Anda di halaman 1dari 30

SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA

KELAS X IPA DAN IPS SMA NEGERI 2 LAMONGAN


KABUPATEN LAMONGAN

ANDRE LEO ZULKARNAEN


NIM 17060464123

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI


2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga adalah salah satu hal yang penting bagi kehidupan manusia.

Dengan sering berolahraga, maka aktivitas sehari-hari juga akan terasa ringan

saat melakukannya. Kegiatan olahraga merupakan kegiatan yang tiada putus-

putusnya, bahkan dapat dikatakan bahwa olahraga sudah merupakan suatu

bagian dari kegiatan hidup manusia. Pada dunia pendidikan, hal itu sudah

dipertimbangkan dengan cara memasukkan mata pelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan (PJOK) ke salah satu mata pelajaran yang ada di

sekolah. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai wadah atau

tempat untuk menyalurkan atau mengeksplor keterampilan olahraga.

PJOK ditekankan untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan

psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, serta pembiasaan

pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan

pengembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang (Kemendikbud, 2014:

2). Dalam pendidikan nasional kebugaran jasmani sangat dibutuhkan dalam

meningkatkan fungsi organ tubuh, emosional, sportivitas dan semangat

berkompetisi.

Berhasilnya pembinaan kebugaran jasmani di sekolah akan membawa

dampak yang baik dalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa, misalnya

peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran PJOK dan mata pelajaran

lainya. Melalui PJOK yang ada di sekolah, aktivitas jasmani anak akan
tersalurkan. PJOK merupakan wadah anak untuk beraktivitas jasmani di

lingkungan sekolah. Melalui aktivitas jasmani yang baik, kebugaran jasmani

anak akan berkembang (Effendi, 2010). Pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan,

bertujuan untuk mengembangkam kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas

emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan

bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang

direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

nasional (Kemendikbud, 2014: 3).

Melihat dalam aktivitas jasmani anak di sekolah terbatas, hanya pada saat

istirahat dan pada jam pelajaran PJOK. PJOK mengambil peran untuk

memberikan atau menyalurkan aktivitas jasmani anak di sekolah. Dengan

demikian kebugaran jasmani secara signifikan memiliki kontribusi terhadap

prestasi belajar, namun anak pada usia sekolah mempunyai potensi yang sangat

besar untuk dioptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk aspek

fisik.

Melalui peran guru, mata pelajaran PJOK dikemas sebaik mungkin agar

siswa tertarik dan senang ketika mengikuti pelajaran PJOK. Apabila siswa

tertarik dan merasa senang ketika mengikuti mata pelajaran PJOK, secara tidak

langsung mereka sudah melakukan gerak tubuh yang bertujuan agar tubuh

mereka sehat dan bugar, disamping banyak nilai-nilai sportivitas yang

ditanamkan oleh guru. Dengan kebugaran jasmani yang baik siswa dapat

meningkatkan potensi akademik dan non akademiknya.


SMA Negeri 2 Lamongan adalah salah satu sekolah yang

mengutamakan prestasi akademik dan non akademik, sehingga menuntut

siswanya memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik. Untuk itu siswa

diharapkan dapat meningkatkan semangat berprestasi dibidang akademik dan

non akademik. SMAN 2 Lamongan memiliki kurikulum yang setara dengan

SMA Negeri lainnya. Oleh karena itu, di SMAN 2 Lamongan juga dilakukan

penjurusan sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

SMAN 2 Lamongan memiliki dua program unggulan, yaitu kelas reguler

dengan peminatan IPA dan IPS. Pemograman dilakukan ketika siswa pertama

tes masuk di SMAN 2 Lamongan. Selain pemograman IPA dan IPS jam

pelajaran yang ada di kelas X juga bertambah sesuai dengan kurikulum yang

baru. Penambahan jam pelajaran yaitu progam intensif belajar (PIB) dari 38

jam menjadi 44 jam. Dengan penambahan jam pelajaran yang lebih lama siswa

kelas X harus memiliki kebugaran jasmani yang baik guna menunjang dalam

melakukan kegiatan proses belajar mengajar.

Setelah melakukan wawancara dengan Pak.Kasduni selaku guru mata

pelajaran PJOK di SMA Negeri 2 Lamongan mengatakan bahwa tidak ada

yang melakukan penelitian tentang kebugaran jasmani siswa di SMA Negeri 2

Lamongan. Dapat diketahui bahwa di sekolah tersebut tidak pernah diadakan

tes kebugaran jasmani. Penelitian ini dilakukan pada kelas X dikarenakan

dengan pertimbangan bahwa di kelas XI bisa diperbaiki kebugaran jasmani

siswa untuk lebih siap untuk menghadapi proses pembelajaran dan ujian

nasional di tahun mendatang. Dan siswa saat ini di SMA Negeri 2 Lamongan

dengan kemajuan teknologi seperti gadget dan laptop siswa lebih cenderung
malas ini dibuktikan saat melakukan survei pembelajaran di lapangan untuk

melakukan tugas gerak yang mempengaruhi kebugaran jasmaninya. Salah satu

alasan lagi di SMA Negeri 2 Lamongan diwajibkannya progam intensif belajar

(PIB) waktu pagi dan sore jadi siswa lebih banyak di kelas dan jenuh dalam

melakukan pembelajaran PIB yang mempengaruhi tugas gerak di lapangan

dalam mata pelajaran PJOK. Berkaitan latar belakang di atas, maka saya akan

meneliti “Survei tingkat kebugaran jasmani siswa kelas X IPA dan IPS di SMA

Negeri 2 Lamongan Kabupaten Lamongan”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan maka akan dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa kelas X IPA dan IPS di SMA

Negeri 2 Lamongan ?

2. Seberapa besar perbandingan kebugaran jasmani siswa kelas X IPA dan

IPS di SMA Negeri 2 Lamongan ?

3. Mana yang lebih baik tingkat kebugaran jasmani siswa kelas X IPA dan

IPS di SMA Negeri 2 Lamongan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa kelas X IPA dan IPS di SMA

Negeri 2 Lamongan.
2. Mengetahui seberapa besar tingkat kebugaran jasmani siswa kelas X IPA

dan IPS di SMA Negeri 2 Lamongan.

3. Mengetahui mana yang lebih baik tingkat kebugaran jasmani siswa kelas X

IPA dan IPS di SMA Negeri 2 Lamongan.

D. Manfaat Penelitiaan

Masalah dalam penelitian ini penting diteliti, karena dapat memberikan

informasi:

1. Bagi Siswa

Mengetahui tingkat kebugaran jasmaninya serta dapat berupaya untuk

meningkatkan kebugaran jasmani dengan dipandu oleh guru di sekolah dan

orang tua di rumah.

2. Bagi Sekolah

Bisa memberi sumbangsih dan untuk mengetahui kemampuan

kebugaran jasmani peserta didik sehingga dapat lebih meningkatkan

kemampuan kebugaran jasmani peserta didik melalui PJOK di sekolah.

3. Bagi Peneliti

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat menambah wawasan dan

pengetahuan agar dapat melakukan penelitian selanjutnya, khususnya

tentang kebugaran jasmani.

E. Asumsi

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian ini, maka perlu

diberikan asumsi yang dipakai dalam penelitian ini, bahwa semua siswa dapat

melakukan tes Multistage Fitness Test (MFT) dengan benar.


F. Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran

dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan

waktu dan kemampuan peneliti, maka peneliti memandang perlu memberi

batasan masalah secara jelas dan terfokus. Batasan masalah dalam penelitian ini

yaitu:

1. Hanya mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa.

2. Kebugaran jasmani siswa diukur menggunakan Multistage Fitness Test.

3. Kebugaran jasmani siswa kelas X IPA dan IPS.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Tingkat Kebugaran Jasmani

1. Pengertian Tingkat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tingkat adalah suatu

susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah,

tumpuan pada tangga (jenjang), tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan,

kemajuan, peradaban dan sebagainya). Batas waktu (masa) sempadan suatu

peristiwa (proses, kejadian, dan sebagainya) babak, tahap.

Menurut seorang ahli bahasa Indonesia yang bernama Adi S. tingkat

berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.

Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan

berarti kemajuan. Tingkat merupakan upaya untuk menambah derajat,

kuantitas maupun kualitas. Tingkat juga dapat berarti penambahan

ketrampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu tingkat juga

berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Kata tingkat biasanya digunakan untuk arti yang positif. Contoh

penggunaan kata tingkat adalah tingkat mutu pendidikan, tingkat kesehatan

masyarakat, tingkat ketrampilan para penyandang cacat. Tingkat dalam

contoh di atas memiliki arti yaitu usaha membuat suatu menjadi lebih baik

daripada sebelumnya. Suatu usaha untuk tercapainya suatu tingkat biasanya

diperlukan perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi


ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telat

ditentukan.

Tingkat juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat

yang negatif berubah menjadi positif, sedangkan hasil dari sebuah tingkat

dapat berupa kualitas dan kuantitas. Hasil dari suatu tingkat juga ditandai

dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu dimana suatu usaha atau

proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas

bangga atas pencapaian yang telah diharapkan. Seperti yang telah disebutkan

di awal tingkat dapat berarti pula menaikkan derajat seseorang, serta dapat

pula berarti mempertinggi dan memperhebat.

(http:/duniapelajar.com/2014/08/08/pengertian-peningkatan-menurut-para-

ahli)

2. Pengertian Kebugaran Jasmani

Dalam dunia pendidikan sudah banyak disebutkan tentang kebugaran

jasmani. Kebugaran jasmani sangat erat hubungannya dengan dunia

Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga (PJOK), karena salah satu

tujuan dari PJOK adalah untuk meningkatkan taraf kebugaran jasmani.

Kebugaran jasmani pada hakikatnya merupakan suatu kondisi tubuh yang

mencerminkan kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari

tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan dapat menikmati waktu

senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang tak terduga.

Hartono, dkk, (2013: 21) menjelaskan pengertian kebugaran jasmani adalah :

“Kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas, pekerjaan atau rutinitas


sehari-hari dengan fisik prima, tidak mengalami kelelahan yang berat setelah
melaksanakan aktivitas tersebut serta memiliki kemampuan fisik yang baik
untuk melakukan pekerjaan mendadak ataupun tambahan lainnya.”

Sedangkan menurut Nurhasan, dkk, (2005: 17) pengertian kebugaran jasmani

adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-

hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh masih

memiliki cadangan tenaga untuk mengatasi beban kerja tambahan yang

diberikan secara baik dan efektif.

Dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan

seseorang untuk melaksanakan tugas atau kegiatan sehari-hari tanpa

mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk

tugas atau kegiatan lainnya. Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh antara

lain dapat mencegah berbagai penyakit seperti jantung, pembuluh darah, dan

paru-paru sehingga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan

jasmani yang bugar, hidup menjadi bersemangat dan menyenangkan.

Kebugaran jasmani tidak hanya menggambarkan kesehatan, tetapi

lebih merupakan cara mengukur individu melakukan kegiatan sehari-hari.

Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang tinggi akan memiliki

kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan dalam waktu yang lama.

Kebugaran jasmani yang baik merupakan modal dasar yang dimiliki untuk

melaksanakan rutinitas pekerjaannya, untuk mencapai kualitas kerja yang

tinggi.

Dalam Hartono, dkk, (2013: 25) tingkat kebugaran jasmani seseorang

di pengaruhi beberapa faktor. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa

kebugaran jasmani dipengarugi dari dalam tubuh (internal) dan faktor luar

tubuh seseorang (eksternal. Faktor internal meliputi genetik usia dan jenis
kelamin sedangkan faktor eksternal meliputi aktifitas fisik, kebiasaan

olahraga dan kecukupan waktu istirahat. Berikut dijelaskan di bawah ini:

1. Genetik

Aspek genetik atau keturunan memegang pengaruh yang besar

terhadap kebugaran jasmani seseorang. Individu yang memiliki

genetik yang baik maka akan menunjang terhadap tingkat kebugaran

jasmaninya. Pengaruh keturunan berdampak terhadap banyaknya

jumlah perbandingan serabut otot merah dan putih. Individu yang

banyak memiliki serabut otot merah lebih cocok untuk olahraga yang

bersifat daya tahan dan aerobik, sedangkan seseorang yang memiliki

lebih banyak serabut otot putih akan unggul dalam olahraga yang

bersifat daya ledak dan anaerobik

2. Usia

Sesuai dengan rumus denyut nadi maksimal (DNM) maka

semakin bertambah usia seseorang cenderung mengalami penurunan

denyut nadi maksimal yang secara tidak langsung berdampak

terhadap penurunan kebugaran jasmani seseorang. Penampilan fisik

seseorang berada di puncak pada usia 20-30 tahun .Selanjutnya akan

mengalami kemunduran, namun kemunduran tingkat kebugaran

jasmani dapat diperlambat dengan melakukan latihan olahraga yang

teratur.

3. Jenis kelamin

Nilai kebugaran jasmani yang dicerminkan melalui volume

oksigen maksimum (VO2Max) laki-laki lebih besar daripada


perempuan sekitar 15-30%. Hal ini desebabkan oleh perbedaan

komposisi tubuh dan kandungan hemoglobin dimana wanita memiliki

banyak kandungan lemak (25%) dibanding pria (15%) yang

berpengaruh terhadap transportasi oksigen yang berpengaruh pada

VO2Max.

4. Aktifitas fisik

Individu yang lebih aktif melakukan aktifitas fisik akan

memiliki resiko gangguan kesehatan dan kematian yang lebih rendah

dibandingkan seseorang yang lebih suka menjalankan pola hidup

santai (sedentary lifestyle).

5. Kebiasaan olahraga

Olahraga adalah suatu aktifitas fisik dengan tata cara dengan

aturan tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja

tubuh. Dampak dari olahraga yang baik adalah peningkatan kebugaran

jasmani.

6. Kecukupan waktu istirahat

Jumlah istirahat yang terlalu singkat ataupun terlalu lama

berdampak negatif terhadap kesehatan dan psikologis (Mercola,

2010). Ditambahkan oleh Sharkey (2003) bahwa jumlah waktu

istirahat yang optimal adalah 7-8jam sehari.

Secara pasti kebugaran jasmani hanya dapat diketahui melalui tes dan

pengukuran yang dilakukan oleh setiap orang yang akan melakukan

pengukuran kebugaran jasmani. Bentuk tes dan pengukuran kebugaran

jasmani bermacam-macam.Selain uji laboratorium medis, ada beberapa cara


untuk mengukur kebugaran jasmani seseorang, diantaranya Multistage

Fitness Test (MFT), Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI), Tes Cooper,

Tes kebugaran jasmani lari 2.4 km (Harvard step test).

a. Multistage Fitness Test (MFT)

MFT (MultiStage Fitness Test) merupakan salah satu bentuk tes

kebugaran jasmani yang biasanya digunakan untuk mengukur VO2Max

atau penyerapan Oksigen Maksimal seseorang. Peserta tes akan berlari

sejauh 20M secara bolak balik. Dalam tes ini terdapat 21 tingkatan dengan

16 balikan semakin tinggi tingkatannya maka semakin baik

Cardiovascular orang tersebut.

b. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) marupakan satu rangkaian

tes, oleh karena itu semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan,

terus menerus dan tidak terputus dengan memperhatikan kecepatan

perpindahan dalam 3 menit (Hartono, dkk, 2013: 37). Perlu dipahami

bahwa butir tes dalam TKJI bersifat baku dan tidak boleh dibolak-balik,

dengan urutan pelaksanaan tes sebagai berikut:

1) Lari 50 meter (usia 13-15 tahun) / 60 meter (usia 16-19 tahun)

2) Gantung angkat tubuh untuk putra (pull-up) dan gantung tahan siku

tekuk untuk putri (pull-up)

3) Baring duduk (sit-up)

4) Loncat tegak (vertical jump)


5) Lari 1000 meter (usia 13-15 tahun) atau 1200 meter (usia 16-19 tahun)

Putra dan lari 800 meter (usia 13-15 tahun) atau 1000 meter (usia 16-19

tahun)

c. Tes Kebugaran Jasmani lari 2.4 Km Cooper

Tes lari 2.4 Km yang dirancang Cooper adalah salah satu bentuk tes

lapangan untuk mengukur kebugaran jasmani seseorang. Peserta tes harus

berlari-berjalan secepat-cepatnya menempuh jarak sepanjang 2.4 Km.

Lintasan 2.4 Km tersebut usahakan memiliki tekstur datar tidak

bergelombang, tidak licin, dan tidak terlalu banyak belokan tajam. Garis

start untuk mengawali kegiatan tes diusahakan sedemikian rupa agar

berada satu tempat dengan garis finish sebagai tanda berakhirnya jarak 2.4

Km.

d. Tes Naik Turun Bangku (Harvard step test)

Tujuan dari tes naik turun bangku adalah untuk mengukur

kemampuan atau kesanggupan kerja fisik seseorang (Nurhasan, dkk, 2005:

38). Peserta tes harus naik turun bangku selama 5 menit dengan irama

metronom 120 kali per menit. Peserta boleh berhenti bila merasa lelah atau

ada sesuatu boleh dihentikan.

Dalam penelitian ini untuk mengukur kapasitas aerobik maksimal

peneliti menggunakan tes Multistage Fitness Test (MFT) dengan tujuan

mengetahui kebugaran jasmani yang dimiliki siswa kelas X program IPA dan

program IPS di SMA Negeri 2 Lamongan.


3. Pengertian Tingkat Kebugaran Jasmani

Tingkat kebugaran Jasmani adalah tingkat ukuran dari kesanggupan

seseorang untuk dapat melakukan aktivitsanya sehari-hari tanpa mengalami

kelelahan yang berarti. Semakin baik tingkat kebugaran jasmani maka tingkat

kesanggupan untuk melaksanakan aktivitas cenderung semakin baik terutama

dari segi fisik ataupun stamina. Seseorang yang memiliki tingkat kebugaran

jasmani yang baik, akan menunjang kesuksesannya dalam melakukan

berbagai aktivitas dalam kehidupannya.

Tingkat kebugaran jasmani yang baik didapat seseorang melalui

aktivitas fisik dan latihan olahraga yang dilakukan secara teratur. Latihan

olahraga merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk dapat

meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Tujuan melakukan olahraga

adalah salah satunya untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan tujuan ini

akan tercapai apabila latihan olahraga dilakukan dengan benar yaitu yang

sesuai dengan dengan prinsip-prinsip latihan. Selain itu dengan latihan

olahraga seseorang akan mempunyai kondisi fisik yang baik.

Dapat dipahami bahwa seseorang yang memiliki kondisi fisik yang

baik akan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik, karena dalam

kondisi fisik yang baik terdapat unsur-unsur daya tahan jantung paru, daya

tahan otot, kekuatan otot dan kelentukan yang baik (Hartono, dkk 2013).

Penentu baik dan buruknya kondisi fisik atau tingkat kebugaran jasmani

seseorang dilihat dari komponen yang dimiliki seseorang.

Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen. Untuk

mendapatkan kebugaran jasmani yang tinggi maka dari setiap komponen


harus baik. Komponen satu dengan komponen yang lain sangat berkaitan

namun memiliki ciri tersendiri.

Dalam Hartono, dkk, (2013:22) disebutkan bahwa kebugaran

jasmani terdiri dari sepuluh komponen, yaitu:

a. Daya tahan jantung paru (cardiovascular endurance)

Daya tahan jantung paru merupakan komponen paling vital dari

kebugaran jasmani. Seseorang yang memiliki daya tahan jantung yang

tinggi akan dapat melaksanakan aktifitas fisik dalam tempo waktu yang

lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

b. Daya tahan otot (muscular endurance)

Seseorang yang memiliki daya tahan otot yang baik akan mampu

mengangkat, mendorong, menarik beban secara berulang-ulang dalam

waktu yang lama.

c. Kekuatan otot (muscular strength)

Kekuatan otot merupakan kemampuan sekelompok otot untuk

bekerja mengatasi beban, misalnya mengangkat, menarik dan

mendorong meja.

d. Kelentukan (flexibillity)

Kelentukan adalah kemampuan gerak sendi secara maksimal

pada seseorang adalah lentuk. Dengan kelentukan yang tinggi maka

seseorang tidak mudah mengalami cidera serta gerakan olahraga yang

dilakukan terlihat lebih luwes dan indah.

e. Komposisi tubuh (body composition)


1) Indek Masa Tubuh (IMT) merupakan salah satu bentuk komposisi

perbandingan antara berat badan dan tinggi badan seseorang.

Dengan menghitung IMT secara akurat maka akan diketahui status

gizi seseorang dalam kondisi kekurangan, ideal ataukah kelebihan

berat badan.

2) Persentase lemak tubuh dapat diukur dengan menggunakan penjepit

lemak (skinfold calipen) atau timbangan berat badan dengan

fasilitas penampil prosentase lemak tubuh.

f. Kecepatan gerak (speed movement)

Kemampuan tubuh seseorang untuk berpindah posisi dari tempat

A ke tempat B dalam waktu sesingkat mungkin, dapat didefinisikan

sebagai kecepatan gerak. Kecepatan seringkali dikaitkan dengan

penggunaan waktu yang pendek.

g. Kelincahan (agility)

Agilitas atau kelincahan dapat didefinisikan seperti kemampuan

tubuh untuk bergerak dengan mengubah-ubah arah secara cepat tanpa

kehilangan keseimbangan atau terjatuh (Nurhasan, dkk, 2005: 20).

h. Keseimbangan (balance)

keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi

atas setiap perubahan posisi tubuh sehingga tubuh tetap stabil

terkendali. Seseorang yang keseimbanganya baik tidak mudah terjatuh.

i. Kecepatan reaksi (reaktion time)


Kecepatan reaksi diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk

memberikan respon secepat mungkin ketika ada rangsangan yang

diterima.

j. Koordinasi (coordination)

koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerak

dengan tepat dan efisien. Bila seseorang memiliki koordinasi gerak

yang baik maka ia akan cenderung cepat dan efektif dalam mempelajari

suatu gerakan.

B. Hakekat Siswa Program IPA dan Program IPS

1. Pengertian Siswa Program Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )

Siswa pemograman IPA merupakan siswa yang mempunyai potensi

dan keinginan untuk mendalami Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi:

fisika, kimia dan biologi. Siswa yang masuk jurusan IPA harus bisa dalam

ilmu hitung dan penalaran yang kuat, sehingga dapat dengan mudah

mendalami materi-materi yang diajarkan. Ilmu alam adalah ilmu yang

mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam.

Herabudin (2013: 102) menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan alam

merupakan :

“Ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta, termasuk bumi


sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IPA merupakan suatu ilmu teoritis,
tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan
terhadap gejala-gejala alam. Fakta tentang kebendaan/alam diselidiki, dan
diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian
berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya.”
Siswa jurusan IPA dikenal dengan ketekunan dalam belajar. Siswa

yang masuk jurusan IPA lebih banyak menggunakan pola pikir logis dan

rasional karena materi pelajarannya hitung-hitungan, dimana siswa dituntut

untuk teliti dalam melakukan perhitungan sehingga mengasah untuk berpikir

yang akurat dengan jawaban yang pasti. Jurusan IPA identik dengan metode

ilmiah yang mengutamakan logika dalam berpikir.

2. Pengertian Siswa Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Siswa jurusan IPS merupakan siswa yang mempelajari tentang gejala-

gejala dan masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek

kehidupan atau suatu perpaduan. Jurusan IPS merupakan bidang studi yang

menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang

berhubungan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan manusia

hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Ilmu-ilmu

Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial

seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

Program IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu

keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan

alam, maupun dalam lingkungan sosial (Fajar, 2009: 31). Dapat dikatakan

juga bahwa jurusan IPS merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran

ilmu-ilmu sosial, jurusan IPS diharapkan bukan hanya penanaman,

pembinaan pengetahuan konsepsional belakang, melainkan juga pembinaan

pengertian sikap terhadap nilai-nilai praktis dari konsep tersebut serta

kemahiran penerapannya sebagai insan sosial.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena

penelitian ini disajikan menggunakan angka-angka. Menurut Creswell (2017:

24) penelitian kuantitatif adalah pengujian suatu teori dengan memperinci

hipotesis yang spesifik, dan mengumpulkan data untuk mendukung hipotesis

tersebut. Menurut Maksum (2012: 68) penelitian kuantitatif yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dapat

menggambarkan gejala, fenomena atau peristiwa tertentu. Sedangkan menurut

Sugiono (2014: 14) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang

menggunakan populasi atau sampel tertentu dan teknik pengambilan sampel

dilakukan secara random, dan pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian yang berupa anket atau kuisioner , analisis data bersifat kuantitatif

yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Lamongan, Jl. Veteran

No.01, Banjar Anyar, Kec. Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

62212

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret - Selesai 2020.


C. Populasi

Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010: 173).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 2

Lamongan yang terdiri dari 9 kelas yaitu 6 kelas IPA dan 3 kelas IPS. Dengan

jumlah 294 siswa. Penelitian ini adalah penelitian populasi.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

“Variabel adalah suatu konsep yang memiliki variabilitas atau

keragaman yang menjadi fokus penelitian” (Maksum, 2009:28). Variabel

juga dapat digolongkan menjadi variabel bebas (independent variable) dan

variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi, sementara variabel terikal adalah variabel yang dipengaruhi.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat yang

dijabarkan sebagi berikut:

a. Variabel bebas : Tingkat Kebugaran Jasmani

b. Variabel terikat : Siswa kelas X IPA dan IPS

2. Definisi Operasional

a. Tingkat Kebugaran Jasmani

Tingkat kebugaran jasmani adalah tingkat ukuran dari kesanggupan

seseorang untuk dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari tanpa


mengalami kelelahan yang berarti untuk melakukan aktivitas lainya.

Semakin baik tingkat kebugaran jasmani maka tingkat kesanggupan

untuk melaksanakan aktivitas cenderung semakin baik terutama dari segi

fisik ataupun stamina.

Tingkat kebugaran jasmani yang baik didapat seseorang melalui

aktivitas fisik dan latihan olahraga yang dilakukan secara teratur. Latihan

olahraga merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk

dapat meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Dalam penelitian ini

untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa menggunakan tes

MFT, dan hasilnya bisa ditunjukkan dengan kategori sangat kurang,

kurang, sedang, baik, sangat baik dan luar biasa.

b. Siswa Program IPA dan IPS

Siswa program IPA adalah siswa yang mempelajari tentang ilmu

matematika dan ilmu alam meliputi makhluk hidup dan proses

kegiatannya, yaitu manusia, tumbuhan, hewan, dan interaksinya.

Siswa program IPS adalah siswa yang mempelajari fenomena yang

menyangkut tentang aspek-aspek sosial, dari sifat dasar manusia,

hubungan manusia, sampai aspek perekonomian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian (Maksum, 2012:111). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes kebugaran jasmani untuk mengukur
kemampuan maksimal kerja jantung dan paru-paru dengan prediksi Volume

Oxygen Maximum (VO2Max).

Penulis memilih tes MFT dalam penelitian ini memilih karena

dianggap sangat mudah dilakukan dibandingkan tes lainnya. Tes ini mengukur

koordinasi jantung, paru, dan pembuluh darah atau dengan kata lain

Cardiovascular.

a. Perlengkapan yang diperlukan dalam MFT antara lain sebagai berikut:

1. Tempat tes yaitu lapangan olahraga yang tidak licin. Panjang tempat

tes tidak kurang dari 22 m dengan lebar 1 m.

Lintasan MFT atau Bleep Test 1M–

20M 1,5 M

Gambar 1. Lintasan Tes MFT (Maksum, 2007: 27)

2. Alat pengukur panjang

3. Kaset panduan tes MFT

4. Stopwatch

5. Alat batas jarak

6. Tape Recorder

7. Daftar nama siswa dan alat tulis

8. Tabel prediksi nilai VO2Max

b. Pelaksanaan Tes

1. tape recorder, lalu ikuti sesuai petunjuk yang diberikan.

Pada bagian permulaan, jarak antara dua sinyal “tuut” menandai

suatu interval satu menit yang terukur secara akurat.


2. Selanjutnya terdengar penjelasan singkat mengenai pelaksanaan tes,

lalu terdapat hitungan mundur selama lima detik menjelang

dimulainya tes.

3. Keluar suara tut tunggal pada beberapa interval yang teratur

4. Peserta tes harus berusaha agar dapat sampai ke ujung yang

berlawanan bertepatan dengan bunyi “tuut” yang pertama, untuk

kemudian berbalik dan berlari kearah berlawanan.

5. Kemudian setiap kali bunyi tut peserta harus sudah sampai disalah

satu ujung lintasan yang ditempuhnya.

6. Setelah mencapai interval satu menit, disebut level satu yang terdiri

dari tujuh shuttle atau balikan.

7. Jika siswa tidak mampu mengikuti kecepatan tersebut maka siswa

harus berhenti atau diberhentikan dengan ketentuan:

a. Jika siswa gagal mencapai dua langkah atau lebih dari garis batas

20 m setelah bunyi tut, pengetes memberikan toleransi 1 x 20 m,

untuk memberi kesempatan peserta tes menyesuaikan

kecepatannya.

b. Jika pada masa toleransi itu siswa gagal menesuaikan

kecepatannya, maka dia dihentikan dari kegiatan tes.

Tabel 3.1 Pedoman Penetapan Panjang Lintasan Lari Tes MFT


Berdasarkan Hasil Validasi Kecepatan Putaran
Kasette.
PERIODE WAKTU PANJANG LINTASAN LARI
STANDAR (detik) (meter)
55 18.333
55.5 18.5
56 18.666
56.5 18.833
57 19
57.5 19.166
58 19.333
58.5 19.5
59 19.666
59.5 19.833
60 20
60.5 20.166
61 20.333
61.5 20.5
62 20.666
62.5 20.8333
63 21
63.5 21.166
64 21.333
64.5 21.5
65 21.666
(Sumber: Mahardika, 2010: 19)

1. Norma

Dalam penelitian ini norma yang digunakan adalah norma VO2 Maks

Brianmac. Dalam penelitian ini terdapat norma VO2 Maks untuk putra dan

norma VO2 Maks untuk putri yang digolongkan berdasarkan umur biologis.

Tabel 3.2 Norma VO2 Maks Brianmac untuk Putra

Sangat Sangat Luar


Age Kurang Sedang Baik
Kurang Baik Biasa
13- 35.0 - 38.4 - 45.2 - 51.0 -
<35.0 >55.9
19 38.3 45.1 50.9 55.9
20- 33.0 - 36.5 - 42.5 - 46.5 -
<33.0 >52.4
29 36.4 42.4 46.4 52.4
30- 31.5 - 35.5 - 41.0 - 45.0 -
<31.5 >49.4
39 35.4 40.9 44.9 49.4
40- 30.2 - 33.6 - 39.0 - 43.8 -
<30.2 >48.0
49 33.5 38.9 43.7 48.0
50- 26.1 - 31.0 - 35.8 - 41.0 -
<26.1 >45.3
59 30.9 35.7 40.9 45.3
20.5 - 26.1 - 32.3 - 36.5 -
60+ <20.5 >44.2
26.0 32.2 36.4 44.2
(Sumber: http://www.brianmac.co.uk/vo2max.htm)

Tabel 3.3 Norma VO2 Maks Brianmac untuk Putri

Sangat Sangat Luar


Age Kurang Sedang Baik
Kurang Baik Biasa
13- <25.0 25.0 - 31.0 - 35.0 - 39.0 - >41.9
19 30.9 34.9 38.9 41.9
20- <23.6 23.6 - 29.0 - 33.0 - 37.0 - >41.0
29 28.9 32.9 36.9 41.0
30- <22.8 22.8 - 27.0 - 31.5 - 35.7 - >40.0
39 26.9 31.4 35.6 40.0
40- <21.0 21.0 - 24.5 - 29.0 - 32.9 - >36.9
49 24.4 28.9 32.8 36.9
50- <20.2 20.2 - 22.8 - 27.0 - 31.5 - >35.7
59 22.7 26.9 31.4 35.7
60+ <17.5 17.5 - 20.2 - 24.5 - 30.3 - >31.4
20.1 24.4 30.2 31.4
(Sumber: http://www.brianmac.co.uk/vo2max.htm)
Tabel 3.4 Format Perhitungan MFT

(Sumber : MKU Penjasor FMIPA 2017)


F. Tehnik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilaksanakan dengan menggunakan tes Multistage

Fitness Test (MFT) untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani melalui prediksi

VO2Max. Sumber data yang diambil dalam penelitian ini dilaksanakan di SMA

Negeri 2 Lamongan. Tes MFT dapat dilakukan dengan 6 sampai 8 siswa setiap

pemberangkatan, petugas yang melakukan pencatatan berjumlah 3 orang. Setiap

petugas pencatat data mengawasi 2 atau 3 peserta tes. Setelah pelaksanaan tes

selesai data yang sudah didapatkan kemudian dikumpulkan untuk selanjutnya

dilakukan perhitungan VO2Max. Dalam pengambilan data dibantu oleh guru

PJOK SMA Negeri 1 Krian dan mahasiswa yang telah lulus mata kuliah Tes dan

Pengukuran semisal :

1. Nama : Pak. Kasduni

Status : Guru PJOK SMA Negeri 1 Krian

2. Nama : Dra. Indah Jumiati

Status : Guru PJOK SMA Negeri 1 Krian

3. Nama : Andre Leo Z

Status : Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga angkatan 2017

NIM : 17060464123

Sebagai : Tester

4. Nama : Ilham Ihza

Status : Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga angkatan 2017

NIM : 17060464126

Sebagai : Tester
5. Nama : Ahmad Subakti

Status : sebagai pengambil video dan gambar

G. Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang terkumpul akan dianalisis secara

deskriptif menggunakan perhitungan statistik deskriptif, mean (X), standart

deviasi (SD), dan persentase.

1. Rata-rata (mean)

∑X
𝑀=
N

Keterangan :

M : Mean

∑X : Jumlah total nilai dalam distribusi

N : Jumlah individu

(Maksum, 2009:16)

2. Standard Deviasi (SD)

n∑X2 −(∑X)2
SD = √
n(n−1)

Keterangan :

SD : Standart Deviasi (SD)

∑X : Jumlah rata-rata sampel

N : Jumlah Individu
(Maksum, 2009:29)
𝑛
3. Persentase = − 𝑁 𝑋 100%

Keterangan :
n : Jumlah Kasus

N : Jumlah Total
(Maksum, 2009: 34)
4. Uji T (Uji Beda)

Uji T adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji

perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi. Untuk

penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda (independent sample).

Berikut adalah rumusnya:

𝑀1 − 𝑀2
𝑡=
𝑆2 𝑆2
√(𝑁 ) + (𝑁 )
1 2

Keterangan :

M1 : Mean pada distribusi sampel 1

M2 : Mean pada distribusi sampel 2

S12 : Nilai varian pada distribusi sampel 1

S22 : Nilai varian pada distribusi sampel 2

N1 : Jumlah individu pada sampel 1

N2 : Jumlah individu pada sampel 2

(Maksum, 2012: 175)

Anda mungkin juga menyukai