Anda di halaman 1dari 3

RESUME JURNAL HAK CIPTA SEBAGAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

Jaminan Fidusia dalam UU Fidusia No. 42 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 2

adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak

berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor

4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan

Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap

kreditor lainnya. Dalam pengertian tersebut sudah kita pahami bahwa objek

jaminan fidusia salah satunya adalah benda yang tidak berwujud Hak Cipta.

Dalam jurnal diatas penulis menuliskan 3(tiga) permasalahan tentang hak

cipta yiatu pertama apakah hak cipta yang dijadikan objek jaminan fidusia dapat

dilakukan eksekusi manakala debitor wanprestasi? Kedua, bagaimana peran

notaris dalam membuat akta pembebanan jaminan fidusia atas hak cipta?. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hak cipta yang dijaminkan secara fidusia dapat

dilakukan eksekusi sebagaimana Pasal 29 UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia dengan alasan pada hak cipta yang dijaminkan adalah hak

ekonominya (sebagai sesuatu yang tidak berwujud). Selain itu berkaitan dengan

notaris maka kewenangan notaris untuk membuat akta jaminan fidusia telah

disebut dalam Pasal 5 ayat (1) UUJF sehingga tidak ada alasan bagi notaris

untuk menolak membuat akta jaminan fidusia yang objeknya hak cipta. Namun

1
perlu bagi notaris memiliki pemahaman yang mendalam terkait hak cipta secara

teoritis dan praktik.

Dalam penelitian yang tercantum dalam jurnal tersebut, sepaham dan

sepakat dengan kesimpulan/resume saya terhadap hasil penelitian, karena hak

cipta merupakan benda yang tidak berwujud, walaupun dalam pelaksanaanya

hak cipta dituangkan dalam sebuah surat keputusan dan atau surat perjanjian

yang menyebutkan bahwa pihak mana yang mendapatkan hak cipta, tetapi

wujud hak cipta itu sendiri adalah abstrak, sehingga dalam pelaksanaan hak

cipta sebagai objek jaminan merupakan hal yang halal dan sah untuk dilakukan,

karena dinaungi dengan aturan hukum melalui UU Fidusia dan UU Hak Cipta.

Untuk esekusi, karena hak yang abstrak maka ketika esekusi kesulitan-

kesulitan yang terjadi yaitu;

1. hak cipta akan sulit dipindahkan karena hak tersebut biasanya melekat

dengan keahlian seseorang, misalnya lagu. Bagaimana bisa menjadikan hak

cipta diahlikan ssesorang yang tidak paham dengan lagu. Bagaimana bisa

mengembangkan atau mempraktekkannya. Untuk itu akan sulit baik yang

memberikan maupun yang menerima pengalihan hak.

2. Bagaimana cara menjualkan atau menjadikan uang terhadap sebuah hak

cipta, misalnya dalam hal menjual hak cipta sebuah souvenir Boneka acara

Negara. Tidak banyak perusahaan yang dapat membuat souvenir Boneka

seperti yang telah dibuat oleh toko yang berkompeten/alhi dalam hal mebuat

boneka, sehingga ketika esekusi banyak perusahaan yang tidak mampu

2
membelinya atau penjualan hak cipta bisa hanya pada perusahaan tertentu

saja.

Kemudian kesulitan untuk notaris membutkan akta pembebanan hak

cipta yaitu bahwa batasan mana yang dapat dikatakan salah satu pihak

wanprestasi yang akan dituangkan dalam akta. Misalnya hak cipta yang

difidusiakan dalam Bank. Kegiatan seperti apa yang akan dikatakan

melanggar atau menjadikan suatu kegiatan dikatakan wanprestasi.

Kesulitan untuk memberikan konsultasi yang akan dituangkan dalam

pasal sengketa mengingat para notaris untuk hak cipta ini banyak yang tidak

memiliki jiwa seni, industry, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki

kandungan hak cipta.

Tetapi hal-hal tersebut dapat diatasi, jika para pelaku bisnis dan

pemerintah memiliki rambu-rambu yang jelas dalam esekusi dan para notaris

dalam menjalankan/membuat akta fidusia dalam hak cipta. Misalnya tentang

esekusi, jelas peraturaan dalam menjaminkan dan melaksanakan esekusi,

syarat-syarat yang jelas dalam pelelangan dan para pihak yang tepat dalam

menjual hak cipta dan menerima hak cipta.

Untuk akta terdapat juklis atau panduan yang jelas mengenai isi akta

pembebanan hak cipta sehingga pelaku bisnis terlindungi maisng-masing

haknya baik pemilik hak cipta maupun penerima hak cipta (Bank) selama hak

Cipta dijaminankan sampai dengan esekusi.

Anda mungkin juga menyukai