Disusun Oleh :
BAMBANG EKO YUHONO
NIM : 20161330029
Kelas : Karyawan ( P2K)
Penulis
SISTEM TENAGA LISTRIK
Ditandai banyak unit pembangkit dan banyak unit salyran transmisi ke semua ini di
control dan dimonitor oleh satu pusat penyaluran dan pembagi beban, berkerja
seperti gambar :
Yang akan dibicarakan sistem kelistrikan jawa – Madura – bali ( Ja-ma-li ) dibagi
dalam 4 region ( area ) maka :
1. Region I meliputi Jakarta barat dan banten
2. Region II meliputi jawa barat
3. Region III meliputi jawa tengah dan DI Yogyakarta
4. Regian IV meliputu jawa timur, maduran dan bali
Operasi system setiap region dikendalikan oleh suatu regional centro center ( RCC ).
Untuk RCC Lavang meliputi Jakarta raya dan bantas, untuk cigeleleng meliputi jawa
barat, untuk nagaran meliputu jawa tengah dan DI Yogyakarta, untuk waru meliputi
jatim , Madura dan bali. Untuk distribusi masuk ke kuci mirarki ke II yang disebut sub.
Area atau pusat pembagi beban (P2B) yang dikontrol adalah tegangan dan frekuensi
untuk tegangan tiap 10 menit dan untuk frekuensi tiap 5 menit, tegangan < 10%,
frekuensi 50 Na + 0.5%
1. Pengaturan tegangan sistem tenaga listrik ja-ma-li
1.1 pengaturan tegangan pada periode beban rendah pengaturan ini bisa
terjadi pada hari khusus seperti hari keagamaan dan tahun baru. Langkah
operasi yang dietmpuh dalam sistem penyaluran untuk mengurangi
kelebihan daya reaaktif pada kondisi beban rendah adalah :
1.1.1 pengoperasian reactor dan pelepasan kapasitor
1.1.2 pengaturan daya reaktif unit pembangkit.
1.1.3 Perubahan konfigurasi jaringan
1.2 Pengaturan tegangan pada periode beban puncak langkah operasi yang
ditempuh dalam sistem penyaluran untuk peningkatan kekurangan daya
reaktif pada kondisi beban puncak adalah :
1.2.1 Pelepasan reactor dan pengoperasian kapasitor
1.2.2 Pengaturan daya reaktif untuk pembangkit.
SISTEM SCADA
Tujuan dilakukan operasi STL adalah untuk menjaga security sistem ( security ),
mencapai operasi ekonomi ( economy ) serat guna mencapai tingkat mutu tenaga
listrik yang disalurkan ( Quality ) dimana dalam pengendalian STL dikenal untuk
keadaan yaitu normal, siaga darurat dan pemulihan.
Untuk mengakomodir sasaran diatas diperlukan alat pendukung untuk kendali
terpusat dari satu atau beberapa pusat pengatur dengan menggunakan supervisory
control adan data acquimition ( SCADA ) yang mempunyai fungsi yaitu 2.1 akuisisi
data
2.2 pemantauan di pengolahan data kejadian
2.3 fungsi kendali system
2.4 pemberian tanggal dan waktu data
2.5 pengumpulan dan analisa data gangguan
2.6 pelaporan dan perhitungan
Fungsi akuisi data adalah mengumpulkan informasi yang diperlukan mengenai STL
dari beberapa gardu induk dan pusat listrik secara nyata. Data tersebut dapat diisi
secara manual atau dari hasil perhitungan yang merupakan “line confaration system”
data dengan metode pengumpulan data yang dikelompokkan sebagai : a. indikasi
status peralatan, b. nilai pengukuran.
Ad.a) Telesignalling
Status indikasi perlatan yang dimonitor dan menggunakan sistem scada meliputi :
a. Invalidity
Terjadi di control center disebabkan status CB dan PS pda rangkaian proses di
gardu induk dan tidak dapat dipantau oleh RTU ( Remote Terminal Unit ) hal
ini terjadi karena :
Switch pembatas tidak berfungsi dengan baik.
Pasokan tegangan 48 V (Aki) terganggu.
Wiring antara rangkaian proses dan RTU belum benaar.
Card digital masukan di RTU tidak berfungsi dengan baik.
RTU tidak berfungsi dengan baik
Komunikasi data terganggu.
Database di control center belum
benar b. BAD MEASUREMENT
Adalah kesalahan proses pengukuran yang dibaca dan ditampilkan di control
center akibat sebagai berikut :
Pengaruh CT dan PT ( travo arus dan tegangan )
Pengaruh tranducer
Pengaruh Card RTU
Wiring antara rangkaian proses dan RTU belum benar
RTU terganggu
Pengaruh komunikasi data
Database dmi control center belum benar
Akibat adanya invalidity dan bad measurement maka pada pusat pengendali
menggunkan program application software (PAS)
= Δ () = + 3)
Blok diagram persamaan diatas adalah ;
d. Model generator
Model matematisnya adalah : 1
Dengan :
Δ : daya output governor (w)
Dengan τg sebagai konstanta waktu governor sehingga pers (4) dan (5)
Seperti halnya pada pengaturan daya reaktif dengan menggunakan AVR, maka pada
pengaturan daya aktif dengan LFC biasanya ditambahkan dengan suatu pengendali
lain untuk mengoptimalkan kinerja LFC tersebut. Pengendali tersebut dapat berupa
pengendali PID dan pengendali Logika Samar (Fuzzy Logic Control / FLC).
Pengendali tambahan diharapkan dapat mempercepat respon LFC terhadap setiap
perubahan frekwensi yang terjadi dalam sistem tenaga listrik, dan dalam
pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada pengendali fuzzy logic.
Fuzzy Logic Control / FLC yang digunakan tersebut digunakan untuk menggantikan
posisi governor dalam mengontrol mekanisme pembukaan dan penutupan katup
(valve). Oleh karena itu, maka pengendali dengan menggunakan FLC sering juga
disebut sebagai Fuzzy Logic Governor. (Imam Robandi, 2006)
Adapun diagram blok dengan penambahan pengendali Fuzzy Logic, dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
Gambar 8.8. Diagram blok representasi sebuah Load Frequency Control (LFC)
dengan menggunakan Fuzzy Logic Control (FLC)
Pada gambar di atas, nilai 2H = M dan ditambahkan dengan sebuah speed drop
governor (Ki/s) yang berfungsi sebagai pengatur proporsional untuk mengurangi
kesalahan frekwensi yang terjadi selama operasi berlangsung.
D = 1,0
R = 0,05
M = 10 detik
Hal sebaliknya terjadi ketika diberi pengendali fuzzy seperti pada gambar (8.10).
Terlihat bahwa respon terhadap perubahan beban yang menyebabkan turun naiknya
frekwensi berlangsung sangat cepat, artinya waktu untuk mencapai kestabilan pada
frekwensi normalnya sangat cepat.
Untuk melihat langsung perbedaan ke dua respon di atas maka gambar hasil
simulasi di plotkan dalam satu grafik sebagai berikut :
Gambar 8.11 Grafik perbandingan respon frekwensi FLC tanpa pengendali fuzzy
(konvensional) dan dengan pengendali fuzzy
PENGENDALIAN DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN
2 2 2
E (V V ) V
(8.6)
2 2 2
E (V IR cos IX sin) (IX cos IR sin)
karena:
dimana:
PR QX
V (8.9)
V V
Dan
QX PR
V (8.10)
V V
2 PR QX 2 PR QX
E V V (8.12)
dengan demikian maka terlihat bahwa hubungan daya reaktif beban dengan
tegangan keluaran generator adalah:
PR QX
E V V V , bila R 0, (8.13)
Maka
QX
E V (8.14)
V
Atau
QX
V , (8.15)
V
atau
QX
V
Jadi berdasarkan persamaan (8.15) tersebut maka maka dapat dilihat bahwa
perubahan tegangan keluaran generator tergantung pada perubahan daya
reaktif beban. Tetapi dalam operasi sistem yang andal tegangan generator
harus dijaga pada range tegangan 0,9 ≤ 1,0 ≤ 1,05 pu, dimana untuk memenuhi
hal tersebut maka dibutuhkan suatu pengendalian yang baik.