Anda di halaman 1dari 54

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan


Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang


telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah


pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
Daftar Isi
~ Kata Pengantar
~ Daftar Isi
~ Pendahuluan
~ BAB I: Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di kebidanan
komunitas
~ BAB II: Pelayanan bayi dan balita di kebidanan komunitas
~ BAB III: Pertolongan pertama kegawat daruratan obstetrik dan
neonatus
~ BAB IV: Pelayanan Kontrasepsi
~ Penutup
~ DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penulisan


Perkembangan pelayanan kebidanan nasional maupun internasional terjadi
begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan kebidanan
merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan
khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.
Serta mengetahui bagaimana pelayan bayi dan balita secara rinci mengingat
memburuknya pemanfaatan layanan kesehatan pada jaman sekarang ini.Kita akan
membahas tentang apa apa saja yang masuk ke sistem kebidanan dalam asuhan
kebidanan dalam komunitas
1.2 Rumusan Masalah
-Bagaimana cara mengasuh bayi baru lahir dan neonatus
-Bagaimana pelayanan bayi dan balita
-Bagaimana dalam menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus
-Bagaimana dalam mengatasi pelayanan kontrasepsi dan sistem rujukan
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk mendeskripsikan
cara untuk melakukan pelayanan kepada ibu setelah melahirkan dan
memberikan pelayan kontrasepsi untuk rencana kehamilan selanjutnya.
5 1.4 Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu agar penulis dan pembaca dapat
mengerti cara untuk melayani ibu hamil pasca melahirkan dan
memberikan rencana untuk kehamilan selanjutnya.
Pembahasan

BAB I : ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

A. Jadwal Kunjungan
I. Kunjungan I pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak enam jam setelah lahir sampai tujuh
hari)
1) Setelah enam jam dari kelahiran bidan melanjutkan pengamatan terhadap pernapasan,
warna, tingkat aktivitas, suhu tubuh, dan perawatan untuk setiap penyulit yang muncul. Bidan
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Rujuk ke dokter bila tampak tanda bahaya
dan penyulit. Jika bayi sudah cukup hangat (minimal 36,5 0 C) bidan memandikan bayi dan
melakukan perawatan tali pusat. Bidan juga mengajarkan tanda bahaya kepada ibu agar
segera membawa bayinya ke tim medis bila timbul tanda bahaya. Selanjutnya bidan
mengajarkan cara menyusui dan merawat bayi mereka.
2) Pada minggu pertama (sampai hari ke-7) bidan menanyakann keseluruhan keadaan
kesehatan bayi, masalah-masalah yang dialami terutama dalam proses menyusui, apakah
ada orang lain di rumahnya atau di sekitarnya yang dapat membantu ibu. Bidan mengamati
keadaan dan kebersihan rumah ibu, persediaan makanan dan air, amati keadaaan suasana
ibu dan bagaimana cara ibu berinteraksi dengan bayinya. Pada kunjungan ini bidan juga
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi. Jika bayi tidak aktif, menyusu tidak baik, atau tampak
kelainan lain, rujuk bayi pada dokter atau klinik untuk perawatan selanjutnya.
3) Kunjungan II pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh delapan (hari ke-8 sampai hari
ke-28)

B. Managemen Bayi Baru Lahir dan Neonatus


Selama kehamilan ibu hamil harus memeriksakan kehamilan minimal empat kali di fasilitas
pelayanan kesehatan, agar pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terpantau dan bayi lahir
selamat dan sehat.
1) Tanda-tanda bayi lahir sehat:

 Berat badan bayi 2500-4000 gram


 Umur kehamilan 37-40 minggu
 Bayi segera menangis
 Bayi segera menangis
 Bergerak aktif, kulit kemerahan
 Mengisap ASI dengan baik
 Tidak ada cacat bawaan
 Tatalaksana Bayi Baru Lahir

2) Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:

1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:

a. Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di
dekat ibunya dalam ruangan yang sama
b. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya
atau di ruangan khusus
c. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
a. Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas atau pustu
atau polindes atau poskesdes dan atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan
b. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga
pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan
3) Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
1. Asuhan bayi baru lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan
Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat
dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir
dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam).
4) Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a. Pencegahan infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu
serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
h. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal
i. Pemeriksaan bayi baru lahir
j. Pemberian ASI eksklusif
5) Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit
bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan
normal (partus spontan) :

a. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin


b. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix, kemudian tali
pusat diikat.
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan KULIT bayi
MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan
bayi diberi topi.
d. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri mencari puting
susu ibu.
e. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
f. Biarkan KULIT bayi bersentuhan dengan KULIT ibu minimal selama SATU JAM; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam
g. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat
dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 MENIT
atau 1 JAM berikutnya.

6) Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi Hepatitis B (HB
0)
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-
3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.

a. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di


paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami
oleh sebagian BBL.
b. Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin 1%).
c. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.

7) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Risiko
terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh
dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat
mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.

Waktu pemeriksaan bayi baru lahir:

Bayi lahir di fasilitas kesehatan Bayi lahir di rumah

Baru lahir sebelum usia 6 jam Baru lahir sebelum usia 6 jam

Usia 6-48 jam Usia 6-48 jam

Usia 3-7 hari Usia 3-7 hari

Minggu ke 2 pasca lahir Minggu ke 2 pasca lahir

Langkah langkah pemeriksaan:

a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).


b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada
bawah, denyut jantung serta perut.
c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah memegang
bayi.

8) Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pemeriksaan dan tindakan tenaga kesehatan harus dicatat pada:
1. Buku KIA (buku kesehatan ibu dan anak)

a. Pencatatan pada ibu meliputi keadaan saat hamil, bersalin dan nifas
b. Pencatatan pada bayi meliputi identitas bayi, keterangan lahir, imunisasi, pemeriksaan
neonatus, catatan penyakit, dan masalah perkembangan serta KMS
2. Formulir Bayi Baru Lahir
a. Pencatatan per individu bayi baru lahir, selain partograph
b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan
3. Formulir pencatatan bayi muda (MTBM)
a. Pencatatan per individu bayi
b. Dipergunakan untuk mencatat hasil kunjungan neonatal yang merupakan dokumen
tenaga kesehatan puskesmas
4. Register kohort bayi
a. Pencatatan sekelompok bayi di suatu wilayah kerja puskesmas
b. Catatan ini merupakan dokumen tenaga kesehatan puskesmas
9) Fasilitas
Peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan bayi baru lahir harus tersedia dalam
satu ruangan dengan ibu, meliputi: Tempat (meja) resusitasi bayi, diletakkan di dekat tempat ibu
bersalin

a. Infant warmer atau dapat digunakan juga lampu pijar 60 watt dipasang sedemikian rupa
dengan jarak 60 cm dari bayi yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan
kehangatan di atas tempat resusitasi
b. Alat resusitasi (balon sungkup) bayi baru lahir
c. Air bersih, sabun dan handuk bersih dan kering
d. Sarung tangan bersih
e. Kain bersih dan hangat
f. Stetoskop infant dan dewasa
g. Stop watch atau jam dengan jarum detik
h. Termometer
i. Timbangan bayi
j. Pengukur panjang bayi
k. Pengukur lingkar kepala 30
l. Alat suntik sekali pakai (disposible syringe) ukuran 1 ml/cc
m. Senter
n. Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
o. Salep mata Oxytetrasiklin 1%
p. Vaksin Hepatitis B (HB) 0
q. Form pencatatan (Buku KIA, Formulir BBL, Formulir register kohort bayi)

Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan kunjungan neonatal meliputi:

a. Tempat periksa bayi


b. Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
c. Air bersih, sabun dan handuk kering
d. Sarung tangan bersih
e. Kain bersih
f. Stetoskop
g. Stop watch atau jam dengan jarum detik
h. Termometer
i. Timbangan bayi
j. Pengukur panjang bayi
k. Pengukur lingkar kepala
l. Alat suntik sekali pakai (disposable syringe) ukuran 1
m. ml/cc
n. Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
o. Salep mata Oxytetrasiklin 1%
p. Vaksin Hepatitis B (HB 0)
q. Form pencatatan (Buku KIA, Formulir bayi baru lahir, formulir MTBM, Partograf, Formulir
register kohort bayi)

BAB II : Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Dan Balita

Ada 4 sumber tentang pengertian Bayi Baru Lahir,yaitu:


1. Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran.
2. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir
sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42
minggu.
3. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umurkehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
4. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal


 Berat badan 2500 - 4000 gram
 Panjang badan 48 - 52 cm
 Lingkar dada 30 - 38 cm
 Lingkar kepala 33 - 35 cm
 Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
 Pernafasan ± - 60 40 kali/menit
 Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
 Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
 Kuku agak panjang dan lemas
 Genitalia : Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, Laki – laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada
 Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
 Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
 Reflek graps atau menggenggan sudah baik
 Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan

PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang


diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:

1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan


2. Kunjungan bayi satu kali pada umue 3-5 bulan

3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8

4. Kunjungan bayi satu kali pada umue 9-11 bulan

Pelayanan kesehatan kepada bayi meliputi:

Asuhan bayi baru lahirPelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman
AsuhanPersalinanNormal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhanbayi
baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat.Pelaksanaan asuhan
bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yangsama dengan ibunya atau rawat
gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satukamar, bayi berada dalam jangkauan ibu
selama 24 jam). Asuhan bayibaru lahir meliputi:

1. Pelayanan neonatal esensial dan tatalaksana neonatal


meliputi:

a. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman


b. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
c. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan
d. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
Inisiasi menyusui dini ( IMD ) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi
menyusui dini (IMD ) akan sangat membantu dalam keberlangsungan
pemberian ASI ekslusif. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO
dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai
tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 %
dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini dilakukan
dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk
menyusu. IMD harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda
dangan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh
dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus
berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Menyusui 1 jam pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara
ibu dan bayi dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru
bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah khususnya Departemen
Kesehatan RI.

e. Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir


• Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
• Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
• Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

f. Membebaskan Jalan Nafas nafas


Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan
segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
• Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
• Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah
ke belakang.
• Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
• Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar.
• Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
• Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
• Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
• Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.

g. Merawat tali pusat


• Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
• Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
• Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
• Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain
bersih dan kering.
• Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan
benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat
tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem
tali pusat tertentu.
• Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali
pusat pada sisi yang berlawanan.
• Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
• Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)

h. Pencegahan Kehilangan Panas


Mekanisme kehilangan panas
• Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
• Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
• Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
• Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda –
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena
benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung)
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
• Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
• Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut
atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
• Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
• Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam
waktu satu (1) jam pertama kelahiran
• Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya,
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih
berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah
lahir.

i. Pencegahan Infeksi
• Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
bayi
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
• Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril.
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk
bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop.
• Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari
selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan
dosis 0,5 – 1 mg IM.
• Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat
mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya
diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan
setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat

j. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang
bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan
dari normal.Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik
bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan
apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi
tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi
tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
• Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
• Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
• Pastikan pencahayaan baik
• Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar)
dan segera selimuti kembali dengan cepat
• Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
k. Imunisasi BCG, hepatitis B dan polio oral

2. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0 – 28 hari


(kunjungan neonatus)

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling
rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan
melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain
melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan bayi
kepada ibu.
3. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6
bulan
dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan


cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi
menyusui dini (IMD) pada saatpersalinan dan mendukung pemberian ASI ekslusif
setelahnya.

4. Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk meningkatkan kualitas tumbuh


kembang
anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang mencakup

a. Aspek Pertumbuhan:

1) Timbang berat badannya (BB)

2) Ukur tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK)

3) Lihat garis pertambahan BB, TB dan LK pada grafik

b. Aspek Perkembangan:

1) Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner Pra Skrining


Perkembangan)

2) Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD (Tes Daya Dengar)

3) tanyakan daya penglihatannya dengan TDL (Tes Daya Lihat),

c. Aspek Mental Emosional:

1) KMEE (Kuesioner Masalah Mental Emosional)

2) CHAT (Check List for Autism in Toddles = Cek Lis Deteksi Dini Autis)

3) GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

5. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada
dokter.
Diantaranya bisa dengan:

a. Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS):

1) melakukan kunjungan neonatal oleh bidan desa/kelurahan

2) upaya pemeriksaan kesehatan terpadu pada bayi muda dan balita

b. Pelayanan Pengobatan

1) pemeriksaan kejadian kesakitan (morbiditas)

2) perawatan kesehatan dan penanganan medis

Pemberian dosis obat pada bayi sering kali berbeda, mengingat anak masih dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak yang lahir premature ,
penetapan dosis yang diberikan sangat sulit karna fungsi organ belum berfungsi
sempurna sehingga proses absorbs,distribusi, metabolism dan eksresi tidak
maksimal yang kadang menimbulkan efeksamping yang lebih besar dibandingkan
efek terapinya. Pada prinsipnya dosis ditentukan dengan dua standar, yakni
berdasarkan dengan luas permukaan rubuh dan berat badan.

PELAYANAN KESEHATAN PADA BALITA

Beberapa faktor yang sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan dan


perkembangan Balita, yaitu:

1. Keluarga Berencana

Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, maka sejak dari mulai terjadi
pembuatan sampai dianya menjadi dewasa haruslah dilakukan pemeliharaan dan
penjagaan yang seksama agar tumbuh kembang anak tersebut tidak mengalami
kegagalan.
Faktor anak selama dalam kandungan akan sangat mempengaruhi dalam proses
tumbuh kembang anak dikemudian hari. Sebagai contoh dari seorang ibu yang sehat
dan memelihara kandungannya secara seksama, berarti ibu tersebut telah
mempersiapkan sejak awal suatu keturunan yang dapat diharapkan sebagai generasi
penerus yang berkualitas. Hal ini secara umum tidak akan sama bila sang Ibu sejak
dini tidak terlibat dalam mempersiapkannya. Keikut sertaan ibu dalam keluarga
berencana, sehingga proses persalinan yang ideal dapat dipenuhi dan ini akan sangat
membantu kesehatan ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Sebagai contoh seorang
ibu hendaklah jangan melahirkan terlalu dini, ataupun terlalu lambat, begitu juga
sebaiknya seorang ibu janganlah melahirkan terlalu sering dan janganlah mempunyai
anak terlalu banyak.

2. Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak


Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan
yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak,
yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini tidak
dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada anak tersebut yang
mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik
anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
Untuk Tumbuh Kembang Anak Pesan Utamanya Adalah:

Ø Asi saja (ASI ekslusif) adalah makanan terbaik bagi kehidupan bayi 4-6 bulan
pertama kehidupan.

Ø Pasca umur 4-6 bulan, bayi memerlukan makanan lain disamping ASI

Ø Anak dibawah 3 tahun membutuhkan 5-6 kali sehari

Ø Anak dibawah 3 tahun membutuhkan sejumlah/sedikit lemak atau minyak


ditambahkan dalam makanannya sehari-hari.

Ø Semua anak membutuhkan makanan kaya Vitamin A

Ø Sesudah sakit, anak membutuhkan extra meals untuk mengejar (catch up)
kehilangan pertumbuhan selama sakit
3. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik )
dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel,
untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan
melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan
sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
• Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan
satu kali dalam satu tahun
• Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat
terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga
terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea
mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak
balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh
balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin
A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.

4. Pencegahan Muntah Dan Menceret

Penyakit ini paling sering menyerang Balita. Muntah menceret pada bayi dan anak
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

· Infeksi pada saluran cerna sendiri

· Intoleransi terhadap makanan yang diberikan dan

· Infeksi lainnya diluar saluran cerna.


Pada saat ini penanganan muntah menceret haruslah dilaksanakan sesegera
mungkin, yaitu dimulai pemberian terapi sejak dari rumah. (therapy begin at home),
seperti pemberian oralit, tablet zinc, dll.

5. Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Akut


Penyakit ini merupakan penyakit yang tersering dijumpai pada anak Balita, baik yang
hanya berupa untuk pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada saluran nafas
bawah, yaitu infeksi yang mengenai paru-paru.

6. Vaksinasi Atau Imunisasi


Pada saat sekarang ini vaksin yang dapat digunakan dalam pencegahan penyakit
telah banyak beredar di Indonesia, dan hasil daya lindung yang ditimbulkannya juga
telah terbukti bermanfaat.imunisasi wajib diantaranya:

a. BCG :

Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak yang telah
mendapat vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari penyakit
tuberkulosis, ataupun kalau terinfeksi bentukna adalah ringan, tidak menimbulkan
infeksi yang berat seperti tuberkulosis otak, tulang ataupun melibatkan organ tubuh
yang lain.

b. Polio Oral Vaksin:


Mengandung tiga macam virus hidup yang telah dilemahkan, yang dapat digunakan
dalam memberikan daya lindung terbadap kelumpuhan dan kematian

c. Vaksin Hepatitis B :

Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan agar tidak
terjadi penyakit hati yang kronis, yang rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.

d. Vaksin campak:

Memberi kekebalan terhadap penyakit campak

e. DPT:

memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri pertusis dan tetanus

7. Posyandu
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera
ditunjuk ke Puskesmas

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA/ DETEKSI DINI

1. Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah/ deteksi dini

Deteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah adalah
kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak prasekolah.

Ada tiga jenis deteksi dini tubuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,meliputi:

Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)

Pengukuran lingkar kepala

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, meliputi:

a. Skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining


perkembangan (KPSP)

b. Tes daya dengar

c. Tes daya lihat

3. Deteksi dini penyimpangan mental omosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan / pemeriksaan untuk


menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang
anak.

IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuhkebal


terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapatmenyebabkan infeksi
sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatanuntuk menyerang tubuh kita.
Dengan imunisasi tubuh kita akan terlindungi dariinfeksi begitu pula orang lain.
Karena tidak tertular dari kita

Tujuan Imunisasi

Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatupenyakit


yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkankematian pada
penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari denganimunisasi yaitu:

1. Hepatitis.

2. Campak.

3. Polio.

4. Difteri.

5. Tetanus.

6. Batuk Rejan.

7. Gondongan

- Cacar air

- -TBC

Macam-Macam Imunisasi

1. Imunisasi Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif
membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif
juga dapat di bagi 2 macam:

a. Imunisasi aktif alamiahAdalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di


peroleh sembuhdari suatu penyakit.

b. Imunisasi aktif buatanAdalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.

2.Imunisasi Pasif

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalantubuhnya di


dapat dari luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum).Pada orang yang
mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah:Terdapat pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerimaberbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah
placenta selama masakandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi
pasif ini dibagi yaitu:

1. Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang di dapat seorang karena di


turunkan olehibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika
beradadalam kandungan.

2. Imunisasi pasif buatan.Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena


suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu

Ada pula beberapa jenis-Jenis Imunisasi yaitu:

1. Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuanmemberi


kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosisdengan cara
menghambat penyebaran kuman.

2. Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberianvaksin hepatitis


B ke tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakithepatitis.
3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di
kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari
penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu.

4. Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberivaksin DPT


(difteri pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi
kekebalan dari kuman penyakit difteri,pertusis,dantetanus. Pemberian vaksin
pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu.

5. Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak


pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi
dapat di berikan pada usia 9 bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat diberikan
dalam waktu interval 6 bulanatau lebih setelah suntikan pertama . (
Asuhan neonatus bayi dan balita :98-101)

Mekanisme Imunisasi Dalam Proses PencegahanPenyakit

Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap


organisme tertentu,tanpa menyebabkan seorang sakit

BAB III : Pertolongan pertama kegawat daruratan obstetrik dan neonatus

Kegawatdaruratan obstetrik

Definisi kegawat daruratan obstetrik adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.

Dalam kasus ini ada beberapa penyebab utama kematian ibu

a. Perdarahan

Perdarahan jika tidak segera diatasi akan menyebabkan syok.

Tanda-tanda syok diantaranya:

 Pasien tampak ketakutan, gelisah, bingung, atau kesadaran menurun


sampai tidak sadar
 Berkeringat
 Pucat, tampak lebih jelas disekitar mulut, telapak tangan dan pada
kojungtiva
 Bernapas cepat, frekuensi pernapasan 30 x per menit atau lebih
 Nadi cepat dan lemah, frekuensi nadi umumnya 110 x /menit atau lebih
 Tekanan darah rendah, sistol 90 mmHg atau lebih rendah

Penanganan awal syok perdarahan

a) Tindakan umum

• Periksa tanda-tanda vital

• Bebaskan jalan napas

• Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut

• Miringkan kepala pasien dan badannya ke samping

• Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat

• Naikkanlah kaki pasien

b) Pemberian oksigen

Oksigen diberikan dalam kecepatan 6 – 8 liter per menit.

c) Pemberian cairan intravena

Infus RL guyur

d) Rujuk

Persiapkan surat rujukan, kendaraan yang mengantar ke tempat rujukan, keluarga,


dan dampingi selama merujuk.

b. Infeksi Akut dan Sepsis

1. Tanda dan gejala

Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor
artinya panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan
atau pembengkakan, dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain
infeksi akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di daerah infeksi berwarna
kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di daerah organ itu serta fungsi
organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena infeksi
mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya infeksi di organ genetalia
dapat disertai pengeluaran cairan pevaginam berbau busuk. (Saifudin, 2006)

2. Diagnosa

Beberapa hal yang harus dinilai sebagai berikut :

o Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak

o Tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak

o Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat hubungannya,
misalnya pembedahan, cedera (trauma), atau sumber infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis atau syok sepsis

o Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor, function lesa.

o Pada infeksi genetalia beberapa kondisi berikut dapat terjadi :

1) Secret/cairan berbau busuk keluar dari vagina

2) Pus keluar dari servik

3) Air ketuban hijau kental dapat berbau busuk atau tidak

2) Subinvolusi rahim

3) Tanda-tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang servik, nyeri perut bagian
bawah, nyeri bagian adneksa.

3. Penanganan

a. Tindakan umum

Pantaulah tanda-tanda vital

b. Pemberian Oksigen

• Pastikan bahwa jalan napas bebas.


• Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi penderita stabil dan kecil resiko
mengalami syok septic.

• Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam kecepatan 6-
8 L/menit.

c. Pemberian Cairan Intravena

Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan secara hati-hati, tidak


sebebas seperti syok pada perdarahan,oleh karena tidak terdapat kehilangan jumlah
cairan yang banyak.

d. Pemberian Antibiotik

Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septik, cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat tanda-
tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu diberikan.
Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung, sangat penting untuk
memberikan antibiotika dini. Macam-macam antibiotika antara lain ampisilin,
sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain-lain.

e. Pemeriksaan laboratorium

o Pemeriksaan darah

a) Apabila penderita tampak anemik, diperiksa hemoglobin dan hematokrit, sekaligus


golongan darah dan cross-match

b) Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia juga
menunjukkan kemungkinan leukositosis atau leucopenia, neutropenia dan biasanya
trombositopenia.

c) Periksa kemungkinan DIC

d) Serum laktat dehidrogenase meningkat pada asidosis metabolic

e) Kultur darah harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman

f) Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan parsial
oksigen, peenurunan tekanan parsial CO2 serta alkalosis respiratorik pada tahap awal
o Pemeriksaan urin

a) Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan
tidak ada

b) Berat jenis urin meningkat lebih dari 1.020

b. Ruptur uteri

1. Diagnosis

Ruptur uteri mengancam

1) Peningkatan aktivitas kontraksi persalinan

2) Terhentinya persalinan

3) Regangan berlebihan dengan nyeri pada segmen bawah rahim

4) Pergerakan cincin Bandl’s ke atas

5) Tegangan pada ligamentum rotundum

Ruptur uteri yang sebenarnya

1) Kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak

2) Berhentinya DJJ atau pergerakannya

3) Keadan syok peritoneum

4) Perdarahan eksternal (hanya pada 25 % kasus)

5) Perdarahan internal : anemia, tumor yang tumbuh cepat di samping rahim


yang menunjukkan hematoma karena ruptur inkomplit

2. Penatalaksanaan

Terapi suportif

Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, cairan
intravena, darah pengganti dan antibiotik untuk infeksi.

Laparatomi
Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk
pembedahan. Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan
darah.

c. Inversio uteri

1. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan ketika dalam catatan tenaga kesehatan terdapat


penurunan abnormal tinggi fundus atau tidak bisa melakukan palpasi pada fundus
abdominal setelah kelahiran janin atau ketika uterus terlihat di rongga vagina atau
introitus. Inversio biasanya disertai oleh perdarahan dan syok pada ibu.

2. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang lebih penting adalah pencegahan inversio uteri.


Ketegangan pada pelepasan tali pusat yang tergesa-gesa pada kala III tidak baik
dilakukan dan mungkin berbahaya bagi ibu. Diperlukan penanganan segera pada
uterus yaitu dengan melakukan gerakan tinju atau memasukkan beberapa jari pada
tangan yang dominan atau kompresi bimanual dapat menurunkan perdarahan.
Pemberian cairan IV dapat memperbaiki keadaan umum dan oksitosin atau
metilergonovine dapat mencegah atonia. Jika penanganan segera tidak dilakukan,
anastesi dan operasi harus dilakukan.

B. Kegawatdaruratan neonatus yaitu:

1. Asfiksia

Diagnosa

1) Observasi DJJ:

Normal = 120-160X per menit

a) Takikardi = 160-180X per menit; membahayakan janin

Di atas 180 X per menit; sangat membahayakan bagi janin

b) Bradikardi = 120 – 100 X per menit; membahayakan janin


Di bawah 100 X per menit; sangat membahayakan janin

c) Ketidakteraturan

• DJJ tidak teratur atau berubah lebih dari 40 X dalam 1 kontaksi membahayakan janin.

• DJJ tidak teratur bersama bradikardi; sangat membahayakan janin

• DJJ harus dipantau setiap 15 menit dalam tahap dilatasi dan setelah kontraksi selama
periode persalinan.

2) Evaluasi cairan amnion

Cairan amnion kehijauan atau mengandung mekonium pada presentasi kepala


sering menjadi petunjuk bahwa janin dalam keadaan bahaya.

Metode diagnosis:

- Amnioskopi pada permulaan persalinan

- Pecahnya selaput ketuban

Penatalaksanaan :

o Persalinan yang maju; kepala pada atau tepat di atas dasra panggul, os uteri
.berdilatasi sempurna lakukan ekstraksi dengan forceps atau vakum.

o Pada kasus multipara tunggal selama masa pengeluaran: episiotomy adekuat :


tekanan dari atas; persalinan spontan dengan 1-2 kontraksi lahir.

o Persalinan yang tidak maju ; kepala relative tetap tinggi, os uteri tidak membuka
sempurna lakukan SC.

b. Prolapsus tali pusat

Diagnosa

Sewaktu-waktu ada suatu faktor yang mempengaruhi prolaps tali pusat,


pemeriksaan vagina harus segera dilakukan mengikuti ruptur membrane untuk
merasakan adanya tali pusat. Ketidaknormalan DJJ, bradikardi bisa mengindikasikan
prolaps tali pusat. Putaran dari tali pusat tampak pada vulva. Hal ini lebih banyak
terjadi pada saat pemeriksaan vagina, bisa terletak pada vagina atau jika bagian
presentasi sangat tinggi, letaknya pada tulang. (Brown, 1996)

Penatalaksanaan

Resiko pada janin yaitu hipoksia dan kematian sbagai hasil kompresi tali pusat.
Resiko tertinggi pada presentasi kepala dan terendah pada presentasi lengkap atau
sebagian kaki. Sepuluh menit adalah waktu maksimum bayi dapat membebaskan diri
dari lilitan tali pusat, tapi jika tekanan dapat dibbaskan dengan cepat adalah
peningkatan yang baik.

Kala I persalinan yaitu melakukan SC dengan segera jika janin masih hidup.

Kala II persalinan, letak adalah factor yang menentukan. Jika letaknya adalah
longitudinal, pesalinan dengan forceps atau vakum ekstraksi mungkin dapat
dilakukan. Jika kemungkinan persalinan pervaginam sulit dilakukan, SC seharusnya
dapat dilakukan. Pada kasus multipara, bidan bisa menganjurkan ibu untuk di
episiotomi.

Pada masyarakat, jika janin masih hidup sebaiknya segera dirujuk dengan
ambulan, pada saat itu bidan membebaskan tekanan yang terjadi pada tali pusat.
Posisi lutut-dada adalah tidak nyaman bagi wanita untuk waktu yang cukup lama, yang
bagus yaitu posisi sim yang maksimal.

c. Distosia bahu

Diagnosa

• Terhentinya persalinan setelah lahirnya kepala

• Pada pemeriksaan vagina didapatkan

• Bahu dalam diameter lurus

• Bahu anterior berhenti baik di dalam pelvis di belakang simfisis atau terfiksasi di atas
simfisis.

Pencegahan
Ketika bayi lahir dengan presentasi verteks, bidan harus menunggu sampai
bahu berputar dalam diameter anteoposterior pada panggul sebelum berusaha
melahirkan seluruhnya.

Penatalaksanaan

Dua macam metode yang paling sering dianjurkan adalah rotasi tulang bahu
dan melahirkan lengan belakang. Keduanya dipermudah dengan episiotomi dan
anastesi yang adekuat.

d. Presentasi bokong

Diagnosa

1) Bagian presentasi : ujung pelvis

Dapat dipalpasi :

- Sakrum (bagian lunak, ani, mungkin skrotum)

- Satu atau dua kaki

- Satu atau dua lutut

2) Kepala di dalam fundus

3) Letak DJJ lebih tinggi

Penatalaksanaan :

1) Persalinan harus berjalan secara spontan di dalam vulva sampai munculnya


ujung scapula, hanya menunjang sacrum. Pada kasus manapun, jangan menarik
sacrum dikhawatirkan tangan menjungkit kecuali ekstraksi pada ujung pelvis dalam
indikasi khusus untuk mengakhiri persalinan.
2 Bila ujung scapula nampak di bawah vulva atau kepala telah memasuki PAP segera
selesaikan persalinan dalam lima menit jika tidak janin mati.

e. Letak lintang

Diagnosa

- Uterus oval melintang

- Dapat diraba ke arah samping kanan atau kiri

- Bunyi jantung di daerah umbilicus

- Pada pemeriksaan vagina diraba pelvis minor kosong

Penatalaksanaan

- Jangan mencoba versi secepat mungkin rujuk karena kontraksi yang kuat
karena pecahnya selaput ketuban berpotensi rupture uteri

- Berikan Demerol (meperidin) 0,05-0,1 IV

- Didalam RS lakukan SC.

f. Presentasi muka

Diagnosa

Diagnosa dapat dengan palpasi abdominal, dengan adanya kepala di belakang


yang sejajar dengan punggung. Pada pemeriksaan vagina agak sukar di diagnosa
karena membingungkan dengan presentasi bokong. Pemeriksaan dengan ultrason
dapat digunakan untuk mengetahui presentasi muka dan untuk menghilangkan
dugaan anensepali.

Manajemen

Presentasi muka dengan dagu anterior dapat segera ditangani dengan cepat,
tapi karena meningkatnya resiko persalinan abnormal, konsultasi dengan obgin
dibutuhkan ketika presentasi sudah diketahui. Bila dagu terletak posterior, rujukan ke
obgin untuk persalinan sesar harus segera dilakukan.

g. Gemeli yang tidak terdeteksi

Diagnosa

Pemeriksaan abdomen mungkin terlihat fundus lebih tinggi dari perkiraan,


teraba dua kepala bayi dan banyak bagian kecil. Konfirmasi banyaknya janin dapat
dilakukan dengan ultrason : kehamilan kembar haarus dicurigai jika bayi yang
dilahirkan memiliki berat yang kurang dari yang diperkirakan pada palpasi abdominal.

Manajemen

Di masyarakat, jika bidan menemukan kehamilan kembar, maka wanita itu


dirujuk ke obgin untuk perawatan selanjutnya. Setelah kelahiran bayi pertama segera
rujuk ibu. Jika mungkin, saat membantu di klinik siap atau mampu untuk melahirkan
kedua bayi. Presentasi kepala pada bayi pertama terjadi 75 % dari kasus gemeli.

h. Vasa previa

Diagnosis Banding

Ini meliputi penyebab-penyebab maternal perdarahan trimester ketiga


(plasenta previa, pelepasan plasenta premature, bloody show dan sebagainya).

Kelalaian pada penilaian perdarahan segar pervaginam, khususnya jika terjadi


pada waktu yang sama dengan ruptur membran. Jika pada penilaian DJJ ada tanda
disproporsi fetal distress untuk mengetahui jumlah kehilangan darah, maka diagnosis
ini harus dipertimbangkan. Untuk menentukan apakah terjadi kehilangan darah pada
janin dan ibu secara nyata, tes alkalidenaturasi mungkin dilakukan tetapi dalam
praktek jarang dilakukan.

Manajemen
Bidan sebaiknya berkolaborasi dengan dokter dan melanjutkan untuk
memantau DJJ. Jika ini terjadi pada kala II persalinan, wanita dianjurkan untuk
mengedan. Jika terjadi pada kala I persalinan SC dapat dilakukan jika janin masih
hidup. Dokter anak sebaiknya hadir dalam proses persalinan. Darah tali pusat diambil
untuk perkiraan HB pada kelahiran. Bayi akan memerlukan transfusi darah jika ia
masih bisa selamat.

BAB IV: Pelayanan Kontrasepsi dan Sistem Rujukan


A. Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu :
1. Tujuan umum:
a. Pemberian dukungan dan .pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya NKKBS.
2. Tujuan pokok:
a. Penurunan angka kelahiran yang bermakna.
Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan tiga
fase untuk mencapai sasaran yaitu:
1. Fase menunda perkawinan / kesuburan.
2. Fase menjarangkan kehamilan.
3. Fase menghentikan / mengakhiri kehamilan / kesuburan.
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada
usia tua.
Fase Menunda / Mencegah Kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun
dianjurkan.untuk menunda kehamilannya.
Alasan menunda / mencegah kehamilan:
1. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai
anak dulu karena berbagai alasan.
2. Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil oral, karena peserta masih muda.
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda
masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan
tinggi.
4. Pengggunaan IUD – Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa
ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra – indikasi terhadap
Pil oral.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:


1. Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin
hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan risiko – tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.

Fase Menjarangkan Kehamilan


Periode usia isteri antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2
– 4 tahun. Ini dikenal sebagai Catur warga.
Alasan menjarangkan kehamilan:
Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan.
Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai
pilihan utama.
Kegagalan yang.menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun di sini tidak / kurang
berbahaya karena yang bersangkutan ber ada pada usia mengandung dan
melahirkan yang baik.
Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
Efektivitas cukup tinggi.
Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.
Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang
direncanakan.
Tidak menghambat air susu ibu ( ASI ), karena ASI adalah makanan terbaik untuk
bayi sampai umur 2 tahun dan akan mem pengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak.

Fase Menghentikan / Mengakhiri Kehamilan / Kesuburan


Periode umur isteri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri
kesuburan:
1 Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hami1 / tidak punya
anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai
kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:


1.Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan
risiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu akseptor tersebut memang tidak
mengharapkan punya anak lagi.
2. Dapat dipakai untuk jangka panjang.
3. Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti
penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh
karena itu sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan
tersebut.

Memilih Metode Kontrasepsi


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik ialah:

1. Aman / tidak berbahaya.


2. Dapat diandalkan.
3. Sederhana, sedapat – dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter.
4. Murah.
5. Dapat diterima oleh orang banyak.
6. Pemakaian jangka lama ( continuation rate tinggi ).
Kita ketahui bahwa sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang
benar – benar 100% ideal / sempurna.
Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya
masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket, di mana calon akseptor memilih
sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya.
Faktor – faktor dalam memilih metode kontrasepsi :
1. Faktor pasangan – Motivasi dan Rehabilitas:
Ø Umur.
Ø Gaya hidup.
Ø Frekuensi senggama.
Ø Jumlah keluarga yang diinginkan.
Ø Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu.
Ø Sikap kewanitaan.
Ø Sikap kepriaan.

2. Faktor kesehatan – Kontraindikasi absolut atau relatif :


Ø Status kesehatan.
Ø Riwayat haid.
Ø Riwayat keluarga.
Ø Pemeriksaan fisik.
Ø Pemeriksaan panggul.

3. Faktor metode kontrasepsi – Penerimaan dan pemakaian berkesinambungan :


Ø Efektivitas.
Ø Efek samping minor.
Ø Kerugian.
Ø Komplikasi – komplikasi yang potensial.
Ø Biaya

Hal memilih metode Kontrasepsi


Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua
sudut:
a.Pihak calon akseptor.
b.Pihak medis / petugas KB.

Pihak Calon Akseptor


Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna,
maka ada 2 hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan calon
akseptor, yaitu:

1. Efektivitas.
2. Keamanan
 Efektivitas
Petugas KB sering mendapatkan pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah metode ini benar – benar ampuh?”
“Metode apa yang paling efektif?”
“Metode apa yang paling efektif untuk saya?”
“Apakah saya dapat menjadi hamil bila telah ikut KB?”
Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara pasti untuk
setiap individu wanita, dianggap paling baik untuk menjawabnya dengan dua cara:
1. Angka kegagalan bagi pasangan suami-isteri yangmemakai metode kontrasepsi
secara konsisten dan benar ( theoretical atau biological effectiveness ), kegagalan
cara (kegagalan metode) (Method failure).
2. Angka kegagalan bagi pasangan suami – isteri dalam kondisi kehidupan sehari –
hari atau sebenarnya ( use effectivenes s), kegagalan pemakai ( User failure ).

 Keamanan
Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua
kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu :
Risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian,
hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain.
Adanya risikoyang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan ( inconvenience ),
misalnya senggama menjadi kurang / tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan
lain-lain.

b. Pihak Medis / Petugas KB


Di samping kedua hal tersebut di atas , untuk pihak medis / petugas KB masih ada
hal – hal lain yang penting dan perlu dipertimbangkan, yaitu:

Dalam upaya melindungi kesuburan / fertilitas dari akseptor


PH-oral yang mempunyai efek protektif terhadap Pelvic Inflammatory Disease,
sehingga mungkin merupakan kontrasepsi yang ideal untuk wanita yang
untuk beberapa tahun ingin aktif secara seksual sebelum mengandung / hamil.
IUD yang menyebabkan risiko Pelvic Inflammatory Disease lebih tinggi ( 1,5 – 5 x
), merupakan pilihan yang paling tidak menarik untuk seorang wanita yang masih
menginginkan anak di kemudian hari.
Meskipun sekarang dengan metode Bedah – mikro, kontap pada pria maupun
wanita dapat dipulihkan kembali, haruslah ditekankan bahwa metode kontap ini
dianggap sebagai metode yang permanen.
Keuntungan Non – Kontraseptif
Perlu disadari pula oleh petugas KB dan akseptor akan keuntungan – keuntungan
Non – kontraseptif dari metode kontrasepsi tertentu, seperti:
Efek terapeutik dari PH – oral untuk wanita dengan Kista ovarium (
Polikistik, Fungsional ) atau penyakit payudara fibrokistik.
Efek protektif dari Pil – oral, Kondom dan Spermisid terhadap Pelvic Inflammatory
Disease ( PID ).
Kontra – Indikasi
Yaitu suatu kondisi medis yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan yang
seharusnya disarankan / dilakukan, tidak dianjurkan atau tidak aman.
Dikenal tiga macarn kontra – indikasi :
Absolut : Jangan memakai.
Relatif kuat : Dianjurkan untuk tidak memakai.
Relatif lainnya : Dapat dicoba asal diawasi dengan ketat.
Tanda – tanda Bahaya
Calon akseptor harus diberitahu / diajarkan tanda – tanda bahaya dari metode
kontrasepsi yang sedang dipertimbangkan olehnya terutarna untuk calon akseptor
Pil – oral dan IUD.
Tanda – tanda bahaya Pil – oral:
Ø Sakit perut yang hebat.
Ø Sakit dada yang hebat atau “nafas pendek”.
Ø Sakit kepala yang hebat.
Ø Keluhan mata seperti penglihatan kabur atau tidak dapat meIihat.
Ø Sakit tungkai bawah yang hebat ( betis atau paha ).

Tanda – tanda bahaya IUD:


Ø Terlambat haid / amenore.
Ø Sakit perut.
Ø Demain tinggi, menggigil.
Ø Keputihan yang sangat banyak / sangat berbau.
Ø Spotting, perdarahan per – vaginam, haid yang banyak, bekuan – bekuan
darah.

3. Tanda – tanda bahaya Suntikan:


Ø Pertambahan berat badan yang menyolok.
Ø Sakit kepala yang hebat.
Ø Perdarahan per – vaginam yang banyak.
Ø Depresi.
Ø Polyuri.

Menghindari Pendekatan “PoIi – Farmasi”


Apakah anda memberi:
1.Diuretika untuk akseptor Pil – oral yang kemudian menderita Hipertensi?
2.Obat – obat penekan nafsu makan untuk akseptor Pil – oral yang berat badannya
bertambah 10 kg?
3.Obat analgetika untuk akseptor Pil – oral dengan sakit kepala Migraine?
4.Mengobati PID sambiI membiarkan IUD in – utero?

Tindakan terbaik adalah menghentikan kontrasepsi yang menyebabkan kelainan,


daripada meIindungi penyebabnya dengan jalan memberikan lebih banyak obat –
obat lainnya.

Kerjasama antara Suami – Isteri


Metode – metode kontrasepsi tertentu tidak dapat dipakai tanpa kerjasama pihak
suami, misalnya Coitus interruptus, Kondom, Spermisid.
Metode Fertility Awareness atau metode “kesadaran akan fertilitas” membutuhkan
kerjasama dan saling percaya mempercayai antara pasangan suami – isteri. Dilain
pihak, IUD, Pil – oral, Suntikan kadang – kadang digunakan oleh pihak isteri tanpa
sepengetahuan atau dukungan suami.
Keadaan yang paling ideal adalah bahwa isteri dan suami harus bersama – sama :
1. Memilih metode kontrasepsi terbaik. .
Saling kerja – sama dalam pemakaian kontrasepsi.
Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi.
Memperhatikan tanda – tanda bahaya pemakaian kontrasepsi.
Macam – macam Metode Kontrasepsi
A. Metode Sederhana
Tanpa Alat
a. KB Alamiah :
Metode Kalender ( Ogino – Knaus ).
Metode Suhu Badan Basal ( Termal ).
Metode Lendir Serviks ( Billings ).
Metode Simpto – Termal.
Coitus interruptus.

2.Dengan Alat
Mekanis ( Barrier )
Kondom pria.
Barier Intra – vaginal:
– Diafragma.
– Kap Serviks ( Cervical cap).
– Spons ( Sponge ).
– Kondom Wanita.
b)Kimiawi
– Spermisid
– Vaginal cream.
– Vaginal foam.
– Vaginal jelly.
– Vaginal suppositoria.
– Vaginal tablet ( busa )
– Vaginal soluble film.

B. Metode Modern
1. Kontrasepsi Hormonal
a. Per – oral :
Ø Pil Oral Kombinasi ( POK ).
Ø Mini – pil.
Ø Morning – after pil.l
b.Injeksi / Suntikan
( DMPA, NET – EN, Microspheres, Microcapsules ).
c.Sub – kutis: Implant
( Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK ):
ØImplant Non – biodegradable ( Norplant, Norplant – 2, S T- 1435, Implanon ).
ØImplant biodegradable ( Capronor, Pellets)
2. Intra Uterine Devices ( lUD, AKDR ).

3. Kontrasepsi mantap
a. Pada Wanita
1.Penyinaran :
Radiasi Sinar – X, Radium, Cobalt dan lain-lain.
Sinar Laser.
2.Operatif, Medis Operatif Wanita :
Ligasi tuba fallopii.
Elektro – koagulasi tuba fallopii.
Fimbriektomi.
Salpingektomi.
Ovarektomi bilateral.
Histerektomi.
Fimbriotexy ( Fimbrial Cap ).
Ovariotexy.
3.Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Mekanis :
Penjepitan Tuba Fallopii :
Hemoclip.
Tubal band / Falope Ring / Yoon band.
Spring – loaded clip.
Filshie clip.
Solid Plugs ( Intra Tubal Devices ) :
Solid Silastic Intra – tubal Device.
Polyethylene Plug
Ceramic dan Proplast Plugs
Dacron dan Teflon Plugs
4. Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Kimiawi :
– Phenol ( Carbolic acid ) compounds.
– Quinacrine.
– Methyl cyanoacrylate ( MCA ).
– Ag
– Gelatin Resorcinol Formaldehyde ( GRF ).
– Ovabloc.
b.Pada Pria
1. Operatif medis operatif pria :
– Vasektomi / Vasektomi tanpa pisau ( VTP ).
2. Penyumbatan vas deferens secara mekanis:
– Penjepitan vas deferens : Vaso – clips.
– Plugs.
– Intra Vas Devices: Intra Vasal Thread ( IVT ), Reversible Intravas
Device ( R – IVD ), Shug.
– Vas Valves : Phaser ( Bionyx Control ), Reversible Intra vasal
Occlusive Devices (RIOD ).
3.Penyumbatan vas deferens secara kimiawi :
– Quinacrine.
– Ethanol.
– Ag nitrat.
Metode Kontrasepsi yang Sering Dipakai
A. Kondom

Kondom merupakan selubung / sarung karet yang terbuat dari lateks ( karet ) atau
plastik ( vinil ), yang dipasang pada penis saat hubugan seksual.

Ø Cara Kerja :
Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
diujung selubung karet yang di pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme ( IMS termasuk HBV, dan HIV / AIDS ) dari
satu pasangan kepada pasangan yang lain ( khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil).

Ø Efektifitas :
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual.
Secara ilmiah ( Theoretical effectivenes ) yaitu : 98%
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) yaitu : 85 % (tergantung kedisiplinan
klien).

Ø Manfaat :
Efektif bila digunakan secara benar dan konsisten.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber – KB.
Dapat mencegah penularan IMS.
Mencegah ejakulasi dini.
Membantu mencegah terjadinya kanker serviks ( mengurangi iritasi bahan
karsinogenik endogen pada serviks ).
Tidak mengganggu produksi ASI.
Saling interaksi sesama pasangan.
Murah dan dapat ditemukan secara umum.
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Sebagai terapi infertilitas.

Ø Keterbatasan
Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
Mengurangi sensitivitas seksual.
Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

Ø Efek samping atau masalah


Alergi terhadap lateks atau pelumas atau spermisida yang dipakai atau ada di
kondom.
Kondom rusak atau diperkirakan bocor ( sebelum berhubungan ).
Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
Mengurangi kenikmatan seksual.
B. Pil
Pil yang mengandung hormon estrogen dan progesterone ( pil kombinasi ) atau
progesterone saja yang diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari.

Ø Cara kerja
Menekan ovulasi.
Lendir serviks mengental sehingga sulit untuk dilalui oleh sperma.
Mencegah sel telur sudah dibuahi menempel pada dinding rahim ( implantasi ).
Pergerakan tuba terganggu sehingga perjalanan sel telur dengan sendirinya akan
terganggu pula.

Ø Kontraindikasi
Hamil / dicuragai hamil
Tidak diminum bagi mereka yang menderita penyakit : Hati, tumor, jantung, varises,
darah tinggi > 180 / 110 mmHg, kanker payudara, perokok dengan usia > 35 tahun,
stroke, atau dicuragai kanker, kencing manis > 20 tahun, gangguan pembukaan
darah.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
Migrain / sakit kepala sebalah.
Ø Keberhasilan / Efektifitas
Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 7 %.
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 92 % ( terutama tergantung kedisiplinan
klien)

Ø Manfaat
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan.
Mengurangi rasa kejang / nyeri perut saat haid.
Terlindung dari penyakit radang panggul dan kehamilan diluar rahim.
Mudah menggunakannya dan dihentikan setiap saat.
Siklus haid jadi teratur, banyaknya darah haid berkurang ( mencegah anemia ).
Mengurangi resiko kanker ovarium.
Cocok digunakan untuk menunda kehamilan dari pasangan muda.
Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh fit yang hanya mengandung progesteron ( Pil
Mini excluton )

Ø Keterbatasan
Pemakai harus disiplin meminum pil setiap hari. Jika tidak kemungkinan hamil tinggi.
Dapat mengurangi produksi ASI untuk pil yang mengandung estrogen dan
progesterone ( pil kombinasi ).
Tidak dapat mencegah IMS, HIV / AIDS dan HBV.

Ø Efek Samping
Dapat terjadi bercak – bercak darah ( spotting ) diantara masa haid pada pemakaian
3 bulan pertama.
Amenorhea / tidak haid, pusing, mual pada minggu pertama pemakaian.
Air susu berkurang untuk yang menggunakan pil kombinasi.
Perubahan berat badan.
Flek hitam pada muka.
C. Suntik
Obat suntik yang berisi hormon progesteron yang disuntikan setiap 2 atau 3 bulan,
atau hormon estrogen dan progesterone yang disuntikkan setiap 1 bulan ( suntikan
kombinasi ) pada otot panggul atau lengan atas.

Ø Cara kerja
Menekan ovulasi.
Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga penetrasi sperma terganggu.
Menipiskan endometrium / selaput lendir sehingga tidak siap untuk kehamilan.
Menghambat transportasi sel telur yang telah dibuahi ( gamet ) oleh tuba.

Ø Kontraindikasi
Hamil / diduga hamil.
Perdarahan vagina yang belum diketahui sebabnya.
Riwayat kanker payudara.
Menderita penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi, kencing manis.
Sedang menyusui bayi kurang dari 6 minggu ( setelah melahirkan ).
Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala.
Wanita usia 35 tahun yang merokok.
Ø Keberhasilan / efektifitas
Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99,7 %
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 97 %

Ø Keuntungan
Aman, efek samping kecil, jangka panjang.
Tidak mempengaruhi ASI, cocok untuk ibu menyusui.
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Mengurangi jumlah perdarahan saat haid, nyeri haid. .
5. Mencegah anemia, penyakit payudara jinak, kista ovarium, kehamilan ektopik
dan melindungi dari penyakit radang panggul.

Ø Keterbatasan
Kembalinya kesuburan agak terlambat ( 4 – 6 bulan ).
Harus kembali ke tempat pelayanan.
Tidak dapat mencegah IMS, HIV, dan HBV
Efek samping serius dapat timbul seperti serangan jantung, stroke, tumor hati,
bekuan darah pada paru dan otak.

Ø Efek samping
Pusing, mual ( jarang terjadi ).
Menstruasi kadang tidak keluar selama 3 bulan pertama.
Kadang perdarahan lebih banyak pada saat menstruasi.
Penambahan berat badan.
D. AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik kecil fleksibel
yang dililit kawat tembaga halus dan waktu penggunaannya 10 tahun ( CuT – 380 A
).

Ø Cara Kerja
Menghambat kemampuan spermatozoa untuk masuk ke dalam saluran tuba.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Memungkinkan untuk mencegah implantasi ovum ke uterus.

Ø Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil.
Gangguan perdarahan yang tidak diketahui ( sampai dapat dievaluasi ).
Infeksi alat kelamin.
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik.

Ø Keuntungan
Praktis dan ekonomis
Efektifitas tinggi secara ilmiah 98, 5 % – 99, 9 %, efektivitas pemakaian 98 %
– 99, 9 % AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
Kesuburan segera kembali jika dibuka.
Tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil.
Tidak mempengaruhi produksi ASI.
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus ( apabila
tidak terjadi infeksi ).
Tidak ada interaksi dengan obat – obat.
Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Ø Keterbatasan
Tidak mencegah IMS, HIV / AIDS
Penyakit Radang Panggul ( PRP ) terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan panggul diperlukan dalam
pemasangan AKDR.
Sedikit nyeri dan perdarahan ( spotting ) terjadi setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 2 – 3 hari.
Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri dan harus dilakukan oleh provider
terlatih.
Kadang – kadang AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui. Angka
ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca
persalinan.
Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
rnelakukan ini ibu harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian ibu
tidak mau melakukan ini.
Terjadinya komplikasi seperti merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya, perforasi
dinding uterus ( sangat jarang apabila pemasangannya benar ).

Ø Cara Penggunaan
Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak harnil.
Hari pertama sampai ke – 7 siklus haid.
Segera setelah plasenta lahir dengan tenggang waktu 10 menit, selama 48
jam pertama atau 6 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila
rnenggunakan rnetode amenorhea laktasi ( MAL ).
Setelah menderita abortus ( segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak
ada gejala infeksi.
Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

Ø Efek samping / masalah


Keluar bercak – bercak darah setelah 1 – 2 hari pemasangan.
Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak serta nyeri.

Ø Komplikasi
Merasakan sakit / kejang setelah 3 – 5 hari pemasangan.
Perdarahan berat waktu haid yang mengakibatkan anemia.
E. AKBK ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ) / Implant
Satu, dua atau enam batang silastik ( sebesar batang korek api ) yang berisi
hormone progesterone dimasukkan di bawah kulit lengan atas. Implant satu
dan dua batang dapat digunakan selama 3 tahun, sedangkan yang enam
batang dapat digunakan selama 5 tahun.
Ø Cara kerja
Hormon progesterone yang terdapat pada batang implant dilepaskan secara
perlahan sehingga menyebabkan :
Menekan ovulasi.
Lendir serviks menjadi kental sehingga perjalanan sperma terhambat.
Mengganggu proses pembentukan lapisan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
Ø Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil.
Ibu yang sedang menyusui kurang dari 6 minggu pasca persalinan.
Perdarahan vagina yang belum jelas sebabnya.
Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
Penyakit Mioma uteri dan kanker payudara.
Penyakit dengan gangguan toleransi glukosa.
Penyakit hati, stroke, jantung, yang menggunakan obat untuk epilepsi / TBC.

Ø Tingkat keberhasilan / efektifitas


Secara iIrniah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 95 %.
Efektifitas pemakaian (Use effectiveness) yaitu 99, 95 %.

Ø Keuntungan
Tidak menekan produksi ASI.
Praktis, efektif dan daya guna tinggi.
Masa pakai jangka panjang ( 3 atau 5 tahun).
Kesuburan cepat kembali setelah pencabutan.
Bebas dari pengaruh estrogen.
Klien hanya perlu ke provider bila ada kebutuhan.
Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Mengurangi nyeri haid.
Mengurangi jumlah darah haid.
Mengurangi / memperbaiki anemia.
Melindungi terjadinya kanker endometrium.
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
Menurunkan angka kejadian endometriosis.

Ø Keterbatasan
Perubahan pola haid, meningkatnya jumlah darah haid atau tidak haid
Timbul keluhan seperti nyeri kepala, berat badan naik, mual, pusing.
Perubahan perasaan ( mood ).
Membutuhkan tindakan bedah minor untuk pemasangan dan pencabutan.
Tidak melindungi terhadap IMS dan HIV serta HBV.
Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat – obat TBC ( rifamspisin )
atau obat epilepsi ( fenitoin dan barbiturat ).

Ø Cara penggunaan
Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke 7.
Setiap saat asal diyakini tidak sedang hamil.
Bila sedang menyusui, boleh dipasang setelah 6 minggu pasca persalinan
atau telah datang haid.
Segera setelah keguguran.
Bila klien ingin ganti cara baik setelah pemakaian kontrasepsi hormonal
maupun non hormonal dan dipastikan tidak sedang hamil.

Ø Efek samping
Amenorhea / tidak haid.
Perdarahan bercak ringan atau spotting.
Ekspulsi ( lepasnya batang implant dari tempat pemasangan ).
Infeksi pada daerah pemasangan.
Perubahan berat badan.

F. Tubektomi
Prosedur bedah secara sukarela atau alasan medis untuk menghentikan
kesuburan (fertilitas ) seorang wanita.

Ø Cara kerja
Menghambat perjalanan sel telur wanita sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.

Ø Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil.
Penyakit jantung, paru, infeksi akut.
Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.
Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
Masih menginginkan anak lagi.
Belum memberikan persetujuan secara tertulis.

Ø Keberhasilan
Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 5 %
Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) yaitu 99, 5 %

Ø Manfaat
Efektivitas langsung setelah sterilisasi.
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
Tidak menggangu hubungan seksual.
Mengurangi resiko kanker ovarium.

Ø Keterbatasan
Resiko dan efek samping bedah tetap ada.
Tidak melindungi dari IMS / HIV dan HBV.

B. Sistem Rujukan
1. Pengertian dan Tujuan Rujukan KB
Rujukan Keluarga Berencana (KB) adalah pelimpahan kasus kontrasepsi dari
tempat pelayanan yang tidak mampu ke tempat pelayanan yang lebih baik dan
mampu rnelaksanakan, mengatasi kasus tersebut.
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan merupakan suatu sistem pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus masalah yang berhubungan dengan KB di
antara pelayanan KB yang ada, baik secara vertikal maupun horizontal.
Tujuan sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus
terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek
samping, komplikasi, dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
a. Mewujudkan suatu jaringan pelayanan KB yang terpadu di setiap tingkat,
sehingga masing-masing unit pelayanan KB sesuai dengan tingkat kemampuan,
berdaya guna dan berhasil guna maksimal.
b. Pembinaan dukungan terhadap arah dan pendekatan program KB Nasional
dalam hal perluasan jangkauan/pemerataan pembinaan dengan pelayanan yang
bermutu, dapat ditingkatkan serta perlindungan penuh kepada masyarakat
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun secara horizontal
kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional. . Dengan
pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik
kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggunalangan masalah
yang sedang dihadapi.

2.Kasus Kontrasepsi yang Dirujuk


Calon peserta KB yang baru akan menggunakan alat kontrasepsi.
Peserta KB yang akan mengganti cara ke kontrasepsi yang lainnya.
Peserta KB yang mengalami kasus dari pemakaian kontrasepsi. Misalnya :
kegagalan dari pemakaian alat kontrasepsi.
Pemeriksaan ulangan dari kontrasepsi yang dipakainya. Misalnya : pemeriksaan
letak IUD atau Implant.
3.Tempat Pelayanan Rujukan
Tempat pelayanan rujukan KE, dilaksanakan sesuai dengan kasus yang dirujuk,
antara lain :
1.Bagi calon peserta KB baru yang akan menggunakan cara kontrasepsi tertentu
antara lain:
Ø Calon peserta KB yang akan ber KB dengan metode Medis Operatif ( Pria /
Wanita ) atau peserta KB yang akan ganti cara ke metode Medis Operatif dapat
dirujuk ke Puskesmas yang mampu melaksanakan Metode Operatif atau ke Rumah
Sakit pemerintah maupun Rmnah Sakit Swasta.
Ø Calon peserta KB yang akan ber KB dengan metode kontrasepsi IUD,
Implant, Suntikan dan Pil atau peserta KB yang akan ganti cara ke metode tersebut
dapat dirujuk ke Polindes ( Pondok Bersalin Desa ), Puskesmas atau dokter / bidan
praktek swasta.
2.Peserta KB yang mengalami kasus dari pemakaian alat – alat kontrasepsi,
misalnya kegagalan dan komplikasi dapat dirujuk ke Polindes, Puskesmas, Dokter /
Bidan praktek swasta dan Rumah Sakit pemerintah atau swasta.
3.Pemeriksaan ulangan dari alat kontrasepsi yang dipakai misalnya : IUD, Implant
dapat dirujuk ke Polindes, Puskesmas, Dokter / Bidan praktek swasta dan Rumah
Sakit pemerintah atau swasta.
4. Siapakah yang dapat melakukan rujukan ?
Pada tingkat dusun, dapat dirujuk oleh Kader / PPKBD ke Bidan di desa ( Polindes )
atau Puskesmas pembantu.
Pada tingkat desa, dapat dirujuk oleh Bidan di desa ( PLKB ) ke Puskesmas, Dokter
dan Dokter praktek swasta.
Pada tingkat kecamatan, dapat dirujuk oleh Bidan / Dokter praktek swasta, Kepala
Puskesmas ke Rumah Sakit pemerintah atau swasta.
5. Tata Laksana
Rujukan Medik dapat berlangsung :
1. Internal antara petugas di satu Puskesmas.
2. Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
3. Antara masyarakat dan Puskesmas.
4. Antara satu Puskesmas dan Puskesmas yang lain.
5. Antara Puskesmas dan Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
6. Internal antara bagian / unit pelayanan di dalam satu rumah sakit.
7. Antar Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan Rumah
Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain.
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan tersebut
berjenjang dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas
pelayanan kesehatan nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara
timbal balik ke satuan fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan
rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang
mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui
upaya rujukan.
Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan :
1. Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk.
2. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan.
3. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju.
4. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi
klien saat ini dan riwayat sebelumnya serta upaya / tindakan yang telah diberikan.
5. Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umun klien.
6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan
harus didampingi perawat / Bidan.
7. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar
memungkinkan segera menerima rujukan klien.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan
upaya penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera
mengembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu
memberikan :
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya
penanggulangan.
2. Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan
kontrasepsi.
3. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai
kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran – saran
upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan
kontrasepsi.
Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:
· Konseling tentang kondisi klien yang perlu menyebabkan perlu rujukan.
· Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan.
· Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju.
· Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien
saat ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan.
· Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien.
· Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus
didampingi perawat/bidan.
· Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan
segera menerima rujukan klien.

6.Jenis Rujukan
Rujukan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dapat dibedakan atas tiga jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Pelimpahan Kasus
a. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memperoleh pelayanan yang
lebih baik dan sempurna
b. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan yang lebih sederhana dengan maksud memberikan pelayanan
selanjutnya atas kasus tersebut
c. Pelimpahan kasus ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan sama
dengan pertimbangan geografis, ekonomi dan efisiensi kerja.
2. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan
Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan ini dapat dilakukan dengan :
a. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud memberikan latihan praktis
b. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memberikan latihan praktis
c. Pelimpahan tenaga ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan sama
dengan maksud tukar-menukar pengalaman
3. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic
a. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit pelayanan MKET yang
lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengn maksud
menegakkan diagnose yang lebih tepat
b. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit pelayanan MKET yang
lebih sederhana dengan maksud untuk dicobakan atau sebagai informasi
c. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan dengan
tingkat kemampuan sama dengan maksud sebagai informasi atau untuk dicobakan

7. Sasaran Rujukan MKET


1. Sasaran obyektif
a. PUS yang akan memperoleh pelayanan MKET
b. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET
c. Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatan lanjutan
d. Peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan pemakaian MKET
e. Pengetahuan dan keterampilan MKET
f. Bahan-bahan penunjang diagnostic
2. Sasaran subyektif
Petugas-petugas pelayanan MKET disemua tingkat wilayah.

8.Pengelolaan Rujukan KB
a. Tatacara merujuk dan menerima rujukan kasus
1. Unit pelayanan KB yang rusak
Kasus bisa setelah dirujuk setelah melalui proses pemeriksaan antara lain sebagai
berikut :
a) dari hasil pemeriksaan penunjang medis sudah dapat dipastikan tidak dapat
diatasi.
b) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus bersama penderitaan yang bersangkutan.
c) Setelah diobati/dirawat ternyata memerlukan pengobatan dan perawatan di unit
pelayanan KB yang lebih mampu.

2. Unit pelayanan KB yang menerima rujukan


a) Dapat mengembalikan penderitaan sesudah dirawat diobati tetapi memerlukan
pengawasan /pembinaan selanjutnya dari unit pelayanan KB yang merujuk.
b) Sesudah diperiksa dan keperluan pemeriksaan penunjang medis diselesaikan,
pengobatan serta perawatannya dapat dilakukan di unit pelayanan KB yang
merujuk.
c) Unit pelayanan KB yang menerima rujukan harus memberi laporan/informasi
(umpan balik) apabila penderita sembuh dan tidak perlu pengawasan selanjutnya
ataupun meninggal dunia.
d) Unit pelayanan KB
b.Tatacara administrasi merujuk dan menerima rujukan kasus
1. Unit pelayanan KB yang merujuk
a) Membuat surat pengiriman penderita
b) Menyelesaikan hal-hal yang menyangkut administrasi
2. Unit pelayanan KB yang menerima rujukan
a) Membuat tanda terima untuk unit pelayanan KB
b) Membuat hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu
catatan medik rujukan KB.
c) Mengirim kembali ke unit pelayanan KB yang merujuk bila perlu pengawasan /
pembinaan selanjutnya.
d) Merujuk ke unit pelayanan KB yang lebih mampu bila diperlukan.

c. Tatacara evaluasi dan monitoring


1. Masing-masing unit pelayanan KB yang ada membuat laporan pelaksanaan
rujukan KB ke pengelola tingkat Propinsi.
2. Pengelola tingklat Propinsi melakukan dan mebuat rekapitulasi pelaksanaan
rujukan KB di wilayahnya masing-masing kemudian diumpan balikkan ke unit
pelayanan KB yang bersangkutan dan di laporkan ke pengelola tingkat pusat.
3. Pengelola tingkat pusat melakukan monitoring dan menyusun laporan
pelaksanaan rujukan KB yang akan menjadi bahan untuk menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya mengumpan balikkan ke masing-masing Propinsi
bersangkutan.

Jenis Rujukan
Rujukan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dapat dibedakan atas tiga jenis
yaitu sebagai berikut:
Pelimpahan Kasus
Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan
Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic
Sasaran Rujukan MKET
1. Sasaran obyektif
a. PUS yang akan memperoleh pelayanan MKET
b. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET
c. Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatan lanjutan
d. Peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan pemakaian MKET
e. Pengetahuan dan keterampilan MKET
f. Bahan-bahan penunjang diagnostic
2. Sasaran subyektif
Petugas-petugas pelayanan MKET disemua tingkat wilayah.

Penutup

I. Kesimpulan
Dari segala uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa
banyak cara untuk menangani ibu hamil pasca melahirkan dan
melakukan pelayanan kepada bayi dan balita, begitu banyak hal
penting yang bisa kita pelajari disana.Juga dalam hal untuk
perencanaan kehamilan selanjutnya, orang tua juga dapat memilih
banyak jenis pelayanan kontrasepsi dan juga kita bisa memahami
tentang apa itu sistem rujukan dalam asuhan kebidanan dalam
komunitas.
II. Saran
Dalam segi saran, penulis dan pembaca itu hal yang
berkesinambungan, jadi kritik ataupun saran yang ingin
disampaikan akan sangat bermanfaat dan berguna dalam
menyempurnakan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan juga
bermanfaat bagi orang tua yang akan merencanakan
kehamilan untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
 https://rizkimarizayeni.wordpress.com/2014/07/01/pelayanan-kb-dan-
rujukannya/
 http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pertolongan-pertama-kegawat-
daruratan.html
 http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pelayanan-kesehatan-pada-bayi-
dan.html
 https://www.academia.edu/8264912/Makalah_Asuhan_Bayi_Baru_Lahir_Dan
_Neonatus
 Hidayat Alimul, A.Aziz.2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Belita
. Buku Praktikum Kebidanan.EGC. Jakarta
 Prawihardjo Sarwono.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Ed.1.Cet 11. Tridasar Printer. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai