Gastroenteritis atau penyakit diare adalah penyakit yang terjadi
akibat adanya peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi (Cakrawardi et al., 2009). Penyakit ini ditandai dengan gejalanya terutama diare, muntah atau keduanya dan dapat juga disertai dengan demam, nyeri abdomen dan anoreksia (Elliott J. E., 2007). Secara global, setiap tahun diperkirakan dua juta kasus gastroenteritis yang terjadi di kalangan anak berumur kurang dari lima tahun. Walaupun penyakit ini seharusnya dapat diturunkan dengan pencegahan, namun penyakit ini tetap menyerang anak terutamanya yang berumur kurang dari dua tahun. Selain menyebabkan jumlah kematian yang tinggi di kalangan anak, penyakit gastroenteritis juga menimbulkan beban kepada ibu bapak dari segi biaya pengobatan dan waktu. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk (Howidi et al., 2012). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah maupun disarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat (Depkes RI., 2011). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di 11 propinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang. Jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan Case Fatality Rate (CFR), sebesar 1,74% (Depkes RI., 2013). Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi dengan KLB diare balita pada tahun 2013 dengan 35 kasus, 1 diantarannya meniggal (Depkes RI., 2013).
Biasanya gastroenteritis dapat pulih sendiri tanpa terapi.
Penatalaksanaan kasus gastroenteritis mempunyai tujuan mengembalikan cairan yang hilang akibat diare. Kegagalan dalam 2
pengobatan gastroenteritis dapat menyebabkan infeksi berulang atau
gejala berulang dan bahkan timbulnya resistensi. Untuk menanggulangi masalah resistensi tersebut, WHO telah merekomendasikan pengobatan gastroenteritis berdasarkan penyebabnya. Terapi antibiotik diindikasikan untuk gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Hal ini karena antibiotik merupakan obat andalan untuk terapi infeksi bakteri. Namun, ketepatan dosis dan lama pemberian antibiotik adalah sangat penting agar tidak terjadi resistensi bakteri dan infeksi berulang (Cakrawardi et al., 2009). Resistensi antibiotik di kalangan bakteri enterik dapat menimbulkan implikasi buruk karena dapat mengancam nyawa dan menyebabkan penyakit yang lebih serius (A Elmanama et al., 2013).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan tentang gambaran klinis pasien gastroenteritis pada anak. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Mengetahui gambaran klinis pasien gastroenteritis pada anak. 1.3.2. Tujuan khusus Mengetahui epidemiologi, etiologi, faktor resiko, klasifikasi, penilaian diare pada anak, manajemen diare akut, penatalaksanaan dan pencegahan pasien gastroenteritis pada anak. 1.4. Manfaat Menambah pengetahuan dalam bidang gastroenterologi tentang gambaran klinis penderita gastroenteritis pada anak.