Anda di halaman 1dari 10

MODUL

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA


PERTAMBANGAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
2019
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

II DASAR TEORI

2.1 Dasar Hukum K-3 Pertambanganiv

2.2 Elemen Perusahaan Dalam Pengelolaan K3 Pertambangan Error!


Bookmark not defined.

2.3 Implementasi K3 Pertambangan Error! Bookmark not defined.

2.4 Perangkat Perlatan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan


I PENDAHULUAN

Kegiatan atau aktivitas dalam industri pertambangan tidak bisa pungkiri


adanya risiko terjadinya kecelakaan kerja, karena didalam aktivitasnya
pertambangan menggunakan padat modal dan padat teknologi. Dengan kesadaran
akan terjadinya kecelakaan kerja tersebut industri pertambangan harus menyiapkan
tenaga ahli K3 yang bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjanya. Pada
prinsipnya kecelakaan kerja dapat terjadi dikarenakan oleh kondisi yang tidak aman
serta kegiatan atau aktivitas yang tidak aman. . Undang-undang kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pertambangan mewajibkan dilakukannya identifikasi atas
seluruh risiko bahaya yang dapat diprediksi tersebut dan mengontrolnya hingga ke
tingkat yang dapat diterima.
II DASAR TEORI

2.1 Dasar Hukum K-3 Pertambangan


Pemerintah sudah mengeluarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai
K3, UndangUndang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pemimpin
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
b. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ketempat kerja baru. sesuai
dengan sifat-sifat pekerja yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala. Dan sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai
Alat Pelindung Diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang No. 23 Tahun
1992 pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dan aman tanpa membahayakan
diri sendri dan masyarakat sekelilingnya hingga memperoleh produktivitas kerja
yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegah penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
c. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan
Undang-undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, cuti sampai dengan
keselamatan dan kesahatan kerja. Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-
undang tersebut, pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan
Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3), diantaranya adalah :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
2. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran
,
Penyimpanan, dan Pengguna Pestisida
3. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
4. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja
Undang - Undang Dasar 1945 mengisyaratkan hak setiap warga negara atas
pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan baru dapat
disebut memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan, apabila keselamatan tenaga kerja
sebagai pelaksananya terjamin. Cidera, cacat, penyakit, kematian dan lain-lain
sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekerjaan bertentangan dengan dasar
kemanusiaan. Maka dari itu, atas dasar landasan UUD 1945 lahir Undang - Undang
dan ketentuan-ketentuan pelaksanaannya dalam Keselamatan Kerja. Pengelolaan
K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh
perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:
1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi
4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota
8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas
Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi
10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi
11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
2.2 Elemen perusahaan dalam pengelolaan K3 pertambangan
terdiri atas:
a. Kepala Teknik Tambang (KTT)
b. Organisasi dan Personil K3
c. Program K3
d. Anggaran dan Biaya
e. Dokumen dan laporan K3

2.3 Implementasi K3 Pertambangan


2.3.1 Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan Pengawasan
K3 Pertambangan.
Dilaksanakan dengan tujuan menghindari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Ruang lingkup K3 pertambangan meliputi:
1. Keselamatan kerja,
Yang dimaksud keselamatan kerja antara lain berupa:
a. Manajemen risiko,
b. Program keselamatan kerja,
c. Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja,
d. Administrasi keselamatan kerja,
e. Manajemen keadaan darurat,
f. Inspeksi dan Audit keselamatan kerja,
g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
2. Kesehatan kerja,
Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
a. Program kesehatan kerja
b. Pemeriksaan kesehatan pekerja,
c. Pencegahan penyakit akibat kerja,
d. Diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
e. Hiegiene dan sanitasi,
f. Pengelolaan makanan, minuman dan gizi kerja,
3. Lingkungan Kerja,
Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:
a. Pengendalian debu,
b. Pengendalian kebisingan,
c. Pengendalian getaran,
d. Pencahayaan,
e. Kualitas udara kerja (kuantitas dan kualitas)
f. Pengendalian radiasi
g. House keeping.
4. Sistem Manajemen K3.
Sedangkan pengawasan Keselamatan Operasi Pertambangan dilaksanakan
dengan tujuan menciptakan kegiatan operasi pertambangan yang aman dan
selamat. Ruang lingkup Keselamatan Operasi Pertambangan meliputi:
a. Evaluasi laporan hasil kajian,
b. Pemenuhan standardisasi instalasi,
c. Pengamanan instalasi,
d. Kelayakan sarana, prasarana dan instalasi peralatan pertambangan
e. Kompetensi tenaga teknik.

2.4 Perangkat Perlatan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan


1. Peralatan pelindung Kepala
Pemakaian pelindung kepala sangat diperlukan bagi para pekerja konstruksi, pekerja
galangan kapal, pekerja penebang pohon, pertambangan dan industri.

Gambar 2.1. Pelindung Kepala


2. Peralatan pelindung kebisingan
Kegunaan peralatan pelindung kebisingan adalah untuk melindungi telinga dari
kebisingan yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
pendengaran pekerja. Standar kebisingan yang diizinkan adalah 90 desibel menurut
undang‐undang keselamatan kerja kesehatan kerja, oleh sebab itu kebisingan yang
dihasilkan oleh suatu proses produksi di dalam industri harus selalu diukur dan
diusahakan kurang dari standar yang telah ditentukan agar tidak menyebabkan
kerusakan pada pendengar para pekerja.

Gambar 2.2. Pelindung Kebisingan

3. Pelindung mata
Luka pada mata dapat diakibatkan adanya bahan atau beram yang masuk ke mata
akibat pekerjaan pemotongan bahan, percikan bunga api sewaktu pengelasan, debu‐
debu, radiasi dari sinar ultraviolet dan lainnya. Kecelakaan pada mata dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup, di mana tidak dapat berfungsi lagi atau dengan
kata lain orang menjadi buta.
Gambar 2.3. Pelindung Mata
4. Pelindung Tangan
Jari‐jari tangan merupakan bagian tubuh yang sering kali mengalami luka akibat
kerja, seperti: terpotong oleh pisau, luka terbakar karena memegang benda panas,
tergores oleh permukaan benda kerja yang tidak halus dan masih banyak lagi bentuk
luka lainnya. Untuk itu tangan dan jari‐jari sangat perlu dilindungi dengan baik,
karena semua pekerjaan seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan tangan.

Gambar 2.4. Pelindung Tangan


5. Pelindung kaki
Sepatu kerja atau pelindung kaki yang harus digunakan pada bengkel kerja mesin,
harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu: harus dapat melindungi kaki pekerja
dari luka kejatuhan benda kerja, terkena beram, benda panas/pijar, bahan‐bahan
kimia yang berbahaya dan kecelakaan yang mungkin timbul dan menyebabkan luka
bagi pekerja.
Gambar 2.5. Pelindung Kaki

6. Pelindung tubuh
Pelindung tubuh atau dikenal dengan nama apron digunakan untuk melindungi
tubuh bagian depan yaitu dari leher sampai kaki dari berbagai kemungkinan luka,
seperti terkena radiasi panas, percikan bunga api dan percikan beram dan lainnya.
Bahan untuk membuat apron ini dari asbes dan kulit yang telah di samak. Apron
yang terbuat dari asbes biasanya diperkaya dengan kawat‐kawat halus, agar apron
tersebut dapat menahan benturan-benturan ringan dan alat‐alat yang tajam.

Gambar 2.6. Pelindung Tubuh

Anda mungkin juga menyukai