Bioetanol-Dari-Limbah-Kulit-Singkong-Man (Rujukan 2016) PDF
Bioetanol-Dari-Limbah-Kulit-Singkong-Man (Rujukan 2016) PDF
Abstract
Carbohydrates can be obtained from tubers such as cassava. Cassava is a plant from family
euphorbiaceae and typical tropical plants. Cassava peel is a major waste that contains carbohydrates.
The peel of cassava can be used as an energy source, namely ethanol.The purpose of this study is to
determine the contents of ethanol through the fermentation process of cassava peel where obtainable
from Malino village, Batu Daka West, Tojo Una-Una. The parameters in this study is content of ethanol
that was obtained by fermentation using saccaromyces cerevisiae yeast. The fermentation process was
conducted by varying day of fermentation, 4, 6, 8, and 10 days. The results showed the fermentation of
ethanol with time variation respectively is 4.50, 5.20, 6.00 and 4.00%. In conclusion, it can be said
that the highest ethanol content is 6.00% with the fermentation time of 8 days.
Keywords: cassava peel (Manihot esculenta Crantz); sacharomyces cerevisiae; ethanol
Pendahuluan
Bahan bakar fosil yang digunakan sebagai karbohidrat dengan cara fermentasi glukosa
sumber energi dapat menimbulkan pencemaran dengan menggunakan ragi saccharomyces
lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut cerevisiae (Sriwulan, 2012)
berupa emisi CO2 dan pemanasan global, Bahan yang mengandung karbohidrat dapat
gas rumah kaca seperti CO2, CH4, dan NO2 diperoleh dari umbi-umbian misalnya singkong
yang dapat membentuk lapisan di atmosfir (manihot esculenta crantz atau manihot
sehingga menahan panas yang akan keluar dari utilisima). Singkong merupakan tanaman dalam
bumi akibatnya atmosfir bumi semakin panas family Euphorbiaceae dan tergolong tanaman
(Sunarman & Juhana, 2013). tropis. Masyarakat umum telah menggunakan
Penggunaan bahan bakar fosil selain umbi singkong untuk produksi tepung tapioka
mencemari lingkungan juga memiliki dan sebagai pengganti makanan pokok. Kulit
ketersediaan yang terbatas, sehingga singkong mengandung karbohidrat cukup
menyebabkan krisis energi dunia. Krisis energi tinggi (Rukmana, 1997). Hasil analisa awal
dunia merupakan masalah yang sedang dihadapi kulit singkong yaitu mengandung 36,5% pati
banyak negara termasuk Indonesia. Krisis ini atau amilum (Artiyani & Soedjono, 2011).
terjadi akibat ketergantungan pemenuhan Kulit singkong merupakan bagian kulit luar
energi bahan bakar yang digunakan berasal dari umbi singkong, tidak digunakan pada waktu
bahan bakar fosil. Masalah ini dapat diatasi penggunaan umbi singkong, hanya dijadikan
dengan upaya pemanfaatan sumber energi untuk bahan pakan ternak. Tanaman singkong
alternatif untuk dijadikan sebagai bahan bakar di Indonesia banyak diproduksi dan kulit
(Haryono dkk., 2010). Energi bahan bakar singkong tersedia dalam jumlah yang sangat
alternatif salah satunya adalah bioetanol yang banyak dan belum dimanfaatkan dengan baik.
dapat diproduksi dari bahan yang mengandung Penggunaan singkong sebanyak 18,9 juta ton
*Korespondensi: per tahun. Berarti limbah kulit dalam yang
Erna berwarna putih dapat mencapai 1,5-2,8 juta
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan ton sedangkan limbah kulit luar yang berwarna
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
email: erna.kazayara@yahoo.co.id coklat mencapai 0,04-0,09 juta ton (Hikmiyati
© 2016 - Universitas Tadulako & Yantie, 2008).
121
Volume 5, No. 3, 2016: 121-126 Jurnal Akademika Kimia
Limbah kulit singkong dapat dijadikan stirrer, oven, pompa vakum, blender, 1 set
sebagai sumber energi berupa etanol. Kebutuhan evaporator, alkoholmeter dan spektrofotometer
ethanol semakin meningkat baik sebagai UV-vis T80+Pg-Instrument. Bahan kegiatan
pelarut, desinfektan, bahan baku pabrik kimia yang digunakan yaitu kulit singkong
maupun sebagai energi alternatif pengganti (saccharomyces cerevisiae), HCl (Merck), H2SO4
bahan bakar minyak (BBM). Etanol (C2H5OH) (Merck K GaA), (NH4)2SO4 (ammonium
adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sulfat) (Merck), NaOH (Merck), (NH2)2CO2
sumber karbohidrat menggunakan bantuan (urea) (Merck), anthrone, aquades (H2O) dan
mikroorganisme. Bioetanol dapat juga diartikan ragi (Saccharomyces cereviseae).
sebagai bahan kimia yang diproduksi dari
bahan pangan yang mangandung pati, seperti Cara Kerja
ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol Prosedur kerja yang dikembangkan pada
dapat juga dikatakan sebagai bahan bakar dari penelitian ini merupakan modifikasi dari tahap-
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai tahap produksi bioetanol dari kulit singkong
minyak premium. Etanol merupakan produk yang telah dilaksanakan oleh (Artiyani
hasil fermentasi yang berasal dari sumber & Soedjono, 2011). Beberapa tahap yang
hayati. Bahan baku pembuatan etanol dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah :
berasal dari bahan yang mengandung selulosa,
polisakarida, dan monosakarida. Kendala Tahap pendahuluan
dalam proses pembuatan bioetanol yaitu Kulit singkong segar direndam selama 3
mengacu pada empat besar aspek yaitu bahan hari lalu dipotong menjadi bagian-bagian
baku, teknologi konversi, proses hidrolisis, dan yang lebih kecil dan ditimbang sebanyak 4
konfigurasi fermentasi (Sarkar dkk., 2011) kg. Kulit singkong dikeringkan selama 5 hari
Singkong merupakan tanaman yang dan diperoleh kulit singkong kering sebanyak
mudah diperoleh di Sulawesi Tengah salah satu 1,7 kg. Kulit singkong dihaluskan kemudian
daerah penghasil singkong di Sulawesi Tengah diayak dengan menggunakan ayakan 40 mesh.
yaitu di desa Malino Kecamatan Batu Daka Setelah itu, kulit singkong hasil penggilingan
Barat Kabupaten Tojo Una-Una. Selama ini dioven pada suhu ± 105 oC selama 2 jam
masyarakat di desa Malino Kecamatan Batu
Daka Barat mengolah singkong hanya terbatas Tahap Delignifikasi
pada umbinya sementara kulit dari singkong Pretreatmen atau delignifikasi dilakukan
hanya menjadi limbah. Kulit singkong dengan mengambil sebanyak 180 gram serbuk
yang menjadi limbah ternyata masih perlu kulit singkong hasil pengayakan dimasukkan
dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan
yang sangat berguna bagi masyarakat, singkong 2160 mL aquades dan 250 mL NaOH 10%,
mengandung karbohidrat tinggi maka perlu dipanaskan dan diaduk dengan menggunakan
dijadikan suatu penelitian mengenai pembuatan stirer selama 30 menit pada suhu 160
bioetanol dari kulit singkong. oC. Selanjutnya larutan disaring dengan
Tulisan ini bertujuan untuk menentukan menggunakan kertas saring. Residu hasil
kandungan etanol melalui fermentasi kulit penyaringan dicuci dengan aquades sampai
singkong yang diperoleh dari desa Malino diperoleh pH netral lalu dioven pada suhu
Kecamatan Batu Daka Barat Kabupaten Tojo 105 oC selama 2 jam kemudian menggerusnya
Una-Una. Parameter dalam penelitian ini adalah hingga halus dengan menggunakan lumpang
kadar etanol yang diperoleh melalui fermentasi dan alu dan mengayaknya dengan menggunakan
dengan menggunakan ragi Saccharomyces ayakan 40 mesh.
cerevisiae.
Tahap Hidrolisis
METODE Hasil delignifikasi selanjutnya dilakukan
Alat dan Bahan proses hidrolisis dengan menimbang 15 gram
Alat dan bahan yang digunakan dalam dari hasil ayakan pada tahap delignifikasi
penelitian yaitu neraca analitik, erlenmeyer, sebanyak 4 kali perlakuan. Masing-masing
gelas kimia, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, sampel tersebut dimasukkan ke dalam gelas
corong, penangas listrik, pH meter, batang kimia dan ditambahkan dengan larutan HCl
pengaduk, aluminium foil, kertas saring, 15%, HCl 7%, H2SO4 15% dan H2SO4 7%
lumpang dan alu, ayakan No.40 mesh, magnet sebanyak 180 mL lalu dipanaskan pada suhu
122
Erna Bioetanol Dari Limbah Kulit Singkong ...............
100 oC selama 2 jam. Larutan disaring dengan yang diperoleh sebesar 4,279% (Artiyani &
menggunakan kertas saring. Filtrat yang Soedjono, 2011).
diperoleh diukur kadar glukosanya dengan Akibat proses delignifikasi ini menyebabkan
menggunakan spektrometer UV-vis. perubahan warna pada serbuk kulit singkong
dari coklat menjadi coklat tua dan massanya
Tahap Fermentasi mengalami penurunan dari 180 gram menjadi
Proses fermentasi dilakukan dengan 153 gram. Proses delignifikasi secara umum
mengambil sebanyak 160 mL filtrat dari hasil dapat dilihat pada Gambar 1.
hidrolisis ditambahkan dengan larutan NaOH
6 M hingga pH-nya menjadi 4,5. Kemudian
ditambahkan dengan 14 gram ammonium
sulfat dan 14 gram NH3SO4 lalu dipasteurisasi
pada suhu 80 oC selama 15 menit. Setelah
itu, ditambahkan dengan ragi (Sacharomyces
cerevisiae) sebanyak 14 gram lalu larutan dibagi
larutan menjadi 4 bagian dan ditutup dengan
aluminium foil kemudian didiamkan selama 4
hari, 6 hari dan 8 hari dan 10 hari pada suhu
27-30 oC.
Tahap Pemisahan
Proses pemisahan dilakukan dengan
memasukkan hasil fermentasi ke dalam
erlenmeyer dan dipasang pada rangkaian alat
evaporator. Pada proses ini dilakukan pemanasan
pada suhu 78 oC. Kemudian masing-masing Gambar 1. Reaksi Delignifikasi pada Kulit
larutan hasil evaporasi ditentukan kadar etanol Singkong (Cardona & Sanchez, 2007)
dengan menggunakan alkohol meter.
Serbuk kulit singkong dari hasil delignifikasi
Hasil dan Pembahasan dicuci kemudian dioven pada suhu 65 oC
Kulit singkong, (Manihot Esculenta Cranz selama 2 jam untuk menghilangkan kadar air
atau Manihot utilissima) merupakan limbah dan selanjutnya dihaluskan kembali untuk
utama pangan. Setiap kilogram singkong dihidrolisis. Proses hidrolisis dilakukan
dapat menghasilkan 15-20% kulit singkong. sebanyak 4 kali perlakuan dengan masing-
Kandungan pati kulit singkong yang cukup masing ditambahkan larutan HCl 15%, HCl
tinggi, memungkinkan digunakan sebagai 7%, H2SO4 15% dan H2SO4 7%. Penggunaan
sumber energi bagi mikroorganisme (Muhiddin jenis dan kosentrasi asam yang berbeda adalah
dkk., 2000) untuk mengetahui asam yang baik untuk
Sampel kulit singkong pada tahap menghidrolisis pati. Hidrolisis dilakukan
pendahuluan didelignifikasi untuk selama 2,5 jam pada suhu 100 oC. Hidrolisis
menghilangkan lignin karena lignin merupakan menyebabkan perubahan warna pada sampel.
polimer yang memiliki dinding yang kokoh Perbedaan perubahan warna larutan setelah
sehingga dapat menghambat proses hidrolisis proses hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 1.
dan menghambat pertumbuhan mikroba dalam
proses fermentasi (Gunam dkk., 2010). Proses Tabel 1. Perubahan warna larutan setelah
delignifikasi dalam penelitian ini menggunakan hidrolisis
larutan NaOH 10% karena selain larutan ini
dapat melarutkan lignin dan hemiselulosa juga
dapat menyebabkan pengembangan struktur
selulosa, sehingga selulosa dalam jaringan dapat
dibebaskan (Fitriani dkk., 2013). Larutan
NaOH dengan kosentrasi 10% merupakan
kosentarsi yang optimum dalam memecah pati,
selulosa, hemiselulosa dan komponen lainnya
dalam kulit singkong dengan kandungan lignin Perubahan warna karena selulosa telah
yang tertinggal dalam tepung kulit singkong diubah menjadi glukosa dan perbedaan
hanya sebesar 2,035% dan kadar glukosa perubahan warna disebabkan oleh perbedaan
123
Volume 5, No. 3, 2016: 121-126 Jurnal Akademika Kimia
O
H
+
O
H
terbentuk radikal bebas dan glukosa yang
dihasilkan belum maksimal. H2SO4 15%
O
O O
H O
H
O
H O
H O
H
O
H O
H
O
H O
O
H
Selulosa
C
H 2
O
O
H
O
H C
H 2
O
H dan H2SO4 7% kosentrasi asam yang tinggi
untuk asam kuat akan menyebabkan jumlah
air semakin menurun sehingga glukosa yang
O
H C
H O
H C
H 2
O
H O
H
dihasilkan sedikit.
Sampel dengan kadar glukosa tertinggi
2
O O
H
O + H
O
+ H+ O
H + H2 O O
H C
H O
H
O
H
O O
H
O
H
O
H
O
H
O
O
H
dari hasil hidrolisis yaitu 9,9% difermentasi
untuk memperoleh etanol. Sebelum dilakukan
O
H O
H C
H O
H
C
H 2
O
H 2
Glukosa
Gambar 2. Mekanisme Reaksi Hidrolisis Kulit fermentasi filtrat hasil hidrolisis dinaikkan
Singkong (Xiang dkk., 2003) pHnya hingga pH mencapai 4,5 sesuai dengan
pendapat (Azizah dkk., 2012) bahwa kisaran
124
Erna Bioetanol Dari Limbah Kulit Singkong ...............
125
Volume 5, No. 3, 2016: 121-126 Jurnal Akademika Kimia
Artiyani, A., & Soedjono, E. S. (2011). Kunaepah, U. (2008). Pengaruh lama fermentasi
Bioetanol dari limbah kulit singkong dan konsentrasi glukosa terhadap aktivitas
melalui proses hidrolisis dan fermentasi antibakteri, polifenol total dan mutu kimia
dengan saccharonyces cerevisiae. Prosiding kefir susu kacang merah. Thesis, Universitas
Seminar Nasional Manajemen Teknologi Diponegoro.
XIII. Surabaya: FTSP Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Muhiddin, N., Juli, N. & Aryantha, I. N. P.
(2000). Peningkatan kandungan protein
Azizah, N., Al-Baarri, A. N., & Mulyani, kulit umbi kayu melalui proses fermentasi.
S. (2012). Pengaruh lama fermentasi Jurnal Matematika dan Sains, 6(1), 1-12.
terhadap kadar alkohol, pH, dan produksi
gas pada proses fermentasi bioetanol dari O’Leary, V. S., Green, R., Sullivan, B. C.,
whey substitusi kulit nanas. Jurnal Aplikasi & Holsinger, V. H. (2004). Alcohol
Teknologi Pangan, 1(2), 72-77. production by selected yeast strains in lactase
hydrolyzed acid whey. Jurnal Biotecnology
Cardona, A., & Sanchez, O. J. (2007). Feul and Bioengineering, 19(7), 1019-1035.
ethanol production process design trends
and integration opportunities. Bioresource Prismasiswa. (2014). Senyawa karbon.
Technology, 98(12), 45-57. Retrieved from Retrieved from http://
www.primasiswa.com/posts/. Diakses 27
Desember 2014.
Fitriani, Bahri, S., & Nurhaeni. (2013).
Produksi bioetanol tongkol jagung (zea Rukmana, R. (1997). Ubi kayu budidaya
mays) dari hasil proses delignifikasi. Jurnal paskapanen. Jakarta: Kanisius.
Natural Science, 2(3), 66-74.
Sarkar, N., Ghosh, S. K., Bannerjee, S. & Aikat,
Gunam, I. B. W., Buda, K., & Guna, M. Y. K. (2011). Bioethanol production from
S. (2010). Pengaruh perlakuan delignifikasi agricultural wastes: An overview. Jurnal
dengan larutan NaOH dan konsentrasi Renewable Energy, 37, 19-27.
substrat jerami padi terhadap produksi
enzim selulase dari aspergillus niger NRRL Sriwulan, D. (2012). Pembuatan bioetanol dari
A-II, 264. Jurnal Biologi, XIV(1), 55-61. biji durian sebagai energi alternatif. Retrieved
from Retrieved from file:///G:/Proposal%20
Haryono, R. Kurniawan, Nurhayani, A. Titiy/Sriwulan%20D atau%20%20
& Soviyani, D. A. (2010). Pembuatan Pembuatan %20Bioetanol%20. Diakses 27
bioetanol dari bahan berbasis selulosa. Desember 2014.
Jurnal intitut teknologi nasional, 2(4), 1-7.
Sunarman, B., & Juhana, R. (2013).
Hikmiyati, N., & Yantie, N. S. (2008). Pemanfaatan limbah sawit untuk bahan
Pembuatan bioetanol dari limbah kulit bakar energi baru dan terbarukan (ebt).
singkong melalui proses hidrolisa asam dan Jurnal Tekno Intensif Kopwil, 2, 1-14.
enzimatis. Skripsi, Universitas Diponegoro.
Xiang, Q., Lee, Y. Y., Pettersson, P. O., & Torget,
Judoamidjojo, M., Darwis, A. A. & Sa’id, E. R. W. (2003). Heterogeneous aspects of acid
G. (1992). Teknologi fermentasi. Jakarta: hydrolysis of a cellulose. Journal Humana
Rajawali Pers. Press, 107(1), 505-514.
126