PERPAJAKAN
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 6
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya
Kami bisa menyelesaikan tugas Makalah mata kuliah Perpajakan berjudul PROSES KEBERATAN DAN
BANDING. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kelompok 6
1
Page
1
DARTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
2
Page
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang menjunjung tinggi hak dan
kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam mendukung
pembangunan maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan rasa
tanggung jawab. Peran pajak bagi suatu Negara menjadi sangat dominan. Yang berhak memungut pajak
hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang, bukan barang. Namun sayang, dari adanya proses
pemungutan pajak ini, sebagian besar dari masyarakat kita yang tidak perduli terhadap pajaknya. Hingga
pada suatu saat seorang fiskus mendatangi wajib pajak untuk menagih hak negara untuk memungut pajak,
wajib pajak bahkan menolak untuk membayar pajak yang terutang. Dari sinilah muncul berbagai konflik
internal antara wajib pajak dengan fiskus pajak. Dari masalah tersebut, banyak masyarakat kita yang juga
tidak tahu banyak tentang pengajuan keberatan adanya penagihan dan/atau kesalahan yang dilakukan
serta tidak mengetahui proses dan tindak lanjut dari keberatan tersebut. Oleh karena itu, dengan dibuatnya
makalah ini diharapkan dapat membantu baik seorang wajib pajak maupun fiskus tersebut.
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
azwartryadistie17bima@gmail.com
azwar1997
https://www.powtoon.com/html5-studio/#/edit/fi3VmKPpiNj
3
Page
3
BAB II
PEMBAHASAN
Wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak cq. Kepala Kantor
Pelayanan PBB setempat, manakala besarnya pajak terhutang yang tercantum dalam SPPT atau SKP
yang diterima dirasakan tidak sesuai dengan keadaan obyek yang sebenarnya.
Pengajuan keberatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Surat pengajuan keberatan dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan-
alasan yang jelas.
- Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya SPPT
atau SKP, kecuali karena kondisi force majeure.
- Keberatan atas besarnya pajak terhutang pada SPPT atau SKP harus diajukan untuk tiap-tiap
obyek pajak dengan surat kebertan tersendiri pada tiap tahun pajak.
Ketika mengajukan surat keberatan, Wajib Pajak harus bisa menunjukkan bukti-bukti untuk
memperkuat alasan atas keberatannya. Bukti-bukti tersebut antara lain :
Setelah surat keberatan itu diajukan, Wajib Pajak akan diberi tanda bukti penerimaan.
4
Hal-hal yang Dapat Diajukan Keberatan
Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat WP terdaftar, dengan syarat:
b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut
atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai alasan-alasan yang jelas.
c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak.
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat Keberatan, sehingga
tidak diproses.
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB,
SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak
ketiga.
a. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3 (tiga) bulan
dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor
Pelayanan Pajak.
5
b. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos ( harus dengan pos tercatat ), jangka
Page
waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak
5
dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti
pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.
b. WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat keputusan
keberatannya diterbitkan.
Wajib Pajak menyampaikan pencabutan permo- honan keberatan ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak dan Kepala Kantor Wilayah DJP
yang merupakan atasan Kepala KPP.
Wajib pajak harus membuat permohonan pencabutan dilakukan sebelum tanggal
diteri- ma SPT untuk Hadir oleh Wajib Pajak secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
men- cantumkan alasan pencabutan dan ditandatan- gani oleh Wajib Pajak dan dilampiri surat
kuasa khusus apabila surat permohonan tersebut ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak. surat
permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak yang merupakan atasan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
Jangka waktu penyelesaiannya paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal
diterimanya surat permohonan pencabutan keberatan.
Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) yang terkait dengan Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
2008 dan sesudahnya, pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang tidak disetujui dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, menjadi utang
pajak sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak.
3. Penyelesaian Keberatan
Setelah diterimanya surat keberatan tersebut, Kantor Pelayanan PBB akan melakukan penelitian
mengenai kebenaran persyaratan yang diberikan/ditunjukkan dalam surat keberatan.
Penelitian atas kebenaran bukti-bukti/persyaratan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak
tersebut akan menentukan bisa diproses atau tidaknya surat keberatan tersebut.
Untuk memperoleh kejelasan mengenai surat pengajuan keberatan, bila dipandang perlu Kantor
Pelayanan PBB akan/dapat melakukan peninjauan langsung atas obyek pajaknya di lapangan.
Sebelum dilakukan peninjauan di tempat obyek pajak, terlebih dahulu dikirimkan surat
pemberitahuan kepada wajib pajak/pemohon mengenai akan adanya peninjauan tersebut.
Keputusan atas permohonan keberatan wajib pajak dapat berupa diterima seluruhnya, diterima
6
6
Kantor Pelayanan PBB sebagai pihak yang menerima pengajuan surat keberatan akan
memproses penyelesaian keberatan tersebut dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak diterimanya surat keberatan.
Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan tersebut lewat dan Kepala Kantor Pelayanan
PBB belum juga atau tidak memberikan keputusan keberatan, maka pengajuan keberatan wajib
pajak itu dianggap diterima. Kemudian wajib pajak berkewajiban membayar pajak terhutang
menurut ketentuan data/bukti-bukti yang sebenarnya, seperti yang ditunjukkan dalam surat
pengajuan keberatan.
4. Banding
a. Pengertian Banding
Banding merupakan upaya dari pemohon banding untuk menyatakan rasa tidak puasnya terhadap
keputusan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pemohon termasuk kuasa hukum ingin
melakukan upaya banding ini dengan mulus dan hasilnya adalah kemenangan untuk pemohon. Ada
hal yang perlu dipahami dan disiasati oleh pemohon banding dan perlu diantisipasi dan discounter
oleh aparat pajak. Seringkali pihak yang bersengketa mempermasalahkan. Jumlah yang terutang
menjadi 0. Dengan berlakunya UU Nomor 28 tahun 2007 .
b. Syarat-Syarat Banding:
1. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang
dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding, tidak mengikat
apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan
pemohon Banding.
3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
4. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima
surat keputusan yang dibanding.
5. Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.
6. Dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding hanya
dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh
persen).
7. Pemohon banding dapat melengkapi Surat Bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang
berlaku, sepanjang masih dalam jangka waktu yang ditetapkan.
Dari sudut DJP kadang terkaget-kaget dengan keputusan pengadilan pajak. Dalam aturan
perpajakan terdahulu tentang pemberian imbalan bunga bagi wajib pajak yang diterima keberatannya
maupun bandingnya akan dikembalikan total yang dibayarkan beserta imbalan bunga sebesar 2%
perbulan, hal ini akibat ketentuan perpajakan sebelumnya mengatur bahwa setiap keberatan dan
banding tidak menunda pembayaran pajak yang terutang. Adapun imbalan bunga 2% per bulan dan
maksimal 24 bulan, artinya, dalam setahun dapat imbalan bunga sampai 24%, persentase yang besar
dibandingkan bunga deposito perbankan. Seorang konsultan pernah mengatakan pada saya
7
sehubungan dengan persentase yang besar tersebut, bahwa ada sebuah perusahaan yang membuka
Page
"divisi kasus" (divisi yang khusus menangani kasus-kasus dalam perusahaan) yang dipimpin setingkat
7
manajer dalam perusahaan lengkap dengan target dan penghasilannya (termasuk imbalan bunga
didalamnya).
Salah satu manifestasi dari asas keadilan yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah
dengan memberikan imbalan bunga kepada Wajib Pajak, sama halnya apabila Wajib Pajak salah atau
lalai dalam menjalankan kewajiban perpajakannya maka dikenakan sanksi adminstrasi baik berupa
bunga, denda, ataupun kenaikan dari jumlah kewajiban pajak yang seharusnya dibayar atau terhutang
oleh Wajib Pajak. Saat Wajib Pajak sudah menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik dan
benar, namun dalam waktu bersamaan terjadi kelebihan pembayaran pajak atas kewajiban yang
seharusnya dibayar atau terutang oleh Wajib Pajak maka akan memperoleh imbalan bunga atas
kelebihan tersebut. Dalam hal, putusan majelis adalah tidak dapat diterima apakah imbalan bunga
harus muncul. Walapun tidak dipermasalahkan oleh pemohon.
c. Putusan Banding
Putusan Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi jawaban atas
alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding. Putusan Banding merupakan putusan akhir dan
mempunyai kekuatan hukum tetap, serta bukan Keputusan Tata Usaha Negara Dalam sejarah banding,
jika dibuatkan prosentase Putusan Banding, maka sebagian besar Putusan Banding berpihak ke Wajib
Pajak. Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya
maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% sebulan,
untuk selama-lamanya 24 bulan.
Terkait dengan produk akhir dari pengadilan pajak yang berupan putusan, terdapat 6 jenis putusan
pengadilan pajak, yaitu:
a) menolak;
b) mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
c) menambah Pajak yang harus dibayar;
d) tidak dapat diterima;
e) membetulkan kesalahan tulis dan / atau kesalahan hitung; dan / atau
f) membatalkan.
8
Page
8
BAB III
KESIMPULAN
9
Page
9
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://materiperpajakkankuliah.blogspot.com/2016/03/makalah-perpajakkan-tentang-keberatan.html
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=584
http://www.pajak.net/info/tata_cara_pengajuan_keberatan_pajak.htm
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=585
10
Page
10