Anda di halaman 1dari 4

Sekarang Saatnya Berkenalan dengan Hak Demokratis Mahasiswa1

oleh Khoiri Setiawan2


Salam Demokrasi!
Hidup Mahasiswa!

Hak
Tidak terasa hari ini sebagai mahasiswa baru angkatan 2018 sudah memasuki minggu kelima
berkuliah. Bagaimana sudah banyak kewajiban atau belum? Nampaknya sudah, mulai dari
kewajiban masuk kelas, banyak tugas, harus ini, harus itu, harus iya, harus sepakat, dan berbagai
keharusan lainnya yang mungkin itu tidak perlu persetujuan bukan?
Itu baru semester 1 dan ranah akademik, belum lagi nanti setelah semester 2, 3, 4, dst. Di luar itu
kewajiban teman-teman dalam kemahasiswaan juga akan sangat banyak kewajiban seperti beban
biaya, pengalurbirokrasian, dsb.
Setelah melaksanakan atau menjalankan kewajiban itu maka harusnya ada hak juga bukan yang
harus teman-teman dapatkan? Sebab Hak itu diberikan oleh tuhan dan sangat dilindungi oleh
aturan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 pasal 1 ayat (1) Hak merupakan seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Mengacu pada pengertian berdasarkan aturan tersebut jelas bahwa kita memiliki hak
yang diberikan secara lahiriah. Hak ini kemudian diatur oleh negara secara tujuan untuk melayani
kepentingan rakyat, karena negara didirikan atas mandat atau amanat dari rakyat untuk
memenuhi aspirasi dan kepentingan rakyat. Apalagi Indonesia menggunakan asas demokrasi
untuk menjalankan negara ini. Namun sejauh ini apa yang telah diatur dalam konstitusi tersebut,
masih sering dilanggar oleh negara yang berkewajiban sesuai dengan amanat UUD 1945. Hingga
kemudian wajar jika kemudian seringkali muncul demonstrasi atau unjuk rasa dari masyarakat
yang menuntut hak-haknya, karena memang selama ini hak-hak demokratis rakyat tidak dipenuhi
oleh negara.

Demokratis
Setelah memahami pengertian hak sebagai langkah awal mengenal hak demokratis mahasiswa,
maka selanjutnya kita harus memahami apa itu demokratis?
Demokratis itu berarti bersifat demokrasi. Demokrasi Secara etimologi atau asal usul kata,
"demokrasi" berasal dari bahasa Yunani -- (dmokrata) "kekuasaan rakyat" yang dibentuk dari kata
(dmos) "rakyat" dan (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada
pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul
revolusi rakyat pada tahun 508 SM. dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang
lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan secara
terminologi atau definisi demokrasi,
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. demokrasi bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya

1. Judul materi untuk kamu, kamu dan kamu semuanya yang ingin belajar bersama dalam kegiatan Lawungan oleh
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sunda pada 6 Oktober 2018.
2. Seorang yang akrab di sapa Sam Khoiri, berkelahiran Ngawi, Jawa Timur, Saat ini sedang menjabat sebagai Sekretaris jendral
UKM UKSK, anggota aktif ASAS,Sekretaris UMUM Kema FPBS, dan anggota FMN Bandung.
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi---baik secara langsung atau melalui
perwakilan---dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara
bebas dan setara.
Hak Demokratis Mahasiswa
Hak-hak demokratis mahasiswa adalah hak-hak normatif atau hak-hak dasar mahasiswa yang
meliputi kepentingan sosial-ekonomis dan politik yang harus dipenuhi sebagaimana mestinya,
baik yang bersifat tuntutan lahiriah ataupun yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau peraturan hukum yang berlaku. Secara umum, hak-hak demokratis mahasiswa
adalah meliputi hak atas pendidikan dan jaminan lapangan pekerjaan. Hak atas pendidikan yang
dimaksud juga mengenai beban beban yang memberatkan seperti biaya, fasilitas, dll.
Banyak fasilitas pendidikan di kampus yang didagangkan. Selain itu didirikannya banyak fasilitas
yang tidak bersinggungan langsung dengan kepentingan mahasiswa, tetapi lebih ditujukan untuk
mencari keuntungan komersil dengan cara-cara seperti penyewaan auditorium/aula, pemasangan
iklan, pembukaan ritel-ritel perusahaan tertentu atau kerjasama dengan perusahaan tertentu untuk
menambah pundi-pundi kas birokrasi kampus.
Kemudian pelayanan pendidikan atau kemahaiswaan yang cenderung birokratis (istilahnya
dipingpong) hingga soal dosen yang sering bolos ngajar, anti kritik, monologis dan dogmatis.
Dosen-dosen sendiri juga terancam kehidupannya, karena rendahnya tingkat kesejahteraan yang
diterima. Sementara, para petinggi kampus bisa terus mengganti mobil baru atau rumah baru dan
mendapatkan kenaikan gaji.
Sektor pendidikan Indonesia saat ini menuju pada liberalisasi dengan maraknya privatisasi dan
komersialisasi pendidikan. Setidaknya ada beberapa hal yang meindikasikan hal tersebut.
Pertama, pencabutan subsidi pendidikan yang telah mendorong biaya pendidikan menjadi mahal,
karena pendidikan ditujukan menjadi barang dagangan (komoditi) bukan lagi pelayanan negara
terhadap rakyat. Liberalisasi sektor pendidikan sendiri secara global telah diatur oleh salah satu
lembaga milik imperialisme yaitu organisasi perdagangan dunia (WTO) dalam General
Agreement on Trade Services (GATS) tentang liberalisasi perdagangan jasa pendidikan.
Pencabutan subsidi pendidikan telah mendorong terjadinya proses privatisasi pendidikan,
terutama bagi kampus-kampus negeri. Setelah memberlakukan status BHMN bagi 6 PTN
terkemuka di Indonesia, pemerintah tengah berupaya menerapkan sistem Badan Hukum
Pendidikan Tinggi (BHPT). Dengan BHPT, kampus-kampus di Indonesia akan diubah tak
bedanya dengan perusahaan yang berorientasi profit, bukan membuka akses seluas-luasnya bagi
rakyat Indonesia untuk mengenyam bangku kuliah dan institusi pendidkan yang bertujuan
mencerdasakan kehidupan bangsa.
Dibukanya kerjasama dengan dunia industri—sesuai kurikulum berbasis kompetensi, tidak
menjamin lulusan perguruan tinggi bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Sejauh ini,
kerjasama lebih ditujukan untuk menarik minat calon mahasiswa dengan embel-embel magang
kerja dan sebagainya. Terbukti, ketika musim seleksi PNS datang, tidak sedikit sarjana yang harus
ngantri untuk mengikuti seleksi. Itupun belum tentu diterima, tergantung bagaiman kemampuan
menyogok “orang dalam”. Atau fakta deretan sarjana yang sering mengutak-atik jasa iklan
lowongan pekerjaan dan keluar masuk kantor perusahaan.
Tidak sedikit pandangan-pandangan kaum intelektual kampus yang mendukung masuknya
investasi asing atau mengkebiri kekritisan mahasiswa di kampus. Hingga kemudian menjauhkan
mahasiswa dari realitas “bobrok”nya kampus dan kemiskinan rakyat Indonesia. Mahasiswa takut
berbicara lantang, karena di ancam nilai jelek, presensi hingga drop out (DO). Mahasiswa hanya
didorong sekedar menikmati persoalan akademis kampus. Aktifitas kritis dikampus dianggap
tidak sesuai dengan iklim akademis. Padahal dalam demokrasi—seperti yang sering dikutip para
petinggi kampus, demonstrasi, kebebasan berpendapat, berekspresi dan berorganisasi adalah hal
yang wajar-wajar saja.
Hak demokratis mahasiswa berarti bicara mengenai peran sebagai agent of change, agen-agen
perubahan. Menjadi penjembatan antara masyarakat dengan pembuat kebijakan. Pada hakikatnya
kita (mahasiswa) merupakan bagian dari masyarakat, menjadi konsekuensi logis pula akhirnya
kita akan menjadi bagian masyarakat dan mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan
selama berkuliah untuk memperbaiki negara demi kesejahteraan bersama.
Sebelum lebih jauh ke jenjang masyarakat, kita tentu harus belajar memperjuangkan hak kita di
lingkungan yang lebih dekat yaitu kampus. Secara umum, hak-hak demokratis mahasiswa
meliputi hak atas jaminan pendidikan. Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, hak-hak mahasiswa
itu dijelaskan yaitu:
1. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk menuntut dan
mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku dalam lingkungan akademik.
2. Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan bidang akademik sesuai dengan
minat, bakat, kegemaran dan kemampuan.
3. Memanfaatkan fasilitas perguruan tinggi dalam rangka kelancaran proses belajar.
4. Mendapatkan bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program studi yang
diikuti serta hasil belajarnya.
5. Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang diikuti serta
hasil belajarnya.
6. Menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku. (nah buat poin ini, kan ada tuh beberapa prodi di UPI yang kuliahnya udah
dipatok 4 tahun dan gak bisa ngontak mata kuliah ke semester atas. Secara tidak langsung
hak kamu untuk lulus kuliah kurang dari 4 gak diberikan oleh prodi (kampus) dong.)
7. Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
8. Memanfaatkan sumber daya perguruan tinggi melalui perwakilan/organisasi
kemahasiswaan untuk mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat dan tata kehidupan
bermasyarakat.
9. Pindah ke perguruan tinggi lain atau program studi lain, bilamana daya tampung
perguruan tinggi atau program yang bersangkutan memungkinkan.
10. Ikut serta dalam organisasi mahasiswa pada perguruan tinggi yang bersangkutan. (ini poin
yang penting, kalau ada dosen atau birokrat kampus yang menghalang-halangi kamu buat
berorganisasi, beliau sudah melanggar hak kamu loh.)
Selain itu menurut Peraturan Senat Akademik UPI No. 001/SENAT AKD./UPI-HK/II/2014
bagian kedua pasal (5), yaitu setiap mahasiswa UPI berhak:
1. Memperoleh layanan pendidikan, pembelajaran, dan layanan lainnya untuk mendukung
kelancaran penyelesaian studi;
2. Memperoleh layanan khusus secara prima bagi mahasiswa yang berkebutuhan khusus;
(buat mahasiswa yang berkebutuhan khusus, semisal tunanetra ataupun tunadaksa punya
hak untuk dilayani dengan prima loh)
3. Memperoleh beasiswa dan/atau bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang
memenuhi persyaratan dan ketentuan;

1. Judul materi untuk kamu, kamu dan kamu semuanya yang ingin belajar bersama dalam kegiatan Lawungan oleh
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sunda pada 6 Oktober 2018.
2. Seorang yang akrab di sapa Sam Khoiri, berkelahiran Ngawi, Jawa Timur, Saat ini sedang menjabat sebagai Sekretaris jendral
UKM UKSK, anggota aktif ASAS,Sekretaris UMUM Kema FPBS, dan anggota FMN Bandung.
4. Mendapatkan penghargaan dari universitas atas prestasi yang diraih baik dalam bidang
akademik ataupun nonakademik;
5. Menggunakan fasilitas universitas sesuai dengan peraturan yang berlaku;
6. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab sesuai dengan tata susila
dan tata karma akademik yang berlaku dalam lingkungan masyarakat akademik;
7. Menyelesaikan studi lebih cepat sesuai dengan peraturan yang berlaku; (nih ada lagi,
mahasiswa punya hak menyelesaikan studi lebih awal.)
8. Turut serta dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan universitas;
9. Menyalurkan aspirasi yang positif dan konstruktif melalui organisasi kemahasiswaan
intrauniversiter;
10. Memperoleh dan menggunakan gelar sesuai dengan jenis dan jenjang program pendidikan
yang ditempuh setelah dinyatakan dapat menyelesaikan studi dan dinyatakan lulus
berdasarkan peraturan universitas.

Bangkit dan Bergerak untuk Melawan


mahasiswa harus menyadari bahwa negara berkewajiban untuk memenuhi hak-hak
demokratisnya. Dengan menyadari ini dan kemudian kita melihat bahwa hak-hak demokratis
tersebut tidak dipenuhi oleh negara, maka mau tidak mau kita harus berjuang untuk
mendapatkannya. Tapi sekali lagi, untuk memperjuangkan itu semua, mahasiswa membutuhkan
alat yang tepat. Dan alat itu adalah organisasi. Hanya dengan berorganisasi lah mahasiswa bisa
mengaspirasikan tuntutannya dan bersama seluruh massa mahasiswa yang tergabung dalam
organisasi bisa memperjuangkannya secara bersama. Karena perubahan tidak bisa tercipta melalui
segelintir orang. Tapi perubahan sangat ditentukan oleh kekuatan massa, karena perubahan
sesungguhnya adalah karya massa. Dengan bergabung dalam organisasi massa yang militan,
patriotik dan demokratis, massa mahasiswa akan bergerak melalui program-program aksi yang
konkret untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan menggapai tuntutan-tuntutan hak-hak
demokratisnya. Sebab organisasilah yang menjadi alat yang tepat untuk melakukan hal tersebut
seperti yang telah dilakukan oleh katin-kating kalian.

Pustaka:
www.kompasiana.com oleh choirul14
Paper Selasaan UKSK oleh Findani Felasari
Artikel karya Nurdin

Anda mungkin juga menyukai