Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT

Martini, SE, M.Akt


Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur
m_tini@ymail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the influence of the independence, experience, due
professional care, accountability, and ethics of auditor’s either partially or simultaneously to quality audits
and to examine the variables of the most dominant influence on audit quality. This research is descriptive
analysis. The data in this study is the primary data obtained through the survey by distributing
questionnaires sent to 54 respondents, while that can be used in this analysis, 52 respondent or about 96,3%.
In this study tested the validity, test reliability and test the classical assumptions. Hypothesis testing is then
performed partially or simultaneously using a number of probability of significance <0.05. The result
partially or simultaneously test showed that the independence, experience, due professional care,
accountability, and ethics of auditor’s affect the quality of audits in which the independence, due
professional care, accountability, and ethics of auditor’s is very dominant influence on audit quality.

Keyword : Influence of independence, experience, due profesional care, accountability, and ethics of
auditor’s on the quality audit

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh independensi, pengalaman, due professional
care, akuntabilitas dan etika auditor baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas audit serta untuk
meneliti variable yang paling dominan berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif analisis. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui survey
dengan menyebarkan kuesioner yang dikirim ke 54 responden, sementara yang dapat digunakan dalam
analisa ini 52 responden atau sekitar 96,3%. Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan uji
asumsi klasik. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa secara parsial maupun simultan dengan
menggunakan angka probabilitas signifikansi <0.05. Hasil uji secara parsial maupun simultan menunjukkan
bahwa independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit dimana independensi, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor sangat
dominan berpengaruh terhadap kualitas audit.

Keyword : Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care, Akuntabilitas, Etika Auditor, Kualitas
Audit

1
Pendahuluan
Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi
akuntansi. Skandal manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di Amerika seperti
Enron, Tyco, Global Crossing, dan Worldcom maupun beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti Kimia
Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi. Kasus seperti ini melibatkan
banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan Chief Executive Officer (CEO), komisaris, komite
audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor salah satunya dialami oleh Enron, cukup
membuktikan bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Terungkapnya skandal-skandal
sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang salah
satunya ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus.
Selain dari pihak perusahaan, eksternal auditor juga harus turut bertanggung jawab terhadap
merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen
yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi
kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah didukung oleh bukti semakin
meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan
penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang
saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang
diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik
(KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya
jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang
berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk
bertindak dengan profesionalisme tinggi.
Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB), dua karakteristik terpenting yang harus ada
dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik
tersebut sangatlah sulit untuk diukur dan karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dengan
pemakai laporan keuangan, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor
independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan,
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.
Dengan demikian perusahaan akan semakin mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan operasi
perusahaannya. Namun, di era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, perusahaan dan profesi
auditor sama-sama dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus
mempertahankan eksistensinya di peta persaingan dengan perusahaan kompetitor atau rekan seprofesinya.
Perusahaan menginginkan Unqualified Opinion sebagai hasil dari laporan audit, agar performancenya terlihat bagus
di mata publik sehingga ia dapat menjalankan operasinya dengan lancar. Menurut Chow dan Rice dalam
Kawijaya dan Juniarti (2002), manajemen perusahaan berusaha menghindari opini wajar dengan
pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh
manajer. Namun, laporan keuangan yang diaudit adalah hasil proses negosiasi antara auditor dengan klien

2
(Antle dan Nalebuff, 1991 dalam Ng dan Tan, 2003). Disinilah auditor berada dalam situasi yang dilematis,
di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan
keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun di sisi lain dia juga harus bisa memenuhi
tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan
pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang. Posisinya yang unik seperti itulah
yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya.
Standar audit sektor publik secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang berlaku di Indonesia. Standar umum kedua (SA Seksi 220 SPAP, 2011) menyebutkan bahwa “Dalam
semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi),
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Selain independensi, persyaratan-persyaratan lain yang harus dimiliki oleh seorang auditor seperti
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Auditing (SA Seksi 230 SPAP, 2011) adalah keahlian dan due
professional care. Namun seringkali definisi keahlian dalam bidang auditing diukur dengan pengalaman
(Mayangsari, 2003). Menurut Djaddang dan Agung (2002) dalam Rahmawati dan Winarna (2002), auditor
ketika mengaudit harus memiliki keahlian yang meliputi dua unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman.
Pengalaman kerja dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, dalam
hal ini adalah kualitas auditnya. Penelitian Rahman (2009) memberikan bukti empiris bahwa due
professional care merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit, serta penelitian
Louwers dkk. (2008) yang menyimpulkan bahwa kegagalan audit dalam kasus fraud transaksi pihak-pihak
terkait disebabkan karena kurangnya sikap skeptis dan due professional care auditor daripada kekurangan
dalam standar auditing.
Selain beberapa faktor di atas, faktor akuntabilitas dan etika profesional juga dapat berpengaruh terhadap
kualitas hasil audit. Andre Ruchiyat (2008:64) mendefinisikan akuntabilitas sebagai suatu keadaan yang
dapat dipertanggungjawabkan, bertanggungjawab, dan akuntable. Djuni Farhan (2009:11) Akuntan publik
dalam melaksanakan tugas profesinya, dibatasi oleh seperangkat aturan dan standar, berupa kode etik.
Standar moral dan etika tersebut tidak hanya mengatur bagaimana ia bertindak, bersikap dan mentaati
standar/norma, atau bukan hanya mengatur yang “boleh” dan “tidak boleh” saja, tetapi pada tatanan “salah”
dan “benar” dengan parameter atau ukuran etika profesi, dan secara moral dibenarkan.
Mengingat pentingnya masalah tersebut di atas maka dipandang perlu melakukan penelitian
apakah kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dipengaruhi oleh independensi, pengalaman auditor, due
profesional care, akuntabilitas, dan etika auditor pada beberapa kantor akuntan publik di Jakarta tahun 2011.
Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Independensi, Pengalaman,
Due Profesional Care, Akuntanbilitas, dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empirik Pada 10
Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat Tahun 2011)”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi dasar bagi

3
penulisan ilmiah ini adalah :
1. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
2. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit
3. Apakah due profesional care berpengaruh terhadap kualitas audit
4. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit
5. Apakah etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
6. Apakah independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor secara
simultan berpengaruh terhadap kualitas audit
7. Faktor mana yang paling dominan berpengaruh terhadap kualitas audit

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan
etika auditor secara simultan terhadap kualitas audit
2. Menganalisis pengaruh independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan
etika auditor secara parsial terhadap kualitas audit
3. Menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kualitas audit

Penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain : (1) Mansur (2007) meneliti
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit ditinjau dari persepsi auditor atas pelatihan dan
keahlian, independensi dan penggunaan kemahiran profesional. Penelitian ini menemukan bahwa pendidikan
dan pengalaman, pelatihan, sikap skeptis dan keyakinan yang memadai berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. (2) M. Nizarul Alim, et al (2007) meneliti tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap
kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa
kompetensi dan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. (3) Diani Mardisar dan
Ria Nelly Sari (2007) meneliti tentang pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja
auditor. Penelitian ini menghasilkan bahwa akuntabilitas dan pengetahuan berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas hasil kerja audit. (4) Iyos Andersen, et al (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh
tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, kecakapan profesional, independensi pemeriksa terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Penelitian ini menghasilkan bahwa tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, kecakapan
profesional, independensi pemeriksa berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. (5)
Aji (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit ditinjau dari persepsi auditor
atas independensi, pengalaman, dan akuntabilitas. Penelitian ini memberi hasil bahwa independensi,
pengalaman, dan akuntabilitas berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit. (6) Rahman (2009)
meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi, dan due profesional care terhadap kualitas audit.
Hasilnya adalah kompetensi, independensi, dan due profesional care berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit. (7) Deddy Supardi dan Zaenal Mutakin (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh
akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor pada kantor akuntan publik. Penelitian ini menghasilkan
bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor. (8) Havizd Mabruri dan Jaka Winarna

4
(2010) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit di lingkungan
pemerintah daerah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit di lingkungan pemerintah daerah, sedangkan objektivitas, pengalaman
kerja, pengetahuan, dan integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit di lingkungan
pemerintah daerah. (9) Elisha Muliani Singgih dan Icuk Rangga Bawono (2010) melakukan penelitian
tentang pengaruh independensi, pengalaman, due profesional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, pengalaman, due profesional care, dan akuntabilitas
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian ini merupakan replikasi yang mengkombinasikan penelitian yang pernah ada. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian, yaitu Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang ada di Jakarta Barat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pengaruh
independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor secara simultan dan secara
parsial terhadap kualitas audit; (2) mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap kualitas audit.
Selanjutnya akan dibahas mengenai kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, metode penelitian,
hasil dan pembahasan, serta kesimpulan yang akan disajikan dalam penelitian ini.

Hubungan Independensi dengan Kualitas Audit


Hussey dan Lan (2001) mengatakan bahwa sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika auditor
bersikap independen dan dipercaya untuk lebih cenderung melaporkan pelanggaran perjanjian antara prinsipal
(pemegang saham dan kreditor) dan agen (manajer). Sedangkan menurut Christiawan (2002), seorang
akuntan publik yang independen adalah akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak
siapapun, dan berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi juga
pihak lain pemakai laporan keuangan yang mempercayai hasil pekerjaanya.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jika seorang auditor bersikap independen,
maka ia akan memberi penilaian yang senyatanya terhadap laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki
beban apapun terhadap pihak manapun. Maka penilaiannya akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari
sebuah perusahaan yang diperiksa. Dengan demikian maka jaminan atas keandalan laporan yang diberikan
oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan. Jadi kesimpulannya adalah
semakin tinggi independensi seorang auditor maka kualitas audit yang diberikannya semakin baik.

Hubungan Pengalaman dengan Kualitas Audit


Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang auditor,
tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai
kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas
audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan
pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara psikis.
Secara teknis, semakin banyak tugas yang dia kerjakan, akan semakin mengasah keahliannya dalam
mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau perlakuan khusus yang banyak dijumpai dalam

5
pekerjaannya dan sangat bervariasi karakteristiknya (Aji, 2009 : 5). Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang jika
melakukan pekerjaan yang sama secara terus-menerus, maka akan menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam
menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan dia telah benar-benar memahami teknik atau cara menyelesaikannya,
serta telah banyak mengalami berbagai hambatan-hambatan atau kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya
tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan berhati-hati menyelesaikannya.
Secara psikis, pengalaman akan membentuk pribadi seseorang, yaitu akan membuat seseorang lebih
bijaksana baik dalam berpikir maupun bertindak, karena pengalaman seseorang akan merasakan posisinya
saat dia dalam keadaan baik dan saat dia dalam keadaan buruk. Seseorang akan semakin berhati-hati dalam
bertindak ketika ia merasakan fatalnya melakukan kesalahan. Dia akan merasa senang ketika berhasil
menemukan pemecahan masalah dan akan melakukan hal serupa ketika terjadi permasalahan yang sama.
Dia akan puas ketika memenangkan argumentasi dan akan merasa bangga ketika memperoleh imbalan hasil
pekerjaannya (Bonner dan Lewis, 1990; Farhan, 2004 dalam Noviari dkk., 2005).

Hubungan Due Professional Care dengan Kualitas Audit


Due professional care merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Due professional care
menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai. Hasil penelitian
Kopp, Morley, dan Rennie dalam Mansur (2007 : 38) membuktikan bahwa masyarakat mempercayai
laporan keuangan jika auditor telah menggunakan sikap skeptis profesionalnya (professional skepticism) dalam
proses pelaksanaan audit. Auditor harus tetap menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses
pemeriksaan, karena ketika auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptis profesionalnya,
maka laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi, dan memungkinkan adanya litigasi paska
audit.
Menurut GAO (2007 : 116) dalam Mansur (2007 : 42), audit kinerja yang sesuai dengan GAGAS
harus memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa bukti audit telah mencukupi dan
sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang
ditemukan akan sangat membantu auditor dalam menentukan scope dan metodologi yang akan digunakan
dalam melaksanakan pekerjaan audit agar tujuan dapat tercapai. Dengan demikian due professional care
berkaitan dengan kualitas audit.

Hubungan Akuntabilitas dengan Kualitas Audit


Sarita dan Agustia (2009) mendefinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya motivasi dalam
bekerja, maka para auditor diharapkan lebih memiliki intensitas, arah dan ketekunan sehingga tujuan
organisasi pun lebih mudah tercapai.
Pengabdian kepada profesi merupakan suatu komitmen yang terbentuk dari dalam diri seseorang
profesional, tanpa paksaan dari siapapun, dan secara sadar bertanggung jawab terhadap profesinya.
Seseorang yang melaksanakan sebuah pekerjaan secara ikhlas maka hasil pekerjaan tersebut akan

6
cenderung lebih baik daripada seseorang yang melakukannya dengan terpaksa. Nugrahaningsih (2005)
mengatakan bahwa akuntan memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada
organisasi dimana mereka berlindung, profesi mereka, masyarakat dan pribadi mereka sendiri dimana
akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan berusaha menjaga integritas dan obyektivitas
mereka (Alim dkk., 2007).
Jika seorang akuntan menyadari akan betapa besar perannya bagi masyarakat dan bagi profesinya,
maka ia akan memiliki sebuah keyakinan bahwa dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya,
maka ia akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat dan profesi nya tersebut. Maka ia
akan merasa berkewajiban untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan profesinya tersebut dengan
melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Hal inilah yang disebut sebagai kewajiban sosial.

Hubungan Etika Auditor dengan Kualitas Audit


Djuni Farhan (2009 : 4), Akuntan publik dalam melaksanakan tugas profesinya, dibatasi oleh
seperangkat aturan dan standar, berupa kode etik. Standar moral dan etika tersebut tidak hanya mengatur
bagaimana ia bertindak, bersikap dan mentaati standar/norma, atau bukan hanya mengatur yang “boleh”
dan “tidak boleh” saja, tetapi pada tatanan “salah” dan “benar” dengan parameter atau ukuran etika profesi,
dan secara moral dibenarkan
Penerapan etika profesi mutlak dilakukan oleh firma atau kantor akuntan publik. Akuntan
memerlukan suatu aturan perilaku yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan harus ditaati oleh para
anggotanya. Dalam aturan tersebut diatur hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan. Penyimpangan atas aturan
ini akan berakibat dikenakan sanksi oleh orang organisasi. Aturan perilaku ini akan menjamin adanya
perlindungan terhadap kepentingan masyarakat pemakai jasa akuntan. Dengan demikian etika auditor
berkaitan dengan kualitas audit.

Kerangka Pemikiran
Menurut Uma Sekaran (2006:127), kerangka teoritis merupakan fondasi dimana seluruh proyek
penelitian didasarkan. Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dielaborasi secara logis
antar variabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti
wawancara, pengamatan, dan survei literatur.
Konflik kepentingan yang terjadi antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan
mengharuskan adanya penengah diantara keduanya. Auditor independen diharapkan mampu menjadi
penengah untuk melakukan audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Pengguna laporan
keuangan sangat bergantung kepada pendapat (opini) auditor independen untuk mengambil keputusan ekonomi.
Untuk itu auditor dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme yang tinggi sehingga menghasilkan
suatu hasil audit yang berkualitas.
Auditor independen menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi
permintaan klien terhadap kualitas audit. Auditor independen dalam melakukan audit atas laporan keuangan
harus memiliki rasa independensi, pengalaman, due profesional care, kebertanggungjawaban

7
(akuntabilitas) dan etika tinggi agar hasil auditnya dapat diandalkan atau berkualitas.
Standar Auditing Seksi 220 (SPAP : 2011) menyebutkan bahwa indpenden bagi seorang akuntan
publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Asih (2006 : 12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan
penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau
bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih
tinggi.
Due profesional care memiliki arti kemahiran professional care memiliki arti kemahiran profesional
yang cermat dan seksama. Menurut Standar Auditing No. 4 SPAP (2011), kecermatan dan keseksamaan
dalam penggunaan kemahiran profesionalnya menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional,
yaitu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi terhadap bukti audit tersebut.
Diani Mardisar dan Ria Nelly Sari (2007) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan
psikologi yang membuat sesorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang
diambil kepada lingkungannnya.
Djuni Farhan (2009 : 4), Akuntan publik dalam melaksanakan tugas profesinya, dibatasi oleh
seperangkat aturan dan standar, berupa kode etik. Standar moral dan etika tersebut tidak hanya
mengatur bagaimana ia bertindak, bersikap dan mentaati standar/norma, atau bukan hanya mengatur
yang “boleh” dan “tidak boleh” saja, tetapi pada tatanan “salah” dan “benar” dengan parameter atau
ukuran etika profesi, dan secara moral dibenarkan.
Dari penjelasan di atas dapat diasumsikan, jika dalam diri auditor ditanamkan rasa
independensi, pengalaman, due profesional care, kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dengan
diiringi etika auditor maka audit yang akan dihasilkan semakin berkualitas.
Selanjutnya bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan disampaikan dalam Gambar berikut

Independensi
(X1)

Pengalaman ε
(X2)

Due Profesional Care Kualitas Audit


(X3) (Y)
Keterangan :
Akuntabilitas
X1 = Independensi
(X4)
X2 = Pengalaman
X3 = Due Profesional Care
Etika Auditor
X4 = Akuntabilitas
(X5)
X5 = Etika Auditor
Y = Kualitas Audit
Sumber : diolah sendiri (2011) ε = faktor lain

Bagan Kerangka Pemikiran

8
Hipotesa
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesa yang disajikan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
H1 = Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
H2 = Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
H3 = Due Profesional Care berpengaruh terhadap kualitas audit
H4 = Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit
H5 = Etika auditor berpengaruh terhadap kualitas auditor
H6 = Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care, Akuntabilitas dan Etika auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-
fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuannya adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 26 & 29). Menurut
Uma Sekaran (2006:121), populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang ingin
peneliti investigasi.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan survey untuk mendapatkan data primer. Data primer
diperoleh dengan cara memberikan kuesioner secara langsung kepada responden yang bersangkutan, serta
memberikan penjelasan secara singkat sebelum responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner.
Responden yang diminta kesediaan untuk mengisi kuesioner adalah auditor independen di sepuluh
Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat.

Operasionalisasi Variabel Penelitian


Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel yang lain.
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari variabel independensi, pengalaman, due profesional
care, akuntabilitas dan etika.
Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang tergantung atau dapat dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y). Standar Umum dalam Standar Akuntansi
menyatakan bahwa : Pertama, audit dilakukan oleh seorang atau lebih yang mempunyai keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor; Kedua, Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
sikap mental harus dipertahankan oleh seorang auditor; Ketiga, Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya seorang auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini menggunakan pertanyaan sebagai indikator sebagai berikut :
(1) independensi, (2) pengalaman auditor, (3) skeptisme profesional, (4) tanggung jawab auditor, (5) etika
auditor.

9
Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert (Licert Scale) 1 sampai 5. Menurut Nazir M. (2005)
skala likert (licert scale) adalah sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat. Skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen dalam penelitian ini mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS).

Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti melakukan survey untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan cara
mengirimkan kuesioner secara langsung kepada responden yang bersangkutan, serta memperikan penjelasan
secara singkat sebelum responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner. Responden diminta kesediaan
untuk mengisi kuesioner adalah auditor independen beberapa perusahaan Kantor Akuntan Publik di Jakarta
Barat tahun 2011.

Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara Simple Random Sampling, yaitu pemilihan
sampel secara acak sederhana yang memberikan kesempatan yang sama dan tak terbatas pada setiap
anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002 :124). Penentuan sampel
dalam penelitian ini disesuaikan dengan jumlah auditor pada masing-masing Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Jakarta Barat.

Teknik Pengumpulan Data


Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu : (1) Data primer,
merupakan data yang dikumpulkan atau berhubungan langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan; (2)
Data sekunder, merupakan data yang dijadikan sebagai pendukung data primer. Data ini diperoleh
melalui literatur yang dimaksudkan untuk memperoleh landasan teoritis.
Dalam rangka memperoleh, mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan dalam penelitian
ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Penelitian Lapangan (Field Research),
adalah peninjauan langsung pada auditor independen yang dijadikan sampel untuk memperoleh data primer.
Data primer ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, yaitu memperoleh data dengan
menggunakan daftar pernyataan mengenai independensi, pengalaman, due profesional care,
akuntabilitas, etika, dan kualitas audit; (2) Penelitian Kepustakaan (Library Research), penggunaan studi
kepustakaan adalah untuk memperoleh data sekunder yang berguna sebagai pedoman teoritis pada saat
penelitian lapangan, dan untuk mendukung serta menganalisis data. Daftar kepustakaan diperoleh dari buku-
buku wajib, jurnal ilmiah dan buku-buku pelengkap yang akan digunakan dalam pembahasan dan hasil pada
bab selanjutnya.

10
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara langsung mendatangi responden serta menggunakan
metode kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Untuk memperoleh data, kuesioner disebarkan
kepada para responden, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai suatu masalah. Dengan
demikian, kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat
penting dalam penelitian.

Uji Validitas
Sebuah item atau pernyataan dikatakan valid jika mempunyai dukungan kuat terhadap skor total.
Dengan kata lain item pernyataan dikatakan mempunyai validitas tinggi jika terdapat skor
kesejajaran (korelasi tinggi) terhadap skor total item.
Bagian dari uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah melalui analisis butir-butir, dimana
untuk menguji setiap butir maka skor total valid tidaknya suatu item dapat diketahui dengan
membandingkan antara angka r- hitung (nilai dari Corrected Item-Total Correlation) dan angka dari r-
tabel. Suatu item dikatakan valid jika memiliki angka r – hitung (nilai dari Corrected Item-Total
Correlation) > r-tabel.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila
dilakukan lebih dari dua kali terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama.
Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas (keandalan) dilakukan dengan teknik Alpha. Realibilitas suatu pertanyaan
dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60 (Uma Sekaran 2003:311).
Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan koefisien reliability alpha
cronbach dengan menggunakan SPSS. Jika nilai Alpha > 0,06 maka kuesioner dapat dikatakan memenuhi
konsep reliabilitas, sedangkan jika nilai alpha < 0,06 maka tidak reliabilitas sehingga atas pernyataan
tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur penelitian.

Analisis Regresi
Dalam analisis ini dapat dilihat bagaimana variabel bebas, yaitu independensi (X1), pengalaman (X2), due
profesional care (X3), akuntabilitas (X4), dan etika (X5) mempengaruhi (secara positif atau negatif) variabel
terikat, yaitu kualitas audit (Y). Bentuk matematisnya adalah sebagai berikut (Duwi Priyatno, 2009:47) :
Y = b 0 + b 1X 1 + b 2X 2 + b 3X 3 + b 4X 4 + b 5X 5 + e
Dimana :
Y = Kualitas Audit
b0 = konstata
b1 = koefisien regresi variabel independensi

11
b2 = koefisien regresi variabel pengalaman
b3 = koefisien regresi variabel due profesional care
b4 = koefisien regresi variabel akuntabilitas
b5 = koefisien regresi variabel etika auditor
X1 = Independensi
X2 = Pengalaman
X3 = Due Profesional Care
X4 = Akuntabilitas
X5 = Etika Auditor
e = Error

Pengujian secara parsial


Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel terikat (Ghozali, 2005). Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas
(independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor terhadap variabel terikat
(kualitas audit) secara terpisah atau parsial.

Hipotesa yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah :


H0 : β0 = 0, variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas
dan etika auditor ) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (kualitas audit)
H1 : β1 ≠ 0, variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas
dan etika auditor ) berpengaruh terhadap variabel terikat (kualitas audit)

Pengujian secara parsial (terpisah) dapat dilihat dari hasil output dalam table Coefficients. Hipotesa
yang diuji dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, apabila angka
probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila angka probabilitas signifikansi <
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

Pengujian secara simultan


Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara
simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas (independensi, pengalaman, due
profesional care, akuntabilitas dan etika auditor) terhadap variabel terikatnya (kualitas audit).
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0:β1=β2=β3=β4=β5=β6=0, maka variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care,
akuntabilitas dan etika auditor) tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
terikatnya (kualitas audit)

12
H0:β1=β2=β3=β4=β5=β6≠0, maka variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care,
akuntabilitas dan etika) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya (kualitas
audit)

Pengujian yang dilakukan secara simultan (keseluruhan) dapat dilihat dari hasil output dalam tabel
Anova. Hipotesa yang diuji dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikan,
apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, apabila probabilitas signifikansi <
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika signifikan, maka hipotesis ANOVA dapat diterima bahwa semua variabel bebas (independen,
pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor) layak untuk menjelaskan variabel terikat
(kualitas audit) yang dianalisis.

Hasil Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian, penelitian ini mengambil sampel auditor dari berbagai
jenjang jabatan pada Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat. Data penelitian
bersifat data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Pengajuan kuesioner ke masing-masing Kantor
Akuntan Publik lewat surat pengantar yang berisi permohonan, selanjutnya diberikan kembali surat
pernyataan penyebaran kuesioner yang ditandatangani dan distempel dari Kantor Akuntan Publik sebagai
bukti bahwa peneliti benar-benar telah menyebarkan kuesioner di masing-masing Kantor Akuntan Publik
tersebut.
Sesuai dengan daftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik 2011, Kantor
Akuntan Publik berjumlah 27 dimana karena tingkat kesibukan dari masing-masing Kantor Akuntan Publik
yang berbeda maka dalam penelitian ini diperoleh 10 Kantor Akuntan Publik yang bersedia menjadi
responden dengan jumlah auditor disesuaikan dengan kondisi pada masing-masing Kantor Akuntan Publik
yang bersangkutan. Terdapat beberapa Kantor Akuntan Publik yang tidak bersedia untuk dijadikan
sampel ataupun kuesioner yang tidak kembali sehubungan dengan padatnya kesibukan yang
dihadapi auditor dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Berdasarkan hal tersebut didapat auditor independen dari sepuluh Kantor Akuntan Publik yang
bersedia untuk dijadikan sampel pada penelitian ini, yang meliputi KAP Drs. Harry & Rekan; KAP Jan,
Ladiman & Rekan; KAP Moch Zainuddin & Sukmadi; KAP Riza, Wahono & Rekan; KAP Ratna
Widjaja; KAP Daniel Kodirun; KAP Soejatna, Mulyana & Rekan; KAP Drs. Amir Hadyi; KAP Drs.
Tjhin Tjiap Lung, MM. BAP; dan KAP Drs. Heryanto Subrata Gani. Jumlah kuesioner yang disebarkan
sebanyak 54 buah kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sebanyak 52 buah kuesioner.

Hasil Uji Validitas


Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel (0,228). Berdasarkan
pengujian tersebut, maka diperoleh hasil bahwa semua variabel memiliki r-hitung (nilai dari Corrected
Item -Total Correlation) > dari r-tabel (0,228). Sehingga semua variabel dinyatakan valid.

13
Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas semua variabel pada penelitian ini menunjukkan tabel Reliability Statistic yang
menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha 0,720 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan
dalam variabel yang terdapat pada penelitian ini reliable.

Hasil Uji secara Parsial


Untuk melihat pengaruh independensi (X1), pengalaman (X2), due profesional care (X3), akuntabilitas (X4),
dan etika auditor (X5) terhadap kualitas audit (Y) secara parsial atau sendiri-sendiri dilakukan dengan
melihat tabel koefisien dan membandingkan besarnya p-value pada kolom sig < level of
significant (α) sebesar 0,05.

Hipotesa yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


H0 : Tidak ada pengaruh antara X i terhadap kualitas audit (Y)
Ha : Terdapat pengaruh antara X i terhadap kualitas audit (Y).
Uraian diatas dapat dilihat pada tabel koefisien pada Tabel Koefisien. Dari tabel koefisien dapat
diperoleh kesimpulan independensi (X1), pengalaman (X2), due profesional care (X3), akuntabilitas (X4),
dan etika auditor (X 5) secara parsial atau sendiri-sendiri memiliki pengaruh, karena p-value pada kolom sig
< level of significant (α) sebesar 0,05. Artinya terdapat pengaruh antara independensi (X 1), pengalaman
(X 2), due profesional care (X 3), akuntabilitas (X 4), dan etika auditor (X5) terhadap kualitas audit (Y)
secara parsial. Besarnya pengaruh dapat diketahui dengan melihat angka pada tabel koefisien kolom beta
(Unstandardized Coefficients). Dari output tersebut dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 2.259 + 0.820X1 + 0.219X2 + 0.676X3 + 0.289X4 – 0.732X5

Tabel Koefisien
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.259 6.979 .324 .748

independensi .820 .083 .588 9.928 .000


pengalaman .219 .059 .154 3.715 .001
due_prof_care .676 .078 .664 8.618 .000
akuntabilitas .289 .059 .227 4.863 .000
etika -.732 .105 -.592 -6.968 .000
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Output SPSS (2011)

Uji Hipotesa I (Independensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit)


Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan

14
Tabel, independensi memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa independensi (X1) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak
dan H1 diterima.
Dalam Standar Umum yang kedua (SA Seksi 220 SPAP, 2011) menyatakan bahwa “Dalam semua
hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Independensi juga diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan moral yang diantaranya mengatur tentang independensi.
Dalam aturan tersebut dinyatakan bahwa anggota Kantor Akuntan Publik harus selalu mempertahankan
sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Sikap mental independen
tersebut harus meliputi independen dalam kenyataan (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap
yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Sedangkan independensi dalam penampilan adalah
hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi ini. Apabila auditor independen dalam kenyataan, tetapi
pihak-pihak yang berkepentingan yakin bahwa dia adalah penasihat dari auditenya, maka sebagian besar
hasil dari fungsi auditnya akan sia-sia saja. Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak
memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.
Apabila auditor adalah seorang penasihat audite, seorang bankir atau yang lainnya, dia tidak dapat dikatakan
independen. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting. Alasan
mengapa begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaan mereka terhadap kelayakan laporan
keuangan berdasarkan laporan auditor adalah karena harapan mereka untuk mendapatkan suatu pandangan
yang tidak memihak.
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Mansur (2007), Alim et.al
(2007), Andersen (2008), Aji (2009), Rahman (2009), Mabruri dan Winarna (2010), Muliani Singgih dan
Icuk Bawono (2010) menyatakan terdapat pengaruh antara independensi terhadap kualitas audit. Dari
perbandingan hasil penelitian ini dengan sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara
independensi dengan kualitas audit.

Uji Hipotesa II (Pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit)


Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H2 diterima. Berdasarkan
Tabel, pengalaman memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengalaman (X2) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak
dan H1 diterima.
Menurut Nataline (2007), Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi
kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas audit. Seorang auditor profesional harus mempunyai pengalaman yang cukup

15
tentang tugas dan tanggung j awabnya. Pengalaman auditor akan menj adi bahan pertimbangan
yang baik dalam mengambil keputusan dalam tugasnya.
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Andersen (2008), Aji
(2009), Mabruri dan Winarna (2010), Muliani Singgih dan Icuk Bawono (2010) menyatakan terdapat
pengaruh antara pengalaman terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan
sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara pengalaman dengan kualitas audit.

Uji Hipotesa III (Due Profesional Care berpengaruh terhadap kualitas audit)
Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H3 diterima. Berdasarkan
Tabel, due profesional care memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa due profesional care (X3) berpengaruh terhadap kualitas audit,
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Dalam Standar Umum yang ketiga (SA Seksi 230 SPAP, 2011) menyatakan bahwa “Dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama”. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan
melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Mansur (2007), Andersen
(2008), Aji (2009), Rahman (2009), Muliani Singgih dan Icuk Bawono (2010) menyatakan terdapat
pengaruh antara due profesional care terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan
sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara due profesional care dengan kualitas audit.

Uji Hipotesa IV (Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit)


Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H4 diterima. Berdasarkan
Tabel, akuntabilitas memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas (X4) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak
dan H1 diterima.
Dalam SA Seksi 110 (SPAP, 2011) menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang laporan keuangan
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Auditor independen juga
bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para
praktisi rekan seprofesinya.
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Mardisar dan Sari (2007),
Aji (2009), Deddy Supardi dan Zaenal Mutakin (2009), Muliani Singgih dan Icuk Bawono (2010)
menyatakan terdapat pengaruh antara akuntabilitas terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil
penelitian ini dengan sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara akuntabilitas dengan
kualitas audit.

16
Uji Hipotesa V (Etika Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit)
Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H5 diterima. Berdasarkan
Tabel, etika memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa etika (X5) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak dan H5 diterima.
Dalam SPAP Seksi 100 (2011) menyatakan bahwa setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika
profesi yang terdiri dari prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip kompetensi, prinsip kerahasiaan, dan
prinsip perilaku profesional.
Hasil penelitian jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Alim et.al (2007) menyatakan
terdapat pengaruh antara etika auditor terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan
sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara etika dengan kualitas audit.

Hasil Uji secara Simultan


Dari uji ANOVA, uji hipotesis tentang pengaruh variabel independensi, pengalaman, due profesional
care, akuntabilitas, dan etika secara simultan dilakukan dengan cara melihat besarnya p-value pada
kolom sig dengan level of significant (α) sebesar 0.05 dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Jika
sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.22 angka signifikansi (sig) sebesar 0.000 < 0.05 maka H 0
ditolak dan H 1 diterima. Artinya adanya hubungan linier antara independensi, pengalaman, due
profesional care, akuntabilitas, dan etika terhadap kualitas audit.
Untuk menguji pengaruh independensi (X 1), pengalaman (X 2), due profesional care (X3),
akuntabilitas (X 4) dan etika (X 5) terhadap kualitas audit (Y) secara gabungan dapat dilakukan dengan
melihat tabel model summary pada Tabel Model Summary.

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .992a .983 .981 6.69083

a. Predictors: (Constant), etika, akuntabilitas, pengalaman, independensi,


due_profesional_care

b. Dependent Variable: kualitas_audit


Sumber : Output SPSS (2011)

Nilai Adjusted R2 adalah 0.981. Hal ini berarti sebesar 98.1% variasi variabel dependen kualitas
audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik wilayah Jakarta Barat dapat dijelaskan oleh variasi variabel
dari kelima variabel independen yaitu independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas
dan etika auditor. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 1.9% dijelaskan oleh faktor lain diluar model
penelitian ini.

17
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis 1, 2, 3, 4 dan 5 diterima yaitu
bahwa independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit. Dengan demikian, semakin independensi auditor, semakin banyak pengalaman kerja,
semakin banyak pengetahuan, semakin tinggi tingkat akuntabilitas, dan semakin beretika seorang auditor
maka semakin baik hasil kualitas audit yang dilakukan.
Dari hasil perhitungan uji nilai F dapat diambil kesimpulan bahwa secara serentak, seluruh variable
independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan kemampuan menjelaskan
terhadap variable dependen sebesar 98,1%. Hal ini berarti masih terdapat variable-variabel independen
lainnya yang dapat menjelaskan variable kualitas audit yaitu sebesar 1,9%. Variabel independensi, due
profesional care, akuntabilitas dan etika sangat dominan berpengaruh terhadap kualitas audit
Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan yang perlu diperhatikan bagi peneliti yang akan dating,
yaitu sebagai berikut :
a. Ruang lingkup penelitian hanya auditor di wilayah Jakarta Barat
b. Masih terdapat variable independen lain yang mempengaruhi variasi dalam variable kualitas audit
yang belum tergali pada penelitian ini
Saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis sebagai hasil dari penelitian, pembahasan,
kesimpulan serta keterbatasan di atas adalah :
a. Memperbesar jumlah sampel penelitian
b. Memperluas lokasi penelitian
c. Melakukan pengujian lebih lanjut terhadap variable dengan memasukkan variable lain yang
mempengaruhi kualitas audit

DAFTAR PUSTAKA

Artikel dalam jurnal


Aji, 2009 “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Audit ditinjau dari Persepsi Auditor atas
Independensi, Pengalaman, dan Akuntabilitas”, Jurnal Akuntansi
Alim, et al, 26-28 Juli, 2007, “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika
Auditor sebagai Variabel Moderasi” , Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar
Andersen dan Arifin, 2008, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bekerja, Kecakapan Profesional,
Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”, Jurnal Akuntansi 25, Sumatra Utara,
Deddy dan Zaenal, 2009, “ Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor pada Kantor
Akuntan Publik”, elib.unikom.ac.id
Elisha dan Icuk, 2010, “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care dan Akuntabilitas
terhadap Kualitas Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010

18
Havizd dan Jaka, 2010, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Audit di Lingkungan
Pemerintah Daerah”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010
Hussey, et al, Nigeria 2011, “Mandory Rotation of Auditors on Audit Quality, Cost and Independence in
South-South”, International Business Management
Mansur, “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Persepsi Auditor Atas Pelatihan
dan Keahlian, Independensi dan Penggunaan Kemahiran Profesional”, Thesis Universitas Gajah
Mada Yogyakarta, 2007
Mardisar dan Sari, 26-28 Juli, 2007, “ Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil
Kerja Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar
Rahman, 2009, “Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Profesional Care terhadap Kualitas
Audit”, Jurnal Akuntansi
Sri Setianingsih, Makasar 2007, “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh
Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi X

Artikel dari internet


Rahmat, 2011, “Pengukuran Kualitas Audit : Sebuah Esai”, http//journal.unud.ac.id (diakses 20 Mei
2011)

Buku
Arens, et al, 2008, “ Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi”, Erlangga
Djuni Farhan, 2009, “Etika dan Akuntabilitas Profesi Akuntan Publik”, Intimedia Malang
Ety Rochaety, Ratih Tresnati, Abdul Majid Latief., 2007, “Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi
SPSS”, Jakarta Mitra Wacana Media
Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011, “Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat
Priyatno, Duwi, 2009, “SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate”, Gava Medika
Sanyoto, 2007, “Audit Sistem Informasi”, Mitra Wacana Media
-----, 2011, “Standar Profesional Akuntan Publik”, IAPI
Widarjono, Agus, 2010, “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, UPP STIM YKPN

19

Anda mungkin juga menyukai