Anda di halaman 1dari 19

STIKES BETHESDA

YOGYAKARTA

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI/ANAK

Nama Mahasiswa : _________________________


NIM : _________________________
Tingkat/Semester : _________________________

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3 4
I Persiapan Alat
a. Alat tulis
b. Timbangan bayi atau timbangan anak (berdiri)
c. Meteran/pengukur tinggi badan(usahakan yang tidak
lentur).
d. Pengukur LLA
e. Penggaris
f. Termometer
g. Tensi meter
h. Stetoskop
i. Garpu tala
j. Sudip lidah
k. Senter
l. Snellen chart / gambar berwarna
m. Bengkok
n. APD
o. Arloji berdetik

II Tahap Pra-interaksi
1. Verifikasi order
2. Persiapan diri perawat
3. Siapkan alat
4. Siapkan lingkungan (jaga privasi klien)

III Tahap Orientasi


1. Berikan salam terapeutik
2. Jelaskan tujuan dan prosedur.
3. Lakukan anamnese kepada ibu/anak
4. Lakukan cuci tangan
5. Lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran
6. Ukur BB, TB, lingkar kepala (LK), lingkar lengan atas
(LLA), TLK
7. Ukur tanda vital (suhu, nadi, respirasi, tensi bila
memungkinkan)
8. Lakukan pemeriksaan kulit: warna, turgor, kelembapan,
tekstur, lesi, edema, suhu kulit)
9. Lakukan pemeriksaan kuku (warna, tekstur, kualitas,
distribusi, higiene)

1
10. Lakukan pemeriksaan rambut: warna, kualitas, distribusi,
higiene.
11. Lakukan pemeriksaan kepala: lingkar kepala, bentuk,
ubun-ubun (fontanela).
12. Lakukan pemeriksaan wajah: bentuk, kesimetrisan,
paralisis wajah, pembengkaan.
13. Lakukan pemeriksaan mata: palpebra, konjungtiva, bulu
mata, alis mata, sklera, kornea, pupil (reflek cahaya), iris,
lensa, strabismus, visus (bila perlu), lapang pandang.
14. Lakukan pemeriksaan telinga: daun telinga, liang telinga,
mastoid, tajam pendengaran, keluar cairan (warna, bau,
jumlah)
15. Lakukan pemeriksaan hidung: bentuk, kelainan (keluaran
cairan, darah)
16. Lakukan pemeriksaan mulut: trismus, bau mulut, bibir,
lidah, gusi, gigi, saliva, tonsil.
17. Lakukan pemeriksaan faring: hiperemia, edema, abses.
18. Lakukan pemeriksaan leher: masa, kelenjar tiroid, JVP,
kelenjar getah bening.
19. Lakukan pemeriksaan dada:
 Bentuk dada
 Payudara: bentuk, kelainan
 Paru-paru: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
 Jantung: inspeksi, perkusi, auskultasi
20. Lakukan pemeriksaan abdomen
 Inspeksi: bentuk, kesimetrisan, bekas luka,
kebersihan
 Auskultasi: peristaltic usus, suara vaskuler
 Palpasi:: hepar, lien dll
 perkusi
21. Lakukan pemeriksaan genitalia (pilih salah satu jenis).
 Laki-laki: ukuran, bentuk penis, testis, kelainan
 Perempuan: bentuk, seks sekunder, cairan,
kelainan.
22. Lakukan pemeriksaan tulang belakang: bentuk, kelainan
(lordosis, kifosis, skoliosis, kelemahan, nyeri, dsb).
23. Lakukan pemeriksaan ekstremitas:
 Tangan: bentuk, kelainan (clubing finger,
polydactili, syndactili), nyeri, kontraktur,
paralisis.
 Kaki: bentuk, gaya berjalan, kelainan.
24. Rapikan pasien
25. Bereskan alat-alat, kembalikan ke tempatnya.
26. Perawat mencuci tangan.

IV Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan.
2. Respon anak.
3. Hasil pemeriksaan

2
4. Paraf dan nama terang.

V Sikap
1. Teliti
2. Empati
3. Sabar
4. Sopan

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑒
Nilai akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 =

Yogyakarta, ...........................
Penguji,

(.......................................)

3
PEMERIKSAAN FISIK (PF)
PADA BAYI/ANAK

A. PENGERTIAN
Pemeriksaan Fisik (PF) lebih dari suaturangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan
tuntutan yang sama sensitivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang
sulit dikenaldan tidak sama dengan yang lainnya.

B. TUJUAN PF
Tujuan PF adalah untuk memperoleh informasi yang tepat/akurat tentang keadaan
fisik atau kelainan anatomis serta fisiologis dalam tubuh anak.
Karena sifat alamiah bayi dan anak, maka urutan pemeriksaan tidak harus menuruti
sistematika yang lazim pada orang dewasa.

C. KOMUNIKASI SEBELUM PEMERIKSAAN


Komunikasi yang dilakukan perawat sebelum melakukan PF antara lain:
1. Berbicara terlebih dahulu kepada orang tua; tunjukkan bahwa perawat hendak
membina hubungan yang baik. Kemudian perhatian kita alihkan kepada anak
dengan tujuan melakukan pengkajian.
2. Mulai kontak dengan anak; kalau perlu dengan menceritakan hal-hal yang lucu
sehingga anak akan tertarik pada pembicaraan perawat dan mau bekerja sama.
3. Gunakan mainan (bila perlu) sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai
titik amsuk berbicara kepada anak.
4. Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling akhir, pilih pemeriksaan
yang sederhana atau yang dapat dilakukan sambil bermain terlebih dahaulu.

D. PENATALAKSANAAN
1. Persiapan alat:
a. Alat tulis
b. Pengukur panjang badan/meteran (dari bahan yang tidak lentur kalau ada).
c. Timbangan bayi atau timbangan anak (berdiri)
d. Penggaris
e. Pengukur Lingkar Lengan Atas (LLA)
f. Termometer
g. Tensi meter:
1) Manset bayi: lebar 4-6 cm dengan panjang manset/kantong 5-9 cm
2) Manset anak: lebar 7,5-9 cm dan panjang manset/kantong 17-19 cm.
h. Stetoskop
i. Garpu tala
j. Sudip lidah
k. Senter
l. Snellen chart atau gambar berwarna
m. Ishihara
n. Spekulum telinga
o. Arloji berdetik
p. Bengkok

4
2. Prosedur pemeriksaan

a. PEMERIKSAAN PADA BAYI


1) Berikan salam terapeutik
2) Jelaskan pada ibu/keluarga tujuan dilakukan pemeriksaan
3) Lakukan cuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir dan
keringkan. Jika tidak ada air, lakukan hand scrub.
4) Pakai APD
5) Letakkan bayi pada tempat yang rata
6) Lakukan pengukuran antropometri:
a) Timbang berat badan: atur skala pebimbangan ke titik nol; timbangan
diberi alas; timbang bayi dalam keadaan telajang atau jika tetap
berpakain hasil timbangan dikurangi berat alas dan pakaian serta
bedong/pembungkus.
b) Ukur panjang badan: letakkan bayi pada tempat yang datar; ukur
panjang dari puncak kepala sampai tumit dengan kaki/badan
diluruskan.gunakan alat ukur yang terbuat dari bahan yang tidak lentur.
c) Ukur lingkar kepala dari tengah dahi (tulang frontale) atau glabela
melingkari tulang occipitale (puncak kepala) kembali ke dahi.
d) Ukur lingkar dada melalui puting susu.
e) Ukur lingkar lengan atas pada setengah panjang lengan

7) Lakukan pemeriksaan kepala:


a) Raba sepanjang garis sutura dan fontanela (ubun-ubun), ukuran dan
tampilannya. Sutura yang berjarak lebar  terjadi pada bayi preterm,
adanya moulase/moulding (tulang kepala tumpang tindih) yang buruk
atau hidrosefalus. Pada keadaan normal tulang yang mengalami
moulase akan kembali lagi dalam beberapa hari sehingga fontanela
mudah diraba.
b) Fontanela anterior diraba, perhatikan ukuran dan ketegangannya.
Fontanela yang besar terjadi pada prematuritas dan hidrosefalus,
sedangkan yang terkecil terjadi pada mikrosefali. Fontanela yang
menonjol terjadi akibat peningkatan tekanan intra kranial, sedangkan
yang cekung terjadi karena dehidrasi.
c) Periksa adanya trauma lahir  caput suksedaneum, sefal hematom,
perdarahan subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.
d) Perhatikan adanya kelainan kongenital (bawaan) seperti anensefali,
mikrosefali, kraniotabes.

5
8) Lakukan pemeriksaan wajah:
a) Wajah harus tampak simetris. Kadang-kadang wajah bayi tampak
asimetris karena posisi bayi dalam rahim.
b) Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti Sindrom Down, laserasi
karena trauma lahir.

9) Lakukan pemeriksaan mata:


a) Goyangkan kepala bayi pelan-pelan supaya matanya terbuka.
b) Periksa posisi/letak mata
c) Periksa adanya strabismus/mata juling (karena koordinasi mata belum
sempurna).
d) Periksa adanya trauma pada palpebra; perdarahan konjungtiva atau
retina.
e) Periksa pupil  harus tampak bulat; reaksi terhadap cahaya +/+
f) Adakah kelainan atau kekeruhan pada kornea.
g) Adakah sekret pada mata; konjungtivitas oleh kuman gonokokus.

10) Lakukan pemeriksaan hidung:


a) Periksa bentuk dan lebar hidung. Bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm.
b) Noraml bayi bernafas melalui hidung. Perhatikan adanya sumbatan
(obstruksi) jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring  sehingga bayi
bernafas melalui mulut.
c) Periksa adanya pernafasan cuping hidung yang menunjukkan adanya
gangguan pernafasan.
d) Periksa adanya sekret yang mukopurulen dan kadang berdarah,
kemungkinan disebabkan adanya penyakit sifilis kongenital.

11) Lakukan pemeriksaan mulut:


a) Bentuk bibir harus simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan
adanya palsi wajah.
b) Perhatikan adanya kelainan seperti bibir sumbing, keutuhan langit-
langit terutama persambungan pada palatum mole dan palatum durum
(palatum keras dan lunak).
c) Periksa lidah, apakah membesar atau bergerak keluar masuk
(menunjukkan edema otak atau peningkatan tekanan intrakranial).

12) Lakukan pemeriksaan telinga:


a) Periksa bentuk dan posisi telinga. Daun telinga yang letaknya rendah
menunjukkan adanya sindrom Pierre-robin.
b) Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.

13) Lakukan pemeriksaan leher:


a) Leher bayi biasanya pendek.
b) Periksa kesimetrisannya; gerakannya harus baik/bebas. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan leher, kemungkinan ada kelainan tulang leher.
c) Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada
fleksus brakhialis.

6
d) Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya pembengkaan.
14) Lakukan pemeriksaan klavikula:
 Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya, terutama
pada bayi yang lahir dengnan presentasi bokong atau distosia bahu.
Periksa kemungkinan adanya fraktur klavikula.

15) Lakukan pemeriksaan tangan:


a) Periksa kedua lengan dengan cara meluruskan lengan ke bawah 
kedua lengan harus sama panjang.
b) Kedua lengan ha4rus bebas bergerak. Jika gerakan kurang
kemungkinan ada fraktur atau kerusakan neurologis.
c) Periksa jumlah dan keadaan jari-jari; perhatikan adanya kelainan
polidaktili (jumlah jari lebih) atau sindaktili (jari-jari dempet)
d) Periksa telapak tangan  Harus dapat terbuka. Jika garis tangan hanya
satu  ada kelainan kromosom (trisomi 21).

16) Lakukan pemeriksaan dada:


a) Bentuk dada  funnel chest (bentuk corong); pigeon chest (dada
burung); barrel chest (bentuk tong).
b) Amati gerakan dada saat bernafas  kesimetrisan. Bila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotorak, hernia diafragma atau
paresis diafragma.
c) Perhatikan adanya tarikan (retraksi) sternum atau interkostal pada saat
bernafas.
d) Bunyi nafas:

Tabel 1. Bunyi Nafas


Bunyi Karakteristik Lokasi
Vesikuler Inspirasi > Normal: semua lapang
ekspirasi paru.
Abnormal: tidak ada.
Bronkovesikuler Inspirasi = Normal: ICS 1 atau 2
ekspirasi Abnormal: perifer paru
Bronkotubular Inspirasi < Normal: di atas trakea
ekspirasi Abnormal: di area paru

17) Lakukan pemeriksaan abdomen:


a) Periksa abdomen  Normal, abdomen tampak bulat dan bergerak
bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas.
b) Perhatikan adanya distensi/kembung  mungkin ada enterokolitis.
c) Bila abdomen sangat cekung  kemungkinan adanya hernia
diafragmatika.

18) Lakukan pemeriksaan genitalia:


a) Bayi laki-laki:
1) Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik-tarik
karena dapat menyebabkan fimosis.
2) Periksa adanya kelainan epispadia atau hipospadia.
3) Raba/palpasi skrotum untuk memastikan jumlah testis (jika sudah
turun)

7
b) Bayi perempuan:
1) Bayi cukup bulan  labia mayor menutupi labia minor. Bayi
kurang bulan labia mayor belum menutupi labia minor.
2) Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.
3) Kadang-kadang ada sekret yang berdarah dari vagina  karena
pengaruh hormon ibu.
19) Lakukan pemeriksaan anus dan rektum:
a) Periksa adanya kelainan  atresia ani
b) Periksa keluarnya mekonium  umumnya keluar pada 24 jam
pertama; jika sampai 48 jam tidak keluar, kemungkinan adanya
megakolon, sumbatan (obstruksi) saluran pencernaan
20) Lakukan pemeriksaan tungkai/kaki:
a) Periksa kesimetrisan tungkai/kaki dan panjang kedua kaki dengan
meluruskannya  normal simetris dan sama panjang
b) Periksa gerakan kedua tungkai  harus bebas bergerak. Gerakan yang
kurang kemungkinan adanya trauma sehingga menyebabkan fraktur
atau keruskan neurologis.
c) Periksa adanya kelainan seperti polidaktili atau sindaktili pada jari-jari
kaki.
21) Lakukan pemeriksaan punggung
 Periksa punggung/spina dengan menelungkupkan bayi  periksa
kemungkinan adanya kelainan spina bifida, pembengkaan, lesung atau
bercak kecil berambut yang menunjukkan adanya kelainan pada
medula spinalis atau kolumna vertebralis.

22) Lakukan pemeriksaan kulit


 Periksa keadaan kulit bayi  adanya ruam dan bercak-bercak atau
tanda lahir; kelembaban, vernik kaseosa, lanugo (pada bayi preterm)
23) Lakukan pemeriksaan refleks

Tabel 2. Refleks bayi


Refleks Deskripsi Metode Makna
pemeriksaan temuan
Berkedip Dijumpai tahun Sorotkan cahaya Tidak ada
pertama kehidupan ke mata bayi refleks  buta
Rooting Bayi memutar ke Gores sudut Tidak ada
arah pipi yang mulut bayi atau refleks 
digores. Refleks ini garis tengah gangguan
menghilang pada bibir. neurologi berat.
umur 3-4 bulan.
Menghisap Bayi menghisap Berikan bayi Refleks lemah
dengan kuat dalam botol atau dot. atau tidak ada
merespon  kelambatan
rangsangan. perkembangan
Refleks ini menetap atau kelainan
selama masa bayi. neurologi.
Kaget (Startle) Lengan bayi Bertepuk tangan Tidak ada
ekstensi dan fleksi, dengan keras. refleks 
tangan tetap rapat kerusakan

8
ketika merespon pendengaran.
suara yang keras.
Refleks ini
menghilang setelah
umur 4 bulan.
Menggenggam Jari-jari bayi Letakkan jari di Fleksi yang
(Palmar melengkung di telapak tangan tidak simetris
grasp) sekitar jari yang bayi dar sisi menunjukkan
diletakkan di ulnar. Jika paralaisis.
telapak tangan bayi refleks lemah Refleks
dari sisi ulnar atau tidak ada, menggenggam
(menggenggam). berikan bayi yang menetap
refleks botol atau dot  ada
karena dengan gangguan
menghisap serebral.
menguatkan
refleks.

Refleks Deskripsi Metode Makna


pemeriksaan temuan
Moro’s Lengan ekstensi, Ubah posisi bayi Refleks yang
jari-jari dengan tiba-tiba menetap lebih
mengembang, atau pukul meja dari 4 bulan
kepala terlempar ke di samping bayi menunjukkan
belakang dan adanya
tungkai sedikit kerusakan otak.
ekstensi. Lengan Respon yang
kembali ke tengah tidak simetris
dengan tangan  hemiparese,
menggenggam. fraktur
Tulang belakang klavikula, atau
dan ekstremitas cidera pleksus
bawah ekstensi brakialis.
(seperti mau
memeluk).
Menghilang pada
umur 3-4 bulan.
Babinski Jari kaki Gores telapak Refleks positif
mengembang dan kakisepanjang setelah umur 2
ibu jari kaki tepi luar, dimulai tahun
dorsofleksi. dari tumit menunjukkan
Dijumpai sampai adanya lesi
umur 2 tahun. ekstrapiramidal.
Galant’s Punggung bayi Gores punggung Tidak ada
bergerak ke arah bayi sepanjang refleks  ada
samping jika sisi tulang lesi pada
dirangsang. belakang dari medula spinalis
Dijumpai selama 4- bahu sampai transversa.
8 minggu pertama. pantat.
Ekstrusi Lidah ekstensi ke Sentuh lidah Ekstensi lidah

9
arah luar bila dengan ujung yang permanen
disentuh. spatel lidah. menunjukkan
Menghilang setelah Sindrom Down.
umur 4 bulan.
Neck righting Bila bayi telentang, Letakkan bayi Tidak ada
bahu dan badan dalam posisi refleks atau
serta pelvis akan telentang. Tarik refleks menetap
berotasi/berputar ke perhatian bayi lebih dari 10
arah di mana bayi dari satu sisi bulan  ada
memutar. Dijumpai sehingga bayi gangguan
selama 10 bulan memutar. sistem saraf
pertama. pusat.

b. PEMERIKSAAN PADA ANAK


1) Berikan salam terapeutik
2) Jelaskan pada ibu/keluarga tujuan dilakukan pemeriksaan
3) Lakukan cuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir dan
keringkan. Jika tidak ada air, lakukan hand scrub.
4) Pakai APD
5) Lakukan pemeriksaan tanda vital
a) Denyut nadi: frekuensi, pola nadi, kekuatan nadi.
1) Usia < 3 tahun  pengukuran pada daerah apikal; anak > 3 tahun
pengukuran pada radialis
2) Pengukuran selama 1 menit jika tidak teratur, atau selama 15-30
menit jika teratur kemudian dikalikan 4 atau 2.
3) Cara pengukuran dengan menggunakan 3 ujung jari (telunjuk, jari
tengah dan jari manis) bersama-sama meraba.

Tabel 3. Frekuensi denyut nadi


Umur Frekuensi nadi rata-rata
(per-menit)
Lahir 140
1 bulan 130
1-6 bulan 130
6-12 bulan 115
1-2 tahun 110
2-4 tahun 105

Tabel 4. Pola denyut nadi


Pola nadi Deskripsi
Bardikardia Frekuensi nadi lambat
Takikardia Frekuensi nadi meningkat dalam keadaan
tidak ketakutan, menangis, aktivitas
meningkat, atau demam  menunjukkan
penyakit jantung.
Sinus aritmia Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi,
menurun selama ekspirasi. Sinus aritmia
merupakan variasi normal pada anak

10
khususnya selama tidur.
Pulsus Denyut nadi yang silih berganti antara kuat
alternans dan lemah  kemungkinan menunjukkan
gagal jantung.
Pulsus Denyutan yang berpasangan berhubungan
bigeminus dengan denyutan prematur.
Pulsus Kekuatan nadi menurun dengan inpsirasi.
paradoksus
Thready pulsus Denyut nadi cepat dan lemah 
menunjukkan adanya tanda syok, nadi
sukar diraba, tampak muncul dan
menghilang.

Tabel 5. Tingkatan nadi


Tingkatan nadi Deskripsi
Tingkat 0 Tidak dapat diraba
Tingkat +1 Sulit diraba, lemah, halus, mudah hilang
dengan tekanan.
Tingkat +2 Sulit diraba, dapat hilang dengan
tekanan
Tingkat +3 Mudah diraba, tidak mudah hilang
dengan tekanan (normal).
Tingkat +4 Kuat berdenyut, tidak hilang dengan
tekanan.

b) Tekanan darah
 Atur posisi anak berbaring atau duduk, gunakan manset sesuai
ukuran.

Tabel 6. Takanan darah normal pada anak


Usia Tekanan sistolik/diastolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65

c) Pernafasan:
1) Lakukan pengukuran dengan mengamati gerakan abdomen pada
anak kecil atau gerakan torak pada anak yang lebih besar.
2) Hitung frekuensi, irama, dan pola nafas selama 1 menit penuh.

Tabel 7. Pola pernafasan


Pola pernafasan Deskripsi
Dispnea Susah bernafas yang ditunjukkan
adanya retraksi dada.
Bradipnea Frekuensi pernafasan lambat yang

11
abnormal, irama teratur.
Takipnea Frekuensi pernafasan cepat yang
abnormal.
Hiperpnea Pernafasan cepat dan dalam.
Apnea Tidak ada pernafasan (berhenti nafas).
Cheyne stokes Periode pernafasan yang bergantian
dengan periode apnea. Umumnya
pada bayi dan anak selama tidur
nyenyak, depresi, dan kerusakan otak.
Kusmaul Nafas dalam yang abnormal. Bisa
cepat, normal atau lambat. Umumnya
pada asidosis metabolik.
Biot Pernafasan tidak teratur, terlihat pada
kerusakan otak bagian bawah dan
depresi pernafasan.

d) Suhu tubuh
 Lakukan pengukuran suhu di aksila dengan menempatkan
termometer di bawah lengan dengan ujungnya di bagian tengah
aksila, dan dekatkan dengan kulit. Minta anak untuk menjepit
termometer selama 3 menit.

6) Pemeriksaan kulit, kuku, rambut, dan kelenjar getah bening.


a) Pemeriksaan kulit (warna, kelembaban, suhu, tekstur, turgor, edema,
lesi).

Tabel 8. Warna kulit


Warna kulit Deskripsi kelainan
Cokelat Ada penyakit Addison atau tumor hipofisis
Biru kemerahan Polisitemia
Merah Hipertermi, alergi dingin, inflamasi lokal,
reaksi psikologis.
Sianosis pada Sianosis perifer: cemas, kedinginan.
kuku, bibir, mulut Sianosis sentral: kuang darah/oksigen
atau badan
Kuning Pada sklera, membran mukosa, abdomen 
Ikterus yang menyertai penyakit hati,
hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran
empedu.
Pada telapak tangan/kaki dan muka  karena
makan wortel/kentang terlalu banyak.
Area kulit (bukan sklera)  penyakit ginjal
kronis.
Pucat Demam, pre-syok/syok, anemia.
Kurang pigmen Albinisme.
secara umum

12
Tabel 9. Kelembaban kulit
Cara memeriksa Kelainan
1. Amati daerah kulit Kering di daeerah bibir, tangan atau
Normal  agak kering genitlia  adanya dermatitis
kontak
2. Amati membran mukosa Kering menyeluruh termasuk yang
Normal  lembab terpajan sinar matahari  lama
mandi atau kurang gizi.
Kering di membran mukosa 
dehidrasi, kedinginan yang
menunjukkan adanya syok.

Tabel 10. Suhu kulit


Cara memeriksa Kelainan
Palpasi kulit bagian Hipertermi demam, terbakar
ekstremitas dan tubuh lainnya sinar matahari, gangguan otak.
dengan menggunakan Hipertermi lokal  luka bakar atau
punggung tangan. infeksi.
Hipotermi  syok.
Hipotermi lokal  terpajan dingin.

Tabel 11. Tekstur kulit


Cara memeriksa Kelainan
Amati dan palpasi tekstur Kulit kasar dan kering  kurang
kulit. gizi, gangguan endokrin, terpajan
Normalkulit bayi dan anak cuaca, terlalu sering mandi.
lembut Kulit mengelupas/bersisik pada jari
tangan atau kaki  ekzema,
dermatitis atau infeksi jamur.
Sisik berminyak pada kulit kepala
 ada dermatitis seboroika.
Bercak-bercak dan bersisik pada
muka dan tubuh bagian atas 
ekszema.

Tabel 12. Turgor kulit


Cara memeriksa Kelainan
Cubit lengan atas atau Kembalinya lipatan kulit lambat
abdomen kemudian lepaskan dan adanya tanda lain
dengan cepat. menunjukkan adanya dehidrasi
Normal  cepat kembali atau malnutrisi, penyakit kronis,
seperti semula tanpa atau gangguan otot.
meninggalkan bekas.

13
Tabel 13. Edema kulit
Cara Patologi
Lakukan palpasi pada  Lekukan telunjuk yang menetap setelah
daerah kulit dengan telunjuk diangkat menunjukkan adanya
menekan daerah kulit pitting edema.
yang kelihatan  Edema area periorbital menunjukkan anak
membengkak dengan banyak menangis, alergi, baru bangun
jari telunjuk. tidur, atau penyakit ginjal.
 Edema di ekstremitas bawah dan bokong
menunjukkan kelainan ginjal dan jantung.

Tabel 14. Pemeriksaan adanya lesi kulit.


Cara Patologi
Lakukan inspeksi dan  Hampir semua lesi menunjukkan adanya
palpasi di daerah kulit urtikaria, ekzema, dermatitis kontak, atau
dengan memperhatikan reaksi alergi.
distribusi, bentuk,  Bentol kecil atau besar yang berkelompok
warna, ukuran, dan dapat menunjukkan adanya urtikaria.
konsistensi seperti:  Eritema, vesikel, krusta, ruam yang gatal
 Makula, papula, pada pipi dan kulit kepala menunjukkan
nodul, tumor, adanya dermatitis atopik (ekzema).
bentol, vesikel, bula,  Pembengkaan merah dan gatal
pustula, sisik, menunjukkan adanya dermatitis kontak.
krusta, erosi, ulkus,  Pembengkaan pada ke;lenjar parotis yang
fisura, striae, sangat nyeri menunjukkan gondongan
petekie. (parotitis epidemika).

b) Pemeriksaan kuku
 Lakukan inspeksi pada kuku kemudian lakukan penilaian terhadap
warna, tekstur, kualitas, dan higiene.
c) Pemeriksaan rambut
 Lakukan inspeksi pada rambut kemudian lakukan penilaian terhadap
warna, tekstur, kualitas, distribusi, dan higiene.
d) Pemeriksaan kelenjar getah bening
 Lakukan palpasi dengan menggtunakan bagian distal jari, tekan
perlahan menggunakan gerakan melingkar pada:
o Daerah submaksilaris dengan sedikit menundukkan kepala.
o Servikal dengan sedikit menengadahkan kepala.
o Aksila dengan merilekskan lengnan ke samping.
o Inguinalis
 Lakukan penilaian kelenjar limfe  ukuran, mobilitas, suhu,
kekerasan.
7) Pemeriksaan kepala dan leher.
 Lakukan inspeksi, palpasi ubun-ubun (fontanela) dan pengukuran
lingkar kepala.
 Lakukan inspeksi daerah wajah, nilai kesimetrisan, adanya paralisis
fasialis, dan pembengkaan wajah.

14
8) Pemeriksaan mata
 Lakukan inspeksi pada mata untuk:
- Palpebra  kemiringan
- Kelopak mata  posisi, warna.
- Konjungtiva  warna
- Bulu mata dan alis  pertumbuhan dan distribusi.
- Sklera  warna.
- Kornea  dengan cara memberi sinar terang pada mata.
- Pupil bandingkan ukuran, bentuk, gerakan, reaksi terhadap
sinar (beri sinar yang menjauh), akomodasi.
- Iris  bentuk, warna, ukuran, kejelasan.
- Fundus dengan menggunakan oftalmoskopi.
- Warna  menggunakan tes Ishihara.
9) Pemeriksaan telinga
 Lakukan inspeksi daun telinga dan liang telinga  kepala sedikit
miring, tarik pinna ke atas dan ke belakang pada posisi jam 10,
masukkan spekulum 0,6-1,25 cm.
 Uji pendengaran:
- Uji Rinne  letakkan batang vibrasi dari garpu tala pada tulang
mastoid sampai anak tidak mendengar lalu pindahkan garpu tala
ke dekat liang telinga.
- Uji Weber  pegang garpu tala pada garis tengah kepala atau
dahi, kemudian lakukan penilaian laterarisasi.
10) Pemeriksaan hidung
 Lakukan pemeriksaan hidung  tengadahkan kepala ke belakang,
dorong ujung hidung ke atas dan arahkan sinar ke lubang hidung.
 Lakukan penilaian adanya perforasi septum  arahkan sinar ke salah
satu lubang hidung dan observasi adanya perforasi atau peradangan.
11) Pemeriksaan mulut dan tenggorokan
 Gunakan spatel lidah (hindari refleks muntah) dengan menekan bagian
samping lidah dan gunakan lampu senter untuk melihat kondisi mulut
dan tanggorokan.
 Atur posisi telentang, palpasi kelenjar tiroid dari kedua sisi dengan jari
telunjuk dan jari tengah  perhatikan adanya pergerakan tiroid ke atas
saat anak menelan.
12) Pemeriksaan dada
 Inspeksi  bentuk dada, besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, ada
deformitas atau tidak, adanya penonjolan, pembengkaan.
 Palpasi  kesimetrisan, fremitus suara dan krepitasi.
 Perkusi dimulai dari atas ke bawah dan kanan atau kiri serta
membandingkannya.
 Auskultasi  menilai bunyui nafas dasar dan bunyi tambahan.
Dilakukan di seluruh dada dan punggung  bandingkan kanan dan kiri
dari bagian atas ke bawah. Bunyi nafas akan lebih keras karena dinidng
dada masih tipis.
 Bunyi nafas tanbahan

15
Tabel 15. Bunyi nafas tambahan.
Bunyi Karakteristik Penyebab
Rales
 Halus  Intermiten, nada tinggi, Penumonia,
bunyi gemesir halus gagal jantung
terdengar di akhir kongestif.
inspirasi  ada cairan di
alveoli
 Sedang  Intermiten, basah, keras, Edema paru
nada sedang, terdengar
di awal atau tengah
inspirasi, hilang dengan
batuk  ada cairan
dalam bronkus dan
bronkiolus.
 Kasar  Keras, bergelembung, Pneumonia
nada rendah, terdengar dengan gejala
saat ekspirasi, hilang paru yang
dengan batuk  ada mereda,
cairan dalam brokus dan bronkitis.
bronkiolus.
Ronki (mengi)  Kontinu, mendengkur, Bronkitis.
 Sonor nada rendah, terdengar di
seluruh siklus
pernafasan, hilang
dengan batuk  ada
keterlibatan bronkus
besar dan trakea.
 Sibilant (bunyi  Kontinu, musikal, nada Asma
berdesis) tinggi, terdengar di
tengah sampai akhir
ekspirasi  edema dan
obstruksi jalan nafas
yang lebih kecil,
mungkin terdengar
dengan stetoskop.
Mengi yang terdengar  Sonor, musikal, Obstruksi
 Inspirasi terdengar saat inspirasi tinggi.

 Ekspirasi  Bunyi bersiul, bunyi Obstruksi


seperti menggosok, rendah.
keras, nada tinggi,
terdengar selama
ekspirasi.
Pleural friction rub Seperti memarut, Permukaan
menggosok keras, nada pleura yang
tinggi, mungkin meradang.
terdengarselama

16
inspirasiatau ekspirasi.
13) Pemeriksaan jantung
 Inspeksi dan palpasi di daerah apeks  getaran jantuang.
 Perkusi  untuk menilai pembesaran jantung.
 Auskultasi mulai dari apeks, para sternum kiri ke bawah, iga ke-2tepi
kiri sternum dan sela-sela iga ke-2 tepi kanan sternum atau tepi kiri
sternum bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang tepi kiri sternum,
tepi kanan sternum, daerah intra dan supraklavikula kanan/kiri, lekuk
suprasternum daerah karotis di leher kanan ataukiri dan seluruh sisa
dada.
14) Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi  ukuran dan bentuk abdomen.
 Auskultasi  mendengarkan bising usus.
 Perkusi  daerah lapang abdomen dan epigastrium.
 Palpasi  daerah organ abdomen.
15) Pemeriksaan genitalia
 Alat kelamin laki-laki
- Inspeksi  ukuran penis, adanya pembengkaan, lesi kulit,
inflamasi pada glands dan batang, lokasi meatus uretra.
- Inspeksi ukuran, lokasi, dan distribusi rambut pada skrotum
(remaja)
- Palpasi kantung skrotum dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
menilai keadaan testis.
 Alat kelamin perempuan
- Inspeksi struktur genitalia eksterna dari klitoris ke perineum pada
meatus uretra.
- Palpasi adanya masa di labia; Palapsi atau inspeksi kelenjar
skene; palapas dan inspeksi kelenjar Bartholoni.
16) Pemeriksaan tulang dan ekstremitas.
 Lakukan pemeriksaaan adanya skoliosis, kifosis dan lordosis.
 Lakukan uji kekuatan pada:
- Lengan  minta anak mengangkat tangan sambil melawan
tekanan dari tyangan pemeriksa.
- Telapak tangan  minta anak meremas jari tangan pemeriksa
sekuat mungkin.
- Kaki  minta anak duduk (bila memungkinkan) dengan kaki
menggantung.
- Telapak kaki minta anak mendorong telapak kaki ke arah
lantai saat pemeriksa menekan telapak kaki).
17) Pemeriksaan neurologis.
 Lakukan inspeksi kelainan umum neurologis seperti kejang, tremor,
parese, paralisis, hwemiparese, diplegia, paraplegia, tetraplegia.
 Pemeriksaan refleks superfisial, tendon dan patologis:
- Refleks superfisial  menggores kulit abdomen dengan 4
goresan di ataas simfisis)
- Refleks tendon dalam (profunda)  mengetuk menggunakan
martil di tendon biseps, triseps, patela, dan Achilles dengan
penilaian  pada biseps terjadi fleksi sendi siku, pada triseps
terjadi ekstensi sendi siku, patela terjadi ekstensi sendi lutut, pada

17
Achilles terjadi fleksi plantar kaki. Jika terjadi hiperefleksia 
ada kelainan pada saraf motorik atas; jika hiporefleksia  terjadi
kelainan pada saraf motorik bagian bawah.
- Refleks patologis menilai refleks Babinski dengan menggores
permukaan plantar kaki menggunakan benda agak runcing 
terjadi reaksi ekstensi ibu jari.
 Pemeriksaan tanda meningial seperti kaku kuduk, Brudzinski
- Kaku kuduk dengan mengatur posisi anak telentang, kemudian
leher ditekuk  jika ada tahanan dagu dan tidak menempel atau
tidak mengenai bagian dada  kaku kuduk (+).
- Brudzinski I  posisi telentang, letakkan satu tangan di bawah
kepala anak, kemudian tangan yang lain di dada mencegah badan
terangkat, kemudian kepala difleksikan ke dada  jika kedua
tungkai bawah fleksi (terangkat) pada sendi lutut rangsang
meningeal (+).
- Brudzinski II  posisi telentang, fleksikan secara pasif tungkai
atas pada sendi panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Jika sendi
lutut lainnya dalam keadaan ekstensi  tanda meningeal (+).
- Tanda Kernig  posisi telentang, fleksaikan tungkai atas tegak
lurus, kemudian luruskan tungkai bawah pada sendi lutut 
normal: tungkai bawah membentuk sudut 135° terhadap tungkai
atas.
 Pemeriksaan kekuatan otot dan tonus otot dengan memberi tahanan
atau mengangkat atau menggferakkan bagian otot yang akan dinilai
dengan ketentuan seperti tabel berikut.

Tabel 16.
Derajat Tanda Keterangan
0 0 Tidak ada
1 + Berkurang
2 ++ Normal
3 +++ Lebih cepat dari normal
4 ++++ Hiperaktif (klonus)

18
MATERI UJIAN PREKLINIK.
1. Pemeriksaan fisik (sesuai kasus  DHF dan Diare)
2. Memberikan imunisasi (pahami jadual imunisasi sesuai usia.
3. Memandikan bayi dengan air/minyak.
4. Membuat susu (belajar menghitung kebutuhan sesuai usia dan berta badan)
5. Memasang OGT.

19

Anda mungkin juga menyukai