PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI RADIOLOGI
RSUD dr. Adnaan WD PAYAKUMBUH
Th 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan radiologi sebagai pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian
dari amanat Undang – Undang 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat
dan amanat Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Bertolak dari hal
tersebut serta semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah
dilaksanakan diberbagai pelayanan kesehatan, mulai dari pelayanan kesehatan sederhana,
seperti puskesmas dan klinik-klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang
berskala besar seperti rumah sakit berskala A. Dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit
dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologii radiodiagnostik yaitu pelayanan
yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu,
radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik di peralatan
maupun metodenya.
Pelayanan Radiologi adalah Pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas energi radiasi
untuk diagnosis dan terapi termasuk teknik penentuan dan penggunaan energi radiasi dengan sinar X,
radioaktif, ultrasonografi dan radio frekwensi elektro magnegtik.
Pelayanan radiologi diagnostik adalah pelayanan penunjang yang menggunakan radiasi pengion
dan radiasi non pengion yang terdiri dari : Pelayanan radiodiagnostik menggunakan radiasi pengion :
X-ray konvensional, CT scan dan mammografi .Pelayanan imejing diaognostik menggunakan radiasi
non pengionan : MRI dan USG dan Pelayanan radiologi intervensional menggunakan radiasi pengion
dan non pengion untuk diagnosis dan terapi : angiografi dan CT Scan.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dipandang perlu
dilakukan revisi sebagai syarat pelayanan dan pelengkap berkas akreditasi sehingga dapat
dipakai sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi
diagnostik.
B. Tujuan
Tujuan umum : Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik seluruh indonesia
sesuai dengan jenis dan kelas sarana pelayanan kesehatan
Tujuan khusus :
1. Sebagai acuan bagi Rumah Sakit untuk menyelenggarakan pelayanan radiologi
diagnostik di RSUD dr Adnaan WD
2. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan dan kinerja sarana pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan radiologi
3. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang arahnya disesuaikan
dengan tingkat pelayanan radiologi yang telah dicapai dan proyeksi kebutuhan
pelayanan di masa depan.
C. Ruang Lingkup
Pasien RSUD dr Adnaan W.D meliputi pasien rawat jalan, rawat inap, pasien umum,
pasien jaminan asuransi dan perusahaan. Tahapan pemeriksaan di Instalasi Radiologi meliputi
pendaftaran dan perjanjian pasien, pemeriksaan pasien, proses pencetakan film, analisa
film/pembacaan film, dan tindakan USG oleh radiolog dan penyerahan hasil
Ruang lingkup pelayanan mencakup standar pelayanan pemeriksaan yang ada sebagai
berikut:
D. Batas Operasional
Instalasi Radiologi RSUD dr Adnaan W.D memberikan pelayanan rutin dan pelayanan
gawat darurat kepada pasien rawat jalan, rawat inap dan pasien rujukan. Pelayanan yang
diberikan adalah :
1. Foto Thorax
Pemeriksaan radiologi organ thorax
2. Foto Kepala
Pemeriksaan radiologi organ kepala
3. Foto Extermitas dan Sendi
Pemeriksaan radiologi organ ektermitas dan persendian
4. Foto Vertebra
Pemeriksaan radiologi vertebra cervical, thoracal, lumbal sacral dan coccygeus.
5. Foto Sinus Paranasalis
Pemeriksaan radiologi yang dikhususkan pada sinus-sinus di kepala
6. Foto BNO/ABDOMEN
Pemeriksaan radiologi di bagian perut
2. Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras
Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras, yaitu pemeriksaan
sederhana menggunakan sinar Roentgen (sinar X) disertai dengan penggunaan obat
kontras yang dapat membantu memperlihatkan kelainan yang ada, sehingga
mempertajam diagnosis. Pemeriksaan ini dibawah pantauan oleh dr Spesialis
radiologi.
b. Appendicografi
Pemeriksaan radiologi daerah appendik menggunakan larutan bahan kontras
(barium sulfat) yang di minum
3. Ultrasonography (USG)
Suatu metode pemeriksaan diagnostik yang menggunakan gelombang suara
frekuesi tinggi (gelombang ultrasonik). Pemeriksaan ini baik untuk mengevaluasi
organ-organ tubuh yang terdiri atas komponen padat atau cair seperti: organ-organ
perut, kandungan (termasuk janin), kelenjar gondok, payudara, prostat, buah zakar,
kepala (khusus bayi), anggota gerak, jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan USG
yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
a. USG Thyroid
b. USG Mammae
c. USG Abdomen
d. USG Ginjal
e. USG Testis
f. USG Thorax
4. Luar instalasi
a. Endoschopy penyakit dalam
b. Endoshopy THT di poli THT
c. USG kebidanan di poli kebidanan
d. USG kebidanan di ruang bersalin
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang
ketenaganukliran (BAPETEN).
2. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/MENKES/SK/III /
2007 tentang Standar Profesi Radiografer.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES /PER/VIII /
2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI /
2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan
7. Peraturan daerah kota Payakumbuh Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pada RSUD dr Adnaa WD Payakumbuh tenaga yang ada di isntalasi radiologi adalah :
No Jenis Kualifikasi Jml Pelatihan Waktu Keterangan
Ketenagaan Ketenagaan Tenaga Tugas
1 Ka. Instalasi Dokter Sp.Rad 1 Terlampir Jam
kerja
2 Ka. Ruangan D III Radiologi 1 Terlampir Jam
kerja
3 Staff D III radiologi 7 Terlampir 3 Shift 1. Jumlah
petugas
minimal 4
orang dalam
1 hari
2. Penambaha
n petugas
berdasarkan
pola beban
kerja
4 PPR D III Radiologi 2 terlampir Jam
kerja
5 Elektromedis D III Atem 1 - Jam
kerja
6 Administrasi Administrasi 1 - Jam
kerja
3. Radiografer
4. Tenaga PPR
a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi, dan
memantau pemakaiannya.
d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat
di mana Pesawat Sinar-X digunakan.
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi.
g. Memelihara Rekaman dan arsip.
h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal
kedaruratan.
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan Radiasi.
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh
Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada Kepala BAPETEN.
l. Perpanjangan SIB PPR dilakukan 5 tahun sekali
5. Tenaga administrasi
C. Pengaturan Jaga
Pada Instalasi Radiologi ada 2 jenis pengatuaran shift kerja, yaitu :
1. Shift pagi untuk Kepala Instalasi (dr Spesialis Radiologi), Kepala Ruangan
radiologi,staff dan tenaga administrasi dari jam 07.30 – 14.00 selama enam hari
kerja
2. Setiap pasien yang datang ke radiologi baik gawat darurat dan tidak, tetap di
layani oleh petugas radiologi selama 24 jam. Jika ada pemeriksaan radiologi cyto
oleh dokter klinisi maka petugas radiologi menghubungi dr spesialis radiologi,
memberi tahukan bahwa ada pasien yang harus cepat mendapatkan hasil bacaan
(eksperise), dan tindakan USG dalam waktu paling lama 3 jam.
BAB III
STANDAR FASILITAS
Fasilitas radiologi merupakan satu kesatuan dari gedung RSUD Dr. Adnaan WD, dengan
spesifikasi pembagian ruang sebagai berikut:
Dark room
Penyimpan
(1)
an barang
ruang x-ray
Ruang CR Ruang x-ray
Ruang Ka.
Meja ADM Ruangan
Ruang usg
expe
rtise
wc wc wc
Ruang tunggu pasien
Kmr dokter
b. Ruang
Persyaratan ruangan :
1. Letak unit instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan
gawat darurat, perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan
lainnya.
2. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan
alarm sesuai dengan kebutuhan.
3. Suhu ruang pemeriksaan 20-24 °C dan kelembaban 40 - 60 %.
4. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas
ruangan yang dibutuhkan sebagai berikut :
1) Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm (duapuluh lima senti
meter) dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per senti
meter kubik), atau beton dengan ketebalan 20 cm (duapuluh senti
meter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam
(Pb), sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar-X
tidak melampaui Nilai Batas Oosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per
tahun).
2) Pintu dan ventilasi
(a) Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam
dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat Radiasi di sekitar
ruangan Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Oosis 1
mSv/tahun (satu milisievert per tahun).Ventilasi setinggi 2 (dua)
meter dari lantai sebelah luar agar orang diluar tidak terkena
paparan radiasi.
(b) Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah
yang menyala pad a sa at pesawat dihidupkan sebagai tanda
sedang dilakukan penyinaran (Iampu peringatan tanda bahaya
radiasi).
3) Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih/overlapping
4) Jenis dan ukuran ruangan :
a . Ruang penyinaran Ruang X-ray
Ukuran ruangan: sesuai kebutuhan/besarnya alat. Ruang X-ray tanpa
fluoroskopi, minimal:
• Alat dengan kekuatan sId 125 KV : 4m (p) x 3m (I) x 2,8m (t)
• Alat dengan kekuatan >125 KV: 6,5m (p) x 4m (I) x 2,8m (t)
b . Ruang X-ray dengan fluoroskopi : 7.5m (p) x 5,7m (I) x 2,8m (t)
c . Ruang Ultrasonography (USG)
• Ukuran: 4m (p) x 3m (I) x 2.7m (t)
• Dinding: Terbuat dari batu bata, tanpa Pb
• Perlengkapan: meja/tempat tidur pemeriksaan, Kursi pasien
d . Ruang Baca dan Konsultasi Dokter
Terpisah dengan ruang pemeriksaan.
Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 2m (p) x 2m (I) x
2,7m (t) Idokter spesialis radiologi dan dapat menampung :
• 1 buah meja kerja
• 2 buah kursi
• 1 buah lemari
Perlengkapan: Viewing Box
e . Ruang CR
Ukuran : minimal 3m (p) x 3m (I) x 2,8m
(t) Dapat menampung :
a. Tempat printer
b. Tempat processing
c. Tempat rekam medik elektronik
d. Dilengkapi dengan AC. Suhu dan kelembaban
disesuaikan dengan kebutuhan alat.
f . Ruang ganti pakaian
Ada disetiap ruang pemeriksaan.
Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 1m (p) x 1,5m (I)
x 2, 7m (t) dan dilengkapi dengan gantungan baju.
g . WC
Ada di depan pintu masuk instalasi radiologi
h . Gudang untuk film dan non film.
Ukuran, suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan.
i . Kamar gelap
Terdiri dari daerah basah dan daerah kering.
1) Ukuran:
Manual Processing: Sebaiknya memanjang; ukuran 2(p) x 1.5(I) x
2.8(t)m untuk memudahkan pengaturan bahan- bahan dalam
kamar gelap.
Tinggi : 2.8 m
2) Lantai:
Mudah dibersihkan
Meja kerja
6) Kelengkapan daerah kering: alat kamera identifikasi film,alat
pengering film, Viewing box film/light case.
7) Pembuangan limbah processing automatic(developer) di alirkan ke
IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) khusus yang berada di
belakang radiologi. Setelah diolah di dalam IPAL milik radiologi
kemudian diteruskan ke IPAL Rumah sakit. Diolah kembali, setelah itu
baru dialirkan ke masyarakat.
j . Ruang Lain
- Loket ruang informasi, ruang rapat, ruang jaga (dokter
dan radiografer)
- Ruang tunggu pasien ada di depan meja admnistrasi.
b) Sumber Listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan radiologi yang baik dan aman, diperlukan
aliran listrik yang cukup dengan tegangan yang konstan dan tidak ada aliran listrik
terputus. Hal ini perlu bukan saja supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi
mengingat beberapa jenis alat memerlukan perawatan dan penyimpanan pada suhu
tertentu dan tetap. Idealnya selain sumber listrik PLN, juga disediakan cadangan
sumber listrik dari generator, mengingat instalasi radiologi harus dapat
memberikan pelayanan selama 24 jam.
B. Standar Fasilitas
1. Peralatan
Instalasi radiologi rumah sakit Dr.Adnaan WD memiliki peralatan penunjang
sesuai Rumah Sakit Kelas C atau Setara. Jumlah, jenis dan kemampuan
peralatan radiologi disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit, dikembangkan
mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
a. Peralatan dalam instalasi adalah sebagai berikut :
1) USG Multipurpose = 1 unit
2) X-Ray Unit = 1 unit
3) Mobile x-ray = 1 unit
4) CR unit = 1 unit
5) Processing unit = 1 unit
6) Kaset = 16 bh
7) Hanger = 3 bh
8) Lysolm = 2 bh
9) Viewing Box = 2 unit
10) Peralatan protektif radiasi
- Kaca mata Pb = 1 bh
- Tabir Mobile = 1 bh
- Apron = 3 bh
Keterangan :
o Lead apron, tebal 0.25 - 0,5 mm Pb, Neck Pb, 0.25 - 0.5 mm Pb
o Kaca mata Pb, 1 mm Pb
o Tabir mobile minimal 200 cm (t)x100 cm (I) setara 2 mm Pb, ukuran
kaca sesuai kebutuhan, tebal 2mm Pb
o Film Badge sebagai monitor paparan radiasi terhadap petugas maupun
lingkungan.
A. Alur Pasien
Alur pelaksana pelayanan pasien datang di radiologi terdiri dari empat cara, yaitu :
1. Alur pasien datang dari poliklinik RS dan pasien yang datang dari luar (Rumah
sakit lain maupun klinik dokter praktek)
Administrasi
- Memeriksa kelengkapan form
- Menginformasikan tarif, waktu
pemeriksaan, persiapan pasien dan
pengambilan hasil rontgen
- Membuat bukti transaksi radiologi
Melakukan pemeriksaan
Radiologi
2. Alur pasien datang dari IGD dan RAWAT INAP RSUD Adnaan W.D
Pemeriksaan radiologi
Radiographer
Perawat ruangan
Administrasi radiologi
Menginformasikan persiapan
tindakan dan tarif
Petugas radiologi
Pemeriksaan USG
4. Alur pemeriksaan pasien rujukan ke radiologi luar rumah sakit (pasien rawat inap)
Perawat ruangan
2. Menyerahkan ke bagian
radiologi permintaan radiologi
Petugas radiologi
Nb: pemberitahuan dilakukan guna sebagai tolak ukur dalam pertimbangan pengadaan alat
yang tidak ada di dalam RS.
B. Persiapan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Non Kontras
Pasien di minta mengganti baju dengan baju khusus pasien
Pasien di membuka perhiasan yang digunakan di bagian yang akan diperiksa
2. Persiapan pemeriksaan BNO-IVP
Pada pasien dewasa
a. Pasien mengisi inform concent pada pemeriksaan BNO-IVP terlebih dahulu
dengan petugas radiologi.
b. Pasien melakukan pemeriksaan ureum dan creatinin di instalasi laboratorium.
c. 1 (satu) hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk makan makanan
lunak (rendah serat), seperti bubur kecap, bubur sumsum dan susu.
d. 10 (sepuluh) jam sebelum pemeriksaan, pasien makan terakhir.
e. Sembilan jam sebelum pemeriksaan, pasien minum obat pencahar (Dulcolax
tab mg atau garam inggris 30 gram yang diseduh dengan 150 cc air hangat)
tergatung dosis yang dianjurkan dokter pengirim
f. Setelah itu pasien puasa sampai pemeriksaan dilakukan.
g. Sebelum pemeriksaan, pasien disarankan untuk tidak merokok ataupun banyak
bicara.
h. Pasien dianjurkan buang air besar/kecil sebelum pemeriksaan dilakukan.
i. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien di klisma tinggi
Pada anak
a. Pasien melakukan pemeriksaan ureum dan creatinin di instalasi laboratorium.
b. Persiapan pemeriksaan BNO-IVP pada anak < 12 tahun, pasien dirawat
Pasien diberi pencahar sesuai yang diresepkan/rekomendasikan oleh DPJP.
Pasien puasa 4 – 6 jam sebelum pemeriksaan.
c. Persiapan pemeriksaan BNO-IVP pada anak umur > 12
tahun mengikuti persiapan BNO-IVP pada orang dewasa.
C. Pelaksanaan Pemeriksan
a. Pemeriksaan radiologi dengan kontras dilakukan oleh dokter spesialis radiologi
sedangkan pemeriksaan radiologi non kontras dilakukan oleh radiografer.
Untuk pemeriksaan BNO-IVP di lakukan penjadwalan terhadap pasien, jadwal
di tentukan oleh radiografer, sebelumnya pasien dirawat dan dilakukan
persiapan di ruang rawatan dan dipasangkan infuse, kemudian dilakukan
pemeriksaan BNO –IVP kuang lebih satu jam dan cairan kontras disuntikan oleh
perawat ruangan atau dokter spesialis radiologi.
b. Pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter spesialis radiologi. Pendaftaran pasien
USG dilakukan setiap hari kemudian pasien dijadwal oleh petugas administrasi
dan diberikan petunjuk persiaapan USG sesuai pemeriksaannya.
c. Standar pelayanan secara teknis diatur dalam SPO instalasi radiologi.
d. Pemeriksaan radiologi yang tidak dapat dilakukan di RSUD dr Adnaan WD
Payakumbuh di rujuk ke instalasi radiologi rumah sakit rujukan sesuai MOU RS
dengan RS rujukan.
E. Pemberian Expertise
Ekspertise radiologi di lakukan oleh dokter spesialis radiologi di dalam jam kerja
maupun di luar jam kerja.
Hasil pemeriksaan dari IGD
Hasil langsung di bawa oleh POST untuk di nilai dasar oleh dokter umum, jika
memerlukan ekspertise post mengantarkan kembali ke ruang radiologi, kalau
hasil di rasa cyto maka petugas radiologi menghubungi dokter speslias bahwa
ada pemeriksaan yang hasil nya diperlukan cyto dengan aturan manajemen
paling lama 3 jam.
Hasil pemeriksaan dari poliklinik/ Hasil dari rawat inap/ Hasil pemeriksaan
radiologi dari luar RSUD dr Adnaan WD :
Jika pemeriksaan di lakukan ketika dr spesialis masih di tempat maka hasil
langsung dibacakan, jika sudah diluar jam kerja maka hasil di bacakan satu
hari berikutnya sesuai SPM RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.
E. Penyerahan Hasil
Hasil pemeriksaan radiologi diserahkan ke pada pasien setelah dibaca oleh dokter
spesialis radiologi atau bisa diberikan tanpa ada hasil bacaan dari dokter radiologi
jika dalam keadaan emergensi atau atas permintaan DPJP dalam waktu 1 x 24 jam
dengan di berikan cap stempel pinjam oleh admin.
F. Penyimpanan Dokumen
Instalasi radiologi menyimpan dokumen-dokumen :
1. Surat permintaan
2. Hasil bacaan dan hasil pemeriksaan
Semua dokumen disimpan selama 5 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan logistic radiologi di buat setiap akhir bulan untuk pengadaan bulan
selanjutnya dengan mempertimbangkan stok yang ada di ruangan sesuai dengan form yang
telah disediakan dengan kabid penunjang.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah yang utama. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa
pelayanan Radiologi hendaknya menjamin bahwa keselamatan dan kepentingan
pasien selalu menjadi hal yang diutamakan. Disamping itu, Instalasi Radiologi
hendaknya memperlakukan semua pasien secara adil dan tanpa diskriminasi.
Prinsipnya dalam melakukan segala sesuatu hendaknya dilakukan dengan tingkah
laku yang baik dan benar.
B. Tujuan
1. Agar dalam melakukan kegiatan diInstalasi Radiologi, senantiasa
mengedepankan keselamatan pasien dan etika, sehingga menghasilkan personal
yang profesional yang terikat dengan kode etik sesuai profesi.
2. Memahami pentingnya patient safety di rumah sakit dan mengembangkan budaya
safety tersebut demi keamanan dan kenyamanan pasien dalam
pemeriksaan rontgen.
3. Mengetahui penatalaksanaan, hambatan, serta harapan yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Patient Safety.
4. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit atau di radiologi.
5. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
6. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
7. Memastikan tindakan yang benar dengan pada sisi tubuh yang benar dan klinis
yang benar.
A. Pengertian
Keselamatan kerja radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi
agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan lingkungan hidup tidak
melampaui nilai batas yang ditentukan. Di dalam unit radiologi ada seorang petugas
yang berada langsung di bawah direktur yaitu petugas proteksi radiasi (PPR) yang
fungsinya adalah Mengawasi secara periodik semua penggunaan radiasi agar tidak
melebihi nilai batas ambang yang diterima petugas dan lingkungan, kemudian
melaporkan kepada pemegang izin semua yang di awasi mengenai radiasi.
B. Tujuan
Keselamatan kerja bertujuan untuk Mengetahui kegunaan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Instalasi Radiologi.Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) radiologi
merupakan bagian daripengelolaan radiologi secara keseluruhan. Pemanfaatan sinar-X
diagnostik meliputi disain ruangan, pemasangan danpengoperasian setiap pesawat
Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat,perlengkapan proteksi radiasi,
keselamatan operasional, proteksi pasien.
g. Pintu ruang pesawat Sinar-X terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga
terproteksi dengan baik.
h. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan
0,25mm Pb dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan gonad untuk
pemakaidari radiasi langsung.
i. Sarung tangan pelindung harus mempunyai ketebalan yang setara dengan
0,25mm Pb dengan ukuran yang cukup dari radiasi langsung yang mengenai
tangan dan pergelangan tangan.
j. Terdapat fasilitas untuk imobilisasi pasien, untuk mengurangi pergerakan
pasien pada saat pemeriksaan dengan Sinar-X.
k. Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya
konvensional seperti kebakaran, banjir, dan kedaruratan yang berkaitan dengan
listrik.
l. Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol.
m. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah
pada saat penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga dengan
menggunakan apron, tidak dilakukan oleh petugas.
n. Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X sedemikian
rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan minimum pada pasien
atau petugas.
o. Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan
dan pasien berada dalam ruang penyinaran.
p. Pesawat Sinar-X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak berwenang.
q. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan oleh
teknisi yang telah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang. Teknisi
tersebutmempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk
mengerjakan pekerjaannya dengan aman. Terdapat peralatan monitoring
personil yaitu film badge untuk memantau paparan radiasi yang diterima setiap
satu bulan sekali
Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu dimana
seorang pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis
radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam
medan radiasi, pengaturan jarak ( Paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya
jarak dari sumber radiasi ), dan Penggunaan perisai radiasi untuk penanganan sumber-
sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi.
3. PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi merupakan cabang ilmu pengetahuan atau teknik
yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan
dengan pemberian perlindungan pada seseorang atau sekelompok orang
ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan
kesehatan akibat adanya paparan radiasi. Tujuan proteksi radiasi adalah
untuk mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan dan
mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
Selain itu proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta
masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat
radioaktif atau sumber radiasi lain.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
I. PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu dan Teknologi dibidang Radiologi yang cepat dan pesat
mengharuskan Instalasi radiologi suatu pelayanan kesehatan melakukan program kontrol
mutu dan menjamin hasil dari pelayanan radiologi bermanfaat bagi masyarakat dengan
menghasilkan radiograf (foto) dan imaging yang dapat diterima secara medik
sehingga diagnose suatu penyakit dapat tegak.
Program kerja instalasi radiologi yang menjadi acuan dan pedoman dalam bekerja
mempunyai banyak factor yang harus diikuti oleh personil yang bekerja di instalasi
radiologi dengan selalu meningkatkan kemampuan diri agar dapat mengelola segala
sarana dan prasarana serta peralatan yang ada untuk mendapatkan mutu pelayanan
radiologi yang berkualitas baik dan aman bagi pasien pekerja dan masyarakat banyak.
II. LATAR BELAKANG
Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging selain berguna untuk menegakkan
diagnosa juga ada sisi negatifnya karena mengunakan radiasi pengion dan non pengion,
jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada pasien dan masyarakat sekitar serta
petugas yang ada di instalasi radiologi. Apalagi pelayanan radiologi sebagai bagian yang
terintegrasi dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang secara keseluruhan bagian dari
amanat UUD 1945 dimana kesehatan adalah hak mendasar setiap rakyat.
Untuk itu diperlukan kontrol mutu hasil pelayanan radiologi secara terus menerus
untuk mempertahankan dan memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan radiologi ,
yaitu dengan cara meng-upgrade kemampuan sumber daya manusia (SDM), peningkatan
fasilitas dan peralatan kesehatan, serta peningkatan metode kerja yang efektif, efisien dan
aman.
III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
Tujuan Umum
Menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan radiologi untuk mendapatkan hasil
diagnosa yang optimal untuk menunjang kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan oleh instalasi radiologi.
Tujuan Khusus
1. Menyusun suatu program yang sesuai standar pelayanan radiologi dan diagnostik
imaging, meliputi kegiatan sebelum pemeriksaan, ketika proses pemeriksaan dan
setelah pemeriksaan ( hasil radiograf/imaging, hasil bacaan, reject analysa, kepuasan
pasien dan dokter klinis pengirim )
2. Sebagai acuan agar hasil pelayanan radiologi dalam penegakan diagnose pasien lebih
cepat dengan tetap memperhatikan keselamatan dan kesehatan pasien, masyarakat
dan personil yang bekerja di instalasi radiologi.
4. Agar dapat segera melakukan perbaikan jika ada penurunan kualitas hasil diagnostic.
VI. SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai dengan adanya program kontrol mutu adalah :
1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelayanan radiologi dengan hasil
pemeriksaan yang memuaskan bagi pasien maupun masyarakat pada
umumnya.
2. Mempercepat pelayanan pemeriksaan radiologi dan imaging dengan tegaknya
diagnose yang baik dan akurat agar pasien dapat diobati segera oleh dokter
yang memeriksanya dengan segera dan cepat pula.
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3 Pengecekan harian X X X X X X X X X X X X
Direktur Utama