Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi
Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini
merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri
Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja
Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai
Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau
Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan
Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

1.2 Rumusan Masalah


a. Dimana letak lokasi Kerajaan Kediri?
b. Bagaimana perkembangan Kerajaan Kediri?
c. Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kediri?
d. Siapa saja Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
e. Apa saja sumber sejarah Kerajaan Kediri?
f. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Umum :
1) Mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri
2) Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
3) Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri

1
2

4) Mengetahui Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri


5) Mengetahui perkembangan Kerajaan Kediri
6) Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
7) Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri
b. Khusus :
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia mengenai
materi kelas X tentang Kerajaan-Kerajaan pada masa Hindu-Budha di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri


Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini
sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan
lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan
Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka
karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau
bermuka empat.
Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi
kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh
seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua
kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan
Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan
dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan
kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak
terjadi pertikaian.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas
dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya
Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi
Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang
ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta
Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah
kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang
bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang
berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji
Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota
lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama

3
4

Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap


memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi
pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan
dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur
berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut,
selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang
banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab
sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan
Kediri/Panjalu atas Jenggala.

2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri


Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh
menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga
Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala
mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum
ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan
Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan
golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul
Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas
Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan
Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah
pemerintahan Kertanegara (1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan.
Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung
dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya
pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun
kembali kejayaan Kerajaan Kediri.
5

2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri


Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa
Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri,
Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan
yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja
Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah
Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut
menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan
tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi
seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja
Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat
memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut
diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya
Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan
anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri
selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam
kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura
antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan
Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap
sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh
wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja
Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan
6

Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang


Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami
kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan
mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang
mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini
Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di
Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak
saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.

b. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius.
Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai
peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di
candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar
belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah
Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma
menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah
satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang
disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan.
Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar
Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya
komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui
jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan
di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia.
Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka
membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu
7

Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia,


Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju
Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam
lalu lintas perdagangan dunia.

d. Kehidupan Sosial Budaya


Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan, Kerajaan
Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat
Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :
1) Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat
dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok
pelayannya.
2) Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang
terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani
(daerah).
3) Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang
tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara
resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra
berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil
digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab
Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan
Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta
kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa
pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis
kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah


Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal
berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah
8

memerintah kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa
keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal hingga saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti
Sirah Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan
hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa
kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar
perhatiannya terhadap masyarakat dan berupaya meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya.
2. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di
daerah Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih
banyak memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui
keadaan pemerintahannya.
3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu
Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan
rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di Dahono
Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur, sehingga segala
macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah
aliran sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan,
sehingga makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya,
dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar,
sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut sebagai negara yang “Gemah
Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan
spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan
9

tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan


menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa
pada masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap
rakyat.
4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan
prasasti Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya,
Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu,
dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah
moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah
sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang menghalangi
kesatuan adalah tidak benar.
5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang
memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake
Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan
sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada
saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja
Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri Gandra.
6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti
Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti
nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya
pangkat seseorang dalam istana.
7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker
(1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182
sampai 1185 Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat,
10

diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada masa


pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang.
8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194),
prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan
Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222
Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama
masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan
Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana
di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang
lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan
untuk menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum
Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di
dekat Ganter (1222 M)

2.5 Sumber Sejarah Kerajaan Kediri


Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan
berita asing sebagai berikut :
1) Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah
tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
2) Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi
masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun
1117–1130 M.
3) Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya
yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah
perdikan yang bebas dari pajak. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra
yang memuat tentang sejumlah nama hewan, seperti kebo waruga dan tikus
finada.
11

4) Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa


pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan
musuh yang memusuhi istana di Katang-katang.
5) Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita
Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina
yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan
Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).
Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M)
karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan
Kediri pada abad ke-12 dan 13 Masehi.

2.6 Runtuhnya Kerajaan Kediri


Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda
Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak
disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya,
terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi
penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan
memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana
kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken
Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel (Singosari) yang dulunya
merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara prajurit
Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan
Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian
berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan
Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya
dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah
dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra
Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang
12

bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya, yaitu
Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama
menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang dipimpin
oleh Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu
terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol
dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat
kami ambil simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan
Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri
pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja
pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan
dirinya sebagai titisan Wisnu.
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda
Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak
disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya,
terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi
penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.

3.2 Saran
Dengan adanya tugas Sejarah Indonesia membuat makalah mengenai
Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui
tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia salah satunya Kerajaan Kediri.
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan Lupakan
Sejarah, maka kita penerima warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi mencari
pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa lampau. Contoh kecil adalah mencari
peristiwa apa saja yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Dengan demikian kita akan menambah rasa patriotisme (cinta tanah air) yang
sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa tanah air, guna
membangun bangsa yang lebih baik lagi.

13
14

DAFTAR PUSTAKA

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-kerajaan-kediri.html

http://sule-epol.blogspot.co.id/2015/05/makalah-kerajaan-kediri-dan-
singasari.html

http://juragansejarah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-kediri.html

http://www.sejarah-negara.com/2014/07/8-raja-yang-pernah-memerintah-
kerajaan/

Anda mungkin juga menyukai