Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4
1.4 Sistematika Penulisan.................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
LANDASAN TEORITIS ........................................................................................................... 6
2.1 Pneumonia ..................................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Pneumonia ......................................................................................... 6
2.1.2 Tanda dan Gejala ................................................................................................. 6
2.1.3 Etiologi ................................................................................................................ 7
2.1.4 Patofisiologi Pneumonia ...................................................................................... 7
2.1.5 Pengkajian Diagnostik Pasien Pneumonia .......................................................... 9
2.1.6 Penatalaksanaan Medis Pasien Pneumonia ......................................................... 9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Pasien Dengan Pneumonia ...................... 10
2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan ....................................................................... 10
2.2.2 Proses Asuhan Keperawatan pada Kasus Gangguan Sistem Pernafasan
Pneumonia .................................................................................................................. 11
BAB III .................................................................................................................................... 20
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 20
3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia ............................................... 20
BAB IV .................................................................................................................................... 30
PENUTUP................................................................................................................................ 30
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 30
4.2 Saran ............................................................................................................................ 30

1
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang
kadang-kadang perlu dipertimbangkan, selain itu pneumonia juga seringkali
disebabkan oleh virus dan bakteri. Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara
khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat, dan nyeri
dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pneumonia
atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Pneumonia
akibat virus kebanyakan didahului gejala-gejala pernapasan beberapa hari, termasuk
rhinitis dan batuk.

Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah
kesehatan di Negara berkembang maupun Negara maju. menurut survey demografi
kesehatan Indonesia, angka kematian balita pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000
kelahiran hidup. Menurut Riskesdas, penyebab kematian balita karena pneumonia
adalah nomer 2 dari seluruh kasus kematian balita (15,5%). Sehingga jumlah
kematian balita akibat pneumonia tahun 2007 adalah 30.470 balita, atau rata-rata 83
balita meninggal setiap hari akibat pneumonia.

Dalam proses perawatan dan pengobatan pada klien dengan gangguan


pneumonia, klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45o. serta
pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di alveoli-arteri, dan
mencegah hipoksia seluler. Dapat juga dilakukan dengan pemberian cairan intravena
untuk IVline dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan dan volume
cairan tubuh secara umum. Maka dari itu diperlukan proses keperawatan pada pasien
pneumonia dengan tepat agar tidak terjadi komplikasi, mendukung proses
penyembuhan, menjaga/mengembalikan fungsi respirasi, dan memberikan
insformasi tentang proses penyakit/prognosis dan treatment.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia ?

3
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit pneumonia.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menjelaskan penyakit pneumonia


b. Menjelaskan patofisiologi penyakit pneumonia
c. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit pneumonia
d. Menjelaskan pengkajian diagnostik penyakit pneumonia
e. Menjelaskan penatalaksanaan medis penyakit pneumonia
f. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada pengidap
pneumonia
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pneumonia
2.2 Patofisiologi
2.3 Tanda dan Gejala
2.4 Pengkajian Diagnostik
2.5 Penatalaksanaan Medis
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

4
5
BAB II

LANDASAN TEORITIS
2.1 Pneumonia
2.1.1 Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran
gas tidak dapat terjadi berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi
dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hiposekmia dapat
terjadi tergantung banyaknya jumlah alveoli yang rusak.

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya


disebabkan oleh agens infeksius. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang kadang-kadang
perlu dipertimbangkan. Pneumonia akibat virus. Virus penyebab pneumonia
yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan ( respiratory syncytial virus
VRS ), parainfluenzae, influenza, dan adenovirus. Pada umumnya, infeksi virus
saluran pernapasan bawah jauh lebih sering selama bulan-bulan musim dingin
dan RSV merupakan virus yang paling lazim yang menyebabkan pneumonia,
terustama selama masa bayi. Walaupun sifat musiman agen virus ini sangat
meramalkan, epidemic local dapat membelokkan gambaran insiden pada tahun
tertentu. Jenis dan keparahan penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam tahun tersebut, dan kepadatan
penduduk. Anak laki-laki terkena sedikit lebih sering daripada anak perempuan.
Tidak seperti bronkiolitis, dimana angka serangan puncak adalah dalam tahun
pertama, angka serangan puncak untuk pneumonia virus adalah antara umur 2
dan 3 tahun dan sedikit demi sedikit menurun sesudahnya.

2.1.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat ditemulan pada pasien dengan pneumonia adalah
Demam (dengan atau tanpa menggigil), batuk-batuk (dengan atau tanpa produksi
sputum) dan dispnea. Batuk non produktif menunjukkan pneumonia viral atau
mikroplasma, sputum yang benoda darah atau berwarna seperti warna karat

6
menunjukkan pneumonia bakterialis. Nyeri dada pleuristik disebabkan oleh inflamasi
yang terjadi di dekat pleura (Tao. L dan Kendall. K, 2013)

2.1.3 Etiologi

Menurut Mayer (2012) etiologi pneumonia antara lain Bakteri, merupakan


mikroorganisme bersel tunggal sederhana dan memiliki dinding sel yang
melindunginya terhadap banyak mekanisme tubuh manusia contohnya Diplococus
pnumoniae,pnumococcus, streptococcus pyogenes, staphylococus aureus,
Haemophilus influenza. Virus, merupakan organisme subseluler yang tersusun hanya
dari nukleus RNA atau nukleus DNA yang terbungkus oleh protein. Virus
merupakan organisme terkecil bahkan begitu kecilnya hanya mampu dilihat
menggunakan mikroskop electron contohnya Influenza, Adenovirus,
sitomegalovirus.

2.1.4 Patofisiologi Pneumonia

Etiologi: Jamur, bakteri, virus

Inhalasi mikroba dengan jalan

1. Melalui udara

2. Aspirasi organisme dari


nasofaring
1. Nyeri
3. Hematogen dada
2. Panas dan
Reaksi inflamasi hebat demam
3. Anoreksia
pausea
Mk: Nyeri vomit
Membran paru-paru meradang
pleuritis

Red blood Count (RBC), white


Blood Count (WBC), dan cairan
keluar masuk ke alveoli

7
1. Dispanea
Sekresi, edema, dan
prochopasme 2. Sianosis
3. Batuk

Akumulasi sputum
di jalan napas

Mk: Bersihan jalan Suplai O2 menurun Tertelan di lambung


napas tidak efektif
dan pola napas tidak
teratur Mk: Toleransi Keseimbangan asam
Aktivitas basa terganggu

Mual dan muntah

Mk: kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Paru terlindungi dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi di


partikel hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda
asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier,
fagositosis kuman oleh makrofag elveolar, netralisasi kuman oleh substansi
imun local dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia:
aspirasi, gangguan imun, septisema, malnutrisi, campak, pertussis, penyakit
jantung bawaan, gangguan neuromuscular, kontaminasi perinatal dan gangguan
klirens mucus atau sekresi seperti pada fibrosis kistik, benda asing atau
disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia

8
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.

2.1.5 Pengkajian Diagnostik Pasien Pneumonia

 Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan
interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah
diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering
disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia
sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang
terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
 Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan
LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita
yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis Pasien Pneumonia

Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic yang sesuai


seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan
antibiotic pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya
termasuk eritromasin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga,
penisilin lainnya, dan trimethoprim sulfametoksazol (Bactrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromasin,
tetrasiklin, dan derivate tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya

9
mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respon
terhadap antimicrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon terhadap
pentamidin dan trimethoprim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi
lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial.
Asuhan keperawatan dan pengobatan ( dengan pengecualian terapi
antimkrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami
pneumonia akibat bakteri.
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan. Jika dirawat di rumah sakit, pasien diamati dengan cermat dan
secara kontinu sampai kondisi klinis membaik. Jika terjadi hipoksemia, pasien
diberikan oksigen. Analisa gas darah arteri dilakukan untuk menentukan
kebutuhan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.
Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien
dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar
dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah
pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intibasi
endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan
tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa
pasien tersebut.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Pasien Dengan Pneumonia


2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien
di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan
kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, bersifat humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan
objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien atau
klien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data, dan
penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian

10
tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi
kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, kebutuhan rasa aman
dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan akan
harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa asuhan
keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

2.2.2 Proses Asuhan Keperawatan pada Kasus Gangguan Sistem Pernafasan


Pneumonia

2.2.2.1 Pengkajian
Pada tahap ini perawat melakukan pengumpulan data dengan cara
anamnesa dan observasi. Ketika melakukan anamesa perawat akan bertanya
kepada pasien dan mendapatkan informasi atau data subjektif yang mengenai
identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan, dan pola aktivitas. Sedangkan
observasi perawat melakukan pemeriksaan fisik sehingga mendapat informasi
berupa data objektif. Pengkajian keperawatan lebih jauh mengidentifikasi
manifestasi klinis pneumonia; nyeri, takipnea; penggunaan otot-otot aksesori
pernapasan untuk bernapas; nadi cepat,bounding atau bradikardia relative;
batuk; dan sputum purulent. Keparahan, letak, dan penyebab nyeri dada harus
diidentifikasi juga hal apa yang dapat menghilangkannya. Segala perubahan
dalam suhu dan nadi, jumlah, bau, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan
batuk, dan tingkat takipnea atau sesak napas juga dipantau. Konsolidasi pada
paru-paru dikaji dengan mengevaluasi bunyi napas (pernapasan bronkial,
ronki bronkovesikular, atau krekles), fremitus, egofoni, pektoriloquy berbisik,
dan hasil perkusi ( pekak pada bagian dada yang sakit). Gejala yang timbul
biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran napas akut
bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus-menerus, sesak,
kebiruan di sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri
dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda

11
sering menunjukkan gejala nonspesifik seperti hipotermi, penurunan
kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis,
sepsis atau ileus.
Data psikososial spiritual yaitu pengkajian pengetahuan pasien tentang
faktor untuk menurunkan risiko kekambuhan, sumber informasi yang ada dan
perencanaan di rumah. Pengkajian tentang mekanisme yang digunakan klien
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat. Adanya keluhan berupa nyeri, prognosis penyakit
memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami
pneumonia. Oleh karena itu, klien harus menjalani rawat inap, maka apakah
keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien. Hal ini dikarenakan
biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.

Pada pemeriksaan fisik pengkajian tentang keadaan umum klien,


tingkat, TTV, frekuensi denyut nadi mrngalami peningkatan, serta frekuensi
nafas meningkat.

 B1 (Breating)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan


pemeriksaan fokus dan berurutan. Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi
bentuk dada dan gerakan pernapasan, palpasi gerakan dinding thoraks
anterior/ posterior, perkusi biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor
pada seluruh lapang paru dan auskultasi bunyi napas melemah dan bunyi
napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.

 B2 (Blood)

Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:

Inspeksi :

Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum

Palpasi :

Denyut nadi perifer melemah

12
Perkusi :

Batas jantung tidak mengalami pergeseran

Auskultasi :

Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya


tidak didapatkan.

 B3 (Brain)

Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran,


didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi berat. Pada pengkajian
objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, mengerang, dan
menggeliat.

 B4 (Bladder)

Pengukuran volume urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh


karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut
tanda awal dari syok.

 B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan, dan


penurunan berat badan.

 B6 (bone)

Kelemahan dan keletihan fisik secara umum sering menyebabkan


ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas
sehati-hari

2.2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (a Carpenito, 2000).
Pada pasien dengan Pneumonia dapat ditemukan beberapa diagnose
keperawatan sebagai berikut :

13
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
mukus yang kentak, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan
edema trakheal/faringeal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
persediaan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh manusia.
3. Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu
makan.
2.2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan bertujuan menurunkan keluhan klien,
menghindari penurunan dari fungsi paru-paru, serta menurunkan risiko
komplikasi.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
mukus yang kentak, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan
edema trakheal/faringeal.

Tujuan: Dalam waktu 3 X 24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan

napas efektif kembali.

Kriteria hasil:

 Klien mampu melakukan batuk efektif

 Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu


napas. Bunyi napas normal, dan pergerakan napas normal.

Intervensi dan Rasional

 Mandiri: kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman,


dan penggunaan otot bantu napas).

Rasional: Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan

akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang

selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan

peningkatan kerja pernapasan.

14
 Kaji kemampuan klien mengeluarkan sekresi.

Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi

yang tidak adekuat)

 Berikan posisi semifowler tinggi dan bantu klien latihan napas dalam dan
batuk yang efektif.

Rasional: Posisi semifowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan

upaya bernapas. Ventilasi maksimal menimbulkan area atelektasis dan

meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.

 Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak


diindikasikan.

Rasional: Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan

mengefektifkan pembersihan jalan napas.

 Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan pengisapan
(suction).

Rasional: Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan diperlukan bila klien

tidak mampu mengeluarkan sekret. Suction dilakukan dalam jangka

waktu kurang dari 10 menit.

 Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: obat antibiotik

Rasional: Pengobatan antibiotik yang ideal berdasarkan pada tes uji resistensi

bakteri terhadap jenis antibiotik sehingga lebih mudah mengobati

pneumonia.

 Agen mukolitik

Rasional: Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru

untuk memudahkan pembersihan.

 Bronkodilator; jenis aminophilin via IV.

15
Rasional: Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan

trakheobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

 Kortikosteroid

Rasional: Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan

bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


persediaan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh manusia.

Batasan karakteristik: Menyatakan sesak napas dan lelah dengan aktivitas

minimal.

Kriteria hasil:

 Klien mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

 Klien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan lebih jauh tanpa mengalami
napas tersenggal-senggal, sesak napas, dan kelelahan.

Intervensi dan Rasional

 Monitor frekuensi nadi dan napas sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional: Mengidntifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang

diharapkan.

 Tunda aktivitas jika frekuensi nadi dan napas meningkat secara cepat dan
klien mengeluh sesak napas dan kelelahan, tingkatkan aktivitas secara
bertahap untuk meningkatkan toleransi.

Rasional: Gejala-gejala tersebut merupakan tanda adanya intoleransi aktivitas.

Konsumsi O2 meningkat jika aktivitas meningkat dan daya tahan

tubuh klien dapat bertahan lebih lama jika ada waktu istirahat di antara

aktivitas.

 Bantu klien dalam melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebutuhannya

16
Rasional: Membantu menurunkan kebutuhan O2 yang meningkat akibat

peningkatan aktivitas.

 Pertahankan terapi O2 selama aktivitas dan lakukan tindakan pencegahan


terhadap komplikasi akibat imobilisasi jik klien dianjurkan tirah baring lama.

Rasional: Aktivitas fisik meningkatkan kebutuhan O2 dan sistem tubuh akan

berusaha menesuaikannya. Keseluruhan sistem berlangsung dalam

tempo yang lebih lambat saat tidak ada aktivitas fisik (tirah baring).

 Konsultasikan dengan dokter jika sesak napas tetap ada atau bertambah berat
saat istirahat.

Rasional: Hal tersebut dapat merupakan tanda awal dari komplikasi khususnya

gagal napas.

3. Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan faktor peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu
makan.

Batasan karakteristik: Mengatakan anoreksia, makan kurang 40% dari yang


seharusnya, penurunan BB dan mengeluh lemah.
Kriteria hasil:
 Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih lanjut.

Intervensi dan Rasional


 Pantau presentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan,
timbang BB tiap hari, hasil pemeriksaan protein total, albumin, dan
osmolalitas.
Rasional: Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan.
 Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum berbau busuk.
Rasional: Bau yang tidak menyenangkan dapat memengaruhi nafsu makan.
 Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi.
Rasional: Ahli diet ialah spesialisasi dalam ilmu gizi yang dapat membantu klien

17
memilih makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi sesuai
dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi dan berat badannya.
 Dukung klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein.
Rasional: Intake protein, vitamin, mineral dan kalori yang adekuat penting untuk
aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.
 Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan mudah dikunyah jika
ada sesak napas berat.
Rasional: Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.

2.2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan pengaplikasian dari perencanaan yang telah
ditetapkan oleh perawat.

2.2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi, meliputi hal-hal
sebagai berikut :

1. Menunjukkan perbaikan patensi jalan napas seperti yang ditunjukkan


dengan gas darah adekuat, suhu tubuh normal, bunyi napas normal, dan
batuk dengan efektif.

2. Istirahat dan menghemat energy dengan tetap berada di tempat tidur


ketika menunjukkan gejala.

3. Memperhatikan masukan cairan yang adekuat seperti yang dibuktikan


dengan meminum sejumlah cairan yang dianjurkan dan mempunyai
turgor kulit yang baik.

4. Mematuhi protocol pengobatan dan strategi pencegahan.

5. Bebas dari komplikasi

6. Tanda-tanda vital dan gas darah arteri normal

7. Batuk produktif

8. Menunjukkan tidak adanya gejala-gejala syok, gagal pernapasan, atau


efusi pleural.

9. Terorientasi dan waspada terhadap lingkungan sekitar.

18
19
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN : PNEUMONIA DI KAMAR 203 RUANGAN MAWAR RSUD
BANDUNG

I. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnosa Medis : Pneumonia
Tanggal masuk RS : 20 September 2019, pukul 05.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 21 September 2019, pukul 08.00 WIB
Alamat : Jl. Sederhana No 32, Bandung
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
Alamat : Jl. Sederhana No 32, Bandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

20
Pasien mengeluh batuk berdahak dan sesak nafas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Awalnya klien mengalami demam secara mendadak dengan suhu 39 ºC
yang disertai dengan kejang. Kemudian klien mengeluh sesak nafas, gelisah,
cepat lelah bila beraktivitas, susah tidur, mulut dan hidung pucat dan sering
batuk berdahak. Sesak bertambah jika klien melakukan aktivitas berat dan
berkurang pada saat istirahat dengan skala sesak 3 (0-5). Kadang mual muntah,
tidak ada nafsu makan bahkan diare. Kulit menjadi kering dengan turgor buruk.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit atau
gangguan pada sistem pernapasan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit diabetes melitus dan tidak ada yang memiliki penyakit menurun atau
menular lainnya.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak lelah, lemah, dan gelisah.
b. Kesadaran
Compos mentis
c. Tanda – Tanda Vital
 Tekanan Darah : 155/90 mmHg
 Nadi : 110×/menit
 RR : 28×/menit
 Suhu : 39°C
d. Pertumbuhan
a. BB : 50 kg
b. TB : 160 cm
c. IMT : 23
e. Sistem Pernafasan :

21
Pernafasan cepat (takipneu) dan dangkal disertai cuping hidung dispneu. Terdapat
tanda-tanda konsolidasi paru yakni pekak pada perkusi, suara nafas bronchial, ronki
basah.
f. Sistem Kardiovaskuler :
Status katdiovaskular klien mengalami takikardia dan terjadi peningkatan tekanan
darah.CRT <3 detik.
g. Sistem Persyarafan :
Status kesadaran menurun/letargi, komunikasi kurang lancar, orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat kurang baik, gelisah.
h. Sistem Endokrin :
Riwayat DM tidak ada, belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan
metabolisme lainnya.
i. Sistem Pencernaan :
Frekuensi peristaltik usus normal.

4. Pola Aktivitas
No. Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit

1 Nutrisi
Makanan
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur Makanan lunak (bubur)
Frekuensi 3×1 3×1
Pola 1 porsi 1⁄ porsi
2
Keluhan Tidak ada Tidak ada

Minum
Jenis Air mineral Air mineral
Frekuensi 1500-2000cc/hari 500 - 1500 cc/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada

2. Eleminasi
Bab
Frekuensi 1× sehari 1x sehari
Konsistensi Lunak Lunak

22
Warna Kuning khas feses Kuning pucat
Keluhan Tidak ada Tidak ada

BAK
Frekuensi >5x sehari 3x sehari
Warna Kuning Kuning

3. Personal Hygene

Mandi 2x sehari -

Keramas 2x seminggu -

Gosok gigi 5x sehari 2x sehari (di tempat


tidur)

Masalah Tidak ada

4. Istirahat
a. A. malam
b. Kualitas Nyenyak Kurang nyenyak
c. Kuantitas 6-7 jam 7 jam
d. Masalah Tidak ada Gelisah

a. B. siang
b. Kualitas Nyenyak Nyenyak
c. Kuantitas 2 jam 1 jam
d. Masalah Tidak ada Tidak ada

5. Olahraga
Jenis Tidak olahraga Tidak olahraga
Frekuensi Tidak olahraga Tidak olahraga
Durasi Tidak olahraga Tidak olahraga

6. Gaya Hidup
Minum alkohol Tidak meminum alkohol Tidak meminum alkohol

23
5. Data Psikososial
a. Pola Komunikasi
Pasien berbicara menggunakan bahasa Indonesia dalam sehari-hari
non-verbal sesuai dengan verbal.

b. Konsep Diri
1. Body Image : Pasien mempunyai bagian tubuh favorit yaitu hidung,
namun sejatinya klien menyukai semua yang ada pada tubuhnya dan merasa
bahwa klien memiliki tubuh yang ideal.
2. Self Ideal : Pasien ingin cepat sembuh agar dapat memulai aktivitas
seperti biasanya.
3. Role : Pasien seorang ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, saat ini
ia merasa sedih karena tidak bisa mengurus rumah dan
keluarganya.
4. Identity : Pasien berjenis kelamin laki-laki, berumur 35 tahun dan ia
merasa bersyukur.
5. Harga Diri : Pasien merasa diperlakukan baik oleh perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
c. Mekanisme Koping : Pasien mengungkapkan semua yang dirasakan. Pasien
akan merasa bersemangat apabila sedang membicarakan
anaknya yang baru lahir.

6. Data Spiritual
- Makna Hidup : Menurut pasien, hidup itu harus
dilakukan dengan baik.
- Pandangan thd Sakit : Pasien merasa bahwa sakitnya sebagai
penghapus dosa.
- Keyakinan akan sembuh : Pasien yakin bisa sembuh.
- Kemampuan beribadah saat sakit : Pasien hanya mampu berbaring saat
melakukan ibadah

7. Data Pengetahuan
Pasien dan keluarga telah mengetahui tentang penyakit yang dialami.
Terkhusus mengenai pneumonia setelah dinyatakan menderita penyakit

24
tersebut. Karena pasien dapat menjelasakn tentang penyebab dan pencegahan
untuk penyakit pneumonia.

8. Data Penunjang
1. Hasil laboratorium : belum dikaji
2. Hasil radiologi : belum dikaji
3. Terapi :
No Jenis Terapi Rute Terapi Dosis

1 Aminophilin Intra vena 5mg/kg x 1

2 Prednisone Enteral 40mg/1

9. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Ada sumber infeksi di saluran Ketidakefektifan


pernapasan bersihan jalan napas
 Ibu klien
mengatakan
anaknya batuk ber
Aspirasi bakteri berulang
dahak dan sesak na
pas.

 Ibu klien Peradangan pada bronkus

mengatakan menyebar ke parenkim paru

anaknya batuk den


gan dahak kental da
Peningkatan produksi sekret
n sulit dikeluarkan.

 Ibu klien
mengatakan Penurunan kemampuan batuk
anaknya sulit efektif, sesak napas
dalam bernapas.

25
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas

II. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. sekresi mukus yang kental pada jalan
napas.

III. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

Ketidakefektifan Dalam waktu 3 x 24  kaji fungsi Penurunan bunyi


bersihan jalan jam setelah diberikan pernapasan napas menunjukkan
napas b.d. intervensi kebersihan (bunyi napas, atelektasis, ronkhi
sekresi mukus jalan napas kembali kecepatan, menunjukkan
yang kental pada efekti dengan kriteria irama, akumulasi sekret dan
jalan napas. hasil: kedalaman, dan ketidakefektifan
 Klien mampu penggunaan otot pengeluaran sekresi
melakukan batuk bantu napas). yang selanjutnya
efektif dapat menimbulkan
 Pernafasan klien penggunaan otot
normal bantu napas dan
(16-20x/menit) peningkatan kerja
tanpa ada pernapasan.
penggunaan otot
Pengeluaran sulit
bantu napas.  Kaji
bila sekret sangat
Bunyi napas kemampuan
kental (efek infeksi
normal, dan klien
dan hidrasi yang
pergerakan mengeluarkan
tidak adekuat)
pernapasan

26
normal. sekret

 Berikan posisi Posisi semifowler


semifowler memaksimalkan
tinggi dan bantu ekspansi paru dan
klien latihan menurunkan upaya
napas dalam dan bernapas. Ventilasi
batuk yang maksimal
efektif. menimbulkan area
atelektasis dan
.
meningkatkan
gerakan sekret ke
jalan napas besar
untuk dikeluarkan.

Hidrasi yang adekuat


 Pertahankan
membantu
intake cairan
mengencerkan sekret
sedikitnya 2500
dan mengefektifkan
ml/hari kecuali
pembersihan jalan
tidak
napas.
diindikasikan.

Mencegah obstruksi
 Bersihkan sekret
dan aspirasi.
dari mulut dan
Pengisapan
trakhea, bila
diperlukan bila klien
perlu lakukan
tidak mampu
pengisapan
mengeluarkan
(suction).
sekret. Suction
dilakukan dalam
jangka waktu kurang
dari 10 menit.

27
 Kolaborasi Pengobatan
pemberian obat antibiotik yang ideal
sesuai indikasi: berdasarkan pada tes
obat antibiotik uji resistensi bakteri
terhadap jenis
antibiotik sehingga
lebih mudah
mengobati
pneumonia.
 Bronkodilator;
jenis Bronkodilator

aminophilin via meningkatkan


IV. diameter lumen
percabangan

trakheobronkhial
sehingga
menurunkan tahanan
terhadap aliran
udara.

IV. Implementasi Keperawatan

Hari / Tanggal Waktu Dx Pelaksanaan Paraf

Sabtu, 07.10 1 Mengkaji fungsi pernafasan


21-09-2019
07.20 1 Mengkaji kemampuan mengeluarkan
sekret.

Memberikan posisi semifowler, bantu


07.25 1
klien latihan napas dalam, dan batuk
yang efektif.
07.35 1 Membersihkan sisa sekret dari mulut dan

28
trakhea dengan suction selama 5 menit.

08.00 1 Mempertahankan intake cairan


sedikitnya 2500ml/hari.

Berkolaborasi dalam pemberian obat


11.00 1
antibiotik, aminophilin via IV.

V. Evaluasi Keperawatan
Hari / Tanggal Dx Catatan Perkembangan Paraf

Senin, 23-09-2019 1 S: Pasien mengatakan sesak berkurang dan


sekret bisa dikeluarkan.
O: Pasien dapat melakukan batuk efektif,
jalan napas kembali efektif.
A: Masalah teratasi.
I: Intervensi dihentikan.

29
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan
oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang kadang-kadang perlu
dipertimbangkan, selain itu pneumonia juga seringkali disebabkan oleh virus dan bakteri.
Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil,
demam yang timbul dengan cepat, dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang
dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya,
tergantung pada organisme penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului
gejala-gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.

Sedangkan untuk asuhan keperawatan pada pasien pneumonia pada prinsipnya sama
yaitu terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui masalah
yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien, agar perawat
mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai salah satu tenaga
kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi
kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem
pernafasan.

30
DAFTAR PUSTAKA
Tamtam, tiea. 2016. Asuhan Keperawatan pada Klien Pneumonia.
https://www.academia.edu/20617811/Asuhan_Keperawatan_pada_Klien_Pne
umonia diakses pada tanggal 28 September 2019.

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

31

Anda mungkin juga menyukai