Disusun oleh :
2010
1. JUDUL PENELITIAN
Studi Laboratorium Screening Criteria Surfaktan dari Ampas Tebu untuk
Perolehan Minyak Tahap Lanjut dengan Metode EOR “Chemical Flooding”.
2. LATAR BELAKANG
Melihat penggunaan tebu yang begitu banyak, maka akan tersisa limbah
yang berupa ampas tebu juga melimpah. Ampas tebu merupakan bahan baku yang
sangat potensial untuk pembuatan surfaktan karena kandungan ligninnya yang
cukup besar yaitu sekitar 19,6 %. Oleh karena itu sangat disayangkan jika kita
tidak memanfaatkannya untuk diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupan orang banyak. Tanaman tebu memiliki manfaat yang cukup banyak
untuk kebutuhan manusia, mulai dari daunnya yang bisa dijadikan bahan bakar,
batangnya yang bisa diolah menjadi gula, serta seratnya yang bisa diolah menjadi
kertas, zat pengikat atau penyusun serat-serat tebu agar kuat dan kokoh inilah
yang dinamakan lignin . Lignin inilah yang akan diteliti untuk diolah menjadi
lignosulfonat atau nama lainnnya adalah surfaktan dengan melalui beberapa
proses dan beberapa reaksi.
3. RUMUSAN MASALAH
Pengolahan tebu yang dilakukan pada industri tertentu(pabrik gula)
menghasilkan limbah ampas tebu yang cukup banyak, saat ini pemanfaatan
limbah ampas tebu belum begitu luas. Pemanfaatan limbah ampas tebu masih
terbatas, seperti halnya digunakan untuk pakan ternak, pulp atau digunakan
kembali sebagai bahan bakar industri. Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari
limbah ampas tebu dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsur lignin/
lignosulfonat dengan persentase sebesar 22,09 % yang ada pada seratnya yang
akan diolah atau diproses menjadi surfaktan, sehingga dapat digunakan dalam
metode tertiary produksi fluida hidrokarbon.
Produksi surfaktan (lignosulfonat) dari ampas tebu dewasa ini kurang
optimal karena masih sangat terbatas pemanfaatannya, sehingga sangat
berpengaruh pada tingkat produksi surfaktan.
4. TUJUAN PENELITIAN :
1. Membuktikan bahwa lignosulfonat yang terdapat pada limbah
ampas tebu (bagas) dapat digunakan sebagai bahan alternatif sebagai bahan
dasar untuk pembuatan surfakatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan NaHSO3, ukuran
partikel dari ampas tebu dan pengadukan terhadap yield surfaktan.
3. Mengamati efek yang ditimbulkan dari tiap penambahan persentase
surfaktan dari ampas tebu untuk setiap komposisi yang telah ditentukan.
4. Menghitung dan menentukan jumlah penambahan persentase
surfaktan yang efektif digunakan untuk mendapatkan perolehan minyak
yang optimal
5. Menemukan additive alternatif yang lebih ekonomis dalam
Chemical Flooding pada metode EOR.
6. KEGUNAAN
a. Memberikan informasi kepada masyarakat terutama dalam
industri perminyakan bahwa ada material lain yang bisa digunakan
sebagai bahan surfaktan pada EOR Chemical Flooding.
b. Memberikan acuan atau informasi kepada peneliti
berikutnya agar dapat diteliti lebih dalam
c. Memberikan solusi dalam mengurangi pemcemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh banyaknya sisa ampas tebu yang
tidak termanfaatkan.
d. Memberi masukan kepada instansi terkait mengenai bahan
alternatif sebagai bahan surfaktan pada EOR Chemical Flooding.
7. TINJAUAN PUSTAKA
7.1 Surfaktan
hyddrophobic hydrophilic
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai
panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
Jenis surfaktan anionik yang banyak digunakan saat ini untuk Enhanced Oil
Recovery (EOR) adalah surfaktan yang berbasis petroleum.
KelemeViansurfaktanerbasis petroleum adalah menggunakan bahan baku yang
tidak dapat diperbaharui, tidak tahan pada kesadahan yang tinggi dan sulk
didegradasi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
memproduksi surfaktan meth ester sulfonat (MES) yang dibuat dari bahan nabati
yaitu meth ester Cis dari metil ester dari aucle palm oil (CPO). Surfaktan MES
dihasilkan melalui proses sulfonasi metil ester dengan agen pensulfonasi, seperti
NaHS03. Keunggulan yang dimiliki surfaktan MES dibandingkan surfaktan
berbasis petroleum yaitu bersifat terbanikan, lebih ramah lingkungan, secara alami
mudah didegradasi dan memiliki sifat deterjensi yang balk walaupun digunakan
pada air dengan tingkat kesadahan yangcukup tinggi. Surfaktan MES dengan ester
asam lemak C16 sampai C16 memiliki daya deterjensi yang paling balk.
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar
35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin
(2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu
giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula
Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik
gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas
tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak
60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar,
bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-
lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum
dimanfaatkan. (Husin, 2007).
Kandungan Kadar %
Abu 3.82
Lignin 22.09
Selulosa 37.65
Sari 1.81
Pentosa 27.97
SiO2 3.01
Proses selanjutnya yaitu merebus ampas tebu dengan larutan perebus yaitu
natrium bisulfite (NaHSO3) yang dilakukan didalam labu leher tiga dan dilakukan
dengan konsentrasi perbus yang berbeda beda. Proses ini berlansung pada kondisi
suhu 105oC, pH 4, serta pengadukan konstan selama 30 menit. Dalam proses
perebusan ini banyak faktor-faktor yang berpengaruh untuk pembentukan
lignosulfonat dengan konsentrasi yang tinggi,faktor yang berpengaruh yaitu yang
pertama ditinjau dari kecepatan reaksi ialah suhu dan pH,semakin tinggi suhu
maka kecepatan reaksi akan meningkat karena reaksi yang berlansung merupakan
reaksi endotermis yang membutuhkan panas untuk bereaksi. Yang selanjutnya
yaitu pH atau darajat keasaman,semakin rendah pH nya atau semakin asam
keadaan dalam reaksi maka laju hidrolisisnya akan semakin meningkat.
Selanjutnya faktor yang berpengaruh ialah kecepatan pengadukan yang dapat
berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Agar reaksi berjalan dengan cepat, maka
kecepatan pengadukan harus besar. Hal ini dikarenakan pengadukan dapat
memperbesar terjadinya tumbukan antar molekul zat yang bereaksi.
8. METODE PELAKSANAAN
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar
35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Ampas
tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Ampas tebu mempunyai
kandungan lignin yang cukup tinggi yaitu sekitar 19,6 % sehingga dapat dijadikan
bahan baku untuk pembuatan surfaktan. Proses pembuatan surfaktan dilakukan
dengan cara merebus ampas tebu dalam larutan NaHSO3 sehingga terjadi reaksi
sulfonasi lignin.
2. Ukuran Partikel
Ukuran partikel ampas tebu sangat bepengaruh terhadap kadar surfaktan
yang dihasilkan karena semakin kecil ukuran pertikel ampas tebu maka pemisahan
ligninnya akan semakin mudah dan akan menghasilkan molekul lignin yang
semakin banyak, sehingga memudahkan proses pelaruatan ampas tebu.
3. Pengadukan
Pada proses pengolahan ampas tebu menjadi surfaktan terdapat dua reaksi
yang terjadi yaitu reaksi hidrolisis dan reaksi sulfonasi. Reaksi hidrolisis yang
terjadi ialah proses pemecahan molekul lignin/lignosulfonat menjadi molekul
yang lebih kecil sehingga senyawa lignin ini dapat larut dalam air. Reaksi yang
selanjutnya terjadi ialah reaksi sulfonasi yaitu reaksi pembentukan senyawa
lignosulfonat dari reaksi antar ion bisulfate dengan molekul lignin. Dalam proses
ini produk yang dihasilkan berupa ligosulfonat(surfaktan) dan air. Diharapkan
dalam penelitian ini adalah produksi surfaktan (lignosulfonat) dengan kualitas
yang tinggi. Dapat dilakukan dengan mengubah variable-variabel yang
berpengaruh dalam proses ini.
9. JADWAL PENELITIAN
Minggu
I. Tahap Persiapan
c. Pengumpulan bahan
DAFTAR PUSTAKA
4. http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/surfaktan/
5. http://bioindustri.blogspot.com/2008/04/ampas-tebu.html