D
I
S
U
S
U
N
OLEH: KELOMPOK 5
AFFAN DHIA ALGHIFFARI
AMALIA AYU ISMISSLAMAH
DEWI ANIS OKTAVIANI
FETRI SYA AGATA
SADDAM ABY TRITAMA
SMA N 3 KOTABUMI
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kimia ini.
Adapun makalah tentang Unsur Transisi ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Pengantar
Ilmu Kimia ini.
penyusun mengharapkan semoga dari makalah Pengantar Ilmu Ekonomi ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca
Kotabumi,September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….……..
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….…
B. TUJUAN………………………………………………………………………………..
C. METODE……………………………………………………………………………….
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………………...
A. UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT……………………………………………
B. SIFAT-SIFAT UNSUR TRANSISI ……………………………………………………
C. KELIMPAHAN UNSUR TRANSISI DI ALAM………………………………………
D. MANFAAT DAN KEGUNAAN UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT….…….
E. DAMPAK NEGATIF UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT……………….…..
.
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………………
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………
B. SARAN……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...
BAB I
PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit
3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat
terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium
(Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), danSeng (Zn). Dalam
satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak
meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta
energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang
serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat
signifikan dalam satu periode.
B. TUJUAN
2. Untuk mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada pada unsur transisi periode
keempa Manfaat dan dampak dari unsur transisi periode keempat
C. METODE
Metode yang kami gunakan pada penulisan makalah ini adalah metode deskriptif, yaitu
dengan memberikan penjelasan seacara rinci
BAB II
PEMBAHASAN
A. UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan
kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan
unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-
unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta
kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari
sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan
(Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir
sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari
unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika
yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang
sangat signifikan dalam satu periode.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih
besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi
tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur
transisi periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur Tembaga
yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis,
sebagian besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl)
menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya,
kebanyakan unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam
akibat terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini
terlihat jelas pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif,
unsur ini sulit bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert.
Sifat inilah yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat
memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut
memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali
Tanah. Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi
lebih kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi
penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh
sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif
(kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum
yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara,
bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan
(4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+,
Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti
CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
semua unsur transisi periode ke-4 mempunyai energi ionisasi yang relatif rendah (<
1.000 kj/mol) kecuali zink yang energi ionisasinya agak besar. Nilai keelektronegatifannya
rendah ( <2). Pada kenyataannya, unsur transisi periode ke-4 membentuk kation tunggal
dengan bilangan oksidasi +1, +2, atau +3. Pada tingkat oksidasi yang rendah, senyawa unsur
transisi bersifat ionik.
1. Sifat Logam
Semua unsur transisi. Hal ini disebabkan karena unsur transisi hanya mengandung 1
atau 2 elektron pada kulit terluar.Akibatnya titik leleh tinggi dan mampu mengantarkan
listrik.
2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan
+2, unsur-unsur logam transisi mempunyai bilangan oksidasi yang lebih sejenis.Hal ini
disebabkan karena beberapa atau semua elektron pada orbital d dapat digunakan bersama-
sama dengan elektron valensi( elektron pada orbital s) dalam membentuk senyawa
3.Sifat Kemagnetan
Setiap unsur transisi mempunyai sifat magnetik:
a. paramagnetik,di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan
magnet karena ada elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya
contoh: Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn
b. diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet
karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan.
contoh Cu dan Zn.
c. feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam
keadaan padat contoh Fe, Co, dan Ni
4. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat bergerak
ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi,
subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap energi
cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang
sesuai dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar.
5. Ion Kompleks
Ion kompleks merupakan ion yang tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang
dikelilingi oleh molekul atau ion (disebut ligan). Antara ion pusat dengan ligan terjadi ikatan
koordinasi. Jumlah ikatan koordinasi yang terjadi antara ion pusat dengan ligan
disebut bilangan koordinasi.
a. Ligan
Ligan adalah molekul atau ion yang mempunyai pasangan elektron bebas. Ligan
sebagai penyumbang pasangan elektron sedangkan ion pusat menyiapkan orbital kosong.
Ligan yang menyumbangkan satu pasang elektron (mempunyai satu atom donor ) di sebut
ligan unidentat, yang menyumbangkan dua pasang elektron di sebut bidentat, dan yang
menyumbangkan lebih dari dua pasang elektron di sebut polidentat. Sontoh ligan : Cl-, NH3,
CN-,H20, F-, OH-, dan S2O32-.
b. Bilangan koordinasi
Jumlah ligan sederhana atau jumlah ikatan koordinasi yang dibentuk oleh satu ion
pusat di sebut bilangan koordinasi. Biasanya bilangan koordinasi suatu ion pusat sama
dengan dua kali bilangan oksidasinya. Bilangan koordinasi yang umum adalah 2, 4, dan 6.
Contoh ion kompleks :
Ligan : CN-
Bil.koordinasi :4
· [Co (NH3)6]3+
Ligan : NH3
Bil.koordinasi :6
1. Nama kation ( ion positif) disebut lebih dahulu, kemudian diikuti dengan nama
anion (ion negatif) , seperti pada penamaan senyawa ion.
2. Pada ion kompleks, urutan penyebutannya adalah : jumlah ligan – nama ligan
– nama atom pusat ( biloks atom pusat ).
3. Jumlah ligan disebut degan bahasa latin, 1 : mono, 2 : di, 3 : tri, 4: tetra 5 :
penta 6 : heksa
4. Nama ligan ditambah dengan akhiran o dengan cara :
– Ligan-ligan yang berakhiran ida diganti dengan o
– Ligan-ligan yang berakhiran it diganti dengan ito dan ato
– Ligan netral diberi nama sesuai dengan nama molekulnya ( dalam bahasa latin)
Cl- = kloro C2O42- = Oksalato
Br- = bromo NO2- = Nitrito
-
CN = Siano OH- = Hidrokso
SCN- = tiosiano H2O = Akua
S2O32- = tiosulfato NH3 = Amina
a. Bila ion kompleks negatif, nama atom pusat diberi akhiran at. Contoh : ferrat;
cuprat; dan seterusnya.
b. Bila ion kompleks positif, nama atom pusat diberi nama indonesiannya . contoh :
fe = besi; Cu = tembaga; dan seterusnya.
c. Bila ligan lebih dari satu, harus diurutkan sesuai adjadnya.
Contoh :
Terjadi karena adanya overlapping antara atom pusat yang memiliki orbital
kosong dengan ligan yang memiliki pasangan elektron bebas. Bentuk molekul
dipengaruhi oleh dua hal berikut ini.
1. Ligan medannya kuat, contoh : NH3 ; CN- ; dan SCN-, mampu mendesak
elektron yang tidak berpasangan supaya menjadi berpasangan.
2. Ligan medannya lemah, contoh : H2O ; OH- ; Cl- ; F- ; Br-; dan I-, tidak
mampu mendesak elektron untuk berpasangan.
1. 2 sp Linear
2. 4 sp3 Tetrahedral
3. 6 sp3d2 Oktahedral
d2sp3
Unsur unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga (Cu), seng (Zn), skadium
(Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), dan
nikel (Ni).
Unsur transisi dapat ditemukan dikerak bumi terutama sebagai bijih mineral (bijih
logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral terbanyak di alam setelah O, Si,
dan Al. Untuk lebih jelasnya keberadaan unsur transisi di alam dapat dilihat dalam uraian
berikut.
a. Skandium (Sc)
Skandium (Sc) terdapat dalam mineral torvetit (Sc2SiO7).
b. Titanium (Ti)
Unsur ini terdapat dalam mineralrutil (TiO2) yang terdapat dalam bijih besi sebagai ilmenit
(FeTi)2O3 dan ferrotitanate (FeTiO3) juga terdapat dalam karang, silikat, bauksit batubara,
dan tanah liat.
c. Vanadium (V)
Vanadium terdapat dalam senyawa karnotit (K-uranil-vanadat) [(K2(UO2)2 (VO4)2.3H2)], dan
vanadinit (Pb5(VO4)3Cl).
d. Kromium (Cr)
Bijih utama dari kromium di alam adalah kromit (FeO.Cr2O2) dan sejumlah kecil dalam
kromoker.
e. Mangan (Mn)
Bijih utamanya berupa pirulosit (batu kawi) (MnO2), dan rodokrosit (MnCO3) dan
diperkirakan cadangan Mn terbesar terdapat di dasar lautan.
f. Besi (Fe)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan
dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite
(Fe3O4).
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat
menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan
tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam),
FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah
teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+.
Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan
FeCl3 (coklat).
g. Kobalt (Co)
Kobalt terdapat di alam sebagai arsenida dari Fe, Co, Ni, dan dikenal sebagai smaltit, kobaltit
(CoFeAsS) dan eritrit Co3(AsO4)2.8H2O.
h. Nikel (Ni)
i. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal).
Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit
tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit
(CuCO3.Cu(OH)2).
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O
yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan
berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh
senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS
(hitam).
j. Seng (Zn)
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), sebagai
senyawa karbonat kelamin (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit
(ZnO.ZnSiO3.H2O).
Logam besi mudah terkorosi dalam udara lembap, dalam bentuk senyawa kompleks
[k4Fe(CN)6.3H2O], unsur ini bersifat racun bagi tumbuhan. Tembaga mudah terbakar dalam
bentuk serbuk, dalam bentuk senyawa CuCl2 melalui pernapasan dapat menyebabkan
keracunan. Asam kromium CrO3 beracun dan bersifat karsinogenik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Unsur – unsur golongan transisi periode keempat diperoleh dari dalam bumi dengan cara
metalurgi. Proses metalurgi meliputi konsentrasi, reduksi, dan pemurnian.
2) Sifat-sifat unsure periode keempat
A. Sifat logam sangat keras, tahan panas, elektropositif, dan penghantar listrik yang baik.
Pengecualian untuk Cu merupakan logam yang lembut dan elastis.
B. Banyak di antaranya dapat membentuk ion – ion berwarna yang berubah – ubah menurut
keadaan bilangan oksidasinya.
C. Mempunyai bilangan oksidasi yang harganya 0 atau positif.
D. Dapat membentuk senyawa kompleks.
E. Memiliki elektron tidak berpasangan yang mengakibatkan titik didih atau titik leleh tinggi,
bersifat paramagnetik,berwarna dan bersifat katalis.
3) Kegunaan unsure-unsur periode keempat
A. Skandium digunakan pada lampu intensitas tinggi.
B. Titanium digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia.
C. Vanadium digunakan untuk membuat per mobil dan sebagai katalis pembuatan belerang.
D. Kromium digunakan untuk bahan pembuatan baja, nikrom, stanless steel.
E. Mangan digunakan untuk bahan pembuatan baja, manganin dalam pembuatan alat-alat
listrik dan sebagai alloy mangan-besi atau ferromanganese.
F. Besi digunakan untuk pembuatan baja, perangkat elektronik, memori komputer, dan pita
rekaman.
G. Kobalt digunakan untuk membuat aliansi (paduan logam).
H. Nikel digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat dan paduan logam
I. Tembaga digunakan untuk kabel – kabel, pipi – pipa, kaleng makanan dan untuk alat – alat
elektronik.
J. Seng digunakan sebagai logam pelapis antikarat, paduan logam, pembuatan bahan cat
putih, dan antioksidan dalam pembuatan ban mobil.
B. SARAN
Saran yang kami dapat berikan bagi pembaca yang ingin membuat makalah tantang
“Manfaat dan Dampak Unsur-unsur Transisi Periode IV” ini, untuk dapat lebih baik dari
makalah yang kami buat ini ialah dengan mencari lebih banyak refrensi dari berbagai sumber,
baik dari buku maupun dari internet, sehingga makalah anda akan dapat lebih baik dari
makalah ini. Mungkin hanya ini saran yang dapat kami sampaikan semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca sekalian. Terimakasih,
.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.nafiun.com/2013/07/sifat-fisika-dan-kimia-unsur-transisi-periode-ke-4-
keempat.html
http://belovediinsblog.blogspot.com/2012/01/makalah-unsur-unsur-transisi-periode-ke.html
https://andykimia03.wordpress.com/2009/10/15/kimia-unsur-golongan-transisi-periode-
keempat/feed/