Anda di halaman 1dari 5

Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui 18 Nilai Pendidikan karakter

Oleh:

Reviana Dwi Hesti Utami

18550002

Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Pendahuluan

Pada era digital seperti sekarang masyarakat Indonesia perlu menanamkan pendidikan
kewenegaraan sebagai bentuk karakter untuk menjadikan Indonesia lebih maju. Namun pada kenyataannya
dapat kita melihat dari pertumbuhan sikap, karakter, perilaku dan budaya negatif terus menerus meningkat,
bahkan diperlihatkan secara tidak langsung. Kondisi penyimpangan moral ini sangat memprihatikan, jika
dibiarkan akan menyebabkan terjadinya krisis karakter.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi menjadikan masyarakat dunia menjadi lebih
mudah dan instan yang kemudian menjadi sebuah kebudayaan yang sulit untuk dihilangkan. Pengaruh ini
akan berdampak secara luas bagi perkembangan warga negara secara global baik dari aspek keyakinan,
norma-norma, prilaku, nilai-nilai bahkan aspek ekonomi dan perdangangan warga negara (Banks,
2008:132). Adanya krisis yang dialami negara tentu akan berdampak juga pada generasi muda. Muhammad
Syaifudin & Agus Satmoko (2014: 670) menyampaikan bahwa “Generasi muda tentu akan menjadi
generasi penurus bangsa untuk memimpin dan membawa perubahan bagi bangsanya ke arah yang lebih
baik”. Perkembangan globalisasi yang bedampak pada perkembangan warga negara global tentu harus di
selesaikan secara langsung baik dari peraturan pemerintah maupun sistem pendidikan yang dijalankan
untuk menyiapkan warga negara global yang profesioanl dalam bermasyarakat dan bernegara.
(SUTRISNO, 2018)

Namun kebanyakan pembelajaran disekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada
perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian dan dapat dikatakan berorientasi pada aspek kognitif
saja. Kebanyakan orang memiliki persepsi bahwa siswa yang memiliki kompetensi yang baik adalah
memiliki nilai hasil ulangan atau ujian yang tinggi, sedangkan mereka yang hasil ulangannya rendah dapat
dikatakan tidak memiliki kompetensi yang memadai. Maka tak heran Ujian Nasional (UN) sering dijadikan
acuan dalam keberhasilan peserta didik, meskipun belum tentu benar. Maka dari itu character building
(pendidikan karakter) ini sangat penting untuk pembentukan karakter anak bangsa sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Character building
(Pendidikan karakter) bertumpu pada pembinaan mentalitas agar peserta didik dapat menyesuaikan diri
dengan realitas kehidupan. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
keterampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Akhir-akhir ini pendidikan di Indonesia sangatlah kompleks seperti krisis moral telah merajalela
dalam dunia pendidikan sehingga menjadi potret buram dalam dunia pendidikan. Sebuah krisis yang
menyerang generasi muda, khususnya pada usia sekolah.Anak muda Indonesia saat ini mengalami krisis
moralitas dan intelektualitas dalam level yang mengkhawatirkan. Hal ini dapat kita lihat dari maraknya
peredaran video porno yang diperankan oleh para pelajar, maraknya perkelahian antar pelajar, adanya
kecurangan dalam ujian nasional, banyaknya kasus narkoba yang menjerat siswa, banyaknya begal motor
yang diperankan oleh siswa, cabe-cabean, perpisahan sekolah dengan baju bikini, dan berbagai peran
negatif lainnya. Data tahun 2013, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antarpelajar. Angka ini pada
tahunmelonjak tajam lebih dari 100 sebelumnya. Kasus tawuran tersebut menewaskan 82 pelajar, pada
tahun 2014 telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar (TV One, 2014). Melihat hal tersebut,
banyak dari kalangan yang menilai bahwa saat ini bangsa Indonesia dalam kondisi sakit yang mem-
butuhkan penanganan dan pengobatan secara tepat melalui pemberian pendidikan karakter di semua
tingkatan pendidikan (Mulyasa, 2007: 17). Begitu juga pergaulan di masyarakat telah bergeser dari
masyarakat yang menekankan rasa sosial telah berubah menjadi asosial. Hal itu disebabkan banyaknya
pengaruh nilai-nilai asing yang masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui proses filterisasi. Pengaruh
tersebut apabila dibiarkan tentu akan merusak akhlak dan moral generasi muda, khususnya siswa. Karakter
adalah bentuk watak, perilaku, akhlak yang melekat pada pribadi seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi yang digunakan sebagai landasan untuk berpikir dan berperilaku sehingga menimbulkan suatu
ciri khas pada individu tersebut (Tim Penyusun, 2008:682). Karakterindividu akan berkembang dengan
baik, apabila memperoleh penguatan yang tepat, yaitu berupa pendidikan. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah merumuskan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional. Dalam UU Pasal 3 menyatakan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabatdalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Pasal
tersebut merupakan dasar bagi pengembangan pendidikan karakter untuk pembentukan karakter generasi
muda. Pembinaan karakter generasi muda dapat ditempuh dengan berbagai upaya, termasuk melalui
pendidikan yang dilakukan secara terprogram, bertahap, dan berkesinambungan (Hasan, 2010:6).

Pembahasan

Bagaimana cara mengimplementasi pendidikan kewarganegaraan melalui 18 nilai pendidikan


karakter pada generasi milenials seperti sekarang?

Di era global seperti saat ini, seseorang memerlukan pengendali yang kuat agar ia mampu memilih
dan memilah nilai-nilai yang banyak sekali ditawarkan kepadanya(Soedarsono, 1999;Djahiri, 2006). Oleh
karena itu, agar seseorang tahan banting, maka bisa dilakukan melalui pendidikan, sebab jalan terbaik dalam
membangun seseorang ialah pendidikan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa
dan negara. Sedangkan Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa ―Pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia‖. Dunia Pendidikan mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting untuk membawa
perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan sosial. Namun dalam hal ini, tidak hanya
pendidikan formal ataupun nonformal saja yang dibutuhkan dari generasimillennial, di butuhkan pula
pendidikan karakter dalam membangun moral dan budipekerti pada generasi ini.Karakter merupakan
watak, tabiat, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dariyang lain. Karakter dari suatu
bangsa sangat dipengaruhi oleh kultur dari bangsa itu sendiri.Pembentukan karakter merupakan salah satu
tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cerdas, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demoktaris serta bertanggung jawab. Megawangi (2007)
menyebutkan bahwa Pendidikan Karakter sebagai solusi dalam menjawab permasalahan negeri ini.
Pendidikan karakter tidak hanya mendorong pembentukan perilaku positif anak, tetapi juga meningkatkan
kualitas kognitifnya. Pengembangan karakter atau character building membutuhkan partisipasi dan
sekaligus merupakan tanggung jawab dariorangtua, masyarakat, dan pemerintah. Sebab dengan menjadi
dewasa secara rohani dan jasmani, seseorang menjadi berkepribadian yang bijaksana baik terhadap dirinya
sendiri, keluarga, dan masyarakat (Illiyun,2012) Para pakar di Balitbang Pusat Kurikulum Kemendikbud
berhasil menginvetarisasi 18 karakter yang harus menjadi acuan para pendidikan secara nasional (Satriwan,
2012). Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa bersumber dari nilai-
nilai Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional, yang kemudian diidentifikasi menjadi 18
karakter bangsa yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai,gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab (Satriwan, 2012).Dalam
pendidikan karakter Muslich Masnur
(2011:75) Lickona (1992) ―menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of
good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral,moral feeling atau perasaan tentang
moral, dan moral action atauperbuatan moral‖. Hal ini diperlukan agar generasi millennial memahami,
merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebijakan. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi
pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Menurut FW Foerster terdapat 4 ciri dasar pendidikan karakter yaitu:

1. Pendidikan karakter nemenakankan setiap tindakan yang berpedoman terhadap nilai normatif.
Dimana diharapkan generasi dapat menghormati norma-norma yang ada dan dijadikannya
berpedoman dalam bertingkahlaku dilingkungan masyarakat
2. Adanya korehensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu seseorang akan
menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang ambing serta tidak takut terhadap
resiko dalam situasi baru.
3. Adanya otonomi, yaitu seseorang menghayati dan mengamalkan atuan dari luar sampai menjadi
nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, seseorang mampu mengambil keputusan dengan
mandiri tanpa dipengaruhi atau desakan dari orang lain.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan dalam mewujudkan apa yang dipandang
baik dan kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komisten yang dipilih.

Kesimpulan

Pendidikan tidak hanya membentuk insan yang cerdas, namun juga berkarakter dan berkepribadian
yang unggul dengan harapan agar generasi bangsa kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan karakter
yang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Dalam hal ini dapat disimpulkan peningkatan
pendidikan karakter dapat dijadikan dasar dan perisai atau pengendali bagi generasi millennial dalam
menghadapi perkembangan di era yang serba canggih atau era globalisasi. Sebagai generasi millennial perlu
menyadari pula betapa pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk perilaku dan kepribadian
dalam berprilaku di media internet dan dikehidupan sehari-hari. Dalam hal ini tidak hanya lingkungan
sekolah yang menjadi pusat pembelajaran dari pendidikan karakter namun keluarga, lingkungan sekitar,
masyarakat dan pemerintah pula ikut berperan aktif dalam mendukung hal tersebut, sehingga terbentuklah
generasi millennial yang berkarakter baik dan unggul yang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Anda mungkin juga menyukai