Anda di halaman 1dari 22

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) DAN TEKNIK PEMADAMAN

A. KOMPETENSI
Memberikan keahlian kepada mahasiswa pemahaman tentang :
• Memahami definisi dan jenis alat pemadam api ringan
• Memahami tujuan pengklasifikasian api dan klasifikasi api
• Memahami Teknik pemadaman kebakaran api
• Memahami evakuasi saat kebakaran di Gedung bertingkat

1
I. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

APAR hanya untuk memadamkan api pada awal kebakaran dengan ukuran relatif kecil
dan dalam waktu tidak lebih dari 3 menit untuk bahan cair dan gas, serta tidak lebih
dari 10 menit untuk bahan padat.”

Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Definisi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani untuk satu orang guna memadamkan api/kebakaran pada mula terjadi
kebakaran (definisi berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan).

APAR merupakan sebuah alat safety (perlindungan) kebakaran aktif yang


dipergunakan untuk memadamkan kebakaran atau mengendalikan kebakaran kecil,
biasanya dalam situasi darurat. Alat pemadam api ini tidak dirancang untuk digunakan
pada kebakaran yang sudah tidak terkontrol, misalnya ketika api sudah membakar
langit-langit. Alat pemadam api ini terdiri dari sebuah tabung bertekanan tinggi yang
berisi bahan pemadam api.

Alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat pemadam kebakaran portable karena
bentuknya yang kecil dan praktis sehingga mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-
mana. Fungsi APAR atau alat pemadam kebakaran portable itu sendiri adalah
mengatasi suatu titik api atau kebakaran yang masih dapat terkontrol.

2
APAR atau alat pemadam kebakaran terdiri dari beberapa jenis media seperti:

a. APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)

Efektif untuk jenis api kelas A : Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll. Air
merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling berguna sekaligus ekonomis.
Semua pemadam api berbahan air produksi memiliki aplikasi tipe jet yang mampu
menghasilkan arus yang terkonsentrasi sehingga membuat operator mampu melawan
api dari jarak yang lebih jauh dari pada nozzle semprot biasa.
Prinsip kerja dalam pemadaman adalah Cooling dan Dillution
Keuntungan air untuk pemadaman :
- Murah
- Mudah diangkut
- Mudah dibuat pancaran
- Daya penyerapan panas tinggi
- Mengembang menjai uap tinggi

Gambar 1.2 APAR Jenis Air

3
b. APAR jenis Tepung Kimia (Dry Chemical Powder)

Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.), kelas B
(Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll) dan kelas C (Komputer,
Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.). Alat Pemadam Api Ringan berbahan
bubuk kering, sangat serbaguna untuk melawan api Kelas A, B & C, serta cocok untuk
mengatasi resiko tinggi. Selain berguna dalam mengatasi bahaya listrik, cairan mudah
terbakar dan gas, bubuk juga efektif untuk kebakaran kendaraan.

Dipasaran, APAR Jenis Dry Chemical ini ada 2 type :

- Stored Pressure

- Cartridge System

a b
. .
a. Stored Pressure
b. Cartridge system

Gambar 1.3 Dry Chemical Extinguisher

c. APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF)

Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk melawan api Kelas A & B.
Alat pemadam berbahan busa memiliki kemampuan untuk mengurangi resiko

4
menyalanya kembali api setelah pemadaman. Setelah api dipadamkan, busa secara
efektif menghilangkan uap bersamaan dengan pendinginan api.

Alat pemadam api berbahan busa menyediakan kemampuan yang cepat dan kuat dalam
mengatasi api kelas ’A’ dan ‘B’. Sangat efektif terhadap bensin dan cairan yang mudah
menguap, membentuk “segel” api diatas permukaan dan mencegah pengapian ulang.
Ideal untuk penggunaan multi-risiko.
Peringkat atau Tahapan Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas dari suatu
alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas A
contohnya kotak api kayu yang terbakar dengan lebar 0.5 m x tinggi 0.56 m x panjang.
Angka rating adalah sepuluh kali panjang dalam meter, misalnya. Kelas A
menggunakan tumpukan kayu 1,3 m. Kelas B terkait dengan kebakaran luas permukaan
dan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio 1:3 air , 2:3
bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam areal melingkar.

Dilihat terbentuknya ada dua jenis :

- Busa Kimia

- Busa Mekanik

APAR JENIS BUSA KIMIA

Busa Kimia terjadi busa karena reaksi kimia antara :

Al2 (SO4)3 + 6NaHCO3 --> 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 6CO2.

Expantion ration hasil reaksi : + 7 kali

5
Gambar 1.4 Foam Extinguisher

APAR JENIS BUSA MEKANIK

Terjadi busa karena proses mekanik / agitasi antara Air, Cairan busa dan udara

d. APAR jenis CO2 (Carbon Dioxide)

Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan ber-listrik ( api Kelas
C) dan api Kelas B. Kemudian kemampuan tingginya yang tidak merusak serta efektif
dan bersih yang sangat dikenal luas. CO2 memiliki sifat non-konduktif dan anti statis.
Karena gas ini tidak berbahaya untuk peralatan dan bahan yang halus, sangat ideal
untuk lingkungan kantor yang modern, dimana minyak, solvent dan lilin sering
digunakan.
Kinerja yang tidak merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah penting. Kedua
model memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti statis, cocok untuk situasi
yang melibatkan cairan yang mudah terbakar dan bahaya listrik

6
Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan yang halus. Ideal
untuk lingkungan kantor modern, dengan semua risiko elektronik-nya, dan dimana
minyak, bahan pelarut dan lilin sering digunakan.
Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam
dalam hal ukuran maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas B ini terkait dengan
kebakaran luas permukaan dengan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah
terbakar dalam rasio air 1:3, 2:3 bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam 1 area
melingkar.

Keuntungan Media pemadam CO2

- Clean Agent

- Swa pancar

Gambar 1.5 Carbon Dioxide Extinguisher

7
e. APAR jenis Hallon (Thermatic Halotron)

Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.) dan C
(Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.) Alat Pemadam Api Otomatis
yang berisi Clean Agent Halotron™ I. Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis
ini menggunakan gas pendorong Argon, dan alat pengukur tekanan dipasang di Alat
pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis. Kapasitas unit 2 kg dan 5 kg difungsikan
otomatis oleh sensitivitas panas dengan kepala sprinkler dan lengkap dengan tekanan.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini memerlukan pemeliharaan minimum
1 tahun dan Thermatic Halotron™ I ini juga bergaransi 1 tahun. Menjadi agent/media
isi yang paling bersih, tidak meninggalkan residu setelah digunakan. Aman jika terhirup
manusia dan juga ramah lingkungan. Thermatic Halotron™ I ini desain sebagai
pengganti gas Halon dan tidak mengandung CFC

Cara Kerja Thermatic Halotron™ I fire alarm integration adalah sebagai berikut:
Keberadaan asap dalam ruangan dideteksi smoke detector yang mengcover
kebakaran ruangan yang diproteksi, sehingga alarm bel berbunyi

8
Gambar 1.6 APAR Jenis Hallon

Apabila ada kebakaran dan belum sempat dipadamkan dan suhu ruangan mencapai
panas 68°C, bulb sprinkler otomatis pecah dan gas Halotron™ I menyemprot otomatis
sehingga api dalam sekejap akan segera padam

Cara Penggunaan APAR / alat pemadam kebakaran

Untuk mempermudah dalam mengingat proses ataupun cara penggunaan Alat


Pemadam Api, kita dapat menggunakan singkatan P.A.S.S. yaitu :

1. Tenang dan jangan panik

2. Pilih apar yang tepat sesuai klasifikasi/jenis kebakaran di tempat yang terdekat

3. Pull /Tarik pin pengaman yang berada pada Valve (mirip kunci yang berada
diatas tabung pemadam api)

Gambar ………Penarikan Cincin Pin

9
4. Yakinkan anda berdiri searah ( upstream ) angin tidak melawan arah angin

5. Pegang nozzle pada ujung Hose atau selang dengan tangan dengan kuat.

6. Aim / Arahkan Nozzle atau pangkal selang pada titik api (area kebakaran)

7. Pegang gagang dan Squeeze / tekan lever.

Gambar …….Penekanan handle APAR

8. Lakukan test fungsi. Jika APAR tidak berfungsi baik maka ganti yang lain.

9. Dekati api searah dengan angin, dan berhentilah pada posisi kira-kira 3 meter
dari api. (harus mengikuti arah angin supaya tidak terjadi pembalikan arah panas
maupun semburan dari sumber api (Sumber kebakaran)).

10. Mulailah tekan lever dan menyemprotkan ke pangkal lidah api (ingat : pangkal
lidah api) maju perlahan-lahan dan Sweep / ayunkan (meratakan) media
pemadam di permukaan sumber api.

10
Gambar 1.17. Menyapukan Nozzle dari sisi ke sisi
11. Segera menghindar bila media habis namun api belum padam.

12. Bila api padam, yakinkan. Kemudian balikkan posisi tabung dan semprotlah ke
atas untuk membuang sisa gas pendorong tanpa mengikutkan bubuknya.

Alat Pemadam Api Ringan ( APAR ) harus ditempatkan di tempat-tempat yang


memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Kira-kira Setiap Jarak 20 s/d 30 meter.

2. Ditempat yang mudah di jangkau dan dilihat.

3. Pada jalur keluar arah refleks pelarian.

4. Memperlihatkan suhu sekitarnya.

5. Tidak terkunci.

6. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar.

7. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar,


ukurannya, kecepatan menjalarnya.

8. Orang yang akan menggunakannya.

11
9. Kemungkinan yang mungkin timbulnya reaksi kimia.

10. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakannya.

Alat Pemadam Api Ringan ( APAR ) hanya sebatas untuk memadamkan api pada mula
kebakaran dengan ukuran relatif kecil dan dalam waktu tidak lebih dari 3 menit untuk
bahan cair dan gas, serta tidak lebih dari 10 menit untuk bahan padat.

12
II. KLASIFIKASI API

Gambar ……….. Api

Tujuan pengklasifikasian api adalah agar dapat menggunakan dengan tepat jenis media
pemadam terhadap berbagai kelas kebakaran. Dengan klasifikasi ini diharapkan
pemilihan media pemadam dapat sesuai dengan jenis kebakaran sehingga pemadaman
dapat berlangsung secara efektif, dengan tidak mengabaikan prosedur pemadaman yang
benar.

Klasifikasi kebakaran atau api yang dianut oleh Indonesia adalah klasifikasi kebakaran
mengadopsi 13ambal National Fire Protection Association (NFPA), sesuai keputusan
Menteri Tenaga Kerja Indonesia melalui Peraturan PER.MEN: NO/PER/04/MEN/1980
tertanggal 14 April 1980.

Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kelas A : kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar padat,

seperti; kayu, kain, kertas, kapuk, karet, plastic lain sebagainya.

13
Gambar…… Logo/simbol api kelas A

2. Kelas B : kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar cair,

seperti; bensin, minyak tanah, spirtus, solar, avtur (jet fuel) dan
lain sebagainya.

Gambar……. Logo/simbol api kelas B

14
3. Kelas C : kebakaran atau api yang terjadi karena kegagalan fungsi

peralatan listrik.

Gambar 1.9 Logo/simbol api kelas C

4. Kelas D : kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar logam atau

metal, seperti; magnesium, titanium, aluminium, dan lain


sebagainya.

Gambar 1.10 Logo/simbol api kelas D

15
III. TEKNIK PEMADAMAN API

Terdapat 4 (empat) 16ambal pemadaman api/ kebakaran. Dengan mempertimbangkan


unsur-unsurdan reaksi yang membentuk terjadinya api, maka dengan cara
menyingkirkan salah satu dari unsur-unsur tersebut, ataupun reaksi yang terjadi akan
dapat memadamkan api.

Adapun teknik pemadaman api tersebut adalah sebagai berikut:

1. Smothering (menyelimuti), adalah teknik pemadaman dengan cara


memisahkan uap bahan bakar dengan Oksigen (Udara).

2. Cooling (mendinginkan), teknik pemadaman dengan cara menyerap panas


(menurunkan suhu) dari bahan bakar yang terbakar, sehingga proses
pembakaran akan terhalang.

3. Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar), teknik


pemadaman dengan cara memutuskan persediaan bahan bakar.

4. Breaking chain reaction, teknik pemadaman dengan cara memutuskan rantai


reaksi kimia/reaksi pembakaran, atau dengan menangkap radikal-radikal bebas
seperti OH- dan H+, agar tidak dapat melanjutkan proses pembakaran dari api
tersebut. Penangkapan radikal-radikal bebas dapat menggunakan agen agen gas
seperti CO2 atau N2 yang memiliki suhu sangat rendah dan membekukan yang
bila terkena bagian tubuh dapat mengakibatkan Frostbite , atau menggunakan
agen agen gas lainnya seperti Hallon (sudah dilarang karena merusak Ozone)
atau menggunakan agen agen gas lainnya seperti Argonite,Inergen, dll.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memadamkan kebakaran di 16ambal


bahan bakar adalah potensi terjadinya fenomena slop over dan boil over.

Slop Over

16
Suatu proses bila water jet dijatuhkan ke permukaan minyak yang terbakar, air akan
langsung berubah menjadi uap secara cepat sekali ketika menyentuh permukaan
minyak (1700 kali volumenya), kemudian uap air akan membawa minyak panas
tersebut ke udara. Bersama itu pula cairan minyak akan terdispersi akibat efek water jet
tersebut, sehingga kebakaran minyak tersebut bertambah hebat. Istilah Slop Over juga
digunakan untuk menyebut fenomena yang terjadi ketika water jet ditembakkan ke
sebuah bangunan yang terbakar. Pada tahap awal di mana suhu kebakaran masih tinggi
maka air (H2O) yang ditembakkan akan langsung menguap begitu mengenai daerah
yang terbakar karena panas tinggi sehingga terurai unsur-unsurnya akibatnya terjadi
pelepasan unsur O2 dari uap air yang menjadikan api akan membesar di saat saat awal
pemadaman. Pada kejadian pemadaman kebakaran, orang awam sering mengira air
yang digunakan oleh Petugas Pemadam mengandung minyak karena melihat fenomena
ini.

Boil Over

Suatu proses yang terjadi secara spontan, umumnya pada kebakaran 17ambal terbuka
yang berisi minyak bumi (crude oil), air dan emulsi yang berada di dasar 17ambal
menerima gelombang panas selama proses pembakaran berlangsung di permukaan
17ambal, panas yang diterima akan mengubah air atau cairan menjadi uap air atau
steam, dengan 17ambal pengembangan ± 1.700 kali. Uap ini akan terlontar ke udara
17ambal membawa bahan bakar yang berada di permukaannya, dan berakibat
kebakaran bertambah hebat.

IV. EVAKUASI SAAT KEBAKARAN DI GEDUNG BERTINGKAT

17
Gambar 4.1 Tanda Eemergency Assembly Point

Pengertian Prosedur Evakuasi Keadaan Darurat Kebakaran

Sebelum masuk pada penjelasan Prosedur Evakuasi Keadaan Darurat Kebakaran,


sebaiknya kita perhatikan terlebih dahulu mengenai jenis-jenis Keadaan Darurat yang
ada.

Keadaan darurat adalah kejadian/situasi/kondisi tidak normal yang terjadi secara tiba-
tiba yang mengganggu aktifitas perorangan, kelompok, maupun lingkungan dan
aktifitas tersebut harus ditanggulangi dengan segera. Keadaan darurat ini dapat berubah
menjadi bencana yang mengakibatkan banyak korban dan kerusakan material.

Jenis Keadaan darurat Natural hazard (Bencana Alamiah) contohnya Banjir,


Kekeringan, Angin topan, Badai, Gempa, Petir, Tsunami dan sebagainya.

Sedangkan Technological Hazard (Kegagalan Teknis) contohnya adalah Pemadaman


listrik. Bendungan bobol, Kebocoran nuklir, Peristiwa Kebakaran/ledakan, Kecelakaan
kerja/lalulintas.

Sedangkan jenis keadaan darurat lain yang diakibatkan oleh hubungan sosial manusia
seperti huru hara perang, kerusuhan, demo anarkis dan sebagainya.

18
Namun yang kami bahas disini adalah bagaimana cara evakuasi saat terjadinya
kebakaran di gedung bertingkat tempat anda bekerja atau tempat anda tinggal.

Cara evakuasi saat kebakaran di gedung bertingkat

Evakuasi di gedung bertingkat adalah penting. Alasannya sederhana: untuk


menyelamatkan jiwa dengan aman. Supaya bisa melakukan evakuasi dengan aman,
maka diperlukan latihan tanggap darurat gedung (sering disebut latihan evakuasi).
Latihan ini selalu dikondisikan mendekati keadaan darurat yang sebenarnya.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketenangan ketika melakukan proses evakuasi


pada saat kejadian yang sebenarnya, misalnya kejadian gempa bumi, atau kebakaran.
Selain itu, kita menjadi lebih peduli dan sadar akan pentingnya kondisi tempat kerja,
dan sekitar tempat kerja serta perilaku kerja yang aman, yang membuat kita dapat
bekerja dengan aman (selamat) dan nyaman.

Berikut saya bagikan cara evakuasi di gedung bertingkat berdasarkan jenis keadaan
daruratnya, dan sedikit tips evakuasi yang tidak kalah penting. Cara ini praktis
digunakan saat latihan evakuasi, dan termasuk best practice mereka yang bekerja
khususnya di industri migas dan berkantor di gedung bertingkat. Sumbernya dari
prosedur evakuasi di gedung bertingkat yang telah dikembangkan dan safety briefing.

KEADAAN DARURAT: KEBAKARAN. Ditandai dengan bunyi alarm, dan


pengumuman dari Gedung mengenai keadaan darurat kebakaran. Yang dilakukan
adalah:

1. TETAP TENANG. Semakin kita tenang, semakin kita bisa berpikir dan
tanggap. Mengikuti latihan tanggap darurat di tempat kerja masing-masing atau
di fasilitas publik lainnya (atau bahkan di rumah), bisa membuat kita semakin
tenang dan tahu apa yang harus dilakukan.

2. PADAMKAN API BILA TERLATIH. Bila melihat api, segera beritahu orang
terdekat di sekitar anda. Dan apabila anda terlatih menggunakan alat pemadam

19
api ringan (APAR), maka raihlah APAR terdekat dan padamkan api tersebut.
Mintalah orang lain yang terdekat dengan anda untuk menghubungi petugas
sekuriti atau petugas tanggap darurat ketika anda memadamkan api. Bila tidak
terlatih, segera beritahu orang terdekat di sekitar anda dan menjauhlah dari
sumber api. Orang terdekat (yang terlatih), petugas sekuriti ataupun petugas
tanggap darurat akan memadamkan api tersebut.

3. BERKUMPUL DI AREA LOBI LIFT LANTAI, dan tetaplah tenang.

4. TIDAK MENGGUNAKAN LIFT. Meskipun berkumpul di area lobi lift, anda


DILARANG menggunakan lift. Perilaku berisiko apabila masih menggunakan
lift saat kebakaran, saat gempa, atau saat gedung belum menyatakan lift aman
untuk digunakan! Di gedung yang mengikuti standar keselamatan gedung
bertingkat, lift orang tidak dioperasikan pada saat keadaan darurat. Lift barang
–karena peruntukannya untuk barang–punya disain teknis yang lebih kuat. Saat
keadaan darurat, hanya digunakan untuk mengevakuasi mereka yang
mengalami gangguan kesehatan, ditemani oleh petugas evakuasi gedung dan
lantai. Penggunaan lift barang berada di bawah pengawasan penuh tim tanggap
darurat dari Gedung.

5. IKUTI PETUNJUK PETUGAS TANGGAP DARURAT. Nah, anda


beruntung apabila saat keadaan darurat, ada petugas tanggap darurat lantai yang
membimbing anda. Umumnya, mereka memakai rompi warna merah, hijau,
atau band-aid berwarna di lengannya. Sangat mudah untuk dikenali dan dimintai
bantuan. Petugas tidak akan mengijinkan kita untuk meninggalkan barisan di
lobi lift sampai instruksi itu diberikan. Saat itu, petugas dan komandannya
menunggu instruksi dari Gedung –apakah dilakukan evakuasi atau tetap di
tempat.

6. EVAKUASI LEWAT TANGGA DARURAT. Pola barisan mengikuti besar


ruangan tangga darurat, ada yang berbaris 2-2, ada yang cukup satu barisan.
Ikuti saja instruksi Komandan tanggap darurat (floor warden). Pekerja/tamu
perempuan di barisan paling depan, diikuti oleh pekerja laki-laki. Di barisan
paling depan, ada petugas pemadam api (fire warden/fire suppressor) dan

20
petugas kesehatan (first aider). Di barisan paling belakang, juga ada kedua
petugas tersebut, plus Komandan petugas. Selama berbaris, TETAP TENANG.

7. BERJALAN TERTIB, TIDAK BERLARI. Ketika menuruni tangga darurat,


berjalanlah menuruni tangga darurat dengan tertib, cepat, tapi tidak berlari.
Perilaku anda yang tergesa-gesa, berteriak-teriak, dan menyusul orang di depan
anda, dapat membuat panik orang lain. Yang dapat terjadi adalah tercipta
kerumunan masal bergerak sangat cepat, yang saling berebut menuruni tangga
darurat, saling mendorong, lalu ada yang terjatuh, lemas, dan terinjak-injak.
Korban yang tercatat adalah sebagian besar berasal dari korban dari tangga
darurat yang terinjak-injak dan lemas. Maka dari itu, TETAPLAH DI DALAM
BARISAN, DAN IKUTI PETUGAS TANGGAP DARURAT.

8. BERJALAN MENUJU MUSTER POINT (TEMPAT BERKUMPUL).


Ikuti saja orang yang berjalan di depan anda. dan petugas tanggap darurat.
Tetaplah dalam barisan.

9. LAPORKAN DIRI ANDA PADA SAAT PENGHITUNGAN ORANG


(HEAD COUNT). Petugas akan mengabsen nama-nama orang yang turun
bersamanya. Gunanya adalah untuk memastikan tidak ada orang-orang yang
tertinggal di gedung.

10. TETAP DI MUSTER POINT. Di muster point, petugas tanggap darurat


menunggu instruksi dari petugas Gedung apakah Gedung telah aman atau masih
berbahaya untuk dimasuki. Apabila dinyatakan telah aman, petugas akan
mempersilahkan anda untuk kembali ke gedung.

21
PENTING:

Di dalam proses evakuasi di atas, apabila mengalami gangguan kesehatan (keringat


dingin, sesak napas, pusing, sakit kepala, mual, muntah), maka pisahkan diri dari
barisan dan TENANGKAN DIRI ANDA. Panggillah petugas first aider atau orang
terdekat di sekitar anda. Petugas first aider akan menenangkan anda. Anda tidak akan
ditinggal oleh petugas.

 Bila menemukan ada orang yang pingsan, segera panggil petugas first aider atau
petugas tanggap darurat lainnya. Ketiga petugas (first aider, fire suppressor, floor
warden) memiliki keterampilan memadamkan api dan memberikan first aid.
Namun, apabila anda terlatih untuk menolong orang yang pingsan, maka lakukan
pertolongan pertama dan tetaplah tenang. Minta orang terdekat di sekitar anda untuk
memanggil petugas tanggap darurat.

 Hindari membawa barang-barang yang bisa menghambat proses evakuasi diri anda
DAN diri orang lain. Prioritas utama adalah jiwa, bukan materi. Di dalam proses
evakuasi, kita diharapkan sekali untuk saling menjaga ketenangan dan membuat
tenang orang lain. Bawaan barang yang besar bisa membuat orang lain tidak tenang
karena proses menuruni tangga darurat menjadi lebih lama, belum lagi risiko
tertimpa barang itu (bila barang tiba-tiba jatuh).

Kita tidak pernah menginginkan musibah kebakaran terjadi, namun paling tidak jika
kita memahami Prosedur Evakuasi Keadaan Darurat Kebakaran maka kita akan bisa
mengambil langkah-langkah dan keputusan yang tepat sesuai prosedur jika suatu saat
terjadi kebakaran di lingkungan yang kita tinggali.

22

Anda mungkin juga menyukai