Anda di halaman 1dari 16

OPEN NOTE

KENDALI SISTEM TENAGA LISTRIK


Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mengikuti
Ujian Tengah Semester Genap Tahun Akademik 2018 / 2019
Mata Kuliah Kendali Sistem Tenaga Listrik

Disusun Oleh :
BAMBANG EKO YUHONO
NIM : 20161330029
Kelas : Karyawan ( P2K)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’allah, karena


berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Open Note Kendali Sistem Tenaga
Listrik Open Note ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti Ujian
Tengah Semester tahun akademik 2018 / 2019 mata kuliah Kendali Sistem Tenaga
Listrik Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga Open Note ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Open Note ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya Open Note ini.
Semoga Open Note ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Surabaya, 25 April 2019

Penulis
SISTEM TENAGA LISTRIK
Ditandai banyak unit pembangkit dan banyak unit salyran transmisi ke semua ini di
control dan dimonitor oleh satu pusat penyaluran dan pembagi beban, berkerja
seperti gambar :
Yang akan dibicarakan sistem kelistrikan jawa – Madura – bali ( Ja-ma-li ) dibagi
dalam 4 region ( area ) maka :
1. Region I meliputi Jakarta barat dan banten
2. Region II meliputi jawa barat
3. Region III meliputi jawa tengah dan DI Yogyakarta
4. Regian IV meliputu jawa timur, maduran dan bali
Operasi system setiap region dikendalikan oleh suatu regional centro center ( RCC ).
Untuk RCC Lavang meliputi Jakarta raya dan bantas, untuk cigeleleng meliputi jawa
barat, untuk nagaran meliputu jawa tengah dan DI Yogyakarta, untuk waru meliputi
jatim , Madura dan bali. Untuk distribusi masuk ke kuci mirarki ke II yang disebut sub.
Area atau pusat pembagi beban (P2B) yang dikontrol adalah tegangan dan frekuensi
untuk tegangan tiap 10 menit dan untuk frekuensi tiap 5 menit, tegangan < 10%,
frekuensi 50 Na + 0.5%
1. Pengaturan tegangan sistem tenaga listrik ja-ma-li
1.1 pengaturan tegangan pada periode beban rendah pengaturan ini bisa
terjadi pada hari khusus seperti hari keagamaan dan tahun baru. Langkah
operasi yang dietmpuh dalam sistem penyaluran untuk mengurangi
kelebihan daya reaaktif pada kondisi beban rendah adalah :
1.1.1 pengoperasian reactor dan pelepasan kapasitor
1.1.2 pengaturan daya reaktif unit pembangkit.
1.1.3 Perubahan konfigurasi jaringan
1.2 Pengaturan tegangan pada periode beban puncak langkah operasi yang
ditempuh dalam sistem penyaluran untuk peningkatan kekurangan daya
reaktif pada kondisi beban puncak adalah :
1.2.1 Pelepasan reactor dan pengoperasian kapasitor
1.2.2 Pengaturan daya reaktif untuk pembangkit.
SISTEM SCADA
Tujuan dilakukan operasi STL adalah untuk menjaga security sistem ( security ),
mencapai operasi ekonomi ( economy ) serat guna mencapai tingkat mutu tenaga
listrik yang disalurkan ( Quality ) dimana dalam pengendalian STL dikenal untuk
keadaan yaitu normal, siaga darurat dan pemulihan.
Untuk mengakomodir sasaran diatas diperlukan alat pendukung untuk kendali
terpusat dari satu atau beberapa pusat pengatur dengan menggunakan supervisory
control adan data acquimition ( SCADA ) yang mempunyai fungsi yaitu 2.1 akuisisi
data
2.2 pemantauan di pengolahan data kejadian
2.3 fungsi kendali system
2.4 pemberian tanggal dan waktu data
2.5 pengumpulan dan analisa data gangguan
2.6 pelaporan dan perhitungan
Fungsi akuisi data adalah mengumpulkan informasi yang diperlukan mengenai STL
dari beberapa gardu induk dan pusat listrik secara nyata. Data tersebut dapat diisi
secara manual atau dari hasil perhitungan yang merupakan “line confaration system”
data dengan metode pengumpulan data yang dikelompokkan sebagai : a. indikasi
status peralatan, b. nilai pengukuran.
Ad.a) Telesignalling
Status indikasi perlatan yang dimonitor dan menggunakan sistem scada meliputi :
a. Invalidity
Terjadi di control center disebabkan status CB dan PS pda rangkaian proses di
gardu induk dan tidak dapat dipantau oleh RTU ( Remote Terminal Unit ) hal
ini terjadi karena :
 Switch pembatas tidak berfungsi dengan baik.
 Pasokan tegangan 48 V (Aki) terganggu.
 Wiring antara rangkaian proses dan RTU belum benaar.
 Card digital masukan di RTU tidak berfungsi dengan baik.
 RTU tidak berfungsi dengan baik
 Komunikasi data terganggu.
 Database di control center belum
benar b. BAD MEASUREMENT
Adalah kesalahan proses pengukuran yang dibaca dan ditampilkan di control
center akibat sebagai berikut :
 Pengaruh CT dan PT ( travo arus dan tegangan )
 Pengaruh tranducer
 Pengaruh Card RTU
 Wiring antara rangkaian proses dan RTU belum benar
 RTU terganggu
 Pengaruh komunikasi data
 Database dmi control center belum benar
Akibat adanya invalidity dan bad measurement maka pada pusat pengendali
menggunkan program application software (PAS)

PENGENDALIAN DAYA AKTIF DAN FREKUENSI


Pengendalian daya aktif pada generator, berkaitan dengan pengaturan frekuensi
dengan putaran rotor generator yang tercouple dengan pengerak mula. Pengaturan
daya aktif dilakukan oleh load frequency control ( LFC ) seperti gambar :
Dengan ;
VCM = Vave Control mechanism
V = valve
T = Turbin
G = Generator
Kecepatan governor pada tiap –tiap pembangkit memberikan kecepatan pokok
sebagai fungsi control sementara tujuan dasar pengaturan frequency adalah :
1. Memberi keseimbangan system pembangkit ke beban
2. Memperkecil penyimpanan frekuensi secara tiba-tiba agar perubahan
frekuensi tersebut mendekati nol.
3. Menjaga aliran daya pada pembangkit yang terinterkoneksi agar berada pada
kemampuan kapasitas masing-masing generator.
4. Dibawah ini masing-masing komponen yang berperan dalam pengaturan
frekuensi atau LFC dimodelkan dalam persamaan matematis yaitu :
a. Model generator ; model matematisnya adalah ∆Ω( ) = 2+ Δ [Δ ( ) −
Δ ( )] dengan ;
ΔΩ(s) = ℎ ( /)
=
ΔPm(s) = ℎ ()
ΔPc(s) = ℎ ℎ ()
Blok diagram dari persamaan diatas adalah :

Gambar 1 Diagram blok model generator


b. Model Beban
Dari gambar 1 komponen ΔPc(s) = penjumlahan antara komponen
frekuensi D W dan non Frekuensi Δ seperti persamaan berikut :
ΔPc = ΔPL + DΔW
Sehingga gambar 1 dapat diubah menjadi :

Gambar 2 Diagram blok model beban

c. Model Pengerak Mula


Contoh hubungan daya mekanik Δ dengan perubahan posisi dari
katub valve Δ dalam turbin uap model matematisnya ;
Δ ()
….

= Δ () = + 3)
Blok diagram persamaan diatas adalah ;

Gambar 8.5 Diagram blok model penggerak mula / turbin uap


Konstanta waktu turbin (Tl ) memiliki antara 0.2 second s/d 2.0 second

d. Model generator
Model matematisnya adalah : 1

Δ ()=Δ ()− ΔΩ( ) … .4)

Dengan :
Δ : daya output governor (w)

Δ : daya frekuensi acvan (w)


R : Speed Regulatian (SG%)
Dayan output governor Δ tersebut diubah dari penguat hydraulic ke
sinyal input posisi katub ( valve ) Δ sehingga hubungan antara
1
keduanya menjadi ; Δ ( ) = Δ ()…5
1+

Dengan τg sebagai konstanta waktu governor sehingga pers (4) dan (5)

dapat dinyatakan sebagai berikut.

Gambar 8.6 Diagram blok model governor

Seperti halnya pada pengaturan daya reaktif dengan menggunakan AVR, maka pada
pengaturan daya aktif dengan LFC biasanya ditambahkan dengan suatu pengendali
lain untuk mengoptimalkan kinerja LFC tersebut. Pengendali tersebut dapat berupa
pengendali PID dan pengendali Logika Samar (Fuzzy Logic Control / FLC).
Pengendali tambahan diharapkan dapat mempercepat respon LFC terhadap setiap
perubahan frekwensi yang terjadi dalam sistem tenaga listrik, dan dalam
pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada pengendali fuzzy logic.

Fuzzy Logic Control / FLC yang digunakan tersebut digunakan untuk menggantikan
posisi governor dalam mengontrol mekanisme pembukaan dan penutupan katup
(valve). Oleh karena itu, maka pengendali dengan menggunakan FLC sering juga
disebut sebagai Fuzzy Logic Governor. (Imam Robandi, 2006)
Adapun diagram blok dengan penambahan pengendali Fuzzy Logic, dapat dilihat
pada gambar berikut ini :

Gambar 8.8. Diagram blok representasi sebuah Load Frequency Control (LFC)
dengan menggunakan Fuzzy Logic Control (FLC)

Pada gambar di atas, nilai 2H = M dan ditambahkan dengan sebuah speed drop
governor (Ki/s) yang berfungsi sebagai pengatur proporsional untuk mengurangi
kesalahan frekwensi yang terjadi selama operasi berlangsung.

Untuk mengetahui perbedaan antara governor konvensional dengan governor yang


menggunakan logika fuzzy, berikut akan diberikan hasil simulasi dari gambar (8.9)
dan (8.10) dengan menggunakan aplikasi MATLAB Versi 6.1. (Imam Robandi, 2006)

Parameter simulasi yang digunakan meliputi :

Konstanta waktu turbin (τT) = 0,3 detik

Konstanta waktu governor (τg) = 0,2 detik

D = 1,0

R = 0,05

M = 10 detik

Hasil simulasi diperoleh, sebagai berikut :


Gambar 8. 9 Respon frekwensi sistem tanpa kendali Fuzzy

Gambar di atas menunjukkan respon frekwensi dengan hanya menggunakan


pengendali LFC konvensional. Dimana dengan kenaikan kebutuhan daya aktif beban
pada detik ke-40 maka frekwensi turun sampai -0,031pu lalu stabil pada -0,023 pu,
begitu pula ketika terjadi penurunan beban pada detik ke 70 maka frekwensi naik lagi
sampai 0,01 pu lalu stabil pada 0,001 pu.

Gambar 8.10 Respon frekwensi sistem dengan kendali Fuzzy

Hal sebaliknya terjadi ketika diberi pengendali fuzzy seperti pada gambar (8.10).
Terlihat bahwa respon terhadap perubahan beban yang menyebabkan turun naiknya
frekwensi berlangsung sangat cepat, artinya waktu untuk mencapai kestabilan pada
frekwensi normalnya sangat cepat.
Untuk melihat langsung perbedaan ke dua respon di atas maka gambar hasil
simulasi di plotkan dalam satu grafik sebagai berikut :

Gambar 8.11 Grafik perbandingan respon frekwensi FLC tanpa pengendali fuzzy
(konvensional) dan dengan pengendali fuzzy
PENGENDALIAN DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN

Berdasarkan gambar (8.1), dengan mengambil bagian pengendalian reaktifnya maka


dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 8.12 Skematik pengendalian daya reaktif

Persoalannya sekarang adalah bagaimana hubungan antara daya reaktif dengan


tegangan itu sendiri. Untuk melihat hubungan tersebut maka dapat dilihat pada
persamaan gambar berikut ini

Gambar 8.13 Rangkaian sederhana pembebanan generator


Gambar 8.14 Diagram fasor tegangan terminal generator

2 2 2
E  (V V )  V
(8.6)
2 2 2
E  (V  IR cos  IX sin)  (IX cos  IR sin)
karena:

P  VI cos dan Q  VI sin (8.7)

dimana:

E=tegangan induksi (EMF) dalam Volt

V= tegangan keluaran generator di


beban dalam Volt

R = reistansi saluaran dalam Ohm

X = reaktansi induktif saluran dalam


Ohm

I = arus beban dalam Ampere

P= daya aktif dalam Watt

Q= daya reaktif dalam VAr


maka:

2
2  PR QX  QX PR  2

E V      (8.8)


 V V V V 
dengan demikian:

PR QX

V   (8.9)

V V
Dan
QX PR

V   (8.10)
V V

jika V  (V V )


maka:

2  PR QX  2 PR QX

E  V    ataun E V  (8.11)


 V V V V

Jadi dapat juga dituliskan bahwa

E V V (8.12)

dengan demikian maka terlihat bahwa hubungan daya reaktif beban dengan
tegangan keluaran generator adalah:

PR QX

E V  V  V , bila R  0, (8.13)
Maka
QX

E V  (8.14)
V
Atau
QX

V , (8.15)
V
atau
QX

 V dimana X konstan (8.16)

V
Jadi berdasarkan persamaan (8.15) tersebut maka maka dapat dilihat bahwa
perubahan tegangan keluaran generator tergantung pada perubahan daya
reaktif beban. Tetapi dalam operasi sistem yang andal tegangan generator
harus dijaga pada range tegangan 0,9 ≤ 1,0 ≤ 1,05 pu, dimana untuk memenuhi
hal tersebut maka dibutuhkan suatu pengendalian yang baik.

Persoalan pengendalian tegangan sebenarnya hanya terletak pada sisi


pembangkitan tetapi juga terletak pada seluruh bagian-bagian sistem tenaga
listrik itu sendiri. Misalnya pada sisi beban maupun pada saluran transmisi.
Pengendalian yang digunakan pada bagian-bagian sistem tersebut antara lain
(Prabha Kundur, 1993):

a. Pemasangan kapasitor shunt (shunt capasitors), reaktor shunt (shunt


reactors), synchronous condenser / motor sinkron dan static var compensators
(SVC).

b. Pemasangan line reactance compensators seperti kapasitor seri (series


capasitors).

c. Pemasangan regulating transformers seperti tap-changing transformers.


Jadi pengendalian tegangan sistem tenaga listrik merupakan suatu persoalan
yang sangat luas sehingga kajian satu persatu terhadap berbagai pengendalian
tersebut juga semakin luas. Oleh karena itu pembahasan dalam diktat ini
dibatasi hanya pada pengendalian daya reaktif melalui kendali tegangan pada
sisi pembangkitan saja.

Model Sistem AVR

Fungsi dari AVR adalah mempertahankan besaran tegangan terminal generator


pada tingkatan yang ditentukan. System AVR terdiri dari empat (4) komponen
utama yaitu: Amplifier, Exciter, Generator dan Sensor. Model matematika dan
fungsi transfer dari ke empat komponen tersebut diperlihatkan di bawah ini
(Hadi Saadat, 1999).

Gambar 8.16 Diagram blok sistem AVR dengan pengendali PID

Anda mungkin juga menyukai