Makalah KMB Pneumoniaaa
Makalah KMB Pneumoniaaa
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4
1.4 Sistematika Penulisan.................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
LANDASAN TEORITIS ........................................................................................................... 6
2.1 Pneumonia ..................................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Pneumonia ......................................................................................... 6
2.1.2 Tanda dan Gejala ................................................................................................. 6
2.1.3 Etiologi ................................................................................................................ 7
2.1.4 Patofisiologi Pneumonia ...................................................................................... 7
2.1.5 Pengkajian Diagnostik Pasien Pneumonia .......................................................... 9
2.1.6 Penatalaksanaan Medis Pasien Pneumonia ......................................................... 9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Pasien Dengan Pneumonia ...................... 10
2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan ....................................................................... 10
2.2.2 Proses Asuhan Keperawatan pada Kasus Gangguan Sistem Pernafasan
Pneumonia .................................................................................................................. 11
BAB III .................................................................................................................................... 20
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 20
3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia ............................................... 20
BAB IV .................................................................................................................................... 30
PENUTUP................................................................................................................................ 30
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 30
4.2 Saran ............................................................................................................................ 30
1
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah
kesehatan di Negara berkembang maupun Negara maju. menurut survey demografi
kesehatan Indonesia, angka kematian balita pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000
kelahiran hidup. Menurut Riskesdas, penyebab kematian balita karena pneumonia
adalah nomer 2 dari seluruh kasus kematian balita (15,5%). Sehingga jumlah
kematian balita akibat pneumonia tahun 2007 adalah 30.470 balita, atau rata-rata 83
balita meninggal setiap hari akibat pneumonia.
3
1.3 Tujuan
4
5
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pneumonia
2.1.1 Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran
gas tidak dapat terjadi berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi
dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hiposekmia dapat
terjadi tergantung banyaknya jumlah alveoli yang rusak.
Tanda dan gejala yang dapat ditemulan pada pasien dengan pneumonia adalah
Demam (dengan atau tanpa menggigil), batuk-batuk (dengan atau tanpa produksi
sputum) dan dispnea. Batuk non produktif menunjukkan pneumonia viral atau
mikroplasma, sputum yang benoda darah atau berwarna seperti warna karat
6
menunjukkan pneumonia bakterialis. Nyeri dada pleuristik disebabkan oleh inflamasi
yang terjadi di dekat pleura (Tao. L dan Kendall. K, 2013)
2.1.3 Etiologi
1. Melalui udara
7
1. Dispanea
Sekresi, edema, dan
prochopasme 2. Sianosis
3. Batuk
Akumulasi sputum
di jalan napas
Mk: kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
8
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.
Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan
interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah
diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering
disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia
sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang
terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan
LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita
yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
9
mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respon
terhadap antimicrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon terhadap
pentamidin dan trimethoprim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi
lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial.
Asuhan keperawatan dan pengobatan ( dengan pengecualian terapi
antimkrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami
pneumonia akibat bakteri.
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan. Jika dirawat di rumah sakit, pasien diamati dengan cermat dan
secara kontinu sampai kondisi klinis membaik. Jika terjadi hipoksemia, pasien
diberikan oksigen. Analisa gas darah arteri dilakukan untuk menentukan
kebutuhan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.
Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien
dengan PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar
dengan menggantikan dorongan ventilasi yang masih tersisa dan mengarah
pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intibasi
endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan
tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa
pasien tersebut.
10
tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi
kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, kebutuhan rasa aman
dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan akan
harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa asuhan
keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
2.2.2.1 Pengkajian
Pada tahap ini perawat melakukan pengumpulan data dengan cara
anamnesa dan observasi. Ketika melakukan anamesa perawat akan bertanya
kepada pasien dan mendapatkan informasi atau data subjektif yang mengenai
identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan, dan pola aktivitas. Sedangkan
observasi perawat melakukan pemeriksaan fisik sehingga mendapat informasi
berupa data objektif. Pengkajian keperawatan lebih jauh mengidentifikasi
manifestasi klinis pneumonia; nyeri, takipnea; penggunaan otot-otot aksesori
pernapasan untuk bernapas; nadi cepat,bounding atau bradikardia relative;
batuk; dan sputum purulent. Keparahan, letak, dan penyebab nyeri dada harus
diidentifikasi juga hal apa yang dapat menghilangkannya. Segala perubahan
dalam suhu dan nadi, jumlah, bau, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan
batuk, dan tingkat takipnea atau sesak napas juga dipantau. Konsolidasi pada
paru-paru dikaji dengan mengevaluasi bunyi napas (pernapasan bronkial,
ronki bronkovesikular, atau krekles), fremitus, egofoni, pektoriloquy berbisik,
dan hasil perkusi ( pekak pada bagian dada yang sakit). Gejala yang timbul
biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran napas akut
bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus-menerus, sesak,
kebiruan di sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri
dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda
11
sering menunjukkan gejala nonspesifik seperti hipotermi, penurunan
kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis,
sepsis atau ileus.
Data psikososial spiritual yaitu pengkajian pengetahuan pasien tentang
faktor untuk menurunkan risiko kekambuhan, sumber informasi yang ada dan
perencanaan di rumah. Pengkajian tentang mekanisme yang digunakan klien
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat. Adanya keluhan berupa nyeri, prognosis penyakit
memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami
pneumonia. Oleh karena itu, klien harus menjalani rawat inap, maka apakah
keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien. Hal ini dikarenakan
biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.
B1 (Breating)
B2 (Blood)
Inspeksi :
Palpasi :
12
Perkusi :
Auskultasi :
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (bone)
13
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
mukus yang kentak, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan
edema trakheal/faringeal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
persediaan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh manusia.
3. Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu
makan.
2.2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan bertujuan menurunkan keluhan klien,
menghindari penurunan dari fungsi paru-paru, serta menurunkan risiko
komplikasi.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
mukus yang kentak, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan
edema trakheal/faringeal.
Kriteria hasil:
14
Kaji kemampuan klien mengeluarkan sekresi.
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi
Berikan posisi semifowler tinggi dan bantu klien latihan napas dalam dan
batuk yang efektif.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan pengisapan
(suction).
Rasional: Pengobatan antibiotik yang ideal berdasarkan pada tes uji resistensi
pneumonia.
Agen mukolitik
15
Rasional: Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan
Kortikosteroid
minimal.
Kriteria hasil:
Klien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan lebih jauh tanpa mengalami
napas tersenggal-senggal, sesak napas, dan kelelahan.
diharapkan.
Tunda aktivitas jika frekuensi nadi dan napas meningkat secara cepat dan
klien mengeluh sesak napas dan kelelahan, tingkatkan aktivitas secara
bertahap untuk meningkatkan toleransi.
tubuh klien dapat bertahan lebih lama jika ada waktu istirahat di antara
aktivitas.
16
Rasional: Membantu menurunkan kebutuhan O2 yang meningkat akibat
peningkatan aktivitas.
tempo yang lebih lambat saat tidak ada aktivitas fisik (tirah baring).
Konsultasikan dengan dokter jika sesak napas tetap ada atau bertambah berat
saat istirahat.
Rasional: Hal tersebut dapat merupakan tanda awal dari komplikasi khususnya
gagal napas.
17
memilih makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi sesuai
dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi dan berat badannya.
Dukung klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein.
Rasional: Intake protein, vitamin, mineral dan kalori yang adekuat penting untuk
aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan mudah dikunyah jika
ada sesak napas berat.
Rasional: Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.
7. Batuk produktif
18
19
BAB III
PEMBAHASAN
I. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnosa Medis : Pneumonia
Tanggal masuk RS : 20 September 2019, pukul 05.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 21 September 2019, pukul 08.00 WIB
Alamat : Jl. Sederhana No 32, Bandung
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
Alamat : Jl. Sederhana No 32, Bandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
20
Pasien mengeluh batuk berdahak dan sesak nafas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Awalnya klien mengalami demam secara mendadak dengan suhu 39 ºC
yang disertai dengan kejang. Kemudian klien mengeluh sesak nafas, gelisah,
cepat lelah bila beraktivitas, susah tidur, mulut dan hidung pucat dan sering
batuk berdahak. Sesak bertambah jika klien melakukan aktivitas berat dan
berkurang pada saat istirahat dengan skala sesak 3 (0-5). Kadang mual muntah,
tidak ada nafsu makan bahkan diare. Kulit menjadi kering dengan turgor buruk.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit atau
gangguan pada sistem pernapasan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit diabetes melitus dan tidak ada yang memiliki penyakit menurun atau
menular lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak lelah, lemah, dan gelisah.
b. Kesadaran
Compos mentis
c. Tanda – Tanda Vital
Tekanan Darah : 155/90 mmHg
Nadi : 110×/menit
RR : 28×/menit
Suhu : 39°C
d. Pertumbuhan
a. BB : 50 kg
b. TB : 160 cm
c. IMT : 23
e. Sistem Pernafasan :
21
Pernafasan cepat (takipneu) dan dangkal disertai cuping hidung dispneu. Terdapat
tanda-tanda konsolidasi paru yakni pekak pada perkusi, suara nafas bronchial, ronki
basah.
f. Sistem Kardiovaskuler :
Status katdiovaskular klien mengalami takikardia dan terjadi peningkatan tekanan
darah.CRT <3 detik.
g. Sistem Persyarafan :
Status kesadaran menurun/letargi, komunikasi kurang lancar, orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat kurang baik, gelisah.
h. Sistem Endokrin :
Riwayat DM tidak ada, belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan
metabolisme lainnya.
i. Sistem Pencernaan :
Frekuensi peristaltik usus normal.
4. Pola Aktivitas
No. Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
Makanan
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur Makanan lunak (bubur)
Frekuensi 3×1 3×1
Pola 1 porsi 1⁄ porsi
2
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Minum
Jenis Air mineral Air mineral
Frekuensi 1500-2000cc/hari 500 - 1500 cc/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Eleminasi
Bab
Frekuensi 1× sehari 1x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
22
Warna Kuning khas feses Kuning pucat
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi >5x sehari 3x sehari
Warna Kuning Kuning
3. Personal Hygene
Mandi 2x sehari -
Keramas 2x seminggu -
4. Istirahat
a. A. malam
b. Kualitas Nyenyak Kurang nyenyak
c. Kuantitas 6-7 jam 7 jam
d. Masalah Tidak ada Gelisah
a. B. siang
b. Kualitas Nyenyak Nyenyak
c. Kuantitas 2 jam 1 jam
d. Masalah Tidak ada Tidak ada
5. Olahraga
Jenis Tidak olahraga Tidak olahraga
Frekuensi Tidak olahraga Tidak olahraga
Durasi Tidak olahraga Tidak olahraga
6. Gaya Hidup
Minum alkohol Tidak meminum alkohol Tidak meminum alkohol
23
5. Data Psikososial
a. Pola Komunikasi
Pasien berbicara menggunakan bahasa Indonesia dalam sehari-hari
non-verbal sesuai dengan verbal.
b. Konsep Diri
1. Body Image : Pasien mempunyai bagian tubuh favorit yaitu hidung,
namun sejatinya klien menyukai semua yang ada pada tubuhnya dan merasa
bahwa klien memiliki tubuh yang ideal.
2. Self Ideal : Pasien ingin cepat sembuh agar dapat memulai aktivitas
seperti biasanya.
3. Role : Pasien seorang ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, saat ini
ia merasa sedih karena tidak bisa mengurus rumah dan
keluarganya.
4. Identity : Pasien berjenis kelamin laki-laki, berumur 35 tahun dan ia
merasa bersyukur.
5. Harga Diri : Pasien merasa diperlakukan baik oleh perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
c. Mekanisme Koping : Pasien mengungkapkan semua yang dirasakan. Pasien
akan merasa bersemangat apabila sedang membicarakan
anaknya yang baru lahir.
6. Data Spiritual
- Makna Hidup : Menurut pasien, hidup itu harus
dilakukan dengan baik.
- Pandangan thd Sakit : Pasien merasa bahwa sakitnya sebagai
penghapus dosa.
- Keyakinan akan sembuh : Pasien yakin bisa sembuh.
- Kemampuan beribadah saat sakit : Pasien hanya mampu berbaring saat
melakukan ibadah
7. Data Pengetahuan
Pasien dan keluarga telah mengetahui tentang penyakit yang dialami.
Terkhusus mengenai pneumonia setelah dinyatakan menderita penyakit
24
tersebut. Karena pasien dapat menjelasakn tentang penyebab dan pencegahan
untuk penyakit pneumonia.
8. Data Penunjang
1. Hasil laboratorium : belum dikaji
2. Hasil radiologi : belum dikaji
3. Terapi :
No Jenis Terapi Rute Terapi Dosis
9. Analisa Data
Ibu klien
mengatakan Penurunan kemampuan batuk
anaknya sulit efektif, sesak napas
dalam bernapas.
25
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas
26
normal. sekret
Mencegah obstruksi
Bersihkan sekret
dan aspirasi.
dari mulut dan
Pengisapan
trakhea, bila
diperlukan bila klien
perlu lakukan
tidak mampu
pengisapan
mengeluarkan
(suction).
sekret. Suction
dilakukan dalam
jangka waktu kurang
dari 10 menit.
27
Kolaborasi Pengobatan
pemberian obat antibiotik yang ideal
sesuai indikasi: berdasarkan pada tes
obat antibiotik uji resistensi bakteri
terhadap jenis
antibiotik sehingga
lebih mudah
mengobati
pneumonia.
Bronkodilator;
jenis Bronkodilator
trakheobronkhial
sehingga
menurunkan tahanan
terhadap aliran
udara.
28
trakhea dengan suction selama 5 menit.
V. Evaluasi Keperawatan
Hari / Tanggal Dx Catatan Perkembangan Paraf
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan
oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang kadang-kadang perlu
dipertimbangkan, selain itu pneumonia juga seringkali disebabkan oleh virus dan bakteri.
Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil,
demam yang timbul dengan cepat, dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang
dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya,
tergantung pada organisme penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului
gejala-gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.
Sedangkan untuk asuhan keperawatan pada pasien pneumonia pada prinsipnya sama
yaitu terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui masalah
yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien, agar perawat
mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai salah satu tenaga
kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi
kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem
pernafasan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Tamtam, tiea. 2016. Asuhan Keperawatan pada Klien Pneumonia.
https://www.academia.edu/20617811/Asuhan_Keperawatan_pada_Klien_Pne
umonia diakses pada tanggal 28 September 2019.
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.
31