AKDR ).
3. Kontrasepsi mantap
a. Pada Wanita
1.Penyinaran :
Radiasi Sinar – X, Radium, Cobalt dan lain-lain.
Sinar Laser.
2.Operatif, Medis Operatif Wanita :
Ligasi tuba fallopii.
Elektro – koagulasi tuba fallopii.
Fimbriektomi.
Salpingektomi.
Ovarektomi bilateral.
Histerektomi.
Fimbriotexy ( Fimbrial Cap ).
Ovariotexy.
3.Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Mekanis :
Penjepitan Tuba Fallopii :
Hemoclip.
Tubal band / Falope Ring / Yoon band.
Spring – loaded clip.
Filshie clip.
Solid Plugs ( Intra Tubal Devices ) :
Solid Silastic Intra – tubal Device.
Polyethylene Plug
Ceramic dan Proplast Plugs
Dacron dan Teflon Plugs
4. Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Kimiawi :
– Phenol ( Carbolic acid ) compounds.
– Quinacrine.
– Methyl cyanoacrylate ( MCA ).
– Ag
– Gelatin Resorcinol Formaldehyde ( GRF ).
– Ovabloc.
b.Pada Pria
1. Operatif medis operatif pria :
– Vasektomi / Vasektomi tanpa pisau ( VTP ).
2. Penyumbatan vas deferens secara mekanis:
– Penjepitan vas deferens : Vaso – clips.
– Plugs.
– Intra Vas Devices: Intra Vasal Thread ( IVT ), Reversible Intravas
Device ( R – IVD ), Shug.
– Vas Valves : Phaser ( Bionyx Control ), Reversible Intra vasal
Occlusive Devices (RIOD ).
3.Penyumbatan vas deferens secara kimiawi :
– Quinacrine.
– Ethanol.
– Ag nitrat.
Metode Kontrasepsi yang Sering Dipakai
A. Kondom
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang terbuat dari lateks ( karet ) atau
plastik ( vinil ), yang dipasang pada penis saat hubugan seksual.
Ø Cara Kerja :
Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
diujung selubung karet yang di pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme ( IMS termasuk HBV, dan HIV / AIDS ) dari
satu pasangan kepada pasangan yang lain ( khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil).
Ø Efektifitas :
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual.
Secara ilmiah ( Theoretical effectivenes ) yaitu : 98%
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) yaitu : 85 % (tergantung kedisiplinan
klien).
Ø Manfaat :
Efektif bila digunakan secara benar dan konsisten.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber – KB.
Dapat mencegah penularan IMS.
Mencegah ejakulasi dini.
Membantu mencegah terjadinya kanker serviks ( mengurangi iritasi bahan
karsinogenik endogen pada serviks ).
Tidak mengganggu produksi ASI.
Saling interaksi sesama pasangan.
Murah dan dapat ditemukan secara umum.
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Sebagai terapi infertilitas.
Ø Keterbatasan
Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
Mengurangi sensitivitas seksual.
Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.
Ø Cara kerja
Menekan ovulasi.
Lendir serviks mengental sehingga sulit untuk dilalui oleh sperma.
Mencegah sel telur sudah dibuahi menempel pada dinding rahim ( implantasi ).
Pergerakan tuba terganggu sehingga perjalanan sel telur dengan sendirinya akan
terganggu pula.
Ø Kontraindikasi
Hamil / dicuragai hamil
Tidak diminum bagi mereka yang menderita penyakit : Hati, tumor, jantung, varises,
darah tinggi > 180 / 110 mmHg, kanker payudara, perokok dengan usia > 35 tahun,
stroke, atau dicuragai kanker, kencing manis > 20 tahun, gangguan pembukaan
darah.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
Migrain / sakit kepala sebalah.
Ø Keberhasilan / Efektifitas
Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 7 %.
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 92 % ( terutama tergantung kedisiplinan
klien)
Ø Manfaat
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan.
Mengurangi rasa kejang / nyeri perut saat haid.
Terlindung dari penyakit radang panggul dan kehamilan diluar rahim.
Mudah menggunakannya dan dihentikan setiap saat.
Siklus haid jadi teratur, banyaknya darah haid berkurang ( mencegah anemia ).
Mengurangi resiko kanker ovarium.
Cocok digunakan untuk menunda kehamilan dari pasangan muda.
Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh fit yang hanya mengandung progesteron ( Pil
Mini excluton )
Ø Keterbatasan
Pemakai harus disiplin meminum pil setiap hari. Jika tidak kemungkinan hamil tinggi.
Dapat mengurangi produksi ASI untuk pil yang mengandung estrogen dan
progesterone ( pil kombinasi ).
Tidak dapat mencegah IMS, HIV / AIDS dan HBV.
Ø Efek Samping
Dapat terjadi bercak – bercak darah ( spotting ) diantara masa haid pada pemakaian
3 bulan pertama.
Amenorhea / tidak haid, pusing, mual pada minggu pertama pemakaian.
Air susu berkurang untuk yang menggunakan pil kombinasi.
Perubahan berat badan.
Flek hitam pada muka.
C. Suntik
Obat suntik yang berisi hormon progesteron yang disuntikan setiap 2 atau 3 bulan,
atau hormon estrogen dan progesterone yang disuntikkan setiap 1 bulan ( suntikan
kombinasi ) pada otot panggul atau lengan atas.
Ø Cara kerja
Menekan ovulasi.
Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga penetrasi sperma terganggu.
Menipiskan endometrium / selaput lendir sehingga tidak siap untuk kehamilan.
Menghambat transportasi sel telur yang telah dibuahi ( gamet ) oleh tuba.
Ø Kontraindikasi
Hamil / diduga hamil.
Perdarahan vagina yang belum diketahui sebabnya.
Riwayat kanker payudara.
Menderita penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi, kencing manis.
Sedang menyusui bayi kurang dari 6 minggu ( setelah melahirkan ).
Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala.
Wanita usia 35 tahun yang merokok.
Ø Keberhasilan / efektifitas
Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99,7 %
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 97 %
Ø Keuntungan
Aman, efek samping kecil, jangka panjang.
Tidak mempengaruhi ASI, cocok untuk ibu menyusui.
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Mengurangi jumlah perdarahan saat haid, nyeri haid. .
5. Mencegah anemia, penyakit payudara jinak, kista ovarium, kehamilan ektopik
dan melindungi dari penyakit radang panggul.
Ø Keterbatasan
Kembalinya kesuburan agak terlambat ( 4 – 6 bulan ).
Harus kembali ke tempat pelayanan.
Tidak dapat mencegah IMS, HIV, dan HBV
Efek samping serius dapat timbul seperti serangan jantung, stroke, tumor hati,
bekuan darah pada paru dan otak.
Ø Efek samping
Pusing, mual ( jarang terjadi ).
Menstruasi kadang tidak keluar selama 3 bulan pertama.
Kadang perdarahan lebih banyak pada saat menstruasi.
Penambahan berat badan.
D. AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik kecil fleksibel
yang dililit kawat tembaga halus dan waktu penggunaannya 10 tahun ( CuT – 380 A
).
Ø Cara Kerja
Menghambat kemampuan spermatozoa untuk masuk ke dalam saluran tuba.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Memungkinkan untuk mencegah implantasi ovum ke uterus.
Ø Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil.
Gangguan perdarahan yang tidak diketahui ( sampai dapat dievaluasi ).
Infeksi alat kelamin.
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik.
Ø Keuntungan
Praktis dan ekonomis
Efektifitas tinggi secara ilmiah 98, 5 % – 99, 9 %, efektivitas pemakaian 98 %
– 99, 9 % AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
Kesuburan segera kembali jika dibuka.
Tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil.
Tidak mempengaruhi produksi ASI.
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus ( apabila
tidak terjadi infeksi ).
Tidak ada interaksi dengan obat – obat.
Membantu mencegah kehamilan ektopik.
Ø Keterbatasan
Tidak mencegah IMS, HIV / AIDS
Penyakit Radang Panggul ( PRP ) terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan panggul diperlukan dalam
pemasangan AKDR.
Sedikit nyeri dan perdarahan ( spotting ) terjadi setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 2 – 3 hari.
Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri dan harus dilakukan oleh provider
terlatih.
Kadang – kadang AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui. Angka
ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca
persalinan.
Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
rnelakukan ini ibu harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian ibu
tidak mau melakukan ini.
Terjadinya komplikasi seperti merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya, perforasi
dinding uterus ( sangat jarang apabila pemasangannya benar ).
Ø Cara Penggunaan
Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak harnil.
Hari pertama sampai ke – 7 siklus haid.
Segera setelah plasenta lahir dengan tenggang waktu 10 menit, selama 48
jam pertama atau 6 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila
rnenggunakan rnetode amenorhea laktasi ( MAL ).
Setelah menderita abortus ( segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak
ada gejala infeksi.
Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
Ø Komplikasi
Merasakan sakit / kejang setelah 3 – 5 hari pemasangan.
Perdarahan berat waktu haid yang mengakibatkan anemia.
E. AKBK ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ) / Implant
Satu, dua atau enam batang silastik ( sebesar batang korek api ) yang berisi
hormone progesterone dimasukkan di bawah kulit lengan atas. Implant satu
dan dua batang dapat digunakan selama 3 tahun, sedangkan yang enam
batang dapat digunakan selama 5 tahun.
Ø Cara kerja
Hormon progesterone yang terdapat pada batang implant dilepaskan secara
perlahan sehingga menyebabkan :
Menekan ovulasi.
Lendir serviks menjadi kental sehingga perjalanan sperma terhambat.
Mengganggu proses pembentukan lapisan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
Ø Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil.
Ibu yang sedang menyusui kurang dari 6 minggu pasca persalinan.
Perdarahan vagina yang belum jelas sebabnya.
Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
Penyakit Mioma uteri dan kanker payudara.
Penyakit dengan gangguan toleransi glukosa.
Penyakit hati, stroke, jantung, yang menggunakan obat untuk epilepsi / TBC.
Ø Keuntungan
Tidak menekan produksi ASI.
Praktis, efektif dan daya guna tinggi.
Masa pakai jangka panjang ( 3 atau 5 tahun).
Kesuburan cepat kembali setelah pencabutan.
Bebas dari pengaruh estrogen.
Klien hanya perlu ke provider bila ada kebutuhan.
Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Mengurangi nyeri haid.
Mengurangi jumlah darah haid.
Mengurangi / memperbaiki anemia.
Melindungi terjadinya kanker endometrium.
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
Menurunkan angka kejadian endometriosis.
Ø Keterbatasan
Perubahan pola haid, meningkatnya jumlah darah haid atau tidak haid
Timbul keluhan seperti nyeri kepala, berat badan naik, mual, pusing.
Perubahan perasaan ( mood ).
Membutuhkan tindakan bedah minor untuk pemasangan dan pencabutan.
Tidak melindungi terhadap IMS dan HIV serta HBV.
Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat – obat TBC ( rifamspisin )
atau obat epilepsi ( fenitoin dan barbiturat ).
Ø Cara penggunaan
Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke 7.
Setiap saat asal diyakini tidak sedang hamil.
Bila sedang menyusui, boleh dipasang setelah 6 minggu pasca persalinan
atau telah datang haid.
Segera setelah keguguran.
Bila klien ingin ganti cara baik setelah pemakaian kontrasepsi hormonal
maupun non hormonal dan dipastikan tidak sedang hamil.
Ø Efek samping
Amenorhea / tidak haid.
Perdarahan bercak ringan atau spotting.
Ekspulsi ( lepasnya batang implant dari tempat pemasangan ).
Infeksi pada daerah pemasangan.
Perubahan berat badan.
F. Tubektomi
Prosedur bedah secara sukarela atau alasan medis untuk menghentikan
kesuburan (fertilitas ) seorang wanita.
Ø Cara kerja
Menghambat perjalanan sel telur wanita sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.
Ø Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil.
Penyakit jantung, paru, infeksi akut.
Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.
Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
Masih menginginkan anak lagi.
Belum memberikan persetujuan secara tertulis.
Ø Keberhasilan
Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 5 %
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) yaitu 99, 5 %
Ø Manfaat
Efektivitas langsung setelah sterilisasi.
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
Tidak menggangu hubungan seksual.
Mengurangi resiko kanker ovarium.
Ø Keterbatasan
Resiko dan efek samping bedah tetap ada.
Tidak melindungi dari IMS / HIV dan HBV.
B. Sistem Rujukan
1. Pengertian dan Tujuan Rujukan KB
Rujukan Keluarga Berencana (KB) adalah pelimpahan kasus kontrasepsi dari
tempat pelayanan yang tidak mampu ke tempat pelayanan yang lebih baik dan
mampu rnelaksanakan, mengatasi kasus tersebut.
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan merupakan suatu sistem pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus masalah yang berhubungan dengan KB di
antara pelayanan KB yang ada, baik secara vertikal maupun horizontal.
Tujuan sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus
terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek
samping, komplikasi, dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
a. Mewujudkan suatu jaringan pelayanan KB yang terpadu di setiap tingkat,
sehingga masing-masing unit pelayanan KB sesuai dengan tingkat kemampuan,
berdaya guna dan berhasil guna maksimal.
b. Pembinaan dukungan terhadap arah dan pendekatan program KB Nasional
dalam hal perluasan jangkauan/pemerataan pembinaan dengan pelayanan yang
bermutu, dapat ditingkatkan serta perlindungan penuh kepada masyarakat
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun secara horizontal
kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional. . Dengan
pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik
kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggunalangan masalah
yang sedang dihadapi.
6.Jenis Rujukan
Rujukan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dapat dibedakan atas tiga jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Pelimpahan Kasus
a. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memperoleh pelayanan yang
lebih baik dan sempurna
b. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan yang lebih sederhana dengan maksud memberikan pelayanan
selanjutnya atas kasus tersebut
c. Pelimpahan kasus ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan sama
dengan pertimbangan geografis, ekonomi dan efisiensi kerja.
2. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan
Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan ini dapat dilakukan dengan :
a. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud memberikan latihan praktis
b. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memberikan latihan praktis
c. Pelimpahan tenaga ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan sama
dengan maksud tukar-menukar pengalaman
3. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic
a. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit pelayanan MKET yang
lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengn maksud
menegakkan diagnose yang lebih tepat
b. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit pelayanan MKET yang
lebih sederhana dengan maksud untuk dicobakan atau sebagai informasi
c. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan dengan
tingkat kemampuan sama dengan maksud sebagai informasi atau untuk dicobakan
8.Pengelolaan Rujukan KB
a. Tatacara merujuk dan menerima rujukan kasus
1. Unit pelayanan KB yang rusak
Kasus bisa setelah dirujuk setelah melalui proses pemeriksaan antara lain sebagai
berikut :
a) dari hasil pemeriksaan penunjang medis sudah dapat dipastikan tidak dapat
diatasi.
b) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus bersama penderitaan yang bersangkutan.
c) Setelah diobati/dirawat ternyata memerlukan pengobatan dan perawatan di unit
pelayanan KB yang lebih mampu.
Jenis Rujukan
Rujukan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dapat dibedakan atas tiga jenis
yaitu sebagai berikut:
Pelimpahan Kasus
Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan
Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic
Sasaran Rujukan MKET
1. Sasaran obyektif
a. PUS yang akan memperoleh pelayanan MKET
b. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET
c. Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatan lanjutan
d. Peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan pemakaian MKET
e. Pengetahuan dan keterampilan MKET
f. Bahan-bahan penunjang diagnostic
2. Sasaran subyektif
Petugas-petugas pelayanan MKET disemua tingkat wilayah.
Penutup
I. Kesimpulan
Dari segala uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa
banyak cara untuk menangani ibu hamil pasca melahirkan dan
melakukan pelayanan kepada bayi dan balita, begitu banyak hal
penting yang bisa kita pelajari disana.Juga dalam hal untuk
perencanaan kehamilan selanjutnya, orang tua juga dapat memilih
banyak jenis pelayanan kontrasepsi dan juga kita bisa memahami
tentang apa itu sistem rujukan dalam asuhan kebidanan dalam
komunitas.
II. Saran
Dalam segi saran, penulis dan pembaca itu hal yang
berkesinambungan, jadi kritik ataupun saran yang ingin
disampaikan akan sangat bermanfaat dan berguna dalam
menyempurnakan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan juga
bermanfaat bagi orang tua yang akan merencanakan
kehamilan untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://rizkimarizayeni.wordpress.com/2014/07/01/pelayanan-kb-dan-
rujukannya/
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pertolongan-pertama-kegawat-
daruratan.html
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pelayanan-kesehatan-pada-bayi-
dan.html
https://www.academia.edu/8264912/Makalah_Asuhan_Bayi_Baru_Lahir_Dan
_Neonatus
Hidayat Alimul, A.Aziz.2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Belita
. Buku Praktikum Kebidanan.EGC. Jakarta
Prawihardjo Sarwono.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Ed.1.Cet 11. Tridasar Printer. Jakarta