Anda di halaman 1dari 13

Merumuskan Diagnosa Masalah Aktual

(Masalah Cemas)

A. Defenisi Kecemasan
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan
perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat
menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.
Lefrancois dalam kartikasari 1995, menyatakan bahwa kecemasan
merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan
ketakutan, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi dan perasaan-perasaan
yang tertekan yang muncul dalam kesadaran.
Kecemasan adalah reaksi terhadap bahaya yang memperingatkan orang
“dari dalam” secara naluri, bahwa ada bahaya dan orang yang bersangkutan
mungkin kehilangan kendali dalam sistem tersebut. Cemas atau anxietas
merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang spesifik yang
dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart dan
Sundden, 1998).
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil
tindakan untuk mengatasi ancaman (Suliswati, 2006). Kecemasan adalah
respon terhadap suatu ancaman yang spesifik yang secara subyektif dialami
oleh dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Para ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu :
1. Tingkat Psikologis
Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang,
bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu dan
sebagainya.
2. Tingkat Fisiologis
Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-
gejala fisik, terutama pada system syaraf, misalnya tidak dapat
tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.

1
B. Komponen-Komponen Kecemasan
Komponen kecemasan menurut Sue dkk (dalam Kartikasari, 1995) dapat di-
manifestasi dalam empat hal yaitu :
1. Secara Kognitif
Dapat bervariasi, dari rasa khawatir yang ringan sampai panik. Individu
terus mengkhawatirkan segala mascam masalah yang mungkin terjadi dan
sulit sekali untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, akan
menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut, dan juga akan membawa dampak
kesulitan tidur (insomnia).
2. Secara Afektif (Perasaan)
Individu tidak dapat tenang dan mudah tersinggung, sehingga
memungkinkan untuk mengalami depresi.
3. Secara Motorik (Gerak Tubuh)
Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti
gemetar sampai dengan goncangan tubuh yang berat. Seringkali gugup dan
mengalami kesulitan dalam berbicara
4. Secara Somatik (Dalam reaksi fisik atau biologis)
Dapat berupa gangguan anggota tubuh, seperti keadaan
mulut kering, tangan dan kaki kaku, diare, sering kencing, ketegangan
otot.

C. Faktor Predisposisi Kecemasan


Menurut Struart dan Sundden (1998), mengemukakan bahwa faktor presdis-
posisi (pen-dukung ) terjadinya kecemasan antara lain :
1. Teori Psikoanalitik
Kecemasan merupakan knflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu id dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan
impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Sedangkan ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego.
Kecemasan berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya
yang perlu diatasi.

2
2. Teori Interpersonal
Kecemasan dan ketakutan atau penolakan interpersonal dihubungkan
dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan
yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami
kecemasan yang sangat berat.
3. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kecemasan merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindar rasa sakit. Pada individu yang pada awal
kehidupan dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan
kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan masa dewasanya.
Sementara para ahli konflik mengatakan bahwa kecemasan sebagai
benturan-benturan keinginan yang bertentangan dan berhubungan timbal
balik antara konflik dan daya kecemasan yang kemudian menimbulkan
kecemasan.
4. Teori Keluarga
Menyatakan bahwa gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul
secara nyata dalam keluarga dan biasanya tumpang tindih antara gangguan
cemas dan gangguan depresi.
5. Teori Biologi
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk
bernodiasepin. Reseptor ini mungkin mempengaruhi kecemasan

D. Faktor Presipitasi Kecemasan


Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber eksternal
dan internal yaitu :
1. Mengancam terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau menurunyaa kemampuan untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari.
2. Mengancam sistim dua pribadi yang dapat membahayakan identitas harga
diri dan integritas fungsi sosial.

3
E. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Stuart dan Sudden (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu:
1. Jenis kelamin
Stres sering dialami oleh wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-
laki. Menurut Kaplan dan Sadock (1997) menyatakan bahwa kurang lebih
5% dari populasi, kecemasan pada wanita yang dialami oledua kali lebih
banyak daripada pria, lebih tinggi kecemasan yang dialami oleh wanita
kemungkinan disebabkan wanita lebih mempunyai kepribadian lebih labil,
juga adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga
mudah meledak, mudah cemas dan curiga.
2. Umur
Seseorang dengan umur lebih muda lebih mudah mengalami gangguan
akibat steres dari pada seseorang yang lebih tua.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang dapat mengakibatkan
seseorang mengalami stres. Status pendidikan yang kurang pada seseorang
akan menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami stres dibanding
dengan mereka yang status pendidikan yang lebih tinggi atau baik.
4. Lingkungan/Sanitasi
Seseorang yang berada dilingkungan asing akan lebih mudah
mengalami stres
5. Sosial Budaya
Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan keyakinan
agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stres.
6. Keadaan Fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera, penyakit
badan, operasi, aborsi lebih muda mengalami kelelahan fisik sehingga lebih
mudah mengalami stres.

4
7. Potensi Stressor
Stresor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang
tersebut melakukan adaptasi.
8. Maturasi (Kematangan)
Individu yang mengalami kematangan kepribadian lebih sukar
mengalami gangguan terhadap stres, karena individu yang matang
mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stresor yang timbul,
sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matang yaitu yang
tergantung pada peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah
mengalami stres.
9. Teori Psikologis
Dua faktor pikiran utama tentang faktor psikologis yang menyebabkan
perkembangan gangguan kecemasan umum adalah bidang psikoanalitik
dan bidang kognitif perilaku. Teori psikoanalitik kecemasan adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Id
mewakili dorongan insting sedangkan teori kognitif perilaku yaitu
pandangan perilaku kecemasan yang merupakan prodk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang utnuk mencapai tujuan
yang diinginkan.

F. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundden (1998) tingkat kecemasan yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan meyebabkan seseorang menjadi waspada serta
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Kecemasan ini normal dalam
kehidupan karena meningkatkan motivasi dan membuat individu siap
bertindak. Stimulus dari luar siap di internalisasi dan pada tingkat individu
mampu memecahkan masalah secara efektif, misalnya seseorang yang
menghadapi ujian akhir, individu yang akan melanjutkan pendidikan ke

5
jenjang lebih tinggi, pasangan dewasa yang akan masuk ke jenjang
pernikahan.
2. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
yang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Cemas sedang ditandai dengan lapang persepsi mulai
menyempit. Pada kondisi ini, individu masih bisa belajar dari arahan orang
lain. Stimulus dari luar tidak mapu diinternalisasikan dengan baik, tetapi
individu sangat memperhatikan hal-hal yang menjadi pusat perhatian.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi orang yang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ketegangan. Seseorang memerlukan banyak pengarahan untuk
dpaat memusatkan pada suatu area lain. Lapang persepsi individu sangat
sempit. Pusat perhatiannya pada detailyang kecil (spesifik) dan tidak
berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk
mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk
berfokus pada area ini, misalnya individu yang mengalami kehilanga harta
benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, individu dalam
penyanderaan.
4. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan denga terperangah,
ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemmapuan untuk berhubungan dengan orang lain., persepsi
yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung dala
waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Individu kehilangan kendalu diri dan detail perhatian hilang karena

6
hilangnnya kontrol, amka tidak mampu melakukan apapun meski dengan
perintah, terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, penyiompanan persepsi dan hilangnnya
pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.

G. Macam-Macam Kecemasan
Menurut Freud, cemas ada tigas jenis yaitu :
1. Cemas Obyektif (Obyektive Anxiety)
Apabila orang mengetahui sumber cemasnya adalah diluar dirinya
dikatakan bahwa ia menderita cemas obyektif. Cemas obyektif adalah
reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya luar, atau adanya
kemungkinan bahaya yang disangkanya akan terjadi.
2. Cemas Penyakit (Neurotic Anxiety)
Freud berpendapat bahwa cemas penyalit tampak dalam tiga bentuk
pokok yaitu cemas umum, cemas dalam bentuk takut penyakit terhadap hal-
hal atau situasi tertentu, cemas dalam bentuk ancaman. Cemas umum
adalah cemas yang paling dsederhana karena tidak berhubungan dengan
sesuatu hal tertentu, yang terjadi hanyalah individu merasa takut yang
samar dan umum serta tidak menentu. Cemas penyakit adalah cemas yang
mencakup pengenalan terhadap objek atau situasi tertentu, sebagai
penyebab dari gangguan cemas. Cemas dalam bentuk ancaman yaitu cemas
yang menyertai gangguan kejiwaan.
3. Cemas Moral (Moral Anxiety)
Cemas moral timbul akibat tekanan dari dorongan yang tinggi seperti
perasaan dosa.

H. Instrumen Yang Digunakan Untuk Mengukur Tingkat Kecemasan


Instrumen lain yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan
adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Yaitu mengukur aspek
kognitif dan efektif yang meliputi (Hawari, 2001):

7
Skor
No Symptom
0 1 2 3 4
1 Perasaan Cemas : cemas, firasat
buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tensinggung
2 Ketegangan : merasa tegang, lesu,
tidak bisa istirahat tenang, mudah
terkejut, mudah menangis,
gelisah, gemetar
3 Ketakutan : takut terhadap gelap,
terhadap orang asing, bila di
tinggal sendiri dan takut pada
binatang besar, pada keramaian,
pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur : sukar memulai
tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun
dengan lesu, banyak bermimpi,
mimpi buruk, mimpi menakutkan
5 Gangguan kecerdasan : sulit
konsentrasi, penurunan daya
ingat, daya ingat buruk
6 Perasaan depresi : hilangnya
minat, berkurangnya kesenangan
pada hoby, sedih, bangun dini
hari, perasaan tidak
menyenangkan sepanjang hari
7 Gejala somatik (otot) : sakit dan
nyeri pada otot-otot, kaku,
kedutan otot, gigi gemerutuk,
suara tidak stabil

8
8 Gejala sensorik : perasaan
ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat, merasa
lemah, tinnitus (telinga
berdenging)
9 Gejala kardiovaskuler : takikardi,
berdebar-debar, nyeri di dada,
denyut nadi mengeras, rasa
lesu/lemas seperti mau pingsan
dan detak jantung hilang sekejap
10 Gejala pemapasan : rasa tertekan
di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan
merasa napas pendek
11 Gejala gastrointestinal: sulit
menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri perut sebelum
dan sesudah makan, rasa terbakar
di perut, rasa penuh/kembung,
berat badan menurun, mual dan
muntah, BAB lembek, konstipasi
12 Gejala urogenital : sering buang
air kencing, tidak dapat menahan
kencing, amenorhea, darah haid
berlebihan, darah haid amat
sedikit, masa haid berkepajangan,
ejakulasi dini, ereksi hilang,
impotensi
13 Gejala vegetatif : mulut kering,
mudah berkeringat, muka merah,
, pusing atau sakit kepala, kepala
terasa berat, bulu-bulu berdiri

9
14 Perilaku sewaktu wawancara :
gelisah, tidak tenang, jari-jari
gemetar, mengkerutkan dahi atau
kening, muka tegang, tonus otot
meningkat, napas pendek dan
cepat, muka merah
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
1. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.
3. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
4. Skor 28 - 41 = kecemasan berat.
5. Skor 42 – 56 = kecemasan sangat berat

I. Menangani Masalah Kecemasan Pada Masa Nifas dengan Psikoterapi


Psikologi Transpersonal
1. Terapi Relaksasi Menggunakan Aromaterapi Lavender
Relaksasi merupakan salah satu startegi koping yang digunakan untuk
mengahdapi stres dan kecemasan. Strategi koping adalah suatu proses atau
upaya yang dilakukan individu untuk mengahadapi dan mengantisipasi
situasi dan kondisi yang menekan yang mengancam fisik maupun psikis
yang dapat membebani atau melampaui kemampuan dan ketahanan
individu.
Benson (dalam Price S & Price L, 1997) mengatakan bahwa respon
relaksasi dapat dipicu lewat banyak cara, termasuk membaca,
mendengarkan musik yang disenangi dan dengan aromaterapi. Mackinnon
(2004) memperkuat pernyataan Benson bahwa manfaat aromaterapi adalah

10
untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga menjadi lebih
baik dengan menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat aromaterapi
dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang
tegang setelah lelah beraktivitas.
Dalam penggunaanya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa
cara, antara lain : inhalasi, berendam, pijat dan kompres. Dari keempat cara
tersebut yang merupakan cara tertua, termudah dan tercepat untuk
diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi. Bau-bauan dari aromaterapi yang
dilakukan dengan cara inhalasi akan masuk ke hidung dan berhubungan
dengan silia (bulu hidung). Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi
impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak
yang berkaitan dengan (mood suasana hati), emodi, ingatan dan
pembelajaran.
Aromaterapi merupakan salah satu terapi alternatif dengan
memanfaatkan uap minyak atsiri (essential oil) yang melibatkan organ
penciuman manusia. Bau yang segar dan harum dapat merangsang sensori,
reseptor dan akhrinya mempengaruhi organ yang lain. Aromaterapi tidak
dianggap benda asing oleh tubuh, sehingga tidak memperberat kerja organ-
organ tubuh. Minyak esensial akan masuk ke sirkulasi tubuh organ sasaran
untuk memberikan reaksi.
Menurut Appleton (2012) dalam Pande,dkk (2013), lavender adalah
aromaterapi yang menggunakan minyak esensial dari bunga lavender,
dimana memiliki komponen utama berupa Linalool dan Linali Asetat yang
dapat memberikan efek relaksasi. Kandungan Linalool dan Linali Asetat
yang merupakan bahan aktif utama pada minyak lavender. Yarnel and
Abascal (2004) dalam Pande (2013) mengatakan bahwa penggunaan
lavender dapat membantu memberikan ketenangan, mengurangi sakit
kepala, anti mikroba, anti serangga, penyembuh luka ringan, antidepresan
dan antiseptik.
2. Terapi Relaksasi Dengan Pijat Oxytosin Menggunakan Minyak Zaitun
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada

11
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-
keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan
hormone oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI otomatis
keluar (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009). Penelitian
yang dilakukan Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet
dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI.
Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmiter
akan merangsang medulla oblongata langsung mengririm pesan ke
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin, sehingga
menyebabkan payudara mengeluarkan ASI. Pijatan di daerah tulang
belakang akan merileksasi dan menghilangkan stres, dengan demikian
hormon oksitosin akan keluar dan membantu pengeluaran ASI.
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat
oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes
RI, 2007).
Langkah pijat oxytosin :
a. Ibu duduk, bersandar kedepam, lipat lengan diatas meja di depannya dan
letakkan kepala di atas lengannya.
b. Payudara tergantung lepas tanpai pakaian
c. Memijat sepanjang kedua isis tulang belakang dengan menggunakan dua
kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan.
d. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-
gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari.
e. Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang
belakang, dari leher ke arah tulang belikat, selama dua atau tiga menit.

12
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN
ASI DAN KECEMASAN SEDANG NY. D UMUR 32 TAHUN P2A0
2 HARI POST PARTUM

PENGKAJIAN
IDENTITAS
PROLOG
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
ANALISA
PENATALAKSANAAN

13

Anda mungkin juga menyukai