Anda di halaman 1dari 5

BERMAIN BERSAMA ANAK

Mengembangkan potensi anak bisa dilakukan dengan berbagai cara. Permainan adalah
salah satunya, yang justru kerap disepelekan orang tua. Kebanyakan orang tua lebih cenderung
menjadi penonton dan fasilitator acara bermain dari anak-anaknya daripada dirinya sendiri ikut
terjun dalam permainan tersebut, padahal bermain bersama anak banyak sekali manfaatnya.
Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan dan juga dapat
mengembangkan kreativitas anak akan nilai, sikap, toleransi, serta pemahaman. Bermain
merupakan cara untuk mengeskpresikan perasaan dan emosi yang lebih cepat dibandingkan
menyampaikan ekspresi secara verbal.

Pentingnya Bermain
Fungsi bermain bagi anak adalah inti dari proses pembelajaran. Melalui bermain anak bisa
membangun pemahaman dan pengetahuan. Dengan kegiatan bermain yang positif, anak dapat
melatih perkembangan otak dan motorik seperti melatih menggunakan otot tubuhnya dan
menstimulasi penginderaannya.

Bermain menjadikan anak mampu menjelajahi dunia sekitarnya, mengenali lingkungan tempat ia
tinggal termasuk mengenali diri sendiri. Sehingga kemampuan fisik anak semakin terlatih, begitu
pula kemampuan kognitif dan kemampuannya untuk bersosialiasasi.

Setiap anak juga dapat mengembangkan ketrampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain,
kemandirian, dan keberanian untuk berinisiatif. Jadi kegiatan bermain merupakan sarana melatih
ketrampilan yang dibutuhkan anak untuk menjadi individual yang kompeten yang membuat anak
menyadari kemampuan dan kelebihannya.

Dengan bermain, anak-anak akan mengalami konsep untuk hidup secara langsung seperti
bagaimana rasanya menang atau kalah. Maka, konsep tersebut akan lebih meresap dalam diri
mereka secara lebih dalam, daripada bila konsep tersebut hanya disampaikan secara lisan.

Ada 5 Unsur Dalam Permainan :

1. Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapatkan kepuasan karena
melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan penghargaan dan uang.
2. Permainan dipilih secara bebas. Anak bebas memilih permainan apa yang hendak
dimainkannya. Jadi, permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak
ada yang menyuruh ataupun memaksa.
3. Haruslah menyenangkan anak yang bersangkutan dan dapat dinikmatinya.
4. Adanya unsur imajinasi atau khayalan dalam kegiatan bermain.
5. Dilakukan secara aktif dan sadar. Anak harus terlibat secara aktif dalam permainan yang
dimainkannya.
Manfaat Bermain Bersama Anak:

1. Mengikat hubungan orang tua dan anak.


Banyak permainan yang dapat menjembatani jarak yang terjadi antara orang tua dan
anak. Jenjang usia yang agak jauh sering kali menjadi penyebab timbulnya masalah
komunikasi antara orang tua dan anak. Akan tetapi dengan "bermain", jenjang tersebut
sedikit banyak dapat diatasi. Perhatikan bagaimana seorang bayi kecil dapat mengerti
bahasa ayahnya yang sudah berusia di atas 40 tahun, dan sebaliknya. Dimulai dengan
ayah yang tersenyum pada bayinya dan dibalas oleh bayi dengan menatap mata ayahnya.
Melihat tatapan mata bayinya, ayah kemudian mendekatkan hidung ke perut bayi dan
bayi pun mengeluarkan suara gembira, singkat dan polos. Mendengar suara bayi, sangat
ayah tergoda untuk memberikan sedikit kitikan di pinggang sehingga bayi pun tertawa
lebih keras lagi.......Begitu seterusnya sehingga percakapan "kitik dan tawa" menjadi
bahasa bayi yang dapat diterjemahkan sebagai "Aku sayang kamu, dan kamu sangat
istimewa bagiku."
2. Mengubah suhu emosi.
Ketika anak mengalami emosi yang tidak menyenangkan, anak cenderung untuk
berperilaku negatif. Hukuman dan omelan tidak selalu memberi jawaban. Kadang-kadang
justru melalui bermain, emosi anak diubahkan dan hal tersebut secara otomatis akan
mempengaruhi serta mendorong perilaku anak ke arah yang lebih positif.
Seorang anak balita cemberut karena tidak boleh melanjutkan menonton TV mengingat
sudah saatnya untuk tidur malam, bahkan karena kesal ia sempat memukul ibunya.
Kejadian tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya pertengkaran di malam hari. Namun
ibu yang bijaksana mengerti bahwa "rasa ngantuk" kadang menyebabkan anak
menginginkan hal-hal yang tidak seharusnya. Maka, daripada menghukum atau
mengomeli anak, ibu tersebut mengambil selimut besar, kemudian menutupi anaknya dan
dirinya dengan selimut tersebut dan mulailah permainan yang seru yaitu "berkemah
sambil menantikan kedatangan si beruang besar (papa yang baru pulang dari kantor)."
Ketika papa masuk ke kamar, maka beruang itu mengaum-mengaum mencari mangsanya,
sesaat diluar kemah, kemudian merangkak-rangkak menindih segala sesuatu yang ada di
balik selimut. Dapat dibayangkan betapa gelinya teriakan anak ketika beruang membuka
selimut dan menerkam si anak yang sudah mulai hilang cemberutnya. Ketika beruang
besar pergi untuk mandi, ibu melanjutkan dengan bercerita di dalam kemah (selimut) dan
anak pun akhirnya lebih siap untuk tidur dengan suasana hati yang lebih menyenangkan.
3. Menyalurkan emosi negatif dan menghubungkan kembali relasi yang terputus.
Ketika ayah keluar dari kamar mandi, didapatinya anak perempuan kecilnya sedang
berteriak-teriak memarahi kakak laki-lakinya yang menyenggol mainan masak-
masakannya secara tidak sengaja. Ini bisa menjadi alasan baik untuk menghukum kedua
anak tersebut; yang satu karena menyenggol mainan milik adiknya; yang lain karena
membuat polusi suara di Sabtu pagi yang cerah. Daripada menerapkan hukuman, ayah
menggunakan strategi bermain untuk mengikat kembali hubungan kedua kakak beradik
ini. Pertama-tama ia duduk mengawasi kedua anak yang sedang bertengkar, tiba-tiba ia
mengambil setumpuk bantal sofa dan mengajak anak perempuannya menimpuk si kakak
habis-habisan. Tidak hanya itu, ayah masih mengejar si kakak, menarik kedua lengan
kakak ke belakang dan membuatnya seperti seorang tahanan dalam film "Peter Pan".
Kemudian ayah memberi semangat kepada adik untuk terus menimpuk kakaknya dengan
bantal dan memberi tanda kepada ibu untuk menjadi 'tinker bell', si penyelamat. "Mana
nih penyelamat kakak?" teriak si ayah. Maka datanglah si ibu dengan satu kali acungan
tangan, dan ayah pun berpura-pura terpental jatuh. Tiba-tiba ayah mengambil si adik dan
sekali lagi si ibu menyelamatkan dengan "debu ajaibnya." Maka, berakhirlah peperangan
kakak beradik dengan tiga manusia bertebaran di lantai sambil menikmati kelelahan yang
membahagiakan. Kakak beradik pun kembali dapat bersahabat lagi.
4. Melatih daya juang anak.
Permainan yang bersifat kompetisi sangat baik untuk melatih anak dalam menghadapi
kesulitan. Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi kekalahan,
kegagalan atau situasi yang mengancamnya. Ada anak yang menangis, menghindar,
marah atau menyalahkan orang lain dengan teriakan: "curang!"

Pak Doni tahu betul bahwa anaknya sering kali tidak sanggup menghadapi kekalahan.
Maka, dibuatnya agenda khusus untuk melatih Jimmy mengatasi kesulitannya tersebut.
Pertama-tama Pak Doni merencanakan bermain catur bersama Jimmy selama satu
minggu berturut-turut. Pada saat mendekati kekalahan, mata Jimmy sering berkaca-kaca
dan kadang-kadang dia berusaha menghindar dengan alasan sakit perut, lapar, atau
ngantuk. Tak jarang dia marah-marah dan menangis. Pak Doni mendorong Jimmy untuk
bertahan dan beberapa kali memberi kesempatan kepadanya untuk menang untuk
memunculkan rasa percaya dirinya. Kemudian, Pak Doni membuat program khusus yaitu
"Soccer Party." Diundangnya beberapa teman anaknya untuk bermain bola bersama. Pak
Doni dan beberapa ayah juga ikut serta dalam permainan. Di sanalah proses pelatihan
mental terjadi. Beberapa kali Pak Doni memberikan semangat kepada Jimmy yang tawar
hati karena kebobolan gol cukup banyak. Pada saat kalah, Pak Doni mengajak Jimmy
untuk belajar menghibur diri.

5. Melatih penguasaan diri.


Banyak anak tidak dapat menguasai diri dalam menentukan batas bermain. Tidak jarang
anak mengakhiri permainan dengan perasaan benci karena ada yang dipukul, didorong
dan bahkan dilukai. Keterlibatan orang tua dalam bermain bersama anak dapat menolong
anak melihat batasan dan melatih anak untuk mematuhi batasan tersebut. Permainan-
permainan yang keras tidak harus selalu dihindari. Inisiatif orang tua untuk memainkan
permainan keras justru menolong anak mengenal batasan ketika ia bermain dengan
teman-temannya.
Henry suka sekali main "berantem-beranteman" dengan ayah. Mula-mula ayah memukul
punggung Henry dengan bantal, dan Henry membalas dengan berusaha memukul dada
ayahnya. Ayah cepat memegang tangan Henry dan berkata: "jangan sungguh-sungguh
memukul, kamu harus gunakan bantal untuk melanjutkan permainan ini." Pada saat
hampir kalah, Henry merasa frustrasi dan menggigit tangan ayahnya. Ayah menekan
hidung Henry sehingga Henry melepaskan gigitan, kemudian berkata: "kamu melanggar
batas aturan bermain! Tidak boleh menyakiti. Sekali lagi kamu menggigit, kamu harus
diikat seperti ini." Maka ayahnya yang sudah barang tentu mempunyai tubuh lebih besar
memeluk Henry dari belakang sehingga ia tidak bisa bergerak, dan berteriak: "kamu jadi
tawananku...Tawanan perang karena menggigit." Setelah lelah, ayah berbicara dengan
tenang: "Henry, dalam bermain kita harus menjaga diri jangan sampai menyakiti orang
lain. Kamu boleh main yang keras tapi tidak sungguh-sungguh memukul untuk
menyakiti." Ayah Henry kemudian melanjutkan dengan mengawasi Henry bermain
dengan teman lain. Pada saat Henry mulai memukul teman tersebut, ayah mencoba
mengingatkan: "Henry, nampaknya kamu harus duduk di sebelah ayah untuk beberapa
saat sampai kamu tenang." Setelah beberapa menit duduk di sebelah ayah, Henry
bertanya: "apakah saya boleh pergi bermain lagi?", maka ayah berkata:"boleh, asal kamu
janji tidak menyakiti temanmu. Jika masih terjadi, kamu akan duduk di sini lagi."
6. Mengatasi perbedaan.
Anak-anak sering kali mengalami kesulitan dalam bermain bersama karena adanya
perbedaan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan, perbedaan bahasa, perbedaan usia
dan perbedaan minat. Keterlibatan orang dewasa yang mempunyai cara berpikir lebih
luas sangat dibutuhkan pada saat ini.
Mary dan Tony perlu menghabiskan setengah jam untuk menentukan permainan apa
yang akan dimainkan. Selama setengah jam Mary mempertahankan pendapat untuk
bermain dokter-dokteran, sedangkan Tony memaksa Mary untuk bermain perang-
perangan. Maka datanglah Pak Budi dan mulai menyusun strategi bermain. Pak Budi
mengajak Tony untuk mengambil mobil-mobilannya dan Mary untuk mengambil
peralatan dokter-dokteran. Maka mulailah mereka bermain perang-perangan. Pak Budi
ditemani oleh boneka-boneka Mary, dan Tony oleh senjata-senjatanya. Pak Budi sengaja
membuat beberapa boneka seolah tertembak oleh senjata Tony, dan kemudian dibawa
kepada Mary untuk diobati. Waktu korban bertambah banyak.....datanglah si ibu untuk
membantu Mary mengurus boneka-boneka yang telah menjadi korban perang supaya
mereka segera sembuh dan bisa berperang lagi, dan seterusnya. Ibu juga mengajak Mary
untuk membuat masakan dan memberi makan boneka-boneka yang sakit.

Kevin kesal sekali pada adiknya yang masih berusia 1 tahun. Beberapa kali dia susun
catur untuk dimainkan bersama ayah, tapi adiknya selalu datang untuk menghancurkan
biji-biji caturnya. Kevin marah-marah dan mendorong adiknya. Ibu tidak bisa menemani
adik karena sibuk menyiapkan makan malam. Maka ayah mengusahakan jenis permainan
yang berbeda. Ayah mendorong Kevin untuk berlomba menyusun catur secepatnya
segera setelah si adik menghancurkan, dan adik juga didorong untuk menjatuhkan biji
catur milik sendiri. Kevin dan adik akhirnya asyik bermain sampai ibu siap menyuapi
adik, dan Kevin pun bisa mulai bermain catur secara lebih serius dengan ayahnya.

7. Untuk mengatakan "Aku hadir.".


Banyak anak yang memiliki orang tua yang secara fisik hadir di rumah, namun mereka
tidak bisa merasakan kehadiran orang tuanya. Mengapa? Karena orang tua sibuk dengan
aktivitasnya sendiri, dan anak-anak juga asyik menikmati dunianya sendiri. Inisiatif orang
tua untuk ikut terlibat dalam permainan anak merupakan bahasa lain dari "Aku hadir."
Robert asyik bermain lego sendirian di lantai. Dia tampak tidak terlalu peduli dengan
lingkungan sekitar. Sejak pagi ia tahu ibu ada di rumah untuk masak, membereskan
rumah, dan nonton TV. Tiba-tiba ibu duduk di lantai, membuat mobil-mobilan dari lego
dan mulai asyik bermain sendiri. Pada awalnya, Robert hanya mengawasi, kemudian
Robert mulai tertarik. Ibu kemudian menyodorkan lego hasil buatannya kepada Robert
dan Robert meneruskan menyusun mobil-mobilan buatan ibunya. Wajah Robert tiba-tiba
berubah, dan terlihat lebih cerah. Ketika ayah pulang, ia segera melompat dan menarik
tangan ayah untuk menunjukkan mobil-mobilan dari lego yang sudah ia susun dengan
rapi. Gantian ayah yang duduk di lantai agar ibu mempunyai kesempatan untuk
menikmati 'cuti' beberapa saat untuk meluruskan kakinya.

Jessica terus-menerus menarik baju ibunya yang sedang masak dan mengajaknya
bermain: "Mama.......mama......main yuk!" Setelah beberapa saat dicoba untuk tidak
dipedulikan, ibu mengalami kesulitan bergerak bebas di dapur. Akhirnya, ibu mengambil
beberapa sayur dan pisau roti yang tumpul. Ibu tebarkan koran di lantai dan mengajak
Jessica main masak-masakan untuk beberapa saat lamanya, kemudian diteruskan dengan
ditemani oleh si mbak. Saat Jessica sudah mulai asyik memotong-motong bersama mbak,
ibu juga mulai bisa mengerjakan beberapa hal lainnya. Ternyata, beberapa menit bersama
Jessica dapat memberi kebebasan beberapa jam untuk ibu bisa memasak tanpa diganggu.
Jessica mulai asyik masak dengan mbak, dan Jessica tahu "Mama hadir, koq.

Denny sedang asyik main play station ketika ayah pulang. Denny tidak menengok ketika
dipanggil. Maka ayah mendekati Denny dan memberikan komentar terhadap game yang
sedang dimainkan. Ayah ingin menunjukkan bahwa ia tertarik pada mainan Denny.
Denny pun mulai menengok dan menunjukkan bagaimana memenangkan level-level
sebelumnya, apa strateginya dan apa tantangan level selanjutnya. Dan ayah
mendengarkan dengan seksama. Kemudian ayah memegang pundak Denny dan berkata:
"kamu hebat sekali bisa mencapai level ini, ayah bangga. Tapi ayah juga rindu untuk
makan bersama kamu. Bagaimana kalau setelah level ini selesai kita makan bersama?
Ayah tunggu kamu di meja makan ya.......kamu bisa ceritakan lebih banyak lagi
bagaimana asyiknya game ini waktu kita makan."

Masih banyak manfaat lain dari bermain bersama anak, yang penting adalah orang tua menyadari
hal ini dan berani untuk mencoba. Banyak kendala yang membuat orang tua enggan bermain
dengan anak. Misalnya: rasa lelah, minat yang berbeda, kondisi emosi orang tua yang lagi
sedang kurang baik, persoalan keluarga yang membuat depresi, perang dingin dengan suami,
istri, mertua atau ipar, rasa khawatir tidak bisa menghentikan permainan dengan pertengkaran
atau hukuman, merasa kehilangan waktu yang berharga, rasa khawatir tidak bisa mengikuti
kemauan atau minat anak, tidak tahu bagaimana memulai, dan sebagainya. Dan kendala terbesar
adalah menganggap 'bermain' sebagai musuh dari 'belajar'. Padahal bermain adalah salah satu
kebutuhan terpenting dalam perkembangan anak, selain makan, minum dan tidur. Melarang anak
bermain sama dengan melarang anak menikmati masa kecilnya dan bertumbuh.
Mari kita mulai mencoba. Pemahaman dan kepekaan orang tua terhadap manfaat bermain akan
menjadikan orang tua selain semakin ahli dalam bermain dengan anak, juga menikmati
kebersamaan dengan anak. Dan percayalah, anak-anak dari keluarga yang suka bermain akan
menjadi anak-anak yang cerdas, pandai bergaul, dan mudah mengikuti berbagai macam
peraturan.

Sumber :

1. www.store.pondok ibu.com
2. Kartawijaya,A , Lie Wei Jen, Manfaat bermain bersama anak, Eunike no 11,triwulan
1V,2003

Anda mungkin juga menyukai