Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN V
STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA(II)

OLEH

NAMA : ANNA JUMRAJ PURNAMA


STAMBUK : A1L1 17 029
KELOMP OK : IV A
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAEMIN AL-MAHDALY H.

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Kimia

Anorganik “Stoikiomtri Kompleks Ammin-Tembaga (II)” yang di laksanakan

pada :

Hari/Tanggal : Selasa , 5 November 2019

Waktu : 13 : 00 WITA – Selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari

Kendari, November 2019


Menyetujui
Asisten Pembimbing

MUHAEMIN AL-MAHDALY H.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan semata-mata hanyalah kepada Allah SWT.

Hanya kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami meminta

ampunan dan kami meminta pertolongan. Shalawat serta salam tidak lupa selalu

kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang

telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan

sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna

dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan laporan dengan judul “Stoikiometri Komoleks Ammin-Tembaga

(II)” dengan lancar. Penulis pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap

terdapat kekurangan pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu, penulis sangat menantikan kritik dan saran yang

membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan

laporan berikutnya. Penulis juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk

untuk penulis supaya kami lebih mengutamakan kualitas laporan di masa yang

selanjutnya.

Kendari, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Amonia ................................................................................................4
2.2 Tembaga ..............................................................................................4
2.3 Methyl Orange ....................................................................................4
2.4 Senyawa Kompleks .............................................................................5
2.5 Koefisen Distribusi .............................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat ..............................................................................7
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................7
3.3 Prosedur Kerja .....................................................................................7
3.4 Prosedur Analisis Data ........................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................10
4.1 Penentuan Koefisien Distribusi Amonia antara air dan Kloroform ....10
4.2 Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin ............................................11
BAB V PENUTUP ...............................................................................................13
5.1 Kesimpulan .........................................................................................13
5.2 Saran ....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Amonia ............................................................................................6


Gambar 2.2 Tembaga ..........................................................................................6
Gambar 2.3 Methyl Orange .................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Titrasi Penentuan Koefisien Distribusi Amonia antara air dan
Kloroform ........................................................................................... 11

Tabel 4.2. Hasil Titrasi Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin ...................... 12


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram alir ...................................................................................

Lampiran 2. Tabel hasil pengamatan ..................................................................

Lampiran 3. Analisis data ...................................................................................

Lampiran 4. Gambar ...........................................................................................

Lampiran 5. Jurnal..............................................................................................

Lampiran 6. TP ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stoikiometri ialah cabang kimia yang berhubungan dengan suatu

hubungan kuantitatif yang terdapat antara reaktan dan juga produk dalam reaksi

kimia. Stoikiometri mengukur hubungan kuantitatif dan digunakan untuk

menentukan jumlah produk dan reaktan yang diproduksi atau dibutuhkan dalam

reaksi yang diberikan. Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia

yaitu hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum

perbandingan berganda.

Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari suatu ion logam

pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron

bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion

logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks

juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion

kompleks.

Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur

bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai dengan delapan

dengan struyktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal, dan

oktahedral. Namun kenyataannya menunjukan bilangan koordinasi yang banyak

dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnta oktahedral seperti dalam

kasus Fe2+, Fe3+, kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+).


Tembaga termasuk dalam unsur transisi, dibandingkan dengan logam-

logam unsur utama, logam-logam transisi (termasuk Cu) mengandung lebih

banyak elektron tak berpasangan yang bebas bergerak pada kristalnya. Tembaga

dapat membentuk ion kompleks. Tembaga (II) memiliki stabilitas kompleks yang

paling besar stabil jika dibandingkan bilangan oksida tembaga lain. Tembaga (II)

dengan ligan yang mengandung atom nitrogen membentuk kompleks dengan

struktur yang bermacam-macam.

Stoikiometri kompleks ammin-Tembaga (II) menggunakan prinsip proses

ekstraksi pelarut, dimana dalam prinsip ini berlaku hukum distribusi yang

menyatakan apabila suatu system yang terdiri dari dua lapisan campuran (solvent)

yang tidak saling bercampur satu sama lain, ditambahkan senyawa ketiga (zat

terlarut), maka senyawa itu akan terdistribusi (terpartisi) kedalam dua lapisan

tersebut, dengan syarat Nerst bila zat terlarut nya tidak menghasilkan perubahan

pada kedua pelarut (solvent) atau zat yang terlarut yang terbagi (terpartisi) dalam

dua pelarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut. Prinsip

tersebut digunakan pada percobaan kali ini dimana stokiometri kompleks ammin-

tembaga (II) menggunakan cara ekstraksi pelarut dalam menentukan rumus

kompleksnya tersebut.

Berdasarkan permasalahan diatas maka dilakukanlah percobaan tentang

stoikiometri kompleks ammin-tembaga (II) agar dapat menentukan rumus

molekulnya dengan melalui dua tahap yaitu penentuan koefisien distribusi

ammonia antara air dan kloroform dan penentuan rumus kompleks ammin-

tembaga (II).
1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini yaitu:

1.2.1 Menentukan kloroform Koefisien Distribusi Ammonia dalam dan air

1.2.2 Menentukan rumus molekul kompleks ammin-tembaga (II).

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah percobaan ini yaitu:

1.3.1 Bagaimana cara menetukan koefisien distribusi ammonia dalam dan air?

1.3.2 Bagaimana cara menetukan rumus kompleks senyawa ammin-Cu (II)

dengan cara ekstraksi ?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amonia

Amonia bebas merupakan amonia yang

tidak bereaksi sempurna dengan karbondioksida

pada saat proses pembuatan urea. Amonia bebas

tidak berikatan langsung dengan urea tetapi

melekat dalam butirnya. Urea yang masih

mengandung amonia dalam keadaan bebas Gambar 2.1 Larutan Amonia

dengan kata lain disebut free ammonia atau NH3-N. Amonia bebas tersebut

merupakan amonia yang tidak bereaksi sempurna dengan karbon dioksida pada

saat proses pembuatan urea. Ammonia tidak berikatan langsung dengan urea

tetapi melekat dalam butirnya. Kadar amonia bebas sangat tergantung pada proses

produksi urea, jika kandungan amonia dalam keadaan bebas maka proses reaksi

yang berlangsung kurang bagus, yaitu banyak ammonia yang tidak beraksi

sempurna serta menyebabkan terjadi pencemaran lingkungan terutama terhadap

tanaman karena pengaruh gas ammonia yang menguap (Gova, 2018).

Beberapa jenis ikan akan mati lemas karena amonia dapat mengurangi

konsentrasi oksigen dalam air. Untuk mengurangi konsentrasi amonia yang

terkandung dalam buangan air limbah domestik baik segar maupun telah terolah,

perlu adanya suatu pengolahan terlebih dahulu atau lebih lanjut sebelum dibuang

ke perairan/badan air. Penurunan konsentrasi amonia dalam air limbah dapat

dilakukan dengan beberapa cara pengolahan, yaitu dengan pengolahan secara


fisik/kimiawi, biologis, ataupun gabungan keduanya. Penurunan amonia dengan

pengolahan secara kimiawi dilakukan dengan cara menambah senyawa kimia ke

dalam air limbah. Senyawa kimia yang paling sering digunakan adalah senyawa

khlor (kaporit). Senyawa khlor bersifat sangat reaktif, mudah bereaksi, dengan

senyawa lain dan membentuk senyawa senyawa baru yang bersifat toksik dan

dapat menimbulkan efek karsinogen bagi manusia. Mengetahui potensi efek

samping negatif yang mungkin ditimbulkan dari pengolahan kimia maka

digunakan pengolahan secara biologis yang memiliki kelebihan yaitu tidak

menimbulkan potensi efek samping yang berbahaya bagi lingkungan dan biaya

operasi,pengolahan pun lebih murah dibandingkan dengan pengolahan secara

kimia. Sedangkan kelemahan dari pengolahan secara biologis adalah memerlukan

waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil pengolahan yang stabil

(Hibban, 2016).

2.2 Tembaga

Tembaga (Cu) adalah suatu unsur

logam berat yang ditemukan di alam dalam

keadaan bebas dan sebagai senyawanya.

Tembaga dalam bentuk senyawa umumnya

terdapat dalam mineral-mineral, terutama Gambar 2.2tembaga

mineral sulfida, oksida dan karbonat. Tembaga

merupakan unsur transisi berwarna coklat kemerahan yang mempunyai nomor

atom 29 kerapatan 8,93 gram/cm3. Tembaga banyak digunakan dalam industri

alat-alat listrik, zat warna dalam industri cat, dan digunakan sebagai fungisida,
yaitu tembaga sulfat (CuSO4). Tembaga memiliki tingkat oksidasi dari 0 sampai

2+, yang merupakan oksidasi tertinggi dari tembaga dalam bentuk senyawa

(Hasria, 2015).

2.3 Methyl Orange

Methyl orange adalah salah satu zat

warna anionik yang mengandung gugus azo.

Zat warna ini banyak digunakan pada proses


Gambar 2.3 methyl orange
pewarnaan dan indikator dalam penentuan

titik akhir titrasi. Walaupun methyl orange

tidak terlalu berbahaya tetapi dapat menyebabkan hypersensitivity dan alergi

(madjid, 2015).

2.4 Senyawa kompleks

Penelitian tentang senyawa kompleks terus berkembang pesat sejalan

dengan perkembangan IPTEK. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang

tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang

menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Sintesis

senyawa kompleks dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara antara

lain dengan pencampuran larutan pada berbagai perbandingan mol logam: mol

ligan dalam berbagai pelarut tanpa pemanasan atau pencampuran larutanj disertai

pemanasan pada berbagai temperatur (Kusyanto, 2017).


2.5 Koefisien Distribusi

Koefisien distribusi ditentukan antara air dan pelarut. Sistem pelarut yang

digunakan adalah butil asetat-heksanol. Semua pelarut diperoleh dari merck dan

digunakan tanpa pemurnian. Koefisien distribusi dapat didefinisikan sebagai :

𝐶𝑜
Kd =
𝐶𝑤

Dimana, Co adalah konsentrasi zat terlarut dala fase organik dan Cw adalah

konsentrasi zat terlarut dalam fase air. Beberapa metode telah digunakan untuk

menentukan koefisien distribusi (Mahramanlioğlu, 2001).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Anorganik “Stoikiometri Kompleks Ammin-Tembaga

(II)” dilaksanakan pada hari Selasa, 5 November 2019 pukul 13.00 WITA-selesai.

Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah corong pisah 50 mL,

buret 50 mL, pipet gondok 25 mL dan 10 mL, corong kaca, statif, klem, pipet

tetes, gelas ukur 5 mL Erlenmeyer 250 mL, botol semprot, gelas kimia 50 mL dan

100 mL dan stopwatch.

Bahan-bahan yang digunakan larutan NH3 1 M, NH3 14 M, CHCl3,

indikator MO, larutan HCl standar 0,055 M, larutan CuSO4 0,1 M, dan H2O.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penentuan Koefisien Distribusi Amonia antara air dan Kloroform

10 mL larutan NH3 14 M dimasukkan ke dalam corong pisah 50 mL,

kemudian ditambahkan 10 mL air ke dalam corong pisah tersebut. Selanjutnya

larutan dikocok agar homogen. Kemudian ditambahkan 25 mL kloroform ke

dalam corong pisah dan dikocok kembali selama 5 menit. Larutan yang telah

dikocok didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Selanjutnya, lapisan kloroform


sebanyak 10 mL dipindahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi 10 mL air dan

kemudian ditambahkan 2 tetes larutan metal orange. Larutan selanjutnya dititrasi

perlahan-lahan dengan menggunkan larutan HCl standar 0,055 M sampai

terbentuk warna merah. Titrasi dilakukan 2 kali pengulangan dengan volume ke

dua 10 mL dan kemudian untuk sisanya. Dihitung koefisien distribusi ammonia.

3.3.2 Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin

10 mL larutan NH3 1 M dimasukkan ke dalam corong pisah 50 mL,

kemudian ditambahkan 10 mL larutan CuSO4 0,1 M ke dalam corong pisah

tersebut. Selanjutnya larutan dikocok agar homogen. Kemudian ditambahkan 25

mL kloroform ke dalam corong pisah dan dikocok kembali selama 5 menit.

Larutan yang telah dikocok didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Selanjutnya,

lapisan kloroform sebanyak 10 mL dipindahkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi

10 mL air dan kemudian ditambahkan 2 tetes larutan metal orange. Larutan

selanjutnya dititrasi perlahan-lahan dengan menggunkan larutan HCl standar

0,055 M sampai terbentuk warna merah. Titrasi dilakukan 2 kali pengulangan

dengan volume ke dua 10 mL dan kemudian untuk sisanya. Dihitung jumlah

ammonia yang terdapat dalam air dan kloroform, kemudian ditentukan rumus

kompleksnya.

3.4 Prosedur Analisis Data

3.4.1 Penentuan Koefisien Distribusi Ammonia dalam Air dan Kloroform

N NH3 dalam kloroform × V NH3 dalam kloroform = V HCl × N HCl


[HCl] × V HCl
[NH3]kloroform =
[NH3]kloroform

[NH3]air = [NH3]baku - [NH3]kloroform

[NH 3 ]kloroform
Kd = [NH 3 ]air

3.4.2 Penentuan Rumus Senyawa Kompleks Ammin-Cu(II)

N NH3 dalam kloroform × V NH3 dalam kloroform = V HCl × N HCl

[HCl] × V HCl
[NH3]kloroform =
[NH3]kloroform

[NH3]air = [NH3]baku - [NH3]kloroform

[NH 3 ]kloroform
Kd = [NH 3 ]air

mmol NH3 dalam Cu2+ = [NH3] dalam CuSO4 × V NH3

mmol [Cu2+] = [Cu2+] × V Cu2+

mmol [Cu2+] : mmol [Cu2+]


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Distribusi Amonia antara Air dan Kloroform

Tabel 4.1 Hasil Titrasi Penentuan Distribusi Amonia antara air dan kloroform
V NH3 (kloroform) V HCL Keterangan Nilai KD
10 mL 15,3 mL Warna Jingga
10 mL 15,2 mL Warna jingga pekat 0,0174
1 mL 10 mL Warna merah

Perlakuan pertama percobaan ini yaitu penentuan distribusi amonia antara

air dan kloroform. Ketika amonia dan air dimasukkan kedalam corong lalu

ditambahkan kloroform terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas adalah air dan

lapisan bawah adalah kloroform. Hal ini terjadi karena massa jenis kloroform

lebih besar daripada air yaitu 1,47 kg/L, sedangkan air yaitu 1 kg/L. Dua lapisan

ini terbentuk karena adanya perbedaan kepolaran. Dimana air merupakan senyawa

polar dan kloroform merupakan senyawa nonpolar. Setelah itu dilakukan titrasi

dengan larutan standar HCl dan indikator metil orange. Indikator metil orange

berfungsi sebagai penanda bahwa larutan tersebut berada pada suasana asam

karena jangkauannya pada pH 3,1 sampai 4,4, selain itu metil orange digunakan

karena pada proses titrasi digunakan larutan HCl dimana larutan HCl bersifat

asam. Hasil titrasi seharusnya berwarna merah muda. Warna ini menandakan

bahwa larutan menjadi asam dan pH larutan semakin menurun karena HCl

memiliki peran dalam penurunan pH larutan, sehingga larutan yang awalnya

bersifat basa menjadi asam. Tetapi dalam percobaan ini meskipun dilakukan

duplo diperoleh warna larutan hasil titrasi orange pekat. Hal ini terjadi karena
larutan amonia yang digunakan bukan amonia dengan konsentrasi 1 M tetapi

larutan amonia pekat. Dari data perhitungan ini diperoleh [NH3] dalam kloroform

sebesar 0,23925 M dan [NH3] dalam air sebesar 13.76075 M. Dari kedua

konsentrasi tersebut dapat dihitung koefisien distribusi dan diperoleh nilai sebesar

0,0174.

4.2 Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin

Tabel 4.2 Hasil Titrasi Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin


V NH3 (kloroform) V HCL Keterangan Rumus Kompleks Cu-Ammin
10 mL 2,5 mL Warna
merah
10 mL 2,6 mL Warna [Cu(NH3)10]2+
merah
3,3 mL 0,6 mL Warna
merah

Perlakuan kedua yaitu penentuan rumus kompleks cu-ammin. Ketika

amonia dicampurkan dengan Cu warna larutan berubah menjadi biru. Hal ini

disebabkan karena warna biru dari ion heksa aqua tembaga (II) digantikan dengan

warna biru gelap dari ion segiempat planar tetraammonium tembaga (II)

kemudian ditambahkan kloroform sehingga terbentuk dua lapisan. Hal ini terjadi

karena adanya perbedaan massa jenis pada Cu dan kloroform, Cu memiliki massa

jenis lebih rendah dibanding kloroform. Setelah itu dilakukan titrasi sebanyak 2

kali pengulangan dan diperoleh warna hasil titrasi yaitu merah muda. Warna ini

menandakan bahwa larutan menjadi asam dan pH larutan semakin menurun

karena HCl memiliki peran dalam penurunan pH larutan, sehingga larutan yang

awalnya bersifat basa menjadi asam Dari data perhitungan ini diperoleh [NH3]

dalam kloroform sebesar 0,01268 M dan [NH3] dalam Cu sebesar 0,9873 M. Dari
kedua konsentrasi tersebut diperoleh koefisien distribusi sebesar

0,01658.Penentuan rumus molekul ammin–tembaga (II) dilakukan dengan

melakukan perbandingan molnya dari hasil analisis data didapatkan adalah 1:10

maka rumus molekul ammin- tembaga (II) adalah [Cu(NH3)10]2+.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Penentuan koefisien distribusi ammonia antara air dan kloroform dapat

ditentukan dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut (kloroform/air),

dimana dari hasil ini dapat diketahui proses distribusi NH3 pada kloroform

dan air dengan didapatkan nilai KD adalah 0,0174

5.1.2 Penentuan ion kompleks dari ammin-tembaga (II) dapat ditentukan dengan

menggunakan metode ekstraksi pelarut (kloroform/air), dimana didapatkan

perbandingan Cu2+ : NH3 adalah 1:10 dan rumus molekul kompleks yang

didapatkan yakni [Cu(NH3)10]2+.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan pada percobaan ini adalah sebaiknya

konsentrasi tiap larutan yang ada dalam percobaan ini diperhatikan agar

mendapatkan hasil yang benar benar tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Gova, Muhammad Agil. 2018. Penentuan Kadar Amonia (NH3) pada Limbah Air
ke-34 dalam rangka Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jurnal Ilmu
Kimia dan Terapan. 2(2).

Hasria., Harimu L., dan Fatmawati, Cici. 2015. Ekstraksi Logam Kromium (Cr)
dan Tembaga (Cu) pada Batuan Ultrabasa dari Desa Puncak Monapa
Kecamatan Lasusua Kolaka Utara Menggunakan Ligan Polieugenol.
Jurnal Aplikasi Fisika. 11(1).

Hibban, Muhamad., Arya Rezagama dan Purwono. 2016. Study Penurunan


Konsentrasi Amonia dalam Limbah Cair Domestik dengan Teknologin
Biofilter Aerobmedia Tubular Plastik pada Awal Pengolahan. Jurnal
Teknik Lingkungan. 5(2).

Kusyanto, Andi dan Kristian Sugiyarto. 2017. Sintesis dan Karasterisasi Senyawa
Kompleks Besi (III) dengan Ligan 1,10-Fenantrolin dan Anion
Trifluorometanasulfonat. Jurnal Kimia Dasar. 6(1).

Madjid, ADR., M Nitsae., Atikah dan A Sabarudin. 2015. Pengaruh Penambahan


Tripolyfosfat Pada Kitosan Beads Untuk Adsorpsi Methyl Orange. Jurnal
Mipa. 38(2).

Mahramanlioğlu, Mehmet dan Melda Tuncay. 2001. The Distribution Coefficients


of Acetic Acid Between Water and Solvent Systems. Journal Of
Engineering Sciences. 7(3).
LAMPIRAN 1. DIAGRAM ALIR PROSEDUR KERJA

1. Penentuan Koefisien Distribusi Amonia antara air dan kloroform

10 mL NH3 14 M + 10 mL
aquades

- Dimasukkan kedalam corong pisah 100 mL


- Ditambahkan 25 mL kloroform
- Dikocok selama 5 menit

10 mL NH3 + 10 mL aquades +
25 mL kloroform

Didiamkan hingga terbentuk dua lapisan

Campuran

Dipisahkan kedua lapisan yang terbentuk


-

Lapisan A kloroform Lapisan B

Lapisan A kloroform

- Dipindahkan 10 mL ke erelenmeyer
yang berisi 10 mL air dan ditambahkan
indikator MO
- Dititrasi secara perlahan-lahan dengan
HCl 0,005 M menggunakan buret 50 mL
- Diulangi titrasi dengan 10 mL kedua dan
sisanya
- Dihitung koefisien distribusi amonia

Kd Amonia = 0,0174
2. Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin

10 mL NH3 1 M + 10 mL Cu2+

- Dimasukkan kedalam corong pisah 100 mL


- Ditambahkan 25 mL kloroform
- Dikocok selama 5 menit

10 mL NH3 1 M + 10 mL Cu2+
+ 25 mL kloroform

- Didiamkan hingga terbentuk dua lapisan

Campuran

- Dipisahkan kedua lapisan yang terbentuk


-

Lapisan A kloroform Lapisan B

Lapisan A kloroform

- Dipindahkan 10 mL ke erelenmeyer yang


berisi 10 mL air dan ditambahkan indikator
MO
- Dititrasi secara perlahan-lahan dengan HCl
0,005 M menggunakan buret 50 mL
- Diulangi titrasi dengan 10 mL kedua dan
sisanya
- Dibandingkan jumlah mol ion Cu2+ dengan [Cu(NH3)10]2+
amonia agar dapat ditentukan rumus
kompleksnya
LAMPIRAN 2. HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN

1. Penentuan Koefisien Distribusi Amonia antara air dan kloroform


No Perlakuan Pengamatan
1. 10 mL ammonia 14 M + 10 mL air, di Larutan bening
kocok
2. Ditambahkan 25 mL kloroform, dikocok Terbentuk 2 lapisan
selama 5 menit
3. 10 mL ammonia dalam kloroform + 10 mL Larutan berwarna jingga pekat
air + 2 tetes indikator metil jingga, dititrasi
dengan HCl
4. Dititrasi lagi (triplo) 10 mL ammonia Larutan berwarna jingga pekat
dalam kloroform + 10 mL air + setetes
indikator MO Volume HCl 0,055 M pada:
Titrasi 1= 15,2 mL
Titrasi 2= 15,3 mL
Titrasi 3= 10 mL

2. Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin


No Perlakuan Pengamatan
1. 10 mL ammonia 1 M + 10 mL Cu2+ 0,1 M, Larutan berwarna biru
di kocok
2. Ditambahkan 25 mL kloroform, dikocok Terbentuk 2 lapisan
selama 4 menit, di diamkan
3. 10 mL ammonia dalam kloroform + 10 mL Larutan berwarna biru
air + 2 tetes indikator metil jingga, dititrasi
dengan HCl
4. Dititrasi lagi (triplo) 10 mL ammonia Larutan berwarna merah muda
dalam kloroform + 10 mL air + setetes
indikator MO dengan HCl 0,055 M Volume HCl 0,055 M pada:
Titrasi 1= 2,5 mL
Titrasi 2= 2,6 mL
Titrasi 3= 0,6 mL
LAMPIRAN 3. ANALISIS DATA

1. Penentuan Koefisien Distribusi Ammonia dalam kloroform dan air.

Diketahui :

[HCl] = 0,055 M

VHCl 1 = 15,2 mL

VHCl 2 = 15,3 mL

VHCl 3 = 10 mL

Vlapisankloroform 1 = 10 mL

Vlapisankloroform 2 = 10 mL

Vlapisankloroform 3 = 1 mL

[NH3]kloroform1. Vlapisankloroform 1= [HCl] VHCl 1

[NH3]kloroform1 . 10 mL = 0.055 M .15,2mL

0.055 M . 15,2mL
[NH3]kloroform1 =
10 mL

= 0.0836 M

[NH3]kloroform2. Vlapisankloroform 2 = [HCl] VHCl 2

[NH3]kloroform2 . 10 mL = 0.055 M .15,3mL

0.055 M . 15,3mL
[NH3]kloroform2 =
10 mL

= 0.08415 M

[NH3]kloroform3. Vlapisankloroform 3 = [HCl] VHCl

[NH3]kloroform3 . 1 mL = 0.055 M .10 mL

0.055 M . 10 mL
[NH3]kloroform3 =
1 mL
= 0.55 M

(0,0836+0,08415 +0.55) M
[NH3]kloroformrata-rata =
3

= 0.23925 M

[NH3]air = [NH3] awal - [NH3]kloroform rata-rata

[NH3]air = 14 M – 0,23925 M

[NH3]air = 13.76075 M

[NH3 ]Organik
KD=
[NH3 ]Air

0,23925 M
KD= = 0,0174
13.76075 M

2. Penentuan Rumus Molekul Ammin-Tembaga (II)

[HCl] = 0,055 M

VHCl 1 = 2,5mL

VHCl 2 = 2,6mL

VHCl 3 = 0,6mL

Vlapisankloroform 1 = 10 mL

Vlapisankloroform 2 = 10 mL

Vlapisankloroform 3 = 3,3mL

[NH3]kloroform 1 . Vlapisankloroform 1 = [HCl] VHCl 1

[NH3]kloroform 1 . 10 mL = 0,055 M .2,5 mL

0,055 M . 2,5mL
[NH3]kloroform 1 =
10 mL

= 0,01375 M

[NH3]kloroform 2 . Vlapisankloroform 2 = [HCl] VHCl 2


[NH3]kloroform 2 . 10 mL = 0,055 M .2,6mL

0,055 M . 2,6mL
[NH3]kloroform 2 =
10 mL

= 0,0143 M

[NH3]kloroform 3 . Vlapisankloroform 3 = [HCl] VHCl 1

[NH3]kloroform 3 . 10 mL = 0,055 M .3,3mL

0,055 M . 0,6mL
[NH3]kloroform3 =
3,3mL

= 0,01 M

(0,01375 +0,0143+0,01) M
[NH3]kloroform rata-rata = 3

= 0,01268 M

[NH3]Cu = [NH3] awal - [NH3]kloroform rata-rata

[NH3]Cu = 1 M – 0,01268 M

[NH3]Cu = 0,98732 M

[NH3 ]Organik
KD=
[NH3 ]Air

0,01268 M
KD= = 0,01658
0,98732 M

mmol NH3dalam Cu2+ = [NH3]Cu x V NH3

= 0,98732 M x 10 mL

= 0,98732mmol ≈10 mmol

mmol Cu2+ = [Cu2+] x V Cu2+

= 0,1 M x 10 mL

= 1 mmol

Cu2+ : NH3 = 1 : 10
Maka rumus empirisnya yaitu [Cu(NH3)10]2+
LAMPIRAN 4. GAMBAR HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil Titrasi

Gambar 3.3 Penentuan KD Amonia antara Air dan Kloroform

Gambar 4.4 Penentuan Rumus

Anda mungkin juga menyukai