Anda di halaman 1dari 35

PEMBUATAN SIMPLISIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakognosi merupakan bagian biokimia, dan kimia sintesis yang

ruang lingkupnya menjadi luas dan didefinisikan sebagai fuduger, yaitu

penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk

memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.

Penggunaan obat tradisional yang berasal dari tanaman obat di

Indonesia sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, sebelum obat modern

ditemukan dan dipasarkan. Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-

bahan tersebut yang digunakan untuk pengobatan penyakit dan telah

diwariskan secara turun temurun. Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui

bahwa banyak masyarakat didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari

tanaman ini adalah obat. Beberapa tanaman yang berkasiat sebagai obat yaitu

tanaman belimbing wuluh, nangka, sirsak, serta jeruk nipis. Telah diteliti

bahwa kandungan fitokimia yang terkandung di dalamnya dapat berkhasiat

sebagai obat. Penelitian terhadap tanaman ini kebanyakan tertuju pada uji

fitokimia dan uji aktivasi.

Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia

khususnya seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan

yang terdapat dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikan

sebagai obat, yang dilakukan secara mikroskopik. Hal ini perlu kita ketahui

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 1


PEMBUATAN SIMPLISIA

agar pengetahuan kita semakin berkembang mengenai jaringan didalam

didalam suatu simplisia pada bagian tanaman, baik itu pada daun, batang, kulit

batang, buah, kulit buah, bunga, maupun rimpang.

Prinsip dari percobaan ini adalah yang pertama penentuan waktu dan

cara pengambilan sampel. Yang kedua penentuan perlakuan terhadap sampel

mulai dari pengumpulan, pemisahan, pemilihan sampel, pencucian, pengbahan

bentuk, pengeringan, pengepakan. Yang ketiga penyimpanan. Yang keempat

perendaman sampel dengan alcohol 70% dalam waktu tertentu. Dan yang

kelima pengamatan sampel di bawah mikroskop.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman

hayati terbesar di dunia. Dari sekian besar jumlah tersebut baru sekitar 940

species yang diketahui berkhasiat terapeutik (mengobati) melalui penelitian

ilmiah dan hanya sekitar 180 species diantaranya yang telah dimanfaatkan

dalam temuan obat tradisional oleh industry obat tradisional Indonesia.

Penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan pada

pengalaman secara turun-temurun diwariskan ke generasi berikutnya.

Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman

obat atau obat tradisional relative lebih aman dibandingkan dengan obat

sintesis. Agar penggunaanya optimal, perlu diketahui informasi yang memadai

tentang tanaman obat. Informasi yang memadai akan membantu masyarakat

lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional

atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan. Namun, pengujian dan praktikum

secara ilmiah terhadap obat tradisional masih kurang, sehingga pemakaian

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 2


PEMBUATAN SIMPLISIA

secara medis belumdapat dipertanggung jawabkan untuk menunjang secara

ilmiah agar mendapat tempat yang lebih luas dalam masyarakat maka perlu

diadakan tahap-tahap praktikum terhadap obat tradisional.

Oleh karena itu, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menggali

informasi senyawa kandungan kimia dan bioaktivitas tunbuhan obat melalui

penelitian ilmiah menjadi sangat penting. Pengambilan sampel dilakukan

sebelum memulai uji fitokimia tanaman. Hal ini karena senyawa kimia dalam

sampel tanaman mudah rusak jika pengambilan sampel tidak dilakukan dengan

benar. Sehingga, pengetahuan mengenai tekhnik oengambilan sampel sangat

diperlalukan guna untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan terhadap

suatu tanaman tertentu.

B. Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui morfologi dari tanaman daun belimbing wuluh, daun

nangka, daun sirsak, serta daun jeruk nipis.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan simplisia yang baik mulai dari teknik

pengambilan sampel hingga proses pengolahan simplisia.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 3


PEMBUATAN SIMPLISIA

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Simplisia

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan. Simpisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia

nabati dan simplisia hewani. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa

tanaman utuh, bagian dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu

dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Sedangkan

simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan,

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia

murni. Selain itu juga terdapat simplisia pelican (mineral), yaitu simplisia

yang berupa bahan-bahan pelikan/mineral yang belum diolah atau telah

diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI,

1985).

Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan / kotoran

hewan, tidak menyimpan bau dan warna, tidak mengandung cendawan, tidak

mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya (Depkes RI, 1979).

Simplisia terbagi atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia

mineral.

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang

secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 4


PEMBUATAN SIMPLISIA

dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara

tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.

Simplisia nabati paling banyak digunakan seperti rimpang temulawak

yang dikeringkan bunga melati, daun seledri, biji kopi, buah adas.

2. Simplisia hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian

hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum

berupa zat kimia murni contohnya sirip ikan hiu dan madu.

3. Simplisia pelikan (mineral), yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana

dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya Belerang dan kapur

sirih.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaanya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk

dapat memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang

berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta cara

pengepakan dan penyimpanan (Agoes, 2007).

a. Tahap-tahap pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda

antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan,

umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu

panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun

pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 5


PEMBUATAN SIMPLISIA

dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat

menimbulkan toksik apabila dikonsumsi (Wallis, 1960).

Waktu panen sangat era thubunganya dengan pembentukan

senyawa aktif didalam bagian tanaman yang akan dipanen.Waktu

panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung

senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif

tersebut secara maksimal didalam bagian tanaman atau tanaman

pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan

dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.

Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari

perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif

dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.

Tabel 1. Persyaratan kadar air simplisia

Bagian Cara pengumpulan Kadar Air


Tanaman Simplisia
Kulit Batang Batang utama dan cabang dikelupas < 10%
dengan ukuran panjang dan lebar
tertentu; untuk kulit batang yang
mengandung minyak atsiri atau
golongan senyawa fenol digunakan alat
pengupas bukan dari logam
Batang Cabang dengan diameter tertentu < 10%
dipotong-potong dengan panjang
tertentu
Kayu Batang atau cabang, dipotong kecil < 10%
setelah kulit dikelupas
Daun Pucuk yang sudah tua atau muda dipetik < 5%
dengan menggunakan tangan satu per
satu
Bunga Kuncup atau bunga mekar, mahkota < 5%
bunga atau daun bunga dipetik dengan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 6


PEMBUATAN SIMPLISIA

tangan

Pucuk Pucuk berbunga dipetik dengan tangan < 8%


(mengandung daun muda dan bunga)
Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotong < 10%
dengan ukuran tertentu
Rimpang Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong < 8%
melintang dengan ketebalan tertentu
Buah Masak, hampir masak, dipetik dengan < 8%
tangan
Biji Buah dipetik, dikupas kulit buahnya < 10%
menggunakan tangan, pisau atau
digilasi, biji dikumpulkan dan dicuci
Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan < 8%
dicuci
Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan < 8%
dari daun dan akar dengan
memotongnya, kemudian dicuci
(Agoes, 2007).

2) Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.Misalnya

pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-

bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar

yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang

(Laksana, 2010).Penyortiran segera dilakukan setelah bahan

selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh

jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan

hasil panen. Dalam proses sortasi basah, setelah daun semanggi

dipisahkan dari batangnya, kotoran-kotoran seperti tanah yang

menempel kemudian dipisahkan.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 7


PEMBUATAN SIMPLISIA

3) Pencucian

Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai

bersih.Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada

bahan.Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat

mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang

terkandung dalam simplisia.Pencucian harus menggunakan air

bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM (Laksana,

2010).Penggunaan air perlu diperhatikan. Beberapa mikroba

yang lazim terdapat di air yaitu Pseudomonas, Proteus,

Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, dan E.Coli

pada simplisia akar, batang, atau buah. Cara pencucian dapat

dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan

sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena

zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air

sehingga mutu bahan menurun.Penyikatan diperbolehkan karena

bahan yang berasal dari rimpang pada umumnya terdapat banyak

lekukan sehingga perlu dibantu dengan sikat.Tetapi untuk bahan

yang berupa daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai

bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama.Setelah proses

sortasi basah, dilakukan pencucian dengan air mengalir untuk

menghilangkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 8


PEMBUATAN SIMPLISIA

4) Perajangan

Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk

memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa

pemanasan yang berlebih.Pengubahan bentuk dilakukan dengan

menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan steinles

Dalam perajangan atau pemotongan dilakukan tanpa pisau, dapat

dengan tangan yaitu dengan cara helaian daun dipetik-petik.

5) Pengeringan

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan,

kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan

luas permukaan bahan.suhu pengeringan bergantung pada

simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan

antara suhu 300-900 C. Pengeringan dilakukan untuk

mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan

menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya

memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar

secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata.

Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun

juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat

terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat

pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu

pengeringan yang lama. Dengan menurunkan kadar air dapat

mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 9


PEMBUATAN SIMPLISIA

sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau

pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman

obat maksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan

antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan

mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam

pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta

memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Terdapat beberapa metode

pengeringan yaitu:

a) Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari

Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman

yang tidak sensitif terhadap cahaya matahari.Pengeringan

terhadap sinar matahari sangat umum untuk bagian daun,

korteks, biji, serta akar.Bagian tanaman yang mengandung

flavonoid, kuinon, kurkuminoid, karotenoid, serta beberapa

alkaloid yang cukup mudah terpengaruh cahaya, umumnya

tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari secara langsung.

Kadangkala suatu simplisia dijemur terlebih dahulu untuk

mengurangi sebagian besar kadar air, baru kemudian

dikeringkan dengan panas atau digantung di dalam ruangan.

Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara

langsung memiliki keuntungan yaitu ekonomis. Namun lama

pengeringan sangat bergantung pada kondisi cuaca (Agoes,

2007).

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 10


PEMBUATAN SIMPLISIA

b) Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari

namun tidak lembab

Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang tidak tahan

terhadap cahaya matahari.Pengeringan dengan metode ini

harus memperhatikan sirkulasi udara dari ruangan. Sirkulasi

yang baik akan menunjang proses pengeringan yang optimal.

Pengeringan dengan cara ini memiliki keuntungan yaitu

ekonomis, serta untuk bahan yang tidak tahan panas atau

cahaya matahari cenderung lebih aman. Namun demikian,

pengeringan dengan cara ini cenderung membutuhkan waktu

yang lama dan jika tidak dilakukan dengan baik, akan

mengakibatkan tumbuhnya kapang (Agoes, 2007).

c) Pengeringan dengan menggunakan oven

Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan

menggunakan suhu antara 30°-90°C. Terdapat berbagai

macam jenis oven, tergantung pada sumber panas.

Pengeringan dengan menggunakan oven memiliki

keuntungan berupa: waktu yang diperlukan relatif cepat,

panas yang diberikan relatif konstan. Kekurangan dari teknik

ini adalah biaya yang cukup mahal (Agoes, 2007).

d) Pengeringan dengan menggunakan oven

Pengeringan dengan menggunakan oven merupakan cara

pengeringan terbaik. Hal ini karena tidak memerlukan suhu

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 11


PEMBUATAN SIMPLISIA

yang tinggi sehingga senyawa-senyawa yang tidak tahan

panas dapat bertahan. Namun cara ini merupakan cara paling

mahal dibandingkan dengan cara pengeringan yang lain

(Agoes, 2007).

e) Pengeringan dengan menggunakan kertas atau kanvas

Pengeringan ini dilakukan untuk daun dan

bunga.Pengeringan ini bagus untuk mempertahankan bentuk

bunga atau daun serta menjaga warna simplisia. Pengeringan

dengan cara ini dilakukan dengan mengapit bahan simplisia

dengan menggunakan kertas atau kanvas. Pengeringan ini

relatif ekonomis dan memberikan kualitas yang bagus,

namun untuk kapasitas produksi skala besar tidak ekonomis

(Agoes, 2007).

Selain harus memperhatikan cara pengeringan yang

dilakukan, proses pengeringan juga harus memperhatikan

ketebalan dari simplisia yang dikeringkan (Agoes, 2007).

Proses pengeringan bertujuan untuk menghilangkan sisa air

yang ada pada daun semanggi. Pengeringan dapat dilakukan

dengan cara didiamkan, diangin-anginkan, ataupun dijemur

di bawah sinar matahari.

6) Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia.Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 12


PEMBUATAN SIMPLISIA

benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan

tertinggal pada simplisia kering. Proses sortasi kering dilakukan

dengan menggunakan oven, daun semanggi yang telah

dikeringkan kemudian dilakukan sortasi hingga benar-benar

kering agar sisa kotoran hilang dan kadar air pada daun semanggi

berkurang atau tidak ada.

7) Pengepakan dan Penyimpanan

Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah

dikeringkan.Setelah bersih, simplisia dikemas dengan

menggunakan bahan yang tidak beracun atau tidak bereaksi

dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan dicantumkan nama

bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan

dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak

rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari

dalam maupun dari luar.Simplisia disimpan di tempat yang

kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari

langsung.Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik,

kertas maupun karung goni. Bahan cair menggunakan botol kaca,

atau guci porselen.Bahan beraroma menggunakan peti kayu yang

dilapisi timah atau kertas timah

Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk

menghindarkan simplisia dari beberapa faktor yang dapat

menurunkan kualitas simplisia antara lain:

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 13


PEMBUATAN SIMPLISIA

a) Cahaya matahari

b) Oksigen atau udara

c) Dehidrasi

d) Absorbsi air

e) Pengotoran

f) Serangga

g) Kapang

Hal yang harus diperhatikan saat pengepakan dan

penyimpanan adalah suhu dan kelembapan udara.Suhu yang

baik untuk simplisia umumnya adalah suhu kamar (15° -

30°C).Untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat

disimpan pada suhu (5 - 15°C) atau simplisia yang perlu

disimpan pada suhu dingin (0° - 5°C) (Agoes, 2007).

B. Deskripsi Tanaman

1. Belimbing wuluh

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 14


PEMBUATAN SIMPLISIA

a. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Geraniales

Familia : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi

(Dalimartha, 2000).

b. Morfologi

Adapun morfologi dari tanaman ini adalah sebagai berikut :

1. Akar

Akar belimbing wuluh memiliki system perakaran tunggang,

berwarna kecoklatan, dan juga memiliki panjang sampai 5-6 m

bahkan lebih.

2. Batang

Batang belimbing wuluh memiliki batang tegak, bercabang,

permukaan kasar, banyak tonjolan, berwarna hijau. Tanaman ini

berbentuk pohon dengan tinggi sampai 5-10 m.

3. Daun

Daun belimbing wuluh memiliki daun majemuk menyirip

ganjil dengan 21-25 pasang anak daun, anak daun bertangkai

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 15


PEMBUATAN SIMPLISIA

pendek, bentuknya bulat telur atau oval, ujung runcing, pangkal

membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, berwarna

hijau pada bagian bawah permukaan bunga.

4. Buah

Buah belimbing wuluh berbentuk bulat panjang (lonjong)

bersegi tumpul, termasuk kedalam buah buni panjangnya 4-6,5 cm,

berwarna hijau muda ketika masih muda, dan ketika sudah tua atau

masak berwarna kuning atau kuning pucat, permukaan kulit

mengkilap dan tipis.

5. Biji

Biji berbentuk lanset atau segitiga, warna hijau saat muda dan

berubah kekuningan setelah tua, dala, satu buah terdapat 1-2 biji atau

lebih.

c. Kandungan kimia

Tanaman belimbing wuluh ini memiliki kandungan kimia seperti

saponin, tannin, glukosid, kalsium oksalat, sulfur, asam format,

peroksida, alkaloida, dan kalium sitrat (Dalimartha, 2000).

d. Khasiat

Tanaman ini mempunyai berbagai khasiat yang membantu dalam

penyembuhan seseorang sebagai rematik, batuk, pegal linu, gongonga,

sariawan, jerawat, panu, darah tinggi, dan sakit gigi (Dalimartha, 2000).

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 16


PEMBUATAN SIMPLISIA

2. Nangka

a. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Classic : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Familia : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus heterophyllus

(Dalimartha, 2000).

b. Morfologi

Adapun morfologi dari tanaman ini adalah sebagai berikut :

1. Akar

Tanaman nangka memiliki perakarang tunggang dan juga memiliki

percabangan yang sangat banyak. Perakaran tanaman nangka ini

menembus permukaan tanah hingga kedalam 10-15 meter bahkan lebih

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 17


PEMBUATAN SIMPLISIA

tergantung dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu,

akar tanaman ini berguna untuk menyokong pertumbuhannya hingga

kuat dan berdiri kokoh.

2. Daun

Tanaman nangkan memiliki daun tunggal, bertangkai 1-4 cm,

memiliki bagian tepi rata dan memiliki bentuk bulat telur memanjang,

serta memiliki ujung pangkal pendek meruncing. Daun pada nangka ini

memiliki permukaan atas berwarna hijau tua mengkilap, kaku dan juga

permukaan bagian bawah memiliki warna hijau muda.

3. Bunga

Tanaman nangka memliki bunga dalam satu rumah hanya satu,

yaitu dapat diartikan bahwa tanaman nangka memiliki bunga jantan dan

bunga betina. Bunga jantan ini memiliki ciri khas berwarna hijau tua dan

juga membengkok, sedangkan bunga betina memiliki bentuk yang

silinderis. Proses pembuahan ini sering terjadi di kelopak bunga dan

benang sari, dalam penyerbukaan ini biasanya di bantu dengan angin dan

juga binatang sekitar.

4. Buah

Tanaman nangka memiliki buah berbentuk bulat memanjang

berwarna hijau dan kekuningan jika sudah mau matang. Buah ini

tergolong kedalam buah yang majemuk, yang memiliki daging

didalamnya yang banyak. Buah ini memiliki permukaan kasar dan

berduri lunak, serta buah ini terdapat di batang dan percabangan.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 18


PEMBUATAN SIMPLISIA

5. Biji

Biji pada tanaman nangka ini memiliki bentuk bulat memanjang

dan ada juga bulat telur, memiliki warna keabu-abuan, dan juga terdiri

dari lapisan luar dan dalam. Selain itu, biji ini diselimuti daging tebal

berwarna kekuningan hingga kuning pekat. Biji ini memiliki lapisan luar

yang tipis, dan lapisan dalam yang tebal berwarn putih (Dalimartha,

2000).

c. Kandungan kimia

Mengandung Flavonoid saponin dan tannin (Dalimartha, 2000).

d. Khasiat

Tanaman daun nangka digunakan sebagai obat demam, bisul, luka,

dan beberapa jenis penyakit kulit akibat bakteri (Dalimartha, 2000).

3. Sirsak

Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Division : Spermatophyta

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 19


PEMBUATAN SIMPLISIA

Classic : Dicotyledonae

Ordo : Polycarpiceae

Familia : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata Liin.

(Dalimartha, 2000).

b. Morfologi

Adapun morfologi dari tanaman ini adalah sebagai berikut :

1. Daun

Tanaman sirsak termasuk dalam tumbuhan menahun (perennial)

berakar tunggang, berkayu keras, dengan pertumbuhan tegak lurus

keatas (erectus) hingga mencapai ketinggian lebih kurang 15 m,

Sirsak berbentuk perdu atau pohon kecil, tingginya 3-10 meter,

bercabang hampir mulai dari pangkalnya. Daun sirsak berbentuk bulat

seperti telur terbalik berukuran (8-16) cm x (3-7) cm, berwarna hijau

muda hingga hijau tua, ujung daunnya meruncing pendek,panjang

tangkai daunnya 3-7 mm, pinggiran rata dan permukaan daun

mengkilap.

2. Bunga

Bunga tanaman sirsak termasuk jenis bunga tunggal (flos

simplex) artinya dalam satu bunga terdapat banyak putik. Bagian

bunga tersusun secara spiral atau terpancar dalam lingkaran

(hemicylis), mahkota bunga sirsak berjumlah 6 sepalum yang terdiri

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 20


PEMBUATAN SIMPLISIA

dari 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga tebal dan kaku, berwarna

kuning keputihan setelah tua dan mekar mahkota bunga kemudian

lepas dari dasar bunganya. Bunga keluar dari ketiak daun, cabang,

ranting, atau pohon. Bunga sirsak umumnya sempurna tetapi kadang

hanya ada bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon.

Bunga sirsak melakukan penyerbukan silang karena biasanya tepung

sari matang terlebih dahulu sebelum putiknya.

3. Buah

Buah tanaman sirsak termasuk jenis buah sejati berganda, yaitu

buah yang berasal dari satu bunga, dengan banyak bakal buah tetapi

membentuk satu buah, buahnya memiliki duri sisik yang halus. Jika

sudah tua daging buah akan berwarna putih, lembek, dan berserat

dengan biji yang banyak.

4. Biji

Biji buah sirsak berwarna coklat kehitaman berujung tumpul,

permukaan halus mengkilat, dan keras. Ukurannya kira-kira 16,8 mm

x 9,6 mm, jumlah biji dalam setiap satu buah 20 sampai 70 butir biji

normal, sedangkan biji yang tidak normal berwarna putih kecoklatan

dan tidak berisi (Dalimartha, 2000).

c. Kandungan kimia

Daun sirsak mengandung alkaloid, tannin dan beberapa

kandungan kimia lainnnya seperti Annonaceous acetogenins.

Acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 21


PEMBUATAN SIMPLISIA

Senyawa sitotoksi adalah senyawa yang dapat bersifat toksik untuk

menghambat dan menghentikan pertmbuhan sel kanker (Dalimartha,

2000).

d. Khasiat

Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternative untuk

pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak.

Selain untuk pengobatan kanker, tanaman daun sirsak jugadimanfaatkan

untuk pengobatan demam, diare anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti

mikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain

(Dalimartha, 2000).

4. Jeruk Nipis

a. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 22


PEMBUATAN SIMPLISIA

Ordo : Sapindales

Family : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia (Dalimartha, 2000).

b. Morfologi Tumbuhan

Adapun morfologi dari tanaman ini adalah sebagai berikut :

1. Daun

Daun jeruk nipis ini termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya

mempunyai helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus). Bangun

daun ini bentuk dengan bagian yang terlebar ditengah-tengah termasuk

jorong (ovalis atau ellipticus). Ujung daunnya memiliki bangun

meruncing (acuminatus). Pangkal daunnya membulat (rotundatus).

Susunan tulang daunnya menyirip (penninervis). Daun ini memiliki tepi

yang rata. Daun ini berwarna hijau tua dan apabila daunnya menua akan

berubah menjadi kuning dan gugur sedangkan daun yang berada di

bawah permukaanya berwana hijau muda. Permukaan daunnya licin

(laevis) dan mengkilat (nitidus). Memiliki panjang 2.5-9 cm, lebar 2.5

cm. Duduk daun tersebar (folia sparsa), karena disetiap buku-buku

terdapat hanya satu daun.

2. Bunga

Citrus aurantifolia memiliki bunga majemuk (inflorescentia). Bunga

majemuk (inflorescentia), tersusun dalam malai yang keluar dari ketiak

daun dengan diameter 1.5-2.5 cm, bunga berbentuk mangkuk berbagi 4-5

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 23


PEMBUATAN SIMPLISIA

dengan diameter 0.4-0.7 cm berwarna putih dan tangkal putik silindris

putih kekuningan. Daun mahkota berjumlah 4-5 berbentuk lanset dengan

panjang 0.7-1.25 dan lebar 0.25-0.5 cm dan berwarna putih. Termasuk

bunga hermafrodit atau sering disebut bunga banci dimnana terdapat

putik dan benang sari. Bunga pada jeruk memiliki benang sari yang

banyak. Jumlah lingkaran benang sari sama dengan jumlah lingkaran

mahkota bunga. Kepala sari menghadap ke dalam beruang dua, daan

membuka dengan velah membujur. Bakal buah pada jeruk letaknya

superus dengan banyak ruang , aroma buga harum sehingga menarik

lebah.

3. Buah

Buah tanaman ini hampir bulat telur, diameter 3.5-5 cm, tebal

kulitnya 0.2-0.5 cm, tipe buah sejati tunggal berdaging jeruk

(hesperedium), permukaan licin, dan berkulit tipis.

Kulit buah jeruk nipis, kepingan panjang atau berbentuk spiral,

melengkung atau datar, lebar sampai 15 mm, tebal kira-kira 3mm, keras.

Permukaan luar berbenjol-benjol, parut gagang buah berupa lingkaran

lebih menonjol. Permukaan dalam lebih rata, warna putih dengan bercak

kuning kecoklatan dan bintik-bintik rongga minyak dengan warna

kehijauan bergaris tengah kurang lebih 1mm. Berkas patahan tidak

berserabut. (Anonim :2012)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 24


PEMBUATAN SIMPLISIA

4. Biji

Bijinya kecil, licin, bulat telur sungsang. Biji Citrus aurantifolia ini

juga memiliki lapisan kulit luar (testa) tipis, dan bagian pelindung utama

bagi bagian biji yang ada di dalam dan lapisan kulit dalam (tegmen)

biasanya tipis seperti selaput.

5. Batang

Tanaman ini memiliki batang yang tergolong dalam batang berkayu

(lignosus), yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian

besar tergolong kayu. Batangnya berbentuk bulat (teres), berduri (spina)

pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu arah tumbuh batangnya

mengangguk (nutans), dimana batangnya tumbuh tegak lurus ke atas

tetapi ujungnya membengkok kembali ke bawah. Sifat percabangan

batang monopodial yaitu dimana batang pokok selalu tampak jelas,

karena lebih besar dan lebih panjang.

6. Akar

Citrus aurantifolia adalah akar tunggang dimana akar lembaga

tunbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-

akar yang kecil. Akarnya memiliki cabang dan serabut akar (Dalimartha,

2000).

c. Kandungan Kimia

Jeruk nipis mengandung minyak terbang limonene dan linalool. Selain itu,

juga mengandung flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin, dan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 25


PEMBUATAN SIMPLISIA

naringin. Disamping itu, juga mengandung asam sitrat, kalsium, fosfor, besi,

dan vitamin (A, B1, dan C) (Dalimartha, 2000).

d. Khasiat

Digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi (hipertensi)

(Dalimartha, 2000).

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 26


PEMBUATAN SIMPLISIA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Gunting

b. Pisau

c. Blender

d. Toples kaca

e. Pot plastic

2. Bahan Yang Digunakan

a. Tissue

b. Handscoon

c. Masker

d. Air

B. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;

2. Disortasi basah sampel yang telah dipanen dengan cara memisahkan sampel

dari kotoran yang menempel, bagian sampel yang rusak akibat pemanenan

atau sampel yang membusuk;

3. Dicuci sampel yang telah disortasi dengan menggunakan air mengalir

hingga bersih, selanjutnya ditiriskan hingga tidak ada air yang menetes;

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 27


PEMBUATAN SIMPLISIA

4. Di lakukan pengecilan ukuran pada sampel bersih dengan cara di rajang

menggunakan stainless atau gunting stainless;

5. Dilakukan pengeringan dengan cara:

a. Ditimbang bobot sampel basah, kemudian dicatat

b. Sampel herba, bunga dan daun dikeringkan dengan cara di angin-anginan

pada suhu ruang

6. Disortasi kering sampel kering dengan cara

a. Dipisahkan sampel dari kotoran yang menempel pada proses

pengeringan, memisahkan sampel dari sampel yang belum terlalu kering

atau yang mengalami proses enzimatis paada saat pengeringan.

b. Ditimbang bobot sampel kering, kemudian dihitung persentase sisa kadar

air

7. Sampel yang lolos sorasi kering dibagi dua, bagian pertama disimpan dalam

wadah toples kaca sebagai simplisia kering, dan bagian kedua diserbukkan

menggunakan blender stainless dan dimasukkan dalam wadah pot plastic

8. Diberi etiket pada wadah sampel:

Nama asli, nama bagian sampel, nama simplisia, klasifikasi, kandngan

kimia obat, dan manfaatnya sebagai obat.

9. Disimpan simplisia diruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC,

bersih dengan udara yang cukup kering dan berventilasi, harus teratur, rapi.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 28


PEMBUATAN SIMPLISIA

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

Tabel I. Gambar sampel

No Sampel Gambar Keterangan gambar

1. Daun

Belimbing Simplisia halus

Wuluh

2. Daun

Nangka Simplisa halus

3. Daun Simplisia kasar

Sirsak

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 29


PEMBUATAN SIMPLISIA

No Sampel Gambar Keterangan

4. Daun Jeruk

Nipis Simplisia kasar

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 30


PEMBUATAN SIMPLISIA

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu pembuatan simplisia, digunakan sampel

daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), daun nangka (Artocarpus

heterophyllus), daun sirsak (Annona muricata Liin.), serta daun jeruk nipis

(Citrus aurantifolia).

Pengertian simplisia menurut farmakope edisi III adalah bahan alam

yang digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan apapun

juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia

adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman, eksudat

tanaman adalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel dan zat-

zat nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum

berupa zat kimia murni. Pada percobaan persiapan simplisia tanaman in mula-

mula dilakukan pencarian bahan baku yang kemudian dilakukan sortasi basah.

Bahan baku ialah simplisia daun sirsak, daun jeruk, daun belimbing wuluh,

daun nangka. Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia

merupakan factor penting yang perlu diperhatikan.

Proses pembuatan simplisia kemudian disortasi basah perlu dilakukan

pemisahan dan pembuangan bahan organic asing atau tumbuhan atau bagian

tumbuhan yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih. Artinya tidak

boleh tercampur dengan tanah, krikil, atau pengotor lainnya (misalnya

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 31


PEMBUATAN SIMPLISIA

serangga atau bagiannya) kemudian lanjut ke proses berikutnya yaitu

pencucian jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya berat.

Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng, setelah dicuci

ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir yang dilakukan untuk

menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat. Setelah itu di

lakukan perajangan terhadap sampel simplisia daun. Banyak simplisia yang

memerlukan perajangan agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat.

Perajangan dapat dilakukan dengan memotong bagian yang lebih kecil yang

akan memudahkan dalam proses pengeringan. Setelah sampel simplisia daun di

Rajang, sampel dikeringkan di bawah sinar matahari ditutup kain hitam untuk

menghindari terurainya kandugan kimia dan debu selama 7 hari. Pengeringan

merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam

penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari terurainya kandungan

kimia karena pengaruh enzim. Pengertian yang cukup akan mencegah

pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Tahapan yang terakhir

yaitu sortasi kering, dimana dilakukan pemisahan benda asing dan pengotor

lain yang masih tertinggal disimplisia. Simplisia yang telah dikeringkan

kemudian ditimbang dengan tujuan agar mengetahui susut pengeringan yang

diakibatkan dari proses yang telah diuraikan diatas kemudian proses

penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling

mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambil, pemeriksaan,

dan pemeliharaannya. Simplisia yang telah dikeringkan akan memudahkan

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 32


PEMBUATAN SIMPLISIA

praktikan yang melakukan tahapan proses selanjutnya yaitu mengekstrak

simplisia.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 33


PEMBUATAN SIMPLISIA

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada pada praktikum kali ini yaitu sampel

dipanen pada waktu pagi hari pukul 09.00-12.00. Sampel diolah menjadi

simplisia dengan melalui tahap pencucian, sortasi basah, perajangan,

pengeringan hingga sortasi kering dan penyimpanan.

B. Saran

Kami menyadari di dalam penyusunan laporan ini, masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk

mencapai kesempuraan laporan ini.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 34


PEMBUATAN SIMPLISIA

DAFTAR PUSTAKA

Agoes. 2007.Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta : Seri Agri Sehat.

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. DEPKES RI : Jakarta.

Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. DEPKES RI : Jakarta.

Dalimartha. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 4. Puspa Swara. Jakarta.

PROGRAM STUDI D-III FARMASI Page 35

Anda mungkin juga menyukai