Anda di halaman 1dari 42

Lampiran : Keputusan direktur no 445/ / SK/RSUD-PYK/2017

Tentang Pedoman pelayanan instalasi Radiologi

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI RADIOLOGI
RSUD dr. Adnaan WD PAYAKUMBUH

Th 2017
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayanan radiologi sebagai pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian
dari amanat Undang – Undang 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat
dan amanat Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Bertolak dari hal
tersebut serta semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah
dilaksanakan diberbagai pelayanan kesehatan, mulai dari pelayanan kesehatan sederhana,
seperti puskesmas dan klinik-klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang
berskala besar seperti rumah sakit berskala A. Dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit
dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologii radiodiagnostik yaitu pelayanan
yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu,
radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik di peralatan
maupun metodenya.

Pelayanan Radiologi adalah Pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas energi radiasi
untuk diagnosis dan terapi termasuk teknik penentuan dan penggunaan energi radiasi dengan sinar X,
radioaktif, ultrasonografi dan radio frekwensi elektro magnegtik.

Pelayanan radiologi diagnostik adalah pelayanan penunjang yang menggunakan radiasi pengion
dan radiasi non pengion yang terdiri dari : Pelayanan radiodiagnostik menggunakan radiasi pengion :
X-ray konvensional, CT scan dan mammografi .Pelayanan imejing diaognostik menggunakan radiasi
non pengionan : MRI dan USG dan Pelayanan radiologi intervensional menggunakan radiasi pengion
dan non pengion untuk diagnosis dan terapi : angiografi dan CT Scan.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dipandang perlu
dilakukan revisi sebagai syarat pelayanan dan pelengkap berkas akreditasi sehingga dapat
dipakai sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi
diagnostik.
B. Tujuan
Tujuan umum : Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik seluruh indonesia
sesuai dengan jenis dan kelas sarana pelayanan kesehatan
Tujuan khusus :
1. Sebagai acuan bagi Rumah Sakit untuk menyelenggarakan pelayanan radiologi
diagnostik di RSUD dr Adnaan WD
2. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan dan kinerja sarana pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan radiologi
3. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang arahnya disesuaikan
dengan tingkat pelayanan radiologi yang telah dicapai dan proyeksi kebutuhan
pelayanan di masa depan.

C. Ruang Lingkup

Pasien RSUD dr Adnaan W.D meliputi pasien rawat jalan, rawat inap, pasien umum,
pasien jaminan asuransi dan perusahaan. Tahapan pemeriksaan di Instalasi Radiologi meliputi
pendaftaran dan perjanjian pasien, pemeriksaan pasien, proses pencetakan film, analisa
film/pembacaan film, dan tindakan USG oleh radiolog dan penyerahan hasil

Ruang lingkup pelayanan mencakup standar pelayanan pemeriksaan yang ada sebagai
berikut:

1. Pelayanan Pemeriksaan berdasarkan jenis :


a. Pemeriksaan radiologi konvensional
b. Pemeriksaan dengan kontras
c. Pemeriksaan ultrasonografi
2. Pelayanan pemeriksaan berdasarkan lokasi pemeriksaan:
- Dalam instalasi:
a. Pemeriksaan kontras dan non kontras
b. USG
- Abdomen
- Mammae
- Axilla
- Prostat
- Thorax
3. Jenis pelayanan berdasarkan asal pasien
a. Dalam RSUD dr Adnaan WD
- IGD
- POLIKLINIK
- RAWAT INAP
b. luar RSUD dr Adnaan WD
- dokter praktek
- RS luar dengan MOU
- RS luar tanpa MOU

D. Batas Operasional

Instalasi Radiologi RSUD dr Adnaan W.D memberikan pelayanan rutin dan pelayanan
gawat darurat kepada pasien rawat jalan, rawat inap dan pasien rujukan. Pelayanan yang
diberikan adalah :

1) Pemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras.


Pemeriksaan radiologi tanpa kontras, yaitu pemeriksaan sederhana
menggunakan sinar Roentgen (sinar X) dengan berbagai posisi pemeriksaan.
Pemeriksaan ini dilakukan pada berbagai organ tubuh, antara lain paru dan jantung
(toraks) serta tulang-tulang pada seluruh bagian tubuh.

Pemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras meliputi:

1. Foto Thorax
Pemeriksaan radiologi organ thorax
2. Foto Kepala
Pemeriksaan radiologi organ kepala
3. Foto Extermitas dan Sendi
Pemeriksaan radiologi organ ektermitas dan persendian
4. Foto Vertebra
Pemeriksaan radiologi vertebra cervical, thoracal, lumbal sacral dan coccygeus.
5. Foto Sinus Paranasalis
Pemeriksaan radiologi yang dikhususkan pada sinus-sinus di kepala

6. Foto BNO/ABDOMEN
Pemeriksaan radiologi di bagian perut
2. Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras
Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras, yaitu pemeriksaan
sederhana menggunakan sinar Roentgen (sinar X) disertai dengan penggunaan obat
kontras yang dapat membantu memperlihatkan kelainan yang ada, sehingga
mempertajam diagnosis. Pemeriksaan ini dibawah pantauan oleh dr Spesialis
radiologi.

Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras meliputi :

a. Intra Venous Pyelography ( IVP )


Pemeriksaan radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, ureter, buli – buli,
dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuntikan intravena

b. Appendicografi
Pemeriksaan radiologi daerah appendik menggunakan larutan bahan kontras
(barium sulfat) yang di minum

3. Ultrasonography (USG)
Suatu metode pemeriksaan diagnostik yang menggunakan gelombang suara
frekuesi tinggi (gelombang ultrasonik). Pemeriksaan ini baik untuk mengevaluasi
organ-organ tubuh yang terdiri atas komponen padat atau cair seperti: organ-organ
perut, kandungan (termasuk janin), kelenjar gondok, payudara, prostat, buah zakar,
kepala (khusus bayi), anggota gerak, jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan USG
yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
a. USG Thyroid
b. USG Mammae
c. USG Abdomen
d. USG Ginjal
e. USG Testis
f. USG Thorax
4. Luar instalasi
a. Endoschopy penyakit dalam
b. Endoshopy THT di poli THT
c. USG kebidanan di poli kebidanan
d. USG kebidanan di ruang bersalin
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang
ketenaganukliran (BAPETEN).
2. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/MENKES/SK/III /
2007 tentang Standar Profesi Radiografer.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES /PER/VIII /
2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI /
2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan
7. Peraturan daerah kota Payakumbuh Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga di instalasi radiologi RSUD dr Adnaan W.D terdiri dari Kepala Instalasi,
Kepala Ruangan, Dokter Spesialis Radiologi, Radiografer, Tenaga Elektromedis dan
Tenaga Administrasi. Semuanya bertanggung jawab dalam menjalankan tugas masing-
masing guna tercapai tugas pokok dan fungsi serta visi misi rumah sakit.
Pada dasarnya kegiatan radiologi harus dilakukan oleh petugas yang memiliki
kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh / memiliki
kewenangan untuk melaksanakan kegiatan di bidang yang menjadi tugas atau tanggung
jawabnya. Agar pelayanan radiologi dapat terselenggara dengan mutu yang dapat
dipertanggung jawabkan, maka pelayanan radiologi harus dilakukan oleh tenaga yang
professional.
Standar Ketenagaan ditentukan berdasarkan
a. Jenis sarana kesehatan
b. Kemampuan / kompetensi
c. Beban kerja
d. Jumlah peralatan (pesawat)

B. Distribusi Ketenagaan
Pada RSUD dr Adnaa WD Payakumbuh tenaga yang ada di isntalasi radiologi adalah :
No Jenis Kualifikasi Jml Pelatihan Waktu Keterangan
Ketenagaan Ketenagaan Tenaga Tugas
1 Ka. Instalasi Dokter Sp.Rad 1 Terlampir Jam
kerja
2 Ka. Ruangan D III Radiologi 1 Terlampir Jam
kerja
3 Staff D III radiologi 7 Terlampir 3 Shift 1. Jumlah
petugas
minimal 4
orang dalam
1 hari
2. Penambaha
n petugas
berdasarkan
pola beban
kerja
4 PPR D III Radiologi 2 terlampir Jam
kerja
5 Elektromedis D III Atem 1 - Jam
kerja
6 Administrasi Administrasi 1 - Jam
kerja

Setiap tenaga yang ada dalam instalasi/unit pelayanan radiologi diagnostik


mempunyai tugas dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang
berhubungan dengan mutu teknis dan proteksi/keamanan pelayanan
radiodiagnostik dan imeging.
Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah :
1. Dokter Spesialis Radiologi
a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik
radiodiagnostik, imejing diagnostik serta melakukan revisi bila perlu.
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkan
dalam SOP.
c. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras bersama dengan radiografer. Khusus
pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena, dikerjakan oleh
dokter spesialis radiologi atau dokter lain/tenaga kesehatan yang mendapat
pendelegasian.
d. Menjelaskan dan menandatangani informed consent / izin tindakan medik
kepada pasien atau keluarga pasien untuk pemeriksaan khusus.
e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik,
imejing diagnostik dan tindakan radiologi intervensional.
f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing diagnostik
dan radiologi intervensional sesuai kebutuhan.
g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
h. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
i. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk
mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan
mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.
j. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional
dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya.
k. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
l. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi.

2. Kepala Ruangan Radiologi


Kepala ruangan Radiologi adalah seorang Radiografer.
Uraian Tugas :
a. Membantu Kepala Instalasi dalam pembinaandan pembagian tugas
staf.
b. Mengatur jadwal dinas staf pada jam kerja dan diluar jam kerja.
c. Bertanggung jawab terhadap inventarisasi ruangan.
d. Melaksanakan pemeriksaan khusus dan canggih.
e. Membuat laporan bulanan terhadap pelayanan di radiologi.
f. Bertanggung jawab terhadap proteksi radiasi.

3. Radiografer

a. Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan dan


pembuatan foto radiologi.
b. Melakukan pemeriksaan sesuai SOP yang ada dan sesuai dengan permintaan
radiologi dan klinis yang tertera.
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus untuk
pemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan
dikerjakan bersama dokter spesialis radiologi.
d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station).
e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di
sekitar ruang pesawat sinar-X.
g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan
yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.

4. Tenaga PPR
a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi, dan
memantau pemakaiannya.
d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat
di mana Pesawat Sinar-X digunakan.
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi.
g. Memelihara Rekaman dan arsip.
h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal
kedaruratan.
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan Radiasi.
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh
Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada Kepala BAPETEN.
l. Perpanjangan SIB PPR dilakukan 5 tahun sekali

5. Tenaga administrasi

a. Bertugas melakukan proses pencatatan administrasi semua kegiatan pemeriksaan


yang dilakukan oleh institusi pelayanan di Instalasi Radiologi.
b. Melakukan penjadwalan pasien USG dari Poli dan Rawatan
c. Mengembalikan SEP (Surat Elegibilitas Pasien) BPJS yang diberikan oleh
petugas Poli serta rincian biaya sesuai pemeriksaan ke bagian MR (Medical
Record) setelah selesai pemeriksaan USG, Appendicogram, CT-Scan
d. Melaksanakan pengecekan pengiriman hasil pemeriksaan foto rontgen ke bagian
Perawatan
e. Menerima surat konsul dari dokter dan mencatatnya dalam buku register.
f. Memberi nomor foto rontgen yang sesuai dengan nomor urut pasien.
g. Mengumpulkan semua foto-foto rontgen yang sudah dibaca oleh dokter spesialis
radiologi.
h. Merekap hasil foto serta bacaan USG yang telah selesai di bacakan oleh Dokter
Radiologi ke Map USG
i. Memberi dan mengirim hasil pemeriksaan radiologi tersebut kepada dokter
pengirim/bagian perawatan.
j. Memberi dan Mengirimkan hasil pemeriksaan radiologi “cito” yang sudah dibaca
oleh dokter spesialis radiologi.
k. Memberi dan Mengirimkan hasil foto basah (foto rontgen) yang belum dibaca
oleh dokter spesialis radiologi.
l. Menulis foto rontgen dan USG serta hasilnya yang dibawa oleh pasien ke buku
pengambilan hasil radiologi.
m. Membantu radiografer menyiapkan peralatan radiologi bila ada foto rontgen
“cito” di ruangan.
n. Mengambil dan mengecek bahan medis dan bahan non-medis yang diperlukan
instalasi radiologi di gudang logistic.
6. Tenaga Teknik Elektromedis
a. Melakukan perawatan peralatan Radiologi diagnostik, bekerja sama
dengan Fisikawan Medis secara rutin.
b. Melakukan perbaikan ringan.
c. Turut serta dengan supplier pada tiap pemasangan alat baru atau
perbaikan besar.

C. Pengaturan Jaga
Pada Instalasi Radiologi ada 2 jenis pengatuaran shift kerja, yaitu :
1. Shift pagi untuk Kepala Instalasi (dr Spesialis Radiologi), Kepala Ruangan
radiologi,staff dan tenaga administrasi dari jam 07.30 – 14.00 selama enam hari
kerja
2. Setiap pasien yang datang ke radiologi baik gawat darurat dan tidak, tetap di
layani oleh petugas radiologi selama 24 jam. Jika ada pemeriksaan radiologi cyto
oleh dokter klinisi maka petugas radiologi menghubungi dr spesialis radiologi,
memberi tahukan bahwa ada pasien yang harus cepat mendapatkan hasil bacaan
(eksperise), dan tindakan USG dalam waktu paling lama 3 jam.
BAB III
STANDAR FASILITAS

III.1. Deskripsi Fasilitas dan deskripsi pesawat sinar-X.

Fasilitas radiologi merupakan satu kesatuan dari gedung RSUD Dr. Adnaan WD, dengan
spesifikasi pembagian ruang sebagai berikut:

Dark room

Penyimpan
(1)
an barang

ruang x-ray
Ruang CR Ruang x-ray

Ruang Ka.
Meja ADM Ruangan

Ruang usg

expe
rtise
wc wc wc
Ruang tunggu pasien
Kmr dokter

Keterangan: (1) Tabir pelindung 0,5 mm Pb


A. Denah Ruang
a. Gedung
a. Lokasi
Instalasi radiologi merupakan salah satu instalasi yang bukan saja memberikan
pelayanan untuk pasien rawat inap, tetapi juga pasien rawat jalan dan rujukan.
Karena itu instalasi radiologi sebaiknya terletak di daerah yang mudah dicapai
dari dalam maupun luar rumah sakit.
Sirkulasi bagi pasien dan pengantar pasien disarankan terpisah dengan
sirkulasi staf.

Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca foto.

b. Ruang

Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas


ruangan adalah:
- Fungsi ruangan/jenis kegiatan
- Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien, lingkungan
- Efisiensi

Persyaratan ruangan :
1. Letak unit instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan
gawat darurat, perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan
lainnya.
2. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan
alarm sesuai dengan kebutuhan.
3. Suhu ruang pemeriksaan 20-24 °C dan kelembaban 40 - 60 %.
4. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas
ruangan yang dibutuhkan sebagai berikut :
1) Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm (duapuluh lima senti

meter) dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per senti
meter kubik), atau beton dengan ketebalan 20 cm (duapuluh senti
meter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam
(Pb), sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar-X
tidak melampaui Nilai Batas Oosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per
tahun).
2) Pintu dan ventilasi
(a) Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam
dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat Radiasi di sekitar
ruangan Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Oosis 1
mSv/tahun (satu milisievert per tahun).Ventilasi setinggi 2 (dua)
meter dari lantai sebelah luar agar orang diluar tidak terkena
paparan radiasi.
(b) Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah
yang menyala pad a sa at pesawat dihidupkan sebagai tanda
sedang dilakukan penyinaran (Iampu peringatan tanda bahaya
radiasi).
3) Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih/overlapping
4) Jenis dan ukuran ruangan :
a . Ruang penyinaran Ruang X-ray
Ukuran ruangan: sesuai kebutuhan/besarnya alat. Ruang X-ray tanpa
fluoroskopi, minimal:
• Alat dengan kekuatan sId 125 KV : 4m (p) x 3m (I) x 2,8m (t)
• Alat dengan kekuatan >125 KV: 6,5m (p) x 4m (I) x 2,8m (t)
b . Ruang X-ray dengan fluoroskopi : 7.5m (p) x 5,7m (I) x 2,8m (t)
c . Ruang Ultrasonography (USG)
• Ukuran: 4m (p) x 3m (I) x 2.7m (t)
• Dinding: Terbuat dari batu bata, tanpa Pb
• Perlengkapan: meja/tempat tidur pemeriksaan, Kursi pasien
d . Ruang Baca dan Konsultasi Dokter
Terpisah dengan ruang pemeriksaan.
Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 2m (p) x 2m (I) x
2,7m (t) Idokter spesialis radiologi dan dapat menampung :
• 1 buah meja kerja
• 2 buah kursi
• 1 buah lemari
Perlengkapan: Viewing Box
e . Ruang CR
Ukuran : minimal 3m (p) x 3m (I) x 2,8m
(t) Dapat menampung :
a. Tempat printer
b. Tempat processing
c. Tempat rekam medik elektronik
d. Dilengkapi dengan AC. Suhu dan kelembaban
disesuaikan dengan kebutuhan alat.
f . Ruang ganti pakaian
Ada disetiap ruang pemeriksaan.
Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 1m (p) x 1,5m (I)
x 2, 7m (t) dan dilengkapi dengan gantungan baju.
g . WC
Ada di depan pintu masuk instalasi radiologi
h . Gudang untuk film dan non film.
Ukuran, suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan.
i . Kamar gelap
Terdiri dari daerah basah dan daerah kering.
1) Ukuran:
Manual Processing: Sebaiknya memanjang; ukuran 2(p) x 1.5(I) x
2.8(t)m untuk memudahkan pengaturan bahan- bahan dalam
kamar gelap.

Automatic Processing : Sebaiknya bujur sangkar; Luas 7 m2;

Tinggi : 2.8 m
2) Lantai:

 Tidak menyerap air dan tahan terhadap cairan processing.

 Tidak licin dan mudah dibersihkan


3) Dinding:

 Warna cerah : seperti, merah jambu, krim dll

 Mudah dibersihkan

 Tidak menyerap air I keramik

 Dilengkapi cassette passing box yang dilapisi Pb.


 Dilengkapi dengan exhaust fan yang kedap cahaya
4) Pintu masuk kamar gelap :
 kedap cahaya

 petugas mudah keluar masuk tanpa mengganggu jalannya processing


5) Kelengkapan daerah basah : Safe light
 Rak gantungan film/film hanger

 Lemari tempat penyimpanan cassette dan box film

 Meja kerja
6) Kelengkapan daerah kering: alat kamera identifikasi film,alat
pengering film, Viewing box film/light case.
7) Pembuangan limbah processing automatic(developer) di alirkan ke
IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) khusus yang berada di
belakang radiologi. Setelah diolah di dalam IPAL milik radiologi
kemudian diteruskan ke IPAL Rumah sakit. Diolah kembali, setelah itu
baru dialirkan ke masyarakat.
j . Ruang Lain
- Loket ruang informasi, ruang rapat, ruang jaga (dokter
dan radiografer)
- Ruang tunggu pasien ada di depan meja admnistrasi.

b) Sumber Listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan radiologi yang baik dan aman, diperlukan
aliran listrik yang cukup dengan tegangan yang konstan dan tidak ada aliran listrik
terputus. Hal ini perlu bukan saja supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi
mengingat beberapa jenis alat memerlukan perawatan dan penyimpanan pada suhu
tertentu dan tetap. Idealnya selain sumber listrik PLN, juga disediakan cadangan
sumber listrik dari generator, mengingat instalasi radiologi harus dapat
memberikan pelayanan selama 24 jam.

B. Standar Fasilitas
1. Peralatan
Instalasi radiologi rumah sakit Dr.Adnaan WD memiliki peralatan penunjang
sesuai Rumah Sakit Kelas C atau Setara. Jumlah, jenis dan kemampuan
peralatan radiologi disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit, dikembangkan
mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
a. Peralatan dalam instalasi adalah sebagai berikut :
1) USG Multipurpose = 1 unit
2) X-Ray Unit = 1 unit
3) Mobile x-ray = 1 unit
4) CR unit = 1 unit
5) Processing unit = 1 unit
6) Kaset = 16 bh
7) Hanger = 3 bh
8) Lysolm = 2 bh
9) Viewing Box = 2 unit
10) Peralatan protektif radiasi
- Kaca mata Pb = 1 bh
- Tabir Mobile = 1 bh
- Apron = 3 bh
Keterangan :
o Lead apron, tebal 0.25 - 0,5 mm Pb, Neck Pb, 0.25 - 0.5 mm Pb
o Kaca mata Pb, 1 mm Pb
o Tabir mobile minimal 200 cm (t)x100 cm (I) setara 2 mm Pb, ukuran
kaca sesuai kebutuhan, tebal 2mm Pb
o Film Badge sebagai monitor paparan radiasi terhadap petugas maupun
lingkungan.

b. peralatan luar instalasi radiologi


- Endoschopy
- Endoschopy THT
- USG Kebidanan
- USG kebidanan di ruang bersalin

Peralatan Radiologi secara berkala dikalibrasi oleh instalasi yang berwenang


seperti : BATAN dan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Depkes RI sekali
dalam setahun. Pekerja Radiasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari memakai
Film Badge untuk personal monitoring yang setiap bulan dikirim ke BPFK
Depkes RI.

2. Obat-obatan dan Peralatan Basic Life Support


Harus tersedia untuk mengatasi keadaan gawat darurat akibat reaksi terhadap
bahan kontras yaitu :
o Obat-obatan : Adrenalin, Anti Histamin, Kortikosteroid dan Dopamin
o Oksigen dan perangkatnya
o Peralatan kesehatan ( spuit, infuse set, suction dll)

3. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan


Untuk menjamin tersedianya alat yang berkualitas dan siap pakai dalam setiap
pelayanan instalasi radiologi maka perlu diadakan program pemeliharaan alat
secara rutin.
Program pemeliharaan alat secara rutin terbagi menjadi tiga kegiatan:
a) Pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi IPSRS.
b) Perbaikan yang dilakukan oleh teknisi IPSRS ataupun vendor luar.
Rincian masing-masing kegiatan diatur dalam program pemeliharaan alat
dengan mengajukan form kerusakan yang ditujukan ke bagian IPSRS

4. Program Kalibrasi Alat


a) Kegiatan uji kesesuaian dilaksanakan 2 tahun sekali dengan jadwal
yang
dibuat oleh Instalasi IPSRS.
b) Penanggung jawab kegiatan uji kesesuaian alat Radiologi adalah teknisi
IPSRS.
c) Jenis alat yang di uji kesesuaian adalah alat X-Ray, USG dan CR.
d) Pelaksana adalah pihak ketiga (BPFK) atau vendor lain sesuai kerja sama
yang dilakukan di dalam rumah sakit.

5) Perizinan Pesawat X-Ray Radiologi


Perizinan pesawat X-Ray Radiologi dilakukan setiap 2 tahun dan harus di
perpanjang kembali sebelum habis masa berlaku. Rumah Sakit melakukan
perpanjangan izin alat :
-hyundai tahun 2017 (sudah selesai, dan dilampirkan)
-Ge sedang proses perijinan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN RADIOLOGI

Sistem administrasi yang dilakukan di radiologi RSUD Adnaan W.D dalam


menyelengarakan pelayanan radiologi diangnostik.
Sistem administrasi pelayanan radiologi diangnostik meliputi administrasi pada:
1. Loket penerimaan pasien
2. Ruangan diangnostik
3. Pembacaan
4. Penyimpanan
5. Loket pengambilan hasil

A. Alur Pasien

Alur pelaksana pelayanan pasien datang di radiologi terdiri dari empat cara, yaitu :

1. Alur pasien datang dari poliklinik RS dan pasien yang datang dari luar (Rumah
sakit lain maupun klinik dokter praktek)

Menyerahkan form pemeriksaan

Administrasi
- Memeriksa kelengkapan form
- Menginformasikan tarif, waktu
pemeriksaan, persiapan pasien dan
pengambilan hasil rontgen
- Membuat bukti transaksi radiologi

Pasien umum Pasien BPJS


Membayar transaksi di kasir
Menunjukan bukti pembayaran Memeriksa kelengkapan BPJS
kepada administrasi

Melakukan pemeriksaan
Radiologi

2. Alur pasien datang dari IGD dan RAWAT INAP RSUD Adnaan W.D

Pengambilan hasil radiologi


Perawat IGD Perawat ruangan

- Menghubungi petugas radiologi untuk - Menghubungi petugas radiologi untuk


rencana pemeriksaan radiologi rencana pemeriksaan radiologi
- Mengantar pasien ke ruang radiologi - Mengantar pasien ke ruang radiologi
- Menyerahkan form pemeriksaan radiologi - Menyerahkan form pemeriksaan radiologi
ke petugas radiologi ke petugas radiologi
- Membawa status pasien rawatan yang
akan dilakukan pemeriksaan radiologi
Administrasi Radiologi

- Memeriksa kelengkapan form


- Mencatat pembiayaan rontgen
pasien dan bukti rontgen pasien di
status pasien rawat inap
- Menginformasikan waktu
pemeriksaan, persiapan pasien

Pemeriksaan radiologi

Radiographer

1. Menyerahkan hasil ronsen kepada dr


radiolog untuk di ekspertise

2. Menginformasikan hasil pemeriksaan

Perawat ruangan

Mengambil hasil pemeriksaan

3. Alur Pemeriksaan Khusus, USG


Rawat Jalan Rawat Inap
Pasien Perawat ruangan

Membuat perjanjian pemeriksaan Membuat perjanjian pemeriksaan

Administrasi radiologi

Menginformasikan persiapan
tindakan dan tarif
Petugas radiologi

- Mengatur jadwal pemeriksaan


- Menginformasikan jadwal
pemeriksaan kepada pasien /
perawat ruangan
- Memeriksa kelengkapan SEP
pasien BPJS

Pasien Perawat Ruangan

Datang ke Instalasi Radiologi Mengantar pasien ke Inst. Radiologi


untuk pemeriksaan USG sesuai
sesuai jadwal untuk pemeriksaaan jadwal
USG

Pemeriksaan USG

Pasien Perawat Ruangan

1. Melakukan pembayran untuk Pengambilan Hasil Pemeriksaan


pasien umum ke kasir.

2. Pengambilan Hasil Pemeriksaan

4. Alur pemeriksaan pasien rujukan ke radiologi luar rumah sakit (pasien rawat inap)

Perawat ruangan

1. Menghubungi petugas radiologi


rumah sakit rujukan.

2. Menyerahkan ke bagian
radiologi permintaan radiologi

Petugas radiologi

Memberitahukan kepada perawat :


biaya, persiapan pasien dan jadwal
pemeriksaan
Perawat ruangan

1. Mengantar dan mendampingi


pasien ke inst. radiologi RS
rujukan untuk pemeriksaan.

2. Mengambil hasil pemeriksaan


dan dilaporkan ke dokter
DPJP.

Nb: pemberitahuan dilakukan guna sebagai tolak ukur dalam pertimbangan pengadaan alat
yang tidak ada di dalam RS.

B. Persiapan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Non Kontras
 Pasien di minta mengganti baju dengan baju khusus pasien
 Pasien di membuka perhiasan yang digunakan di bagian yang akan diperiksa
2. Persiapan pemeriksaan BNO-IVP
Pada pasien dewasa
a. Pasien mengisi inform concent pada pemeriksaan BNO-IVP terlebih dahulu
dengan petugas radiologi.
b. Pasien melakukan pemeriksaan ureum dan creatinin di instalasi laboratorium.
c. 1 (satu) hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk makan makanan
lunak (rendah serat), seperti bubur kecap, bubur sumsum dan susu.
d. 10 (sepuluh) jam sebelum pemeriksaan, pasien makan terakhir.
e. Sembilan jam sebelum pemeriksaan, pasien minum obat pencahar (Dulcolax
tab mg atau garam inggris 30 gram yang diseduh dengan 150 cc air hangat)
tergatung dosis yang dianjurkan dokter pengirim
f. Setelah itu pasien puasa sampai pemeriksaan dilakukan.
g. Sebelum pemeriksaan, pasien disarankan untuk tidak merokok ataupun banyak
bicara.
h. Pasien dianjurkan buang air besar/kecil sebelum pemeriksaan dilakukan.
i. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien di klisma tinggi
Pada anak
a. Pasien melakukan pemeriksaan ureum dan creatinin di instalasi laboratorium.
b. Persiapan pemeriksaan BNO-IVP pada anak < 12 tahun, pasien dirawat
 Pasien diberi pencahar sesuai yang diresepkan/rekomendasikan oleh DPJP.
 Pasien puasa 4 – 6 jam sebelum pemeriksaan.
c. Persiapan pemeriksaan BNO-IVP pada anak umur > 12
tahun mengikuti persiapan BNO-IVP pada orang dewasa.

3. Persiapan Pemeriksaan Appendicogram


a. Selama pemeriksaan pasien memakan bubur + kecap sampai pemeriksaan
b. Malam sebelum pemeriksaan, pasien meminum obat pencahar ( dulcolax
ataupun garam inggris ) kalau perlu memakai dulcolax suppose
c. Pasien datang ke Radiologi jam 8 Pagi untuk pemeriksaan pertama dengan
keadaan puasa sejak terakhir makan malam ( hanya boleh minum air putih )
d. Pasien diberi minum larutan Barium Sulfat (Dewasa: BaSO4 100 gram + air
sebanyak + 200 ml, Anak: BaSO4 50 gram + air sebanyak + 150 ml).
e. Untuk pasien dewasa, pemeriksaan dilakukan 10 – 14 jam setelah minum
larutan BaSO4
f. Untuk pasien anak-anak, pemeriksaan dilakukan 8 – 12 jam setelah minum
larutan BaSO4
4. Persiapan pemerisaan USG Abdomen atas
Sebelum pemeriksaan pasien di anjurkan puasa mininal 8 jam.
5. Persiapan Pemeriksaan USG Abdomen Bawah
Sebelum pemeriksaan pasien disuruh minum air sampai penuh buli-buli.

C. Pelaksanaan Pemeriksan
a. Pemeriksaan radiologi dengan kontras dilakukan oleh dokter spesialis radiologi
sedangkan pemeriksaan radiologi non kontras dilakukan oleh radiografer.
Untuk pemeriksaan BNO-IVP di lakukan penjadwalan terhadap pasien, jadwal
di tentukan oleh radiografer, sebelumnya pasien dirawat dan dilakukan
persiapan di ruang rawatan dan dipasangkan infuse, kemudian dilakukan
pemeriksaan BNO –IVP kuang lebih satu jam dan cairan kontras disuntikan oleh
perawat ruangan atau dokter spesialis radiologi.
b. Pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter spesialis radiologi. Pendaftaran pasien
USG dilakukan setiap hari kemudian pasien dijadwal oleh petugas administrasi
dan diberikan petunjuk persiaapan USG sesuai pemeriksaannya.
c. Standar pelayanan secara teknis diatur dalam SPO instalasi radiologi.
d. Pemeriksaan radiologi yang tidak dapat dilakukan di RSUD dr Adnaan WD
Payakumbuh di rujuk ke instalasi radiologi rumah sakit rujukan sesuai MOU RS
dengan RS rujukan.

D. Pengolahan /Pencetakan Film


1. Proses Pengolahan film mengunakan mesin CR ( Computer Radiography )
a. Pastikan mesin CR dalam kondisi sudah dihidupkan.
b. Input data dan identitas pasien pada CR sesuai dengan surat pebgantar
radiologi.
c. Setelah dilakukan eksposi pada cassette CR, lakukan pembarkotan cassette.
d. Data hasil pencitraan diterima dan ditranver melalui barkot, dan didimpan
dalam mesin CR.
e. Setelah hasil gambar muncul, atur kondisi gambar sebaik-baiknya.
f. Kirim gambar ke work station.
g. Di work station gambar di oleh secara sempurna atu mau dibagi menjadi
beberapa bagian.
h. Pilih ukuran film yang akan dicetak.
i. Film siap untuk di cetak di alat printer CR.

E. Pemberian Expertise
Ekspertise radiologi di lakukan oleh dokter spesialis radiologi di dalam jam kerja
maupun di luar jam kerja.
 Hasil pemeriksaan dari IGD
Hasil langsung di bawa oleh POST untuk di nilai dasar oleh dokter umum, jika
memerlukan ekspertise post mengantarkan kembali ke ruang radiologi, kalau
hasil di rasa cyto maka petugas radiologi menghubungi dokter speslias bahwa
ada pemeriksaan yang hasil nya diperlukan cyto dengan aturan manajemen
paling lama 3 jam.
 Hasil pemeriksaan dari poliklinik/ Hasil dari rawat inap/ Hasil pemeriksaan
radiologi dari luar RSUD dr Adnaan WD :
Jika pemeriksaan di lakukan ketika dr spesialis masih di tempat maka hasil
langsung dibacakan, jika sudah diluar jam kerja maka hasil di bacakan satu
hari berikutnya sesuai SPM RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh.
E. Penyerahan Hasil
Hasil pemeriksaan radiologi diserahkan ke pada pasien setelah dibaca oleh dokter
spesialis radiologi atau bisa diberikan tanpa ada hasil bacaan dari dokter radiologi
jika dalam keadaan emergensi atau atas permintaan DPJP dalam waktu 1 x 24 jam
dengan di berikan cap stempel pinjam oleh admin.

F. Penyimpanan Dokumen
Instalasi radiologi menyimpan dokumen-dokumen :

1. Surat permintaan
2. Hasil bacaan dan hasil pemeriksaan
Semua dokumen disimpan selama 5 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
BAB V

LOGISTIK

Dalam melaksanakan pelayanan pasien, instalasi radiologi menggunakan bahan habis


pakai yang bisa di dapat di farmasi dan gudang RSUD Adnaan W.D. Dengan cara meng-
amprah barang setiap bulan sesuai kebutuhan agar tidak terjadi pemborosan di ruangan.

1. Standar obat-obatan dan alat kesehatan


Instalasi radiologi harus menyediakan obat-obatan dan alat kesehatan untuk
keperluan pemeriksaan radiologi kontras maupun non kontras dan obat emergensi
bila terjadi reaksi alergi terhadap bahan kontras.

NO Obat dan alat kesehatan Jml


stok(pc)
1 Kontras media 2 btl
2 Film 2 box
3 USG paper 6 pak
6 Jelly USG 2 btl
7 Cairan Processing 1 box
8 Wing Needle 3 bh
9 Alkohol swab 1 btl
10 Abbocath 3 bh
11 Kassa 2 bh
13 Micropore 2 bh
14 Betadine 2 bh
15 Kateter 3 bh
16 Sarung tangan 2 box
17 Adrenalin 2 bh
18 Antihistamin 2 bh
12 Infus set 3 set
13 Tiang infus 1 bh
14 Tabung oksigen 1 tbg

1. Kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK)


NO ATK Jml
stok(pc)
1 Amplop Rontgen 100 lmbr
2 Map USG 100 lmbr
3 Lampiran Hasil 5 rim
4 Formulir Persetujuan Tindakan Medis 1 rim
5 Resep 2 rim
6 Bukti Transaksi Radiologi 5 rim
7 Buku registrasi 1 bh
8 Buku expedisi 1 bh
9 Buku tulis 2 bh
10 Pulpen 1 box
11 Spidol marker dan white board 4 bh
12 Safety Box 2 box
13 Tissue 5 glg
14 Stepler 2 bh
15 Isi stepler 2 box kcl
16 Gunting dan lem kertas 2 bh
17 Pengaris 2 bh
18 Isolasi 1 glg
19 Tinta printer 2/wrna
20 Kertas quarto 1 rim
2. Kegiatan Permintaan, Pendistribusian, Penyimpanan BHP dan ATK
Kebutuhan logistik BHP dan ATK radiologi yang diperlukan oleh semua peralatan
radiologi baik alat yang berada di poliklinik maupun yang berada di instalasi radiologi
menjadi kewenangan masing-masing instalasi untuk membuat permintaan barang ke gudang
umum dan gudang farmasi sesuai dengan kebutuhannya.

Kebutuhan logistic radiologi di buat setiap akhir bulan untuk pengadaan bulan
selanjutnya dengan mempertimbangkan stok yang ada di ruangan sesuai dengan form yang
telah disediakan dengan kabid penunjang.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah yang utama. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa
pelayanan Radiologi hendaknya menjamin bahwa keselamatan dan kepentingan
pasien selalu menjadi hal yang diutamakan. Disamping itu, Instalasi Radiologi
hendaknya memperlakukan semua pasien secara adil dan tanpa diskriminasi.
Prinsipnya dalam melakukan segala sesuatu hendaknya dilakukan dengan tingkah
laku yang baik dan benar.

B. Tujuan
1. Agar dalam melakukan kegiatan diInstalasi Radiologi, senantiasa
mengedepankan keselamatan pasien dan etika, sehingga menghasilkan personal
yang profesional yang terikat dengan kode etik sesuai profesi.
2. Memahami pentingnya patient safety di rumah sakit dan mengembangkan budaya
safety tersebut demi keamanan dan kenyamanan pasien dalam
pemeriksaan rontgen.
3. Mengetahui penatalaksanaan, hambatan, serta harapan yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Patient Safety.
4. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit atau di radiologi.
5. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
6. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
7. Memastikan tindakan yang benar dengan pada sisi tubuh yang benar dan klinis
yang benar.

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien


Setiap pemeriksaan dengan pesawat Sinar-X hanya diperlukan setelah
memperhatikan kondisi pasien untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu.
Semua upaya agar dilakukan untuk menjaga dosis pasien sekecil mungkin yang dapat
dicapai secara teknis, seperti penggunaan kombinasi screen film dengan efisiensi
tinggi, ukuran medan radiasi minimum, waktu dan arus minimum serta pengalaman
dalam adaptasi terhadap kegelapan.
Pemeriksaan radiologi pada perut bagian bawah dan pelvis wanita hamil harus
diberikan hanya bila dianggap sangat diperlukan, dalam hal ini harus diusahakan
agar janin menerima dosis radiasi sedikit mungkin.Dalam hal pemberian
penyinaran jenis lain pada wanita hamil maka perut bagian bawah dan janin harus
dilindungi dengan pelindung.
Mengingat pentingnya keselamatan pasien di rumah sakit dan tidak menutup
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan radiologi, maka perlu diatur
pelaksanaan keselamatan pasien.Penatalaksanaan keselamatan pasien diatur dalam
program keselamatan pasien yang dilakukan di Instalasi Radiologi mengacu kepada 6
sasaran keselamatan pasien yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pengurangan risiko pasien jatuhRuang lingkup keselamatan pasien di Radiologi
meliputi :

1. Keselamatan umum berupa


a. Identifikasi pasien :
- Mengumpulkan informasi yang memadai tentang pasien dan melakukan
proses identifikasi pasien secara tepat dan benar. Melakukan asesmen /
penilaian dan identifikasi resiko di radiologi
- Mengidentifikasi mengenai kebenaran nama pasien, NO MR, tanggal
lahir dengan pasien yang akan di periksa, klinis dengan permintaan
dokter klinisi sehingga mengurangi kesalahan roengent dapat
mengakibat kelebihan dosis radiasi yang di terima pasien.
- Proses identifikasi pasien dilakukan mulai dari pendaftaran pemeriksaan
radiologi, baik rawat inap maupun rawat jalan, pemanggilan pasien
untuk melakukan foto rontgen, pemprosesan pencucian film, sampai
pada penyerahan hasil foto rontgen.
- Menanyakan secara verbal nama lengkap pasien dan
meminta kartu berobat pasien (pasien rawat jalan), memperhatikan data
pada gelang identitas pasien (pasien rawat inap) untuk mencocokkan
identitas.
b. Komunikasi yang jelas :
baik dengan pasien jika pasien mampu berkomunikasi baik, dengan keluarga
jika pasein sudah tidak kooperatif mengnai instruksi ataupun tata cara yang
dilakukan dalam pemeriksaan yang akan dilakukan. RSUD dr Adnaan WD
Payakumbuh menetapkan metode :
- SBAR sebagai pola komunikasi efektif yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima demi
peningkatan keselamatan pasien dan berlaku untuk semua lini
pelayanan.
- Setiap petugas radiologi wajib melakukan komunikasi
metode TBaK ( Tulis, Baca, Konfirmasi) dalam melaporkan hasil nilai
kritis kepada DPJP pasien menggunakan buku pelaporan nilai kritis dan
Read Back (ulang baca kembali).
c. Obat-obatan
jika terjadi syok pada pasien saat pemeriksaan ataupun selama berada di ruang
radiologi.
d. PPI :
Keselamatan staf dan pasien merupakan suatu yang utama bila kemungkinan terdapat
penyakit penular. Dan mengenai five momment handwash, standar penggunaan APD
umum seperti masker jika pasien TB, dan APD khusus seperti apron untuk petugas
dan keluarga pasien, ataupun untuk pasien hamil.

e. Resiko pasien jatuh


menyiapkan segala sesuatu agar selama pemeriksaan pasien aman untuk dilakukan
pemeriksaan, jika terdapat pemeriksaa pasien yang dapat membuat pasien berisiko
untuk jatuh maka boleh menganti dengan teknik lain ataupun menghub dokter bahwa
pasien tersebut tidak dapat dilakukan pemeriksaan tersebut. Berikut tata cara
mengenali resiko jatuh terhadap pasien :
a. Kenali dan tanggap terhadap pasien dengan kondisi lemah, cara berjalan yang
tidak aman (goyah) dan memakai alat bantu jalan (kursi roda, tongkat, walker)
b. Waspada risiko jatuh pada pasien yang memakai gelang kuning.
c. Bantu pasien dengan gangguan keseimbangan dan lemah.
d. Upayakan pasien tidak berdiri lama saat menerima pelayanan (anjurkan pasien
untuk duduk atau sediakan tempat duduk saat menunggu pelayanan diberikan).
e. Bantu pasien supaya aman saat berpindah dari kursi roda/brankar ke tempat
tidur dan sebaliknya.
f. Pastikan rem pada tempat tidur, brankar, dan kursi roda berfungsi dan terkunci.
g. Tutup pagar pengaman dan anjurkan keluarga mendampingi pasien
h. Bila pasien berada di ruang rawat inap, pastikan bel pasien mudah dijangkau
oleh pasien
i. Laporkan/bersihkan dengan segera genangan air dilantai
j. Jaga lingkungan rapi dan tidak menghalangi jalan pasien.
k. Laporkan/perbaiki dengan segera bila ada kerusakan (contoh: lampu
kamar/kamar mandi redup atau mati, rem pada kursi roda/bed sudah aus/tidak
layak, pipa bocor/menetes sehingga menyebabkan lantai tergenang air dan licin,
dsb).
f. Pelaporan pada patient safety
- Mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian
Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
- Melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian
Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang
sudah disediakan oleh rumah sakit 1 kali 24 jam
- Mengevaluasi semua kejadianterkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian
Sentinel) secara berkala.

2. Keselamatan khusus pasien ataupun lingkungan sekitar radiologi


a. Penggunaaan radiasi harus dilakukan uji kelayakan agar tidak terjadi
kebocoran radiasi atau ketidak cocok an antara dosis yang dikeluarkan dan
dosis yang seharusnya digunakan.
b. penyinaran yang dilakukan terhadap pasien harus di usahakan serendah-
rendahnya dengan mengusung manfaat yang banyak tapi pengunaan radiasi
sedikit.
c. dosis yang diterima petugas dan masyarakat tidak boleh melapai nilai batas
dosis radiasi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi
agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan lingkungan hidup tidak
melampaui nilai batas yang ditentukan. Di dalam unit radiologi ada seorang petugas
yang berada langsung di bawah direktur yaitu petugas proteksi radiasi (PPR) yang
fungsinya adalah Mengawasi secara periodik semua penggunaan radiasi agar tidak
melebihi nilai batas ambang yang diterima petugas dan lingkungan, kemudian
melaporkan kepada pemegang izin semua yang di awasi mengenai radiasi.

B. Tujuan
Keselamatan kerja bertujuan untuk Mengetahui kegunaan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Instalasi Radiologi.Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) radiologi
merupakan bagian daripengelolaan radiologi secara keseluruhan. Pemanfaatan sinar-X
diagnostik meliputi disain ruangan, pemasangan danpengoperasian setiap pesawat
Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat,perlengkapan proteksi radiasi,
keselamatan operasional, proteksi pasien.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA


1. Keselamatan Kerja
Pengamanan kerja di radiologi pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses kegiatan
radiodiagnostik.
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit sebagai penanggung
jawab tertinggi menunjuk seorang petugas radiologi untuk mengkoordinir
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di radiologi dan memberi
laporan kegiatan ke Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada akhir
pelaksanaan kegiatan. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Instalasi radiologi, dibentuk satu tim fungsional yang
akan memantau, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Instalasi radiologi. Petugas atau tim K3 radiologi
mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau pelaksanaan K3 yang telah
dilakukan oleh setiap petugas radiologi mencakup
a. Dilakukan pengujian pesawat sinar-x kalibrasi setiap satu tahun sekali
b. Pesawat Sinar-X dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan program
jaminan kualitas.
c. Ruangan Sinar-X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan
beban peralatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga
memberikan proteksi yang cukup terhadap operator (petugas) dan orang lain
yang berada disekitar ruangan pesawat Sinar-X.
d. Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip
dari Pb sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan
hamburan.
e. Pintu ruang pesawat Sinar-X terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga
terproteksi dengan baik.
f. Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasang di atas pintu, yang
dapat menyala pada saat pesawat Sinar-X digunakan dan terdapat tanda
peringatan radiasi seperti berikut :
” AWAS SINAR-X

g. Pintu ruang pesawat Sinar-X terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga
terproteksi dengan baik.
h. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan
0,25mm Pb dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan gonad untuk
pemakaidari radiasi langsung.
i. Sarung tangan pelindung harus mempunyai ketebalan yang setara dengan
0,25mm Pb dengan ukuran yang cukup dari radiasi langsung yang mengenai
tangan dan pergelangan tangan.
j. Terdapat fasilitas untuk imobilisasi pasien, untuk mengurangi pergerakan
pasien pada saat pemeriksaan dengan Sinar-X.
k. Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya
konvensional seperti kebakaran, banjir, dan kedaruratan yang berkaitan dengan
listrik.
l. Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol.
m. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah
pada saat penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga dengan
menggunakan apron, tidak dilakukan oleh petugas.
n. Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X sedemikian
rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan minimum pada pasien
atau petugas.
o. Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan
dan pasien berada dalam ruang penyinaran.
p. Pesawat Sinar-X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak berwenang.
q. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan oleh
teknisi yang telah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang. Teknisi
tersebutmempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk
mengerjakan pekerjaannya dengan aman. Terdapat peralatan monitoring
personil yaitu film badge untuk memantau paparan radiasi yang diterima setiap
satu bulan sekali

Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu dimana
seorang pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis
radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam
medan radiasi, pengaturan jarak ( Paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya
jarak dari sumber radiasi ), dan Penggunaan perisai radiasi untuk penanganan sumber-
sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi.

Setiap kegiatan yang mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh


dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang mendalam dan manfaatnya lebih
besar dibandingkan dengan kerugiannya, paparan radiasi dari suatu kegiatan harus
ditekan serendah mungkin, dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam
menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan
olehinstansi yang berwenang.

2. Kesehatan Petugas Radiologi


Keadaan kesehatan petugas radiologi memenuhi standar kesehatan yang telah
ditentukan di radiologi sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang sudah
ditetapkan oleh Rumah Sakit. Untuk menjamin kesehatan para petugas radiologi
diberikan extrafood sebagai penambah daya tahan tubuh petugas yang sudah
terkena hamburan sinrX dan dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala yang diatur
oleh komite kesehatan dan keselamatan kerja (K3) Rumah Sakit.

3. PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi merupakan cabang ilmu pengetahuan atau teknik
yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan
dengan pemberian perlindungan pada seseorang atau sekelompok orang
ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan
kesehatan akibat adanya paparan radiasi. Tujuan proteksi radiasi adalah
untuk mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan dan
mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
Selain itu proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta
masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat
radioaktif atau sumber radiasi lain.

Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu


dimana seorang pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima
dosisradiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di
dalam medan radiasi, pengaturan jarak(Paparan radiasi berkurang dengan
bertambahnyajarak dari sumber radiasi), dan Penggunaan perisai radiasi untuk
penanganan sumber-sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi.Setiap kegiatan
yang mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah
dilakukan pengkajian yang mendalam dan manfaatnya lebih besar dibandingkan
dengan kerugiannya, paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah
mungkin, dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu
kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang.

Upaya Proteksi Radiasi Terhadap Pasien, Petugas dan Masyarakat Umum:

a. Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.


b. Pemakaian perisai maksimum pada sinar primer
c. Pemakaian teknik kV tinggi.
d. Jarak fokus ke pasien tidak boleh terlalu dekat.
e. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin,
f. Organ reproduksi dilindungi sebisanya.
g. Pasien yang hamil, terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa
secara radiologis.
h. Selama penyinaran berlangsung, petugas berdiri di belakang penahan radiasi.
i. Sedapat mungkin petugas tidak berada dalam kamar pesawat sinar-X pada
waktu dilaksanakan radiografi.
j. Pintu berpenahan radiasi timbal selalu ditutup selama dilakukan penyinaran.
k. Selama penyinaran berlangsung, setiap orang termasuk perawat yang
menyertainya harus berlindung di balik penahan radiasi.

Setiap petugas yang bekerja di radiologi RSUD dr Adnaan wd payakumbuuh,


dilengkapi dengan penggunaan film badge sebagai monitoring radiasi yang di dapat
akibat penggunaan sinar X

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
I. PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu dan Teknologi dibidang Radiologi yang cepat dan pesat
mengharuskan Instalasi radiologi suatu pelayanan kesehatan melakukan program kontrol
mutu dan menjamin hasil dari pelayanan radiologi bermanfaat bagi masyarakat dengan
menghasilkan radiograf (foto) dan imaging yang dapat diterima secara medik
sehingga diagnose suatu penyakit dapat tegak.
Program kerja instalasi radiologi yang menjadi acuan dan pedoman dalam bekerja
mempunyai banyak factor yang harus diikuti oleh personil yang bekerja di instalasi
radiologi dengan selalu meningkatkan kemampuan diri agar dapat mengelola segala
sarana dan prasarana serta peralatan yang ada untuk mendapatkan mutu pelayanan
radiologi yang berkualitas baik dan aman bagi pasien pekerja dan masyarakat banyak.
II. LATAR BELAKANG
Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging selain berguna untuk menegakkan
diagnosa juga ada sisi negatifnya karena mengunakan radiasi pengion dan non pengion,
jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada pasien dan masyarakat sekitar serta
petugas yang ada di instalasi radiologi. Apalagi pelayanan radiologi sebagai bagian yang
terintegrasi dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang secara keseluruhan bagian dari
amanat UUD 1945 dimana kesehatan adalah hak mendasar setiap rakyat.
Untuk itu diperlukan kontrol mutu hasil pelayanan radiologi secara terus menerus
untuk mempertahankan dan memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan radiologi ,
yaitu dengan cara meng-upgrade kemampuan sumber daya manusia (SDM), peningkatan
fasilitas dan peralatan kesehatan, serta peningkatan metode kerja yang efektif, efisien dan
aman.
III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
Tujuan Umum
Menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan radiologi untuk mendapatkan hasil
diagnosa yang optimal untuk menunjang kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan oleh instalasi radiologi.
Tujuan Khusus
1. Menyusun suatu program yang sesuai standar pelayanan radiologi dan diagnostik
imaging, meliputi kegiatan sebelum pemeriksaan, ketika proses pemeriksaan dan
setelah pemeriksaan ( hasil radiograf/imaging, hasil bacaan, reject analysa, kepuasan
pasien dan dokter klinis pengirim )

2. Sebagai acuan agar hasil pelayanan radiologi dalam penegakan diagnose pasien lebih
cepat dengan tetap memperhatikan keselamatan dan kesehatan pasien, masyarakat
dan personil yang bekerja di instalasi radiologi.

3. Sebagai pedoman bagi personil yang bekerja di instalasi radiologi dalam


melaksanakan kendali mutu dengan peralatan radiologi yang ada.

4. Agar dapat segera melakukan perbaikan jika ada penurunan kualitas hasil diagnostic.

5. Meningkatkan mutu hasil pelayanan radiologi dengan tingginya tingkat kepuasan


pasien dan dokter pengirim terhadap pelayanan instalasi radiologi.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

a. Membuat dan menyusun program pemantapan kendali mutu tahun 2017


b. Menetapkan metode teknik pemeriksaan, yaitu setiap pemeriksaan yang
dikontrol harus ditetapkan terlebih dahulu metode yang akan dipakai.
Maksudnya agar pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan metode teknik dan
hasil radiograf yang didapat bisa terkontrol dengan baik.
c. Disurvey dan di cek setiap hari hasil dari pemeriksaan, apakah control mutu
yang digunakan sesuai dengan standar mutu pelayanan radiologi.
d. Melaksanakan program dan monitoring serta melakukan langkah-langkah
perbaikan jika terdapat penurunan mutu hasil.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Dalam melaksanakan kendali mutu pertama kali hal administrative harus
diperhatikan dan dicek dengan cermat, lihat formulir permintaan pemeriksaan
( identitas pasien, identitas dokter pengirim, tanggal pemeriksaan jenis
pemeriksaan keluhan sakit pasien, foto lama kalau ada, klinis atau diagnose
awal ).

Pelaksanaan penetapan atau validasi metode teknik pemeriksaan dilakukan


oleh radiografer sebelum akan melakukan pemeriksaan radiologi dengan melihat
dan meperhatikan kondisi umum pasien apakah mampu untuk dilakukan
pemeriksaan yang diminta dengan posisi yang akan mendapatkan hasil gambaran
yang terbaik.

Pengecekan atau surveylens harian terhadap hasil pemeriksaan radiologi


dilakukan radiografer serta hasil usg oleh dokter radiologi setelah melakukan
pemeriksaan radiologi untuk mengetahui hasil radiograf dan imaging apakah
sesuai dengan criteria gambaran yang baik dan diterima secara medic, serta
memiliki mutu gambaran yang unggul dilihat dari kontras dan detail obyek
gambaran yang diinginkan. Jika ditemukan hasil yang tidak sesuai dengan criteria
gambar dan kurang informative sehingga mutunya kurang bagus maka segera
dilakukan perbaikan. Perbaikan dapat dilakukan dengan memperhatikan penyebab
mutu radiograf tidak baik apakah dari metode teknik pemeriksaan, peralatan yang
kurang maksimal ataukah pergerakan obyek pasien mungkin juga dari factor
eksposi sinar-x.

Selanjutnya pelaksanaan kegiatan control mutu dilakukan dengan metode


memberikan angket kuesioner pada pasien dan dokter pengirim untuk mengetahui
tingkat kepuasan mereka terhadap pelayanan instalasi radiologi. Hasil angket akan
dievaluasi oleh tim pengendalian mutu melalui rapat yang hasilnya dilaporkan ke
kepala instalasi dan kepala penunjang medic untuk ditindaklanjuti.

VI. SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai dengan adanya program kontrol mutu adalah :
1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelayanan radiologi dengan hasil
pemeriksaan yang memuaskan bagi pasien maupun masyarakat pada
umumnya.
2. Mempercepat pelayanan pemeriksaan radiologi dan imaging dengan tegaknya
diagnose yang baik dan akurat agar pasien dapat diobati segera oleh dokter
yang memeriksanya dengan segera dan cepat pula.

3. Adanya peningkatan pelayanan radiologi dengan menambah peralatan sesuai


dengan perkembangan teknologi radiologi seperti penggunaan CT Scan,
pesawat mammografi, panoramic atau lainnya sesuai pula dengan
perkembangan rumah sakit.
Adapun indikator standar mutu pelayanan radiologi yang diharapkan seperti :
a. Kecepatan pelayanan radiologi yang sistematis dimulai dari diterimanya
form(amprah) permintaan pemeriksaan radiologi di meja administrasi lalu
kepada radiorafer sampai dengan foto basah/dipinjam siap dikirim, dengan
standar tidak melebihi 1 jam.
b. Persentase jumlah lembar film atau pengulangan eksposure akibat kesalahan
petugas tidak melebihi 2 %
c. Persentase kunjungan pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap ke instalasi lebih
besar atau sama dengan 2.5%.
d. Persentase kepuasan dokter pengirim mengenai hasil expertise (bacaan) dokter
radiologi dan kepuasan pasien terhadap pelayanan instalasi radiologi tidak
kurang dari 80%.
e. Pengawasan harian hasil pemeriksaan radiologi dengan standar mutu 100%.
f. Perbaikan cepat bila ditemukan kekurangan dalam pelayanan atau hasil
gambar, dengan standar mutu 100%
g. Pendokumentasian hasil dan langkah-langkah perbaikan dengan standar mutu
100%.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Jenis Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Membuat rencana program X


kontrol mutu & pembentukan tim

2 Memvalidasi metode teknik X X X X X X X X X X X X


pemeriksaan

3 Pengecekan harian X X X X X X X X X X X X

4 Pelaksanaan program mutu X X X X X X X X X X X

5 Membuat laporan dan evaluasi X X X X


serta rapat tim

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA


Program mutu dilaksanakan oleh Radiografer dilaporkan ke Kepala Instalasi
Radiologi dan Kepala Penunjang Medis kemudian monitoring dilakukan sesuai
jadwal pembuatan laporan pemantapan mutu internal yang dilakukan bagian
pengendalian mutu untuk dievaluasi dan dilaporkan ke pimpinan rumah sakit
untuk ditindaklanjuti.
Pelaporan Pencapaian Standar Mutu dilakukan tiga bulan sekali.
Penyusunan Program Kerja Tahunan disusun 1 tahun sekali.
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan radiologi diagnostik merupakan bagian integral dari


pelayanan medik yang perlu mendapat perhatian khusus karena selain
bermanfaat dalam menegakkan diagnosa, juga sangat berbahaya baik bagi
pasien, petugas maupun lingkungan sekitarnya bila tidak diselenggarakan
secara benar. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang bermutu dan
aman, diperlukan pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang
didukung oleh sarana/prasarana, sumber daya manusia dan peralatan yang baik
pula.
Agar seluruh sarana pelayanan kesehatan mempunyai mutu yang
sama dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik, maka
diperlukan standar pelayanan radiologi diagnostik yang dapat dipakai
sebagai acuan dan dipenuhi oleh sarana pelayanan kesehatan
yang akan menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik.

Direktur Utama

dr.Hj. Elista Yoshepa,MARS


NIP.19681124 200012 2 001

Anda mungkin juga menyukai