Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN MIOKARDITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal dengan dosen
pengajar Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.,MB)

oleh
Wahidiyatul Hasanah
NIM 172310101117
KELAS C 2017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Penyakit Dan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Miokarditis”. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ns. Jon Hafan S., M. Kep., Sp. Kep. MB selaku dosen penanggung jawab
dan dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal;
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata dengan kerendahan hati, serta kesadaran bahwa adanya kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka masukan dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jember, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB 1. KONSEP PENYAKIT ........................................................................... 1


1.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung ............................................................... 1
1.2 Definisi Miokarditis ................................................................................ 3
1.3 Epidemiologi ........................................................................................... 4
1.4 Etiologi .................................................................................................... 4
1.5 Patofisiologi ............................................................................................ 5
1.6 Klasifikasi ............................................................................................... 6
1.7 Manifestasi Klinis ................................................................................... 7
1.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 8
1.9 Komplikasi .............................................................................................. 11
1.10 Penatalaksanaan ...................................................................................... 11
1.11 Pathway ................................................................................................... 13

BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI ......... 14


2.1 Pengkajian ................................................................................................. 14
2.2 Diagnosa.................................................................................................... 17
2.3 Intervensi ................................................................................................... 18

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................ 24


3.1 Pengkajian ................................................................................................. 25
3.2 Analisa data dan masalah .......................................................................... 33
3.3 Diagnosa.................................................................................................... 36
3.4 Intervensi ................................................................................................... 37

iii
3.5 Implementasi ............................................................................................. 43
3.6 Evaluasi ..................................................................................................... 47

BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 50
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 50
3.2 Saran .......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51

iv
BAB I
KONSEP PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi Jantung

Gambar 1.1 Jantung


Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya menyerupai piramid
atau jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh, terletak
pada rongga toraks pada bagian mediastinum (rongga pada pertengahan toraks antara
paru kanan dan kiri) . Ujung jantung mengarah ke bawah, kedepan bagian kiri. Basis
jantung mengarah ke atas, ke belakang, dan sedikit ke arah kanan. Pada basis jantung
terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas, bawah dan pembuluh balik
paru (Syaifuddin, 2011).

Batas-batas jantung antara lain:

1. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
2. Kiri : ujung ventrikel kiri
3. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
4. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
5. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma
sampai apeks jantung
6. Superior : apendiks atrium kiri

1
Gambar 1.2 Lapisan Jantung

Lapisan pada jantung terdiri dari 3 diantaranya Perikardium, Miokardium, dan


Endokardium (Syaifuddin, 2011).
a. Perikardium
Lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung terletak di dalam
mediastinum minus dan terletak di belkang korpus sterni dan rawan iga II-VI.
1. Perikardium Fibrosum (viseral): bagian kantong yang membatasi jantung
terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh
darah besar, melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
2. Perikardium serosum (parietal)
Perikardium serosum terdiri dari epikardium yaitu perikardium parientalis
yang membatasi perikardium fibrosum, yang kedua adalah perikardium yang
mengandung sedikit cairan sebagai pelumas untuk mempermudah
pergerakan jantung.
b. Miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria. Susunan
miokardium diantaranya:
1. Susunan otot atria: sangat tipis dan kurang teratur, serabut-serabutnya
disusun dalam dua lapisan. Lapisan luar mencangkup kedua atria dan
lapisan dalam terdiri dari serabut-serabut berbentuk lingkaran.

2
2. Susunan otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
atrioventrikular sampai apeks jantung.
3. Susunan otot atrioventrikular merupakan dinding pemisah antara serambi
dan bilik (atrium dan ventrikel).
c. Endokardium (permukaan dalam jantung)
Merupakan dinding dalam atrium yang meliputi membran yang
mengkilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium
kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.

1.2 Definisi Miokarditis


Miokarditis adalah suatu peradangan, nekrosis, atau miositolisis pada
miokardium yang disebabkan oleh invasi langsung kuman, toksinnya atau
kompleks reaksi antigen antibodi dengan atau tanpa disertai gejala sistemik dari
suatu proses penyakit atau keterlibatan endokardium atau perikardium (Yulistin
Suchyar dan Hariyanto, 2018).
Miokarditis merupakan suatu penyakit atau keadaan yang sulit dipahami.
Walaupun umumnya beranggapan bahwa kejadian penyakit ini jarang, tetapi dari
beberapa sumber dapat dibuktikan bahwa keberadaan penyakit ini sebagian besar
diremehkan. Ini kemungkinan disebabkan sebagian kasus gejalanya berlangsung
samar-samar (subklinik) dan menahun dengan berlanjut menjadi kardiomiopati
(Yulistin Suchyar dan Hariyanto, 2018).

Gambar 1.3 Miokarditis

3
1.3 Epidemiologi.
Dalam Studi Eropa Epidemiologi dan Pengobatan inflamasi Penyakit
Jantung, 3055 pasien yang dicurigai miokarditis akut atau kronis disaring, dimana
72% memiliki dyspnea, 32% memiliki nyeri dada, dan 18% memiliki aritmia.
Tingkat insiden untuk pemuda memiliki tingkat kejadian yang relatif lebih tinggi.
Sebuah studi oleh Kytomengevaluasi 3274 rumah sakit Finlandia, menunjukkan
bahwa perawatan kasus myocarditis secara signifikan lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada kelompok kontrol perempuan. Untuk pasien wanita dengan
miokarditis sering menampilkan penyakit yang lebih parah (memburuk takikardia
ventrikel, fibrilasi ventrikel, dan resusitasi rumit miokarditis) pada usia yang lebih
tua. Sebaliknya, neonatus dan anak-anak menunjukkan miokarditis lebih
fulminan dan biasanya lebih rentan terhadap patogenesis virus-induced
miokarditis daripada orang dewasa. Kebanyakan penelitian miokarditis akut,
prevalensi yang lebih besar terjadi pada pasien laki-laki, hal ini karena perempuan
memiliki efek perlindungan dari pengaruh hormonal alami pada respon imun
yang tidak dimiliki oleh laki-laki. (Fung dkk., 2016).

1.4 Etiologi
Penyebab miokarditis akut dapat dipisahkan menjadi infeksi dan non-infeksi.
Dalam 50% kasus, tidak ada penyebab dapat diidentifikasi karenanya,
miokarditis umumnya idiopatik. Pada pasien dengan penyebab diidentifikasi,
etiologi yang paling sering terlibat adalah virus (mirip dengan pericarditis).
Kasus karena penyalahgunaan kokain juga telah dilaporkan dalam literature(Al-
Akchar; dan Kiel., 2018). Selain itu, banyak penyebab lainnya diantaranya
(Subiksha, 2014):
1. Virus
(adenovirus, parvovirus B19, virus coxsackie, HIV, enterovirus, virus rubella,
virus polio, cytomegalovirus, virus herpes manusia 6 dan mungkin hepatitis
C)

4
2. Protozoa (Trypanosoma cruzi menyebabkan penyakit Chagas dan Toxoplasma
gondii)
3. Bakteri (Brucella, Corynebacterium diphtheriae, gonokokus, Haemophilus
influenzae, Actinomyces, Tropheryma whipplei, Vibrio cholerae, Borrelia
burgdorferi, leptospirosis, dan Rickettsia) jamur (Aspergillus)
4. Parasit
(ascaris, Echinococcus granulosus, Paragonimus westermani, Schistosoma,
Taenia solium, Trichinella spiralis, larva migrans viseral, dan Wuchereria
bancrofti) miokarditis bakteri jarang pada pasien tanpa immunodeficiency.
5. Racun
Obat-obatan (etanol, anthracyclines dan beberapa bentuk lain dari kemoterapi,
dan antipsikotik, misalnya clozapine, juga beberapa obat desainer seperti
mephedrone)
6. Imunologi
Alergi (acetazolamide, amitriptyline) Penolakan setelah transplantasi jantung.
Autoantigen (skleroderma, sistemik lupus erythematosis, sarkoidosis,
vaskulitis sistemik seperti sindrom Churg-Strauss, dan granulomatosis
Wegener) Racun (arsenik, beracun shock syndrome toxin, karbon monoksida,
atau bisa ular) Logam berat (tembaga atau besi)
7. Agen fisik
8. sengatan listrik, hiperpireksia, dan radiasi

1.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar dari kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius
antara lain (Muttaqin, 2014):
1. Invasi langsung ke miokard
2. Proses Imunologis terhadap miokard
3. Mengeluarkan toksin yang merusak miokard
Proses miokarditis terdiri dari dua tahap, yang pertama yaitu akut, dimana
terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus, dan lisis sel. Kemudian terbentuk

5
neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya
dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Tahap kedua yaitu, miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan
sistem imun akan diaktifkan, yaitu dengan terbentuknya antibodi terhadap
miokard, akibat permukaan sel yang terpajan oleh virus. Tahap ini berlangsung
selama beberapa minggu sampai beberap bulan dan diikuti dengan kerusakan
miokardium dari yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus juga memjadi penyebab miokarditis dengan merusak sel-sel
endotel. Terbentuknya antibodi endotel sebagai penyebab spasme mikrovaskular,
walaupun etiologi kelainan mikrovaskular belum pasti, namun sangat mungkin
berasal dari respon imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang berulang antara obstruksi
dan reperfusi mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot
jantung secara fokal, sehingga menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi
jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini menyebabkan
habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payahnya
jantung (Muttaqin, 2014).

1.6 Klasifikasi (Maisch dan Alter, 2018)


Miokarditis Kronis
Tipe Klinis Miokarditis Fulminan Miokarditis Akut
aktif
Sindroma Mengancam nyawa / Sindrom dinding dada Gagal jantung kronis:
gagal jantung dan akut atau onset akut efusi perikardial 10%,
mengganggu irama gagal jantung: efusi dan angina
jantung perikardial 10%, dan
angina
Kriteria Dalam infiltasi Aktif dan sering miokarditis Borderline
(miokarditis aktif atau berfokus pada ( inflamatori pada
sel raksasa) dan miokarditis limfositik miokardium tanpa

6
nekrosis nekrosis)
Imunohistologi Immunoglobulin IgM Immunoglobulin Immunoglobulin (IgG)
(IgM, IgA dan IgG)
PCR mikroba Negatif dalam sel Negatif di autoreaktif Negatif di autoreaktif
patogen raksasa atau limfositik miokarditis, limfositik miokarditis,
miokarditis positif hingga positif hingga sepertiga
autoreaktif, positif sepertiga dari kasus dari kasus
hingga sepertiga dari
kasus
Pengobatan 1. Imunosupresi di 1. Imunosupresi di 1. Imunosupresi di
PCR-negatif kasus PCR-negatif kasus PCR-negatif kasus
2. Dalam biopsi virus- 2. Dalam biopsi virus- 2. Dalam IVIG
positif; IVIG, positif; IVIG, miokarditis virus
3. Pada semua pasien: 3. Pada semua pasien: atau IFN di uji coba
membantu membantu terkontrol
perangkat dan perangkat dan ICD, 3. Pada semua pasien:
ICD, jika jika diindikasikan; ICD profilaksis,
diindikasikan; pengobatan gagal ketika EF
pengobatan gagal jantung.
jantung.

1.7 Manifestasi Klinis


Tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan miokarditis bervariasi,
baik yang disebabkan oleh peradangan miokardium itu sendiri atau peradangan
sekunder akibat kelemahan otot jantung. Tanda dan gejala miokarditis antara lain
adalah (Subiksha, 2014):
1. Nyeri dada (seperti menusuk-nusuk)
2. Gagal jantung kongestif
menyebabkan edema, sesak napas dan kemacetan hati
3. Palpitasi karena aritmia

7
4. Kematian mendadak
Miokaditis merupakan penyebab 20% kematia mendadak pada orang dewasa
muda
5. Demam
6. Gejala rematik pada bayi dan balita cenderung lebih spesifik yaitu kurang
nafsu makan, sakit perut, dan/ atau batuk kronis. Tahap selanjutnya dari
penyakit akan muncul gejala pernapasan dengan peningkatan kerja
pernapasan, dan sering dianggap sebagai asma.

1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik pada Miokarditis diantaranya adalah:
1. Uji darah
CK-MB meningkat pada l2% pasien; peningkatan enzim hati, ESR, LDH dan
jumlah leukosit (Starry Homenta, 2014)
2. Foto Rontgen toraks
ringan sampai sedang kardiomegali dengan tahapan kongestif vena (Starry
Homenta, 2014)
3. EKG
Salah satu pemeriksaan untuk membedakan antara pasien dengan infark
miokard akut atau miokarditis adalah dengan mendapatkan EKG.
Electrocardiograms digunakan sebagai stratifikasi risiko dan alat screening
awal, namun memberikan nilai diagnostik yang lemah. Dalam kasus
myocarditis akut, electrocardiograms menunjukkan takikardia sinus. Secara
umum, perubahan electrocardiograms menunjukkan tanda-tanda infark
miokard dengan elevasi ST-segmen (Fung dkk., 2016).
4. Echocardiography
Echocardiography adalah alat pengukuran yang berguna dalam penilaian
diagnostik miokarditis dan untuk menyingkirkan penyebab lain dari gagal
jantung. Echocardiography menyelidiki ukuran ruang jantung, ketebalan
dinding, dan sistolik dan diastolik fungsi, dan tidak memberikan bukti

8
langsung dari myocarditis. Namun, pasien dengan miokarditis fulminan sering
kekurangan dilatasi jantung dan menunjukkan peningkatan ketebalan septum,
sedangkan pasien dengan miokarditis akut mungkin menunjukkan ventrikel
bola berbentuk yang remodels ke bentuk yang lebih elips selama periode
beberapa bulan dengan ketebalan dinding normal. Selain itu, pasien dengan
miokarditis fulminan menunjukkan pemulihan yang cukup besar dalam fungsi
ventrikel oleh 6 bulan bila dibandingkan dengan pasien dengan miokarditis
akut (Fung dkk., 2016).
5. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (cMRI)
Metode yang unggul dalam mendiagnosis miokarditis karena peningkatan
perbedaan dalam intensitas sinyal antara daerah miokard dengan dan tanpa
gadolinium-diethylenetriaminepentacetate. Selain itu, sensitivitas cMRI dan
spesifisitas setinggi 100% dan 90%, masing-masing. Pada pasien dengan
miokarditis akut, bidang peningkatan kontras sering berada di dinding lateral
yang berasal dari kuartil epicardial, bahkan jika cedera miokard disebabkan
oleh infeksi virus (Fung dkk., 2016).
6. Biopsi Endomyocardial
Biopsi Endomyocardial mengkonfirmasi diagnosis miokarditis dan
mengidentifikasi etiologi yang mendasari dan jenis peradangan (sel raksasa,
miokarditis eosinofilik, sarkoidosis) yang menunjukkan berbagai perawatan
dan prognosis yang berbeda. EMB juga merupakan dasar untuk penekanan
kekebalan dan pengobatan antivirus yang aman (negatif infeksi). Jika EMB
dilakukan oleh tim yang berpengalaman, maka tingkat komplikasinya akan
rendah (Fung dkk., 2016).

9
1.9 Komplikasi
a. Kardiomiopati kongestif/dilated.
b. Payah jantung kongestif.
c. Efusi perikardial.
d. AV block total.
e. Trombi Kardiac
1.10 Penatalaksanaan
Secara umum, pengobatan miokarditis akut atau kronis ditujukan untuk
meningkatkan hemodinamik jantung pada gagal jantung, serta memberikan terapi
suportif, dengan harapan memperpanjang kelangsungan hidup. Pengobatan gagal
jantung diantaranya adalah:
1. Farmakologi (Tang, 2016)
Obat-obatan yang digunakan dalam pengelolaan miokarditis meliputi:
a. Vasodilator misalnya nitrogliserin, natrium nitroprussid
b. Angiotensin-converting enzyme inhibitor misalnya enalapril
c. Diuretik misalnya Furosemide
d. Antikoagulasi mungkin disarankan sebagai tindakan pencegahan, seperti pada
penyebab lain gagal jantung, walaupun tidak ada bukti pasti yang tersedia.
e. Antiaritmik dapat digunakan dengan hati-hati, meskipun sebagian besar obat
antiaritmia memiliki efek inotropik negatif yang dapat memperburuk gagal
jantung (Aritmia supraventrikular harus dikonversi secara elektrik). Ektopi
ventrikel bermutu tinggi dan takiaritmia ventrikel harus dirawat dengan hati-
hati dengan penghambat beta dan antiaritmia.
f. Obat-obatan inotropik misalnya, dobutamin, milrinone, mungkin diperlukan
untuk dekompensasi berat, walaupun sangat aritmogenik. Pengobatan jangka
panjang mengikuti rejimen medis yang sama, termasuk inhibitor enzim
pengubah angiotensin, beta blocker, dan antagonis reseptor aldosteron.
Namun, dalam beberapa kasus, beberapa obat ini tidak dapat
diimplementasikan pada awalnya karena ketidakstabilan hemodinamik.
2. Nonfarmakoterapi (Tang, 2016)

11
Perawatan suportif pada pasien dengan miokarditis meliputi:
a. Pemantauan hemodinamik dan jantung
b. Administrasi oksigen tambahan
c. Manajemen cairan
d. Pengobatan suportif dengan istirahat tidur, oksigen, dan anti-piretik (Starry
Homenta, 2014)
3. Opsi bedah (Tang, 2016)
Transplantasi jantung

12
1.11 Pathway

Invasi mikroorganisme

Inflamasi miokarditis Hipotermia


Penipisan Trofi dan
Hipertrofi miosit
Fibrosis

Katidakstabilan TD
Kontraksi Jantung
menururn
Gangguan perfusi
Jaringan Perifer

Kurangnya Aliran darah ke


CO menurun
Informasi jantung terganggu
proses penyait
Penurunan oksigen ke
Brain Aliran darah arteri
jaringan
Ansietas koronari menurun
Bone
Kompensasi Sel kekurangan
Pulmonal Iskemia Jaringan
nutrisi dan oksigen

Peningkatan Metabolisme Nyeri dada


Frekuensi anaerob posisional
Napas
Blood
Asam Laktat Nyeri pada Nyeri Akut
Pola Napas
meningkat malam/ pada
Tidak efektif
posisi tertentu

Intoleransi
Aktivitas Gangguan
Pola Tidur

13
BAB 2. KONSEP ASUHAN KERAWATAN

2.1 Pengkajian Berdasarkan Teori (Ritter, 2010)


A. Data Dasar
1. Identitas Klien
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan Utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. Keluhan
utama pada penderita miokarditis yaitu nyeri dada, dispnea saat istirahat,
dispnea saat aktivitas, dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kasus miokarditis, pasien bisanya memiliki riwayat infeksi
mikroorganisme seperti trypanozoma cruzi, virus coxsackie, enterovirus, dan
lain sebagainya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada pasien miokarditis, tidak ada riwayat penyakit keluarga, namun
pengkajian pada keluarga mungkin didapatkan riwayat menderita penyakit
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza, adenovirus, kokssakie
dan sebagainya.
5. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif yang biasa dikeluhkan oleh
penerita myocarditis adalah sesak nafas, nyeri dada yang hilang ketika posisi
setengah duduk, kelemahan, dan lain sebagainya.

14
6. Data Objektif
Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, data yang biasa
diperoleh pada pasien myocarditis suhu tubuh meningkat, leukositosis, CK-
MB dan troponon I meningkat, CRP meningkat, peningkatan frekuensi nafas,
hasil positif pemeriksaan mikroorganisme, dan lain sebagainya.
B. Pengkajian Pola (Ritter, 2010)
Pengkajian pola pada pasien miokarditis meliputi:
1. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : Kelelahan, kelemahan.
b. Tanda : Takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah
jantung, palpitasi, dan jatuh pingsan.
b. Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan titik impuls maksimal,
kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4),
edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi
Janeway.
3. Eleminasi
a. Gejala : Riwayat penyakit ginjalataugagal ginjal, penurunan frekuensi atau
jumlah urine.
b. Tanda : Urin pekat gelap.
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Gejala : Nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat atau tajam)
diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.
b. Tanda : Perilaku distraksi, misalnya gelisah.
5. Pernapasan
a. Gejala : Napas pendek, napas pendek kronis memburuk pada malam hari
(miokarditis).
b. Tanda : Dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal), batuk, inspirasi
mengi, takipnea, krekels, dan ronkhi, pernapasan dangkal.

15
6. Keamanan
a. Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis, trauma dada,
penyakit keganasan atau iradiasi thorakal, dalam penanganan gigi,
pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI atau GU), penurunan
system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
b. Tanda : Demam.
C. Pemeriksaan Fisik (Ritter, 2010)
1. Kesadaran
Kesadaran pasien miokarditis adalah compos mentis
2. Tanda – Tanda Vital
Pada klien miokarditis biasanya didapatkan peningkatan suhu, peningkatan
denyut nadi (takikardia), tekanan darah menurun, dan peningkatan frekuensi
napas
3. Sistem Pernafasan
Dispnea saat istirahat, dispnea saat aktivitas, dispnea nokturnal paroksismal,
ortopnea
4. Sistem Kardiovaskuler
Gejala gagal jantung, Peningkatan tekanan vena jugularis, Pulsus alternans
(gagal jantung ekstrame), penurunan S1 (penurunan kontraktilitas), S3 gallop,
Murmur: regurgitasi mitral atau trikuspid (jika dilatasi ventrikel).
5. Sistem Persarafan
Tidak ada gangguan pada miokarditis
6. Sistem Perkemihan
Penurunan jumlah/frekuensi urine
7. Sistem Pencernaan
sakit perut, mual, muntah, diare, anoreksia, tidak nafsu makan dan penurunan
berat badan
8. Sistem Integumen
Ruam pruritus (makulopapular): reaksi obat
9. Sistem Muskoloskeletal

16
Artralgia, dan mialgia hingga 6 minggu sebelum gejala jelas dari kegagalan
muncul, namun terdapat kelemahan otot saat aktivitas.
10. Sistem Endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin.
11. Sistem Penginderaan
Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada klien miokarditis. Indra
pengecap normal.
D. Pemeriksaan Diagnostik (Ritter, 2010)
1. Laboratorium
a. CBC: Leukositosis ringan hingga sedang
b. Laju sedimentasi eritrosit: meningkat
c. Titer untuk rickettsia, virus, jamur
2. Radiologis
a. Normal atau terjadi kemacetan paru
b. kardiomegali
3. EKG
a. Sinus takikardia
b. Segmen ST meningkat, gelombang T terbalik, ST tidak spesifik, perubahan
gelombang T
c. Interval QTc diperpanjang
d. Perubahan gelombang T dapat berlangsung berminggu-minggu atau
berbulan-bulan (dengan miokarditis berat)
e. Aritmia terlihat pada sepertiga pasien
4. Ekokardiografi
Hipokontraktilitas difus, Efikasi periktial, Disfungsi katup, Trombi ventrikel
4.1 Diagnosa yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan miokarditis
diantaranya (Ritter, 2010):
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Pola Napas

17
3. Hipotermi
4. Nyeri Akut
5. Intoleransi Aktivitas
6. Gangguan Pola Tidur
7. Ansietas
7.1 Intervensi (PPNI, 2017)
Pada klien miokarditis ditemukandiagnosa keperawatan dengan intervensi dan
rasional sebagai berikut:
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan Kriteria Hasil
1 Perfusi Tujuan: I. 02079 Perawatan
Perifer Tidak Setelah Sirkulasi
Efektif dilakukan 1. Periksa sirkulasi 1. Untuk mengetahui kondisi
tindakan perifer misalnya sirkulasi perifer sehingga
keperawatan nadi perifer, edema, memudahkan
selama 2x24 pengisian kapiler, pengambilan tindakan
jam perfusi warna, dan suhu. perawatan
perifer 2. Lakukan 2. Agar pasien aman dan
meningkat pencegahan infeksi terhindar dari infeksi
KH: akibat perkembangan
1. Denyut penyakit yang dialaminya
nadi 3. Lakukan hidrasi 3. Asupan cairan yang cukup
perifer mempertahankan tekanan
meningkat pengisian yang memadai
2. Warna dan mengoptimalkan
kulit pucat curah jantung yang
menurun dibutuhkan untuk perfusi
3. Pengisian jaringan
kapiler 4. Informasikan tanda 4. Untuk menjegah kejadian

18
membaik dan gejala darurat yang menimbulkan
yang harus bahaya bagi pasien
dilaporkan
2 Pola Napas Tujuan: I. 01011 Manajemen 1. Memonitor pola napas
tidak efektif Setelah Jalan Napas dapat mengetahui
dilakukan 1. Monitor pola napas tingkatan pola napas
tindakan (frekuensi, pasien, sehingga dapat
keperawatan kedalaman, usaha menentukan tindakan
selama 1x24 napas) yang akan dilakukan
jam pola napas 2. Monitor bunyi napas 2. Untuk menentukan apakah
membaik tambahan ada napas tambahan atau
KH: tidak pada pasien
1. dispnea 3. Posisikan semi 3. Pengaturan posisi sangat
menurun fowler atau fowler menentukan pola napas
2. frekuensi pasien, posisi semi fowler
napas atau fowler dapat
membaik menurunkan sesak napas
3. penggunaan pasien
otot bantu 4. Berikan oksigen, 4. Oksigen mengurangi
napas jika perlu sesak napas yang dialami
menurun pasien

19
3. Hipertermi Tujuan: I. 14578 Regulasi
Setelah Temperatur
dilakukan 1. Monitor tekanan 1. Dapat membantu
tindakan darah, frekuensi pemilihan tindakan yang
keperawatan pernapasan dan nadi tepat.
1x24 jam 2. Gunakan kasur 2. Untuk membuat pasien
termoregulasi pendingin, water lebih nyaman dan dapat
membaik. sirculating blanket,ice mengurangi demam
KH: pack dan intravascular pasien
1. Suhu cooling catherization
tubuh untuk menurunkan suhu
membaik tubuh
2. Suhu kulit 3. Tingkatkan asupan 3. untuk menjaga pasien
membaik cairan dan nutrisi agar tidak dehidrasi
3. Kulit adekuat
merah 4. kolaborasi pemberian 4. Agar pasien mendapatkan
menurun antiperetik, jika perlu pengobatan yang tepat
sehingga suhu tubuh
cepat turun.
4 Nyeri Akut Tujuan: I.08238 Manajemen
Setelah Nyeri
dilakukan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengevaluasi kualitas dan
asuhan karakteristik, durasi, instensitas nyeri untuk
keperawatan frekuensi, kualitas, menetukan perawatan
selama 2x24 intensitas nyeri yang tepat
jam perfusi 2. berikan teknik 2. Pemberian terapi
miokard nonfarmakologi untuk nonfarmakologi efektif
meningkat mengurangi rasa nyeri dalam penurunan nyeri
KH: seperti TENS, terapi

20
1. Gambaran pijat, hipnosis
EKG aritmia 3. Jelaskan penyebab, 3. Pengetahuan pasien
meningkaat periode, dan pemicu terhadap nyeri yang
2. Nyeri dada nyeri dialami dapat menurunkan
meningkat kecemasan, sehingga nyeri
3. Takikardi tidak bertambah
membaik 4. Kolaborasi 4. Analgetik yang tepat dapat
pemberian analgetik mengurangi nyeri secara
efektif
5. Intoleransi Tujuan: I.02008 Manajemen 1. Untuk menentukan fungsi
Aktivitas Setelah Energi tubuh yang menjadi
dilakukan 1. Identifikasi gangguan penyebab keelelahan
asuhan fungsi tubuh yang sehingga perawatan bisa
keperawatan mengakibatkan terfkus
selama 2x24 kelelahan
jam curah 2. lakukan latihan 2. Untuk melatih peregangan
jatung rentang gerak pasif otot pasien
meningkat dan/atau aktif
3. Untuk mengurangi energi
meningkat 3. Anjurkan tirah baring
yang digunakan klien,
KH:
sehingga kelemahan tidak
1. Kekuatan
meningkat
nadi perifer
4. Untuk mendapatkan gizi
meningkat 4. Kolaborasi dengan
sesuai dengan kebutuhan
2. Palpitasi ahli gizi tentang cara
klien untuk meningkatkan
menurun meningkatkan asupan
energi.
3. Tekanan makanan.
darah
membaik
6. Gangguan Tujuan: I.05174 Dukungan 1. Untuk menentukan

21
Pola Tidur Setelah Tidur penyebab hal yang
dilakukan 1. Identifikasi faktor menggagu tidur, sehingga
asuhan pengganggu tidur tindakan pencegahan
keperawatan dapat dilakukan
selama 2x24 2. Lakukan prosedur 2. Untuk membuat pasien
jam Pola tidur untuk meningkatkan nyamn sehingga pola tidur
membaik kenyamanan misalnya pasien membaik
KH: pijat dan pengaturan
1. Keluhan posisi
sulit tidur 3. ajarkan relaksasi otot 3. Untuk membuat pasien
menurun autogenik atau cara lebih nyaman dan tenang,
2. Keluhan nofarmakologi lainnya sehingga mudah untuk
sering tertidur
terjaga 4. modifikasi 4. Untuk meningkatkan
menurun lingkungan misalnya kenyamanan di tempat
3. Keluhan matras dan tempat tidur tidur
istirahat
tidak
cukup
menurun

7. Ansietas Tujuan: I.09314 Reduksi


Setelah Ansietas
dilakukan 1. Identifikasi saat 1. Untuk mengukur tingkat
asuhan tingkat ansietas berubah kecemasan klien
keperawatan 2. Dengarkan dengan 2. Untuk mengurangi
selama 2x24 penuh perhatian kecemasan pada klien dan
tingkat dapat mengetahui apa
ansietas yang menyebabkan klien
menurun cemas

22
KH: 3.Diskusikan 3. Untuk membuat pasien
1. Verbalisasi perencanaan realistis mengetahui keadaan yang
khawatir tentang peristiwa yang akan terjadi, sehingga
akibat akan datang pasien tidak merasa cemas
kondisi di kemudian hari
yang 4. Kolaborasi 4. Agar pasien mendapatkan
dihadapi pemberian obat obat yang sesuai dengan
menurun ansietas, jika perlu kebutuhan sehingga dapat
2. Perilaku mengurangi rasa
gelisah cemasnya.
menurun
3. Perilaku
tegang
menurun
4. Nyeri dada
meningkat
Takikardi
membaik

23
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Pada satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kelemahan dan
demam yaitu 38,4˚C. Ia juga mengeluh nyeri di dadanya dan sesak napas.
Berdasarkan anamnesis, tiga bulan yang lalu pasien mengalami penyakit pernapasan,
dan menurut penjelasan dokter, penyakit ini disebabkan oleh adenovirus. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukkan segmen ST pada sadapan II, III dan aVF meningkat
sehingga menunjukkan iskemia miokard (gambar 3.1) dan peningkatan troponin I
sehingga diagnosis sementara adalah infark miokard akut. Namun pasien segera
menjalani angiografi koroner yang menunjukkan arteri koroner apikardial normal
(gambar 3.2) yang bertentangan dengan diagnosis infark miokard. Kemudian muncul
bintik-bintik merah kecil yang tersebar di kakinya, dan ruam semakin meluas ke
lengan dan kakinya 2 hari kemudian. Rontgen dada menunjukkan ukuran jantung
membesar. Diagnosis miokarditis dikonfirmasi oleh manifestasi klinis ruam pada
lengan dan kaki, arteri koroner normal dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan
bahwa tekanan darahnya 90/70 mmHg, suhu 38,4˚C, Frekuensi nadi 110 x / menit.
Bunyi jantung pertama dan kedua normal tanpa bunyi bising, atau kencang.
3.1. Riwayat Kesehatan
1) Data Dasar
a. Identifikasi Klien
Nama : Tn. X
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
No. Register : 009983
Ruang : Ruang Sakura
Tanggal/Jam MRS : 1 November 2019 (Jam 07.00)
Tanggal Pengkajian: 3 November 2019
Diagnosa Medis : Miokarditis

24
b. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan nyeri pada dada dan sesak napas
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kelemahan
dan demam yaitu 38,4˚C. Ia juga mengeluh nyeri di dadanya dan sesak
napas. Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan iskemia miokard dan
peningkatan troponin I sehingga diagnosis sementara adalah infark miokard
akut. Pada pemeriksaan angiografi koroner menunjukkan arteri koroner
apikardial normal. Kemudian muncul bintik-bintik merah kecil yang
tersebar di kakinya, dan ruam semakin meluas ke lengan dan kakinya 2 hari
kemudian. Rontgen dada menunjukkan ukuran jantung membesar.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi atau diabetes dan tidak
pernah merokok atau minum alkohol, namun berdasarkan anamnesis, tiga
bulan yang lalu pasien mengalami penyakit pernapasan, dan menurut
penjelasan dokter, penyakit ini disebabkan oleh adenovirus.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi, diabetes atau riwayat
keluarga dengan penyakit jantung.
3.2. Pengkajian
1) Pengkajian Fungsional Kesehatan (Pola Fungsional Gordon)
NO Pola Gordon Komponen Pengkajian
1 Pola persepsi dan Pasien dan keluarga menganggap bahwa sakit merupakan hal
pemeliharaan yang harus dihadapi. Apabila terdapat salah satu anggota
kesehatan keluarga yang sakit maka segera dibawa ke puskesmas terdekat.
2 Pola nutrisi dan Sebelum masuk rumah sakit:
metabolisme TB : 170 cm
BB : 60 kg
IMT : 20,7

25
Makan : makan 3x sehari, minum 6-7 gelas/hari
Setelah masuk rumah sakit:
BB : 58 kg
IMT : 20
Makan : 2 x sehari, porsi 300 ml diet lunak, minum air putih 2-3
gelas/hari.
Status gizi : memerlukaan bantuan – oral
3 Pola eliminasi Pola eliminasi urine klien yang dikaji oleh perawat meliputi :
a. Frekuensi : 400 cc/24 jam
b. Warna : normal
c. Bau : khas amoniak
d. alat bantu :-
e. Kemandirian : dibantu keluarga
BAB : konsistensi lunak dan tidak ada kesulitan.
4 Pola aktivitas dan Sebelum masuk rumah sakit:
latihan Sebelum masuk rumah sakit pasien melakukan aktivitasnya
secara mandiri
Setelah masuk rumah sakit :
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan/ minum v
Toileting v
Berpakaian v
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah v
Ambulasi v
Ket: 0; tergantung total, 1; dibantu petugas dan alat, 2 ; di bantu
petugas/keluarga 3: dibantu alat, 4; mandiri
Saat masuk rumah sakit, pasien makan dan minum, toileting

26
berpakaian, berpindah, ambulasi dibantu keluarga dan mobilitas
di tempat tidur secara mandiri.
5 Pola tidur dan Sebelum sakit :
istirahat ± 6-7 jam sehari pada malam hari
Setelah sakit :
± 3-4 jam di malam hari dan ±1 jam di siang hari
Gangguan tidur :
Pasien sering terbangun karena nyeri pada dadanya dan sulit
tidur karena sesak napasnya
Keadaan bangun tidur :
Pasien merasa lesu saat bangun tidur
6 Pola Kognitif dan Pasien tidak mengalami gangguan ingatan (demensia), ingatanya
perseptual masih baik ditandai dengan pasien masih hafal nama keluarga,
riwayat penyakit.
Fungsi dan keadaan indera:
Pasien tidak mengalami gangguan indra pengelihatan,
penciuman, pendengaran,pengecap dan perabaan.
Interpretasi:
Pola kognitif dan perseptual pasien tidak mengalami gangguan
7 Pola persepsi diri Gambaran diri :
dan konsep diri Pasien mengatakan penyakit yang dideritanya adalah ujian yang
harus dihadapi karena dibaliknya pasti sudah ada hikmah dari
yang Maha Kuasa
Identitas diri :
Pasien mengatakan baik baik saja saat menjalankan identitasnya
sebagai seorang ayah dan suami
Peran diri :
Pasien mengatakan sedikit khawatir dengan kebutuhan anak dan
istrinya saat ia cuti bekerja namun keluarga memberikan support

27
bahwa tidak ada masalah.
Interpretasi:
Peran pasien sebagai kepala kelarga sedikit terganggu karena ia
harus cuti bekerja selama sakit
8 Pola peran dan Pekerjaan : Karyawan pabrik
hubungan Anggota keluarga : istri dan 3 anak
Peran di keluarga : kepala keluarga
Menerima dan mengikuti perawatan : pasien sanggup menjalani
proses pengobatan
Interprestasi:
Tidak ada gangguan pada pola peran dan hubungan
9 Pola seksualitas Memiliki 3 anak, hubungan dengan istri dan keluarga baik
dan reproduksi
10 Pola toleransi Keluarga mengatakan pada saat dadanya terasa nyeri yang hebat,
coping- stress pasien segera meminta dirinya untuk dibawa ke rumah sakit.
11 Pola tata nilai dan Pasien melakukan ibadah dengan rajin meskipun sedikit
kepercayaan terganggu dengan rasa nyerinya.

2) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Berat badan : Sebelum sakit : 60 kg dan BB saat sakit : 58 kg
- Tinggi badan : 170 cm
b. Kesadaran : composmetis
c. Tanda-tanda vital
- Frekuensi nadi : 110 x / menit, irama ireguler, pulsasi +1
- Tekanan darah : 90/70 mmHg
- Suhu : 38,4˚C
- Frekuensi napas (RR) : 32 x / menit

28
3) Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala
Inspeksi :Tidak ada kelainan bentuk, sebaran rambut merata
Distribusi : Normal
Palpasi : Halus, tidak ada nyeri tekan
Warna Rambut : Hitam
Kulit kepala : Bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi
Keadaan rambut : Berminyak
Tekstur : Tidak halus dan tidak kasar
b. Mata
Inspeksi (Kesejajaran) : Normal
Palpepra : terdapat lingkar hitam
Sclera : Tidak ikterus
Conjungtiva : Anemis (-)
Reaksi pupil thd cahaya : Sensitifitas tinggi hingga timbul nyeri
Keadaan mata : Bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
c. Hidung
Inspeksi : Simetris
Warna kulit : Sawo matang
Pembengkakan : Tidak
Mukosa : Lembab
Perdarahan : Tidak
Keadaan Hidung : terdapat sekret kental
d. Mulut
Inspeksi :
a. Mulut simetris
b. Lidah simetris
c. Mukosa lembab
d. Gusi normal, tidak berdarah

29
e. Telinga
Inspeksi : Normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Keadaan telinga : Bersih
f. Dada: Paru-paru
I : Simetris, perkembangan dada kanan kiri sama
P : Vokal fremitus kanan kiri normal
P : Dullness
A : Bunyi vesikuler, tidak ada hambatan
g. Jantung
I : - Tidak ada deformitas
- Tidak ad lesi
- nampak kardiomegali
P : - hipertrofi ventrikeel kiri
- Apeks bergeser ke kiri bawah
P : Suara redup
A : - Bunyi jantung pertama (S1) dan S2 normal tanpa
bunyi bising, atau kencang,
- S3 Gallop
h. Integumen
I : Terdapat sianosis pada jari tangan
P : CRT 4 detik
i. Abdomen
I : Bentuk simetris tidak ada asites
A : Peristaltik usus 10 x/menit
P : Timpani kuadran 1, 2, 3, 4
P : Tidak ada nyeri tekan
j. Gastrointestinal
Pasien tidak mengalami mual dan muntah

30
k. Ekstremitas
I : Akral dingin, terdapat ruam dan bintik-bintik merah kecil
yang muncul di kaki.
P : Tidak ada nyeri tekan
l. Urogenital
I : Warna urin kuning jernih, volume urin 1.200 cc/ hari.
m. Anus
Tidak ada iritasi
n. Punggung
I : Tidak ada bekas operasi, kulit warna sawo matang, tidak ada
lesi.
P : tidak ada nyeri tekan

o. Peritoneal
Perut pasien tidak membesar, tidak ada mual dan muntah
4) Pemeriksaan Penunjang (Zhang dkk., 2015)
a. Tes Laboratorium
Tes Nilai Normal
Leukosit 11 x 109 4-10x 109
Neutrofil 68,1 % 50-70%
Hemoglobin 149 g/l 110-160 g/l
Trigliserida 1.06 mmol/l 0,30-1,80 mmol/l
Total kolesterol 3,45 mmol/l 3,40-6,50 mmol/l
CK-MB 31,4 ng/ml 0-3,7 ng/ml
MYO1 59,5 ng/ml 0-73 ng/ml
Troponin 1 0.295 ng/ml <0.1 ng/ml
BNP 15,2 pg/ml 0,0-100,0 pg/ml
ESR 11 mm/h 2-20 mm/h
ASO 62 IU/ml 0-200 IU/ml

31
U &E/LFT Normal
RF Negative
PPD Negative

b. Elektrokardiogram (EKG)

Gambar 3.1 segmen ST pada sadapan II, III dan aVF pada elektrokardiogram (EKG)
c. Pemeriksaan angiografi koroner

Gambar 3.2 Angiografi koronen menunjukkan arteri koroner epikardial normal

32
d. Myokarditis

5) Terapi
a. Non farmakologis :
Aktivitas fisik harus dihindari, karena olahraga dapat meningkatkan
replikasi virus dan menambah beban pada jantung
b. Farmakologis :
1. Obat antivirus (asiklovir; 0,4 g, 3 kali / hari)
2. Obat untuk meningkatkan metabolisme jantung (trimetazidine; 20
mg, 3 kali / hari)

1.1 Analisa Data dan Masalah


No Analisa Data Etiologi Masalah Paraf
1. DS : Inflamasi Miokard Pola napas tidak Ns.
Pasien mengatakan efektif Yatul
sesak napas Kontraktilitas
DO :
Jantung Gagal
µ
1. Frekuensi napas 32
Aliran Darah
x / menit
Terganggu
2. Fase ekspirasi
memanjang
Kongesti
3. Bentuk dada burrel Pulmonali

33
chest

Pengembangan
Paru Tidak Optimal

Sesak Napas

2 DS : Reaksi Inflamaasi Perfusi Perifer Tidak Ns.


- Efektif Yatul
DO :
1. CRT 4 detik
Fase lanjut:
miokard diinfiltrasi µ
2. Akral teraba dingin sel-sel radang
3. Frekuensi nadi 110
x / menit Penebalan dan
pembengkakan
4. TD 90/70
miokard

Kontraktilitas
jantung menurun

Penurunan curah
jantung

Sirkulasi darah
turun dan
mengganggu
metabolisme

3 DS : Inflamasi miokard Hipertermia Ns.


- Yatul
DO : Akumulasi
1. Suhu tubuh
monosit, makrofag,
sel T helper dan µ
38,4 0 C fibroblas
2. Frekuensi nadi

34
110 x / menit Merangsang saraf
vagus
3. Pola napas 32
x/ menit
Sinyal mencapai
sistem saraf pusat

Merangsang
hipotalamus
meningkatkan titik
patokan suhu (sel
point)

Meningkatkan suhu
basal

4. DS : Inflamasi Miokard Nyeri akut Ns.


Pasien mengeluhkan Yatul
nyeri di bagian dada
DO :
Aliran darah ke
jantung terganggu µ
1. Klien tampak
gelisah Aliran darah ke
arteri oronari
2. Frekuensi nadi
menurun
110 x / menit
3. Pola napas 32
Iskemia
x/ menit
5. DS : Inflamasi Miokard Intoleransi Aktivitas Ns.
Pasien merasa lemah Yatul
DO :
1. Terdapat sianosis
Oksigen dalam
darah menurun µ
pada jari tangan
2. Tekanan darah
Hipoksia
90/70 mmHg
3. Frekuensi nadi 110

35
x / menit Kelemahan
6. DS : Inflamasi miokard Gangguan Pola Tidur Ns.
1. Pasien mengeluh Yatul
sulit tidur Kerusakan sel
2. Pasien mengeluh µ
sering terjaga saat Pelepasan mediator
tidur nyeri
3. Pasien mengeluh
tidak puas dalam
Merangsang
tidur
nosiseptor
DO :
-
Presepsi Nyeri

Nyeri akut

a. Diagnosa
Berdasarkan data dari pengkajian, diagnosa keperawatan dari pasien yaitu :
1. D.0005 Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d sesak napas
dan nyeri dada
2. D.0009 Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau
vena d.d CRT 4 detik
3. D.0130 Hipertermia b.d Proses penyakit d.d suhu tubuh meningkat
4. D.0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d Frekuensi nadi
meningkat
5. D.0056 Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan d.d klien hanya terbaring di
tempat tidur dan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga
6. D. 0055 Gangguan Pola Tidur b.d kurangnya kontrol tidur d.d nyeri dada

36
b. Intervensi

Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
keperawatan
1. D.0005 Pola Setelah dilakukan I.01011 Manajemen
napas tidak tindakan Napas
efektif b.d keperawatan 1 x 24 1. Monitor pola napas 1. Untuk
hambatan jam diharapkan pola (frekuensi, mengukur
upaya napas napas pasien kedalaman dan usaha tingkatan pola
d.d sesak membaik napas) napas sehingga
napas dan Kriteria hasl : mudah
nyeri dada L. 01004 Pola menentukan
Napas perawatan
1. Dispnea cukup selanjutnya
menurun 2. Posisikan semi 2. Posisi semi
2. Frekuensi napas fowler atau fowler fowler dapat
cukup membaik merangsang
3. Kedalaman fungsi
napas cukup pernapasan atau
membaik ekspansi paru
4. Pernapasan 3. Berikan oksigen 3. Meningkatkan
cuping hidung pengiriman
cukup menurun oksigen ke paru
untuk
I.02065 Pemberian kebutuhan
Obat Intravena sirkulasi
4. Berikan obat IV 4. Kecepatan yang
dengan kecepatan tepat dapat
yang tepat menghindari

37
kerusakan
jaringan
5. Jelaskan jenis obat, 5. Penjelasan
alasan pemberian, sebelum
tindakan yang pemberian obat
diharapkan, dan efek bertujuan untuk
samping sebelum keselamatan
pemberian pasien dan sikap
keterbukaan
perawat
terhadap pasien
2. D.0009 Setelah dilakukan I.02079 Perawatan
Perfusi tindakan Sirkulasi
Perifer Tidak keperawatan 3 x 24 1. Periksa sirkulasi 1. Untuk menilai
Efektif b.d jam diharapkan perifer (nadi perifer, tingkat
penurunan perfusi perifer edema, pengisian ketidakefektifa
aliran arteri meningkat kapiler warna, suhu, n dari perfusi
dan/atau vena Kriteria hasil : ankle brachial index) perifer
d.d CRT 4 L.02011 Perfusi 2. Monitor panas, 2. Untuk
detik Perifer kemerahan, nyeri mengetahui
1. Akral cukup dan bengkak pada area yang
membaik ekstermitas mengalami
2. Warna kulit pucat keterbatasan
cukup menurun perfusi
3. Tekanan darah 3. Lakukan 3. Sirkulasi yang
sistolik membaik pencegahan infeksi terganggu
4. Tekanan darah menyebabkan
diastolik terbatasnya sel
membaik leukosit yang

38
melewati sel,
sehingga
rawan terkena
infeksi
4. Ajarkan program 4. Untuk
diet untuk mencegah dan
memperbaiki memperbaiki
sirkulasi misalnya sirkulasi
rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega
3
5. Informasikan tanda 5. Untuk
dan gejala darurat menghindari
yang harus kejadian
dilaporkan misalnya darurat yang
rasa sakit yang tidak mengancam
hilang saat istirahat, nyawaklien
hilangnya rasa
3. D.0130 Setelah dilakukan I. 15506 Manajemen
Hipertermia tindakan Hipertermia
b.d Proses keperawatan 2 x 24 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk
penyakit d.d diharapkan suhu hipertermia mengetahui
suhu tubuh tubuh dalam rentang penyebab
meningkat normal hipertermia
Kriteria hasil : sehingga
L.14134 mempermudah
Termoregulasi perawatan
1. Suhu tubuh selanjutnya
membaik 2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk

39
2. Tekanan darah mengetahui
membaik perubahan
3. Takikardi suhu
menurun 3. Sediakan lingkungan 3. Untuk
4. Takipnea yang dingin mengurangi
menurun rasa panas
yang dialami
klien
4. Longgarkan atau 4. Membuat
lepaskan pakaian klien merasa
nyaman dan
demam dapat
berkurang
5. Anjurkan tirah 5. Untuk
baring mempercepat
proses
penyembuhan
6. Kolaborasi 6. Untuk
pemberian cairan dan menentukan
elektrolit intravena cairan yang
tepat sesuai
kebutuhan
klien
4. D.0077 Nyeri Setelah dilakukan I.08238 Manajemen
akut b.d agen tindakan Nyeri
pencedera keperawatan 3 x 24 1. Identifikasi lokasi, 1. Perubahan
fisiologis d.d jam diharapkan karakteristik, durasi, pada
Frekuensi tingkat nyeri frekuensi, kualitas, karakteristik
nadi menurun. intensitas nyeri nyeri dapat

40
meningkat Kriteria hasil : menunjukkan
L.08066 Tingkat penyebaran
Nyeri penyakit/komp
1. Keluhan nyeri likasi
cukup menurun 2. Berikan teknik 2. Untuk
2. Kesulitan tidur nonfarmakologi mengurangi
menurun untuk mengurangi dan
3. Pola tidur rasa nyeri misalnya menghilangka
membaik hipnosis, terapi n nyeri
4. Frekuensi nadi musik, kompres
membaik hangat/dingin.
5. Pola napas 3. Ajarkan teknik 3. Agar pasien
membaik nonfarmakologis memahami
6. Tekanan darah untuk mengurangi dan dapat
membaik nyeri melakukan
teknik non
farmakologi
secara mandiri
4. Kolaborasi 4. Untuk
pemberian analgetik mendapatkan
analgesik yang
tepat dan
sesuai
kebutuhan
klien
5. D.0056 Setelah dilakukan I.05178 Manajemen
Intoleransi tindakan Energi
Aktivitas b.d keperawatan 3 x 24 1. Monitor gangguan 1. Untuk
Kelemahan jam diharapkan fungsi tubuh yang mengetahui

41
d.d klien toleransi aktivitas mengakibatkan penyebab
hanya meningkat. kelelahan kelelahan
terbaring di Kriteria hasil : sehingga
tempat tidur L. 05047 Toleransi menentukan
dan aktivitas Aktivitas perawatan
sehari-hari 1. Frekuensi nadi selanjutnya
dibantu oleh sedang 2. Sediakan lingkungan 2. Lingkungan
keluarga 2. Keluhan lelah yang nyaman dan yang nyaman
cukup menurun redah stimulus dan redah
3. Dispnea saat misalnya cahaya, stimulus dapat
aktivitas cukup suara, dan kunjungan mengurangi
menurun rasa kelelahan
4. Sianosis cukup dan membuat
menurun klien nyaman
3. Ajarkan strategi 3. Klien dapat
koping untuk memahami
mengurangi dan
kelelahan melakukan
koping yang
tepat untuk
kelelahannya
4. Kolaborasi dengan 4. Untukmeningk
ahli gizi tentang cara atkan energi
meningkatkan klien
asupan makanan
I.05186 Terapi
Aktivitas
5. Fasilitasi aktifitas 5. Untuk
motorik untuk mengurangi

42
merelaksasi otot kelelahan

c. Implementasi
Tanggal/
No Jam Diagnosa Implementasi Respon Paraf
waktu
1. 1 07.00 D.0005 1. Memonitor 1. Pasien Ns.
Novemb Pola napas frekuensi, dapat Yatul
er 2019 tidak efektif kedalaman dan bekerjasama
b.d usaha napas dalam µ
07.10 hambatan 2. memposisikan memonitor
upaya napas semi fowler pola napas
d.d sesak 3. memberikan 2. Pasien
napas dan oksigen kooperatif
nyeri dada 4. Berikan obat IV 3. Pasien
07.20 dengan merasa
kecepatan yang nyaman dan
07.30 tepat merasa
5. Jelaskan jenis sesak
08.00 obat, alasan berkurang
pemberian, 4. Pasien
tindakan yang kooperatif
diharapkan, dan 5. Pasien
efek samping memahami
sebelum jenis obat
pemberian dan efek
samping
obat
2. 1 08.30 D.0009 1. Memeriksa 1. Pasien Ns.
Novemb Perfusi sirkulasi perifer kooperatif Yatul

43
er 2019 Perifer (nadi perifer, pada saat
Tidak edema, pemeriksaa µ
Efektif b.d pengisian n sirkulasi
penurunan kapiler warna, perifer
aliran arteri suhu, ankle 2. Pasien
dan/atau brachial index) kooperatif
09.00 vena d.d 2. Memonitor 3. Pasin dapat
CRT 4 detik panas, terhinar dari
kemerahan, penyebaran
nyeri dan infeksi
bengkak pada 4. Pasien
ekstermitas mengetahui
09.30 3. Lakukan program
pencegahan diet yang
infeksi sesuai untuk
4. Mengajarkan memperbaik
program diet i
untuk sirkulasinya
memperbaiki 5. Pasien
09.40 sirkulasi mengetahui
misalnya tanda dan
rendah lemak gejala
jenuh, minyak darurat
ikan omega 3 yang harus
5. Menginformasi dilaporkan
kan tanda dan
gejala darurat
yang harus
10.00 dilaporkan

44
misalnya rasa
sakit yang tidak
hilang saat
istirahat,
hilangnya rasa
3 1 10.20 D.0130 1. Mengidentifikas 1. Pasien Ns.
Novemb Hipertermia i penyebab kooperatif Yatul
er 2019 b.d Proses hipertermia 2. Pasien
10.30 penyakit d.d 2. Memonitor suhu kooperatif µ
suhu tubuh tubuh 3. Pasien
10.40 meningkat 3. Sediakan merasa
lingkungan nyaman dan
yang dingin demamnya
10.50 4. Longgarkan berkurang
atau lepaskan 4. Pasien lebih
pakaian nyaman dan
11.10 5. Anjurkan tirah tenang
baring 5. Pasien
11.30 6. Kolaborasi mengikuti
pemberian anjuran
cairan dan perawat
elektrolit 6. Pasien
intravena mendapatka
n cairan dan
elektrolit IV
yang tepat
4. 1 12.30 D.0077 1. Mengidentifikas 1. Pasien Ns.
Novemb Nyeri akut i lokasi, kooperatif Yatul
er 2019 b.d agen karakteristik, 2. Pasien lebih

45
pencedera durasi, nyaman dan
fisiologis frekuensi, rasa µ
d.d kualitas, nyerinya
Frekuensi intensitas nyeri berkurang
12.50 nadi 2. Memberikan 3. Pasien
meningkat teknik memahami
nonfarmakologi teknik
untuk nonfarmako
mengurangi rasa logi dan
nyeri misalnya dapat
hipnosis, terapi melakukann
musik, kompres ya secara
hangat/dingin. mandiri
13.30 3. Mengajarkan 4. Pasien
teknik mendapatka
nonfarmakologi n obat
s untuk sesuai
mengurangi kebutuhann
nyeri ya.
13. 50 4. Mengkolaborasi
kan pemberian
analgetik
5. 1 14.00 D.0056 1. Memonitor 1. Pasien Ns.
Novemb Intoleransi gangguan kooperatif Yatul
er 2019 Aktivitas fungsi tubuh dan
b.d yang mengerti µ
Kelemahan mengakibatkan fungsi
d.d klien kelelahan tubuh yang
14.20 hanya 2. Menyediakan mengakibat

46
terbaring di lingkungan kan
tempat tidur yang nyaman kelelahan
dan dan redah 2. Pasien
aktivitas stimulus merasa
sehari-hari misalnya lebih
dibantu cahaya, suara, nyaman
oleh dan kunjungan 3. Pasien
14.40 keluarga 3. Mengajarkan memahami
strategi koping strategi
untuk koping yang
mengurangi tepat untuk
15.00 kelelahan mengurangi
4. Mengkolaborasi kelelahan
dengan ahli gizi 4. Pasien
tentang cara mendapatka
meningkatkan n pelayanan
15.10 asupan makanan yang tepat
5. Fasilitasi dan pasien
aktifitas lebih
motorik untuk berenegi
merelaksasi otot 5. Pasien
kooperatif

d. Evaluasi
No Hari/Tanggal No. Dx Kep. Evaluasi Paraf
1. Sabtu, 1 November S : Pasien mengatakan sesak Ns.
2019 1 sudah berkurang Yatul
O : Frekuensi napas 26 x/menit
A :Masalahteratasi sebagian

47
P : Lanjutkan intervensi 2,3
hentikan intervensi 1 dan 4 µ
2. Sabtu, 1 November S : Pasien mengatakan warna Ns.
2019 kebiruan pada jari tangan sudah Yatul
hilang
2
O : CRT <2, warna kulit normal µ
A : masalah sebagian terasi
P : lanjutkan intervensi 1 dan 3
hentikan intervensi 2,4 daan 5
3. Sabtu, 1 November S: pasien mengatakan tidak Ns.
2019 merasa panas lagi Yatul
3
O : Suhu tubuh 370 C
A :masalah teratasi µ
P : hentikan intervensi
4. Sabtu, 1 November S : pasien mengatakan nyeri pada Ns.
2019 dada berkurang Yatul
O:

4
1. Frekuensi nadi 100 x / menit µ
2. Skala nyeri klien berkurang
menjadi 5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2,4
hentikan intervensi 1 dan 2
5. Sabtu, 1 November S : pasien mengatakan tubuhnya Ns.
2019 lebih berenergi Yatul
5
O : Pasien bisa melakukan
aktivitas minimal µ
A : masalah teratasi sebagian

48
P : Lanjutkan 2 dan 5 Hentikan
intervensi 1,3,4

49
BAB 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Miokarditis adalah suatu peradangan, nekrosis, atau miositolisis pada
miokardium yang disebabkan oleh invasi langsung kuman, toksinnya atau
kompleks reaksi antigen antibodi dengan atau tanpa disertai gejala sistemik dari
suatu proses penyakit. Miokarditis terdiri dari miokarditis fulminan, miokarditis
akut dan miokarditis kronis aktif dengan tanda gejala penting yaitu takikardi,
kardiomegali, bunyi jantung melemah, irama gallop, dispnea, demam dan nyeri
dada. Untuk penatalaksanaan miokarditis tidak hanya terdiri dari farmakologi
namun juga nonfarmakologi seperti, pemantauan hemodinamik dan jantung,
oksigen tambahan, manajemen cairan serta pengobatan suportif dengan istirahat
tidur, dan anti-piretik
4.2. Saran
Bagi mahasiswa, diharapkan mencari informasi lebih luas mengenai
miokarditis untuk manambah wawasan sehingga dapat diterapkan nantinya untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Bagi tenaga kesehatan, dapat
melakukan edukasi dan penanganan yang tepat tentang penyakit miokarditis
kepada masyarakat. Bagi masyarakat umum, diharapkan selalu menjaga pola
hidup dan pola aktifitasnya untuk menghindari agen penyakit yang menyebabkan
miokarditis, dan melakukan pengobatan secepat mungkin pada klien yang sudah
mengalami miokarditis.

50
DAFTAR PUSTAKA

Al-Akchar;, M. dan J. Kiel. 2018. Acute Myocarditis


Fung, G., H. Luo, Y. Qiu, D. Yang, dan B. Mcmanus. 2016. Review myocarditis.
496–514.

Maisch, B. dan P. Alter. 2018. Treatment options in myocarditis and inflammatory


cardiomyopathy: focus on i. v. immunoglobulins. Herz. 43(5):423–430.

Muttaqin, A. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Ritter, A. 2010. Medical-Surgical Nurses. 2. Kentucky Nurse.

Starry Homenta, R. 2014. Buku Praktis Kardiologi

Subiksha, P. S. 2014. Myocarditis pathology. International Journal of


Pharmaceutical Science Invention. 3(1):1–4.

Syaifuddin, D. H. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Edisi 4.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tang, W. H. W. 2016. Myocarditis. Medscape

Yulistin Suchyar, U. dan D. Hariyanto. 2018. Miokarditis difteri. Jurnal Kesehatan


Andalas. 7(Supplement 2):152–158.

Zhang, T., W. Miao, S. Wang, M. Wei, G. Su, dan Z. Li. 2015. Acute myocarditis
mimicking st-elevation myocardial infarction: a case report and review of the
literature. Experimental and Therapeutic Medicine. 10(2):459–464.

51

Anda mungkin juga menyukai