Anda di halaman 1dari 36

PEDOMAN

LAYANAN KLINIS

PUSKESMAS RANCAMANYAR
TAHUN 2019

LEMBAR PENGESAHAN

Disahkan oleh Revisi Tanggal

Kepala Puskesmas Rancamanyar

dr. Penie Ariestia W.A

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Rancamanyar Nomor :


440/025/SK/PKM/III/2019 bahwa pelaksanaan layanan klinis dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan pasien dan perlu memperhatikan mutu dan
keselamatan pasien maka pelayanan klinis disusun dalam pengkajian,
keputusan dan rencana layanan, serta rencana rujukan dan pemulangan
pasien yang semua rangkaian tersebut harus memiliki pedoman standar
dalam pelaksanaanya. Pedoman layanan klinis ini disusun sebagai bahan
acuan pemberi layanan klinis dalam pelaksanaan pemberian layanan agar
bermutu dan paripurna. Definisi dari layanan klinis adalah segala pemeriksaan
dan tindakan yang diberikan pada pasien sejak awal pelayanan sampai
selesai.

B. TUJUAN PEDOMAN

Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan klinis di


Puskesmas Rancamanyar dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu
dengan tujuan untuk menunjang tercapainya layanan yang paripurna dan
komprehensif dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Rancamanyar.

C. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Layanan klinis di Puskesmas Rancamanyar meliputi tata cara


pemberian layanan dan dokumentasi, yang kegiatan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana.

2
D. BATASAN OPERASIONAL

Pedoman ini dibuat untuk diterapkan di Puskesmas Rancamanyar dan


jaringannya antara lain Sub Unit Pelayanan yang ada di Puskesmas
Rancamanyar yaitu Puskesmas Pembantu, Polindes dan Posyandu.

E. LANDASAN HUKUM
Pedoman ini dibuat mengacu pada Keputusan Kepala Puskesmas
Rancamanyar Nomor : 440/025/SK/PKM/2019 Tentang Layanan Klinis.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Pelayanan klnis di Puskesmas Rancamanyar dilaksanakan oleh


dokter, dokter gigi, bidan, perawat, petugas gizi, petugas laboratorium,
petugas sanitasi, dan petugas farmasi.
Semua tenaga pemberi layanan klinis harus memiliki surat tugas
untuk melaksanakan pemberian pelayanan kepada pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan Puskesmas Rancamanyar sesuai dengan keputusan
kepala Puskesmas Rancamanyar yang sesuai dengan standar profesi masing
– masing.

B. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan klinis dilaksanakan kapan saja dan dimana saja sesuai
dengan kebutuhan pasien namun tetap mematuhi standar operasional
pelaksanaan yang telah ditetapkan.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan pelayanan obat di Puskesmas


Rancamanyar meliputi :
1. Lemari Penyimpanan Farmasi
Lemari penyimpanan farmasi harus memudahkan petugas untuk mengakses farmasi
dan menjamin keamanan obat/ farmasi baik secara fisik dan kerahasiaan
Ketersediaan rekam medis yang standar harus selalu dijamin dan tidak sampai
kehabisan karena akan mengganggu dalam pelayanan.

5
BAB IV
TATALAKSANA PENYELENGGARAAN

A. LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN


Lingkup kegiatan pelayanan klinis ini untuk melakukan tata laksana
pelayanan terhadap pasien, yaitu:
1. Pasien umum ,Pasien BPJS ( Askes PNS/TNI POLRI, Jamkesmas/Kartu
Indonesia Sehat, BPJS Mandiri, BPJS Ketenagakerjaan), Gratis (pasien
program/gratis lainnya).
2. Layanan Gawat Darurat
Kegiatan layanan klinis gawat darurat terhadap pasien ini mencakup:
a. Pendaftaran pasien dan rekam medis
b. Pengkajian, keputusan, rencana klinis pasien
c. Pelaksanaan layanan klinis pasien
d. Rencana rujukan/pemulangan pasien

B. METODE
a. Pendaftaran Pasien dan Rekam Medis
Metode yang dilakukan pada pendaftaran pasien menggunakan
metode antrian dan untuk rekam medis menggunakan metode pemberian
nomor secara unit. Metode pemberian nomor secara unit, pada pasien
datang pertama kali untuk berobat jalan maka pasien tersebut mendapat
satu nomor rekam medis. Yang mana pada nomor tersebut akan dipakai
selamanya untuk melakukan kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dan
berkas rekam medis tersebut akan tersimpan dalam satu berkas dengan
nomor pasien berdasarkan per tempat tinggal (desa) dan luar wilayah.
b. Kajian Awal Dokter atau Dokter Gigi
1. Anamnesis
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta
yang sering disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien.
Penelusuran riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya
yang merupakan faktor resiko, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan

6
riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada beberapa
penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus diperoleh
dokter dari pasien atau keluarga pasien atau keluarga pasien untuk
menguatkan diagnosis penyakit.

2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit
(pathognomosis). Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan fisik
lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh
tetap harus dilakukan oleh dokter untuk memastikan diagnosis serta
menyingkirkan diagnosis banding.

3. Penegakan Diagnosis ( Assesment)


Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit
membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis atau karena telah menjadi standar logaritma penegakkan
diagnosis. Selain itu, bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit,
diagnosis banding, dan komplikasi penyakit.

4. Rencana Penatalaksanaan Komperhensif (Plan)


Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi
pada pasien (patient centered) yang terbagi atas dua bagian yaitu
penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi. Selain itu , bagian
ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga
(family focus), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta
kapan dokter perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari
kriteria “TACC” ( Time Age-Complication Comorbidity) berikut:

7
Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada
kondisi kronis atau melewati Golsden Time Standart.
Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang
dikhawatirkan meningkatkan resiko komplikasi serta
resiko kondisi penyakit lebih berat.
Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat
kondisi pasien.
Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien.
Selain empat kriteria diatas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat
menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin
keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
5. Peralatan
Bagian ini berisi komponen fasilitas pendukung spesifik dalam penegakan
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit tersebut. Penyediaan peralatan
tersebut merupakan kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan disamping
peralatan medik wajib untuk pemeriksaan umum tanda vital.
6. Prognosis
Kategori prognosis sebagai berikut :
a. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses
kehidupan.
b. Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi
organ atau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
c. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total
sehingga dapat beraktivitas seperti biasa.
Prognosis digolongkan sebagai berikut:
a. Sanam: sembuh
b. Bonam: baik
c. Malam: buruk/jelek
d. Dubia: tidak tentu/ragu-ragu
e. Dubia ad sanam: tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik

8
f. Dubia ad malam: tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek
Untuk penentuan prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat
diagnosis ditegakkan.

c. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan. Data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a. Kumpulan Data
Kriteria :
1) Menggunakan format yang baku
2) Sistematis
3) Diisi sesuai item yang tersedia
4) Actual (baru)
5) Absah (valid)
b. Pengelompokan Data
Kriteria :
1) Data Biologis
2) Data Psikologis
3) Data Sosial
4) Data Spiritual
c. Perumusan Masalah
Kriteria :
1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan

9
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi
kehidupan pasien.
Kriteria :
a. Diagnosa Keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
b. Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan gejala/tanda
(PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata
terjadi.
e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien, kemungkinan
besar akan terjadi.
f. Dapat ditanggulangi oleh perawat.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi :
a. Prioritas masalah
Kriteria :
1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritas utama.
2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang
adalah prioritas kedua.
3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan
prioritas ketiga.
b. Tujuan Asuhan Keperawatan
Kriteria :
1) Spesifik
2) Bisa diukur

10
3) Bisa dipakai
4) Realistik
5) Ada batas waktu
c. Rencana Tindakan
Kriteria :
1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.
2) Melibatkan pasien/keluarga.
3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga.
4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat.
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.
6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dan bahasanya mudah
dimengerti.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
pasien dan keluarganya.
Kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien/keluarga.
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Menggunakan sumber daya yang ada.
f. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.
g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien.
h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.

11
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur
teknis yang telah ditentukan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
a. Setiap tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi.
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan.
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.
d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan.
e. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
6. Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria :
a. Dilakukan selama pasien di rawat inap dan rawat jalan.
b. Dapat dilakukan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan.
c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah
yang baku.
e. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan.
f. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama perawat
yang melakukan tindakan dan waktunya.
g. Menggunakan formulir yang baku.
h. Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

12
d. Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses mengambil
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan masalah kebidanan, perencanaan,
implemenasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan.
1. Pengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relefan dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian :
a. Data tepat akurat dan lengkap
b. Terdiri dari data subjekif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat
obsteri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
c. Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang)
2. Perumusan Diadnosa dan atau masalah kebidanan
Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,
menginterpretasikannnya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa
dan atau masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa atau masalah:
a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi pasien
c. Dapa diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi
ataupun rujukan
3. Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang telah ditegakkan
Kriteria perencanaan :
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien
b. Melibatkan klien atau pasien dan atau keluarga pasien
c. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga

13
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan
evidence based dan memastika asuhan yang diberikan bermanfaat untuk
klien
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya
serta fasilitas yang ada.
4. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien. Dalam
benuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Krieria :
a. Memperhaikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-
kultural
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapat persetujuan dari klien atau keluarga
klien (informed consent)
c. Melaksanakan Asuhan kebidanan berdasarkan evidence based
d. Melibakan klien/pasien dalam setiap tindakan
e. Menjaga privasi klien/pasien
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien/ pasien secara berkesinambungan
h. Menggunakan sumberdaya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai
i. Melakukan tindakan sesuai standar
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

5. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan asuhan yang telah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
Kriteria Evaluasi :
a. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien/ pasien

14
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada klien/pasien atau
keluarga pasien
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi pasien/ klien.
6. Pencatatan asuhan kebidanan
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan atau dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia ( Rekam Medis/KMS/Status pasien/Buku KIA)
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
c. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
d. O adalah data objekif, mencatat hasil pemeriksaan
e. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah pasien/ klien
f. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif ; penyuluhan, dukunagn, kolaborasi
evalusai/ follow up dan rujukan
e. Asuhan Gizi
Dalam memberikan asuhan gizi melalui proses asuhan gizi (Nutrition Care
Process), petugas gizi Puskesmas Rancamanyar dituntut mampu melakukan
proses rekam (record) data yang benar dan tepat. Sebagai dasar menentukan
format dokumentasi dalam proses asuhan gizi pasien/klien di Puskesmas maka
perlu dipahami langkah-langkah yang perlu dilakukan petugas gizi Puskesmas
dalam melakukan proses asuhan gizi di Puskesmas Rancamanyar sebagai
berikut :
1. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien
Bahwa petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi perlu
memahami tentang konsep-konsep dasar terjadinya suatu penyakit terutama
aspek patofisiologinya. Dasar pemikiran kritisnya adalah ; bahwa problem gizi

15
saling terkait dengan penyakit, ada hubungan timbal balik langsung antara
problem gizi dengan penyakit. Pemahaman ini menjadi dasar bahwa pada
prinsipnya setiap penyakit memiliki aspek patofisiologi yang penting
memberikan kontribusi terhadap timbulnya gangguan gizi pasien/klien. Maka
dalam memberikan asuhan gizi pada pasien/klien seorang petugas gizi
Puskesmas harus memahami konsep patofisiologi, etiologi, ciri-ciri perubahan
jaringan yang disebabkan penyakit dari suatu penyakit tertentu. Hal pokok yang
tidak boleh dilupakan petugas gizi Puskesmas dalam pemahaman konsep
patofisiologi adalah perlu mulai belajar memahami dari konsep patofisologi yang
mencakup berbagai gangguan metabolisme gizi yang terjadi dari suatu
penyakit. Dengan pemahaman ini maka petugas gizi Puskesmas akan bisa
memiliki dasar berpikir resiko gangguan gizi yang akan muncul dari suatu
penyakit. Pada aspek kolaborasi dengan tim asuhan yang lain baik asuhan
medis dan keperawatan ada pemahaman yang sama dalam memahami
problem kesehatan yang sedang terjadi pada pasien/klien
2. Pengkajian data (Assessment)
Assesment gizi adalah pendekatan yang kompherehensif untuk
mendifinisikan status gizi menggunakan data medis, sosial, data gizi, riwayat
penyakit/pengobatan, data fisik/klinis, antropometri dan data laboratorium.
Berikut ini merupakan uraian singkat tentang komponen-komponen data yang
perlu diorganisir sehingga memudahkan dalam pengkajian data bagi ahli gizi
Puskesmas. Dapat dilakukan dengan mengumpulkan data berikut:
a. Data Subjektif
1) Riwayat Gizi :
a) Riwayat gizi sekarang (RGS)
Keluhan yang berhubungan dg proses makan saat ini , data yang perlu dikaji
misalnya; nafsu makan, distensia, vomiting/emesis, hasil recall, dsb.
b) Riwayat gizi dahulu (RGD)
Meliputi data Food frekuensi, Kebiasaan minum, pantangan, alergi,
intoleransi, makanan yang disukai dan makanan tidak disukai, dsb

16
2) Riwayat penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan subjektif sampai saat pasien berkunjung atau masuk Puskesmas.
Biasanya data ini didapatkan dari data medical record; berhubungan dengan
informasi gejala-gejala yang dirasakan pasien sehubungan dengan
penyakitnya.
b) Riwayat Penyakit Dahulu (RPD).
Data penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya. Data ini biasanya
diambil dari dari catatan Medical record. Kebiasaan minum jamu, suplemen
gizi, riwayat pengobatan, atau komplikasi penyakit yang pernah diderita dsb.
c) Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Data penyakit yang diderita keluarga biasanya yang berhubungan dengan
penyakit pasien atau penyakit lain, biasanya data ini diambil dari catatan
medical pasien, atau ditanyakan langsung pada pasien/klien.
3) Data Sosial dan Ekonomi
Data ini menggambarkan data pekerjaan pasien/klien, jumlah pendapatan,
jumlah tanggungan keluarga, aspek pengetahuan dan sebagainya.
b. Data Objektif
1) Data Antropometri
Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari ukuran dimensi tubuh
pasien/klien termasuk; umur, berat badan, tinggi badan/panjang badan, jenis
kelamin, IMT, LLA/LiLA, indek status gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar
kepala, Triceps Skin Fold (TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar
pinggang/perut (waist circumference) dan sebagainya.
2) Data Fisik/klinis
Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap apa tidak, asli/palsu,
kemampuan mengunyah), Keadaan Umum, Kesadaran, Gejala klinis
penyakit: Pucat, Acites, oedema, warna feses, warna urin, bising usus, vital
sign/tanda-tanda vital ( tensi, temperatur, Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis
biasanya diturunkan dari catatan medik atau diamati sendiri yang
berhubungan dengan aspek gizi.

17
3) Data Laboratorium
Data laboratorium biasanya didapatkan dari pengukuran laboratorium sesuai
penyakit, atau untuk keperluan diagnosa penyakit pasien yang
terdokumentasi di dalam cacatan medik pasien.
4) Data Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan objektif lainnya yang bisa dikumpulkan di Puskesmas
ABCD adalah USG. Data pemeriksaan klinis gangguan gizi (problem gizi)
yang berhubungan dengan pemeriksaan klinis yang bisa dijadikan acuan
petugas Puskesmas didasarkan pada tanda dan gejala yang ada pada
pasien . Metode penilaian klinis didasarkan pada perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi atau kelebihan gizi,
dilakukan dengan pengamatan pada jaringan epitel (supervicial epithel
tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral/mulut. Dibawah ini
beberapa gejala klinis defisiensi atau kelebihan gizi yang bisa dijadikan
acuan petugas Puskesmas melakukan pengkajian klinik .
3. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi
Penentuan diagnosa gizi atau masalah gizi pada pasien /klien didasarkan
pada problem gizi yang bisa diperoleh dari assessment data (pengkajian
data) yang tidak normal, kemudian dijadikan kelompok problem yang
selanjutnya dijadikan diagnosa gizi dengan statement Problem (P),
etiologi/penyebab (E) dan tanda/gejala (sign/symptom) atau (S). Deskripsi
kalimat diagnosa berdasarkan pada statement terminologi diagnosa gizi (lihat
bab diagnosa Gizi) bukan mengacu pada penulisan diagnosa
penyakit/diseases dokter. Petugas gizi Puskesmas harus mulai belajar
menegakkan diagnosa gizi berdasarkan kelompok atau domain (intake, klinik
dan behavior/perilaku), sebelum melakukan proses asuhan gizi klinik di
Puskesmas.
Misalnya :
Domain Asupan :
Penderita diare : mengalami penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor
menurun, jumlah urin sedikit (< 30 ml/hari). Maka diagnosa gizinya bukan

18
dehidrasi tetapi, Kekurangan asupan cairan (P) disebabkan gangguan fisiologis
berupa peningkatan kehilangan cairan melalui diare (E) ditandai dengan
penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor kulit menurun dan jumlah urin
< 30 ml/hari (S)
4. Evaluasi Gizi
Evaluasi gizi dilakukan untuk memantau kebutuhan dan masalah gizi
pasien agar segera teratasi.

f. Asuhan Kefarmasian
Pelayanan farmasi berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan farmasi di Puskesmas Rancamanyar meliputi:
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3. Konseling
4. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Evaluasi Penggunaan Obat

1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat


Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.

19
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:


a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
d. Kontra indikasi.
e. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat,
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
a. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Petugas obat untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, perawat,
profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan

20
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:


a. Sumber informasi Obat.
b. Tempat.
c. Tenaga.
d. Perlengkapan.

3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-
tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.

21
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara petugas obat dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kriteria pasien:
1) Pasien rujukan dokter.
2) Pasien dengan penyakit kronis.
3) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
4) Pasien geriatrik.
5) Pasien pediatrik.
6) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
b. Sarana dan prasarana:
1) Ruangan khusus.
2) Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat
risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan
sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan
Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi Obat.

22
4. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping Obat.
b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:


a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Tujuan:
a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.

23
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.

Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Membuat catatan awal.
c. Memperkenalkan diri pada pasien.
d. Memberikan penjelasan pada pasien.
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.

6. Evaluasi Penggunaan Obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
a. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
b. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

g. Asuhan Sanitasi
Asuhan saniasi adalah suatu upaya atau kegiatan pemberian layanan saniasi
yang mengintegrasikan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif yang
difokuskan pada penduduk yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah

24
penyakit berbasis lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan
aktif di dalam dan di luar gedung.
Sasaran program klinik sanitasi meliputi:
1) penderita penyakit (pasien) yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan (yang datang ke puskesmas atau yang diketemukan di lapangan);
2) masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan
(yang datang ke puskesmas atau yang menemui petugas klinik sanitasi di
lapangan);
3) lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan masyarakat
sekitarnya.
Asuhan saniasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung
puskesmas oleh petugas sanitasi dibantu oleh petugas kesehatan lain dan
masyarakat.
Kegiatan dalam gedung difokuskan pada identifikasi penyakit yang diderita
pasien, kegiatan konseling, penyuluhan dan membuat perjanjian untuk
kunjungan rumah.
Kegiatan di luar gedung berupa kunjungan rumah. Kegiatan tersebut
meliputi inspeksi sanitasi lingkungan tempat tinggal pasien, penyuluhan yang
lebih terarah kepada pasien, keluarga dan tetangga sekitar. Inspeksi sanitasi
lingkungan bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan dan ketepatan
jenis intervensi yang akan dilakukan.
Strategi operasional dari program sanitasi meliputi:
1. Inventarisasi masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis
lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat dengan cara pengumpulan data
dan pemetaan yang berkaitan dengan penyakit, perilaku, sarana sanitasi,
dan keadaan lingkungan.
2. Mengintegrasikan intervensi kesehatan lingkungan dengan program terkait di
puskesmas dalam rangka pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.
3. Menentukan skala prioritas penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
penanganan masalah kesehatan lingkungan

25
dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada dengan
melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait, baik dalam lingkup
kabupaten maupun puskesmas.
4. Menumbuh kembangkanperan serta masyarakat melalui kemitraan dengan
kelembagaan yang ada.
5. Membentuk jaringan kerjasama antar kabupaten/kecamatan yang
merupakan satuan ekologis atau satuan epidemiologis penyakit.
6. Menciptakan perubahan dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,
serta menumbuhkan kemandirian masyarakatmelalui upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
7. Mengupayakan dukungan dana dari berbagai sumber antara lain
masyarakat, swasta, pengusaha, dan pemerintah.

h. Asuhan Laboratorium
1. Metode
a. Jika pasien berada di ruang UGD/Rawat Inap
1) Petugas mengambil atau menerima sample/bahan sesuai dengan form
permintaan pemeriksaan yang telah di tulis oleh perawat jaga
2) Petugas jaga membawa sample/bahan yang telah di peroleh ke ruang
laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan
b. Jika pasien berasal dari poli rawat jalan
1) Petugas menerima form permintaan pemeriksaan laboratorium dari pasien
2) Petugas menyapa pasien sembari menerima form permintaan pasien
3) Petugas memanggil pasien sesuai urutan sembari menanyakan identitas
pasien yang tercantum dalam form permintaan laboratorium
4) Petugas menjelaskan pemeriksaan apa yang akan dilakukan
5) Petugas menerima atau mengambil sample/bahan pada pasien sesuai
prosedur pengambilan sample
6) petugas menginformasikan lamanya waktu yang diperlukan dalam
pemeriksaan tersebut
7) Petugas segera menganalisa bahan/sample yang telah di peroleh

26
8) Data pasien pada form permintaan pemeriksaan laboratorium dicatat pada
buku register laboratorium
c. Penerimaan spesimen
1) Petugas poli/UGD/rawat inap memeriksa dan mendata pasien yang akan
periksa di laboratorium
2) Petugas poli/UGD/rawat inap mengarahkan pasien dan keluarga untuk
datang ke laboratorium dengan menyertakan form permintaan pemeriksaan
laboratorium
3) Petugas melakukan pengambilan specimen sesuai jenis pemeriksaan yang
diminta
4) Petugas menampung spesimen pada tempatnya dan diberi label sesuai
identitas pasien yang meliputi nama, alamat, jenis kelamin, dan tanggal
pengambilan specimen
5) Petugas segera membawa sample ke ruang laboratorium berserta form
permintaan pemeriksaan
6) Petugas laboratorium memeriksa kesesuaian identitas yang tertera pada
specimen dengan data diri pasien yang tertera pada formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium

C. LANGKAH KEGIATAN
Tata laksana pelayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya dikerjakan
secara team work, dilakukan sesuai pelayanan klinis dokter, asuhan keperawatan,
asuhan kebidanan, dan terdokumentasikan dengan baik.
a. Pendaftaran pasien
Pada proses pendaftaran pasien dipandu dengan prosedur yang jelas dan
dilakukan oleh petugas pendaftaran. Identitas pasien harus dipastikan
minimal dengancara identifikasi, yaitu : nama pasien, tanggal lahir, alamat dan
nomor rekam medis.
Adanya informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi
lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi : tarif, jenis, dan informasi
tentang kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat
disediakan di tempat pendaftaran. Hak dan kewajiban pasien harus
diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari
pendaftaran.
1. Hak-hak pasien meliputi:
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku.

27
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
d. Memperoleh layanan yang efektif dan efisein sehingga terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
e. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
f. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP).
g. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
h. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnose dan tata cara tindakan
medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.
i. Memberi persetujuan atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
yang akan diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai
tindakan tersebut secara lengkap dengan pengecualian yang diatur
dalam ketentuan undang-undang.
j. Didampingi keluarganya atau penasehatnya dalam keadaan kritis.
k. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama berobat di
puskesmas pekauman.
l. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan puskesmas terhadap
dirinya.
2. Kewajiban pasien meliputi:
a. Mentaati segala peraturan dan tata tertib di puskesmas pekauman.
b. Mematuhi segala instruksi Dokter dan tenaga paramedis (perawat,
bidan, gizi dan kesling) dalam pengobatannya.
c. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit
yang diderita kepada dokter yang merawat.
d. Membayar restribusi sesuai perda atas jasa pelayanan puskesmas.

28
e. Mematuhi hal-hal yang telah disepakati/diperjanjikan.

Melakukan identifikasi kendala fisik, Bahasa, dan budaya serta penghalang


lain dan ditindak lanjuti.

b. Pengkajian , keputusan dan rencana layanan


Pengkajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang
kompeten melakukan pengkajian. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian
keperawatan, kajian kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan
sesuai dengan kebutuhan dan diidentifikasi serta dicatat dalam rekam medis
dengan langkah SOAP. Proses kajian tersebut mengacu pada standar profesi
masing-masing profesi. Dimana proses pelaksanaan pelayanan klinis ini
harus didukung oleh peralatan dan tempat yang memadai dan menjamin
keamanan bagi petugas dan pasien. Untuk tiap pasien rencana layanan yang
disusun dikelola dengan rencana layanan terpadu dan berkesinambungan
dan melibatkan pasien serta mempertimbangkan tata nilai budaya pasien.
Pemberian infomasi mengenai efek samping dan resiko pelaksanaan layanan
dan pengobatan diberitahukan kepada pasien begitu juga hal-hal yang
memuat pendidikan. Dan penyuluhan pasien dilakukan dalam rencana
layanan klinis. Semua hal yang dilakukan selama pengkajian dicatat di rekam
medis.
Pada pasien dengan kondisi gawat datau darurat harus diprioritaskan dalam
pelayanan berdasarkan SOP triase/pedoman triase. Adanya pembentukan
tim kesehatan antar profesi diperlukan bila dilakukan pelayanan klinis secara
tim.
Pendelegasian wewenan pada layanan klinis diperlukan untuk diperlukan
agar terjaga kesinambungan pelayanan dan pelayanan terjaga dan tertata
dengan baik sehinggga penanganan pasien dapat dilakukan dengan baik.
Namun dalam pelaksanaan pendelegasian wewenan baik dalam kajian
maupun keputusan layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian
wewenan dan pendelegasian wewenan diberikan kepada tenaga kesehatan

29
profesional yang memenuhi persyaratan dimana diatur dalam SOP
pendelegasian wewenang.
c. Pelaksanaan layanan;
Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan
klinis (pelayanan medis, keperawatan, kebidanan dan pelayanan profesi
kesehatan yang lain) sesuai dengan rencana layanan dan perkembangan
serta perubahan rencana layan tercatat dalam rekam medis oleh tenaga
medis/paramedic dan profesi kesehatan lainnya. Pelaksanaan layanan ini
dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari pengulangan
yang tidak perlu. Dalam pelaksanaan layanan klinis ini, pasien dimonitor,
dievaluasi, dan ditindak lanjut.
Bila dalam pelaksanaan layanan dilakukan tindakan medis/pengobatan
yang beresiko (Anestesi, pembedahan dan tindakan lainnya) maka dilakukan
pemberian informasi kepada pasien dan adanya persetujuan pasien (pasien
mengisi from informed consent) serta didokumentasikan pada rekam medis.
Pasien berhak untuk menolak pengobatan, berhak untuk menolak jika dirujuk
ke sarana kesehatan lain. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau
rujukan, maka pasien diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat
keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut.
Kasus-kasus gawat darurat harus diperioritaskan dan dilaksanakan
sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat dan kasus-kasus beresiko
tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus beresiko
tinggi. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya
infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencengahan
(kewaspadaan universal). Pemberian obat/cairan intravena harus
dilaksanakan dengan prosedur pemberian obat /cairan intravena yang baku
dan mengikuti prosedur aseptic. Untuk pelayanan anestesi local dan
pembedahan harus dipandu dengan SOP Anestesi dan pembedahan serta
dilaksanakan oleh petugas yang kompeten. Status pasien wajib dimonitor
setelah pemberian anestesi dan pembedahan.

30
Dalam pelaksanaan pelayanan ini tenaga medis/paramedis/tenaga
kesehatan lainnya harus memperhatikan hak dan kewajiban pasien serta
mengidentifikasi keluhan pasien dn tindak lanjutnya.
d. Rencana rujukan dan rawat jalan (pemulangan)
Dokter yang menangani bertanggungjawab untuk melaksanakan proses
rawat jalan (pemulangan) ataupun proses rujukan. Adanya umpan balik dari
fasilitas rujukan, maka dokter yang menangani wajib menindaklanjuti. Pada
rujukan pasien ditulis resume klinis. Resume klinis meliputi: nama pasien,
kondisi klinis, prosedur/tindakan dan terapi yang telah dilakukan, dan
kebutuhan akan tindak lanjut dan diberi informasi pilihan tempat rujukan
pasien untuk pasien umum atau BPJS (berdasarkan ketentuan yang berlaku
untuk tempat rujukan BPJS).
Kriteria merujuk pasien meliputi:
1) Dari hasil pemeriksaan, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak
dapat diatasi di Puskesmas
2) Dari hasil pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan penunjang medis
di Puskesmas ternyata tidak mampu diatasi
3) Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis/subspesialis di Rumah
Sakit berdasarkan keadaaan penyakit yang diderita pasien
4) Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang
tidak tersedia di fasilitas pelayanan puskesmas
5) Apabila telah diobati berulang kali di puskesmas ternyata pasien
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan di sarana kesehatan yang
lebih mampu
Pada saat pemulangan (rawat jalan), pasien/ keluarga pasien diberi
informasi tentang tindak lanjut layanan.

31
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan alat – alat untuk pemberian layanan klinis di Puskesmas Rancamanyar


diperoleh dari penanggung jawab sarana prasarana yang sebelumnya sudah
mengajukan pengadaan ke Dinas Kesehatan, sedangkan kebutuhan obat – obatan untuk
pemberian layanan klinis di Puskesmas Rancamanyar diperoleh dari penanggung jawab
obat setelah sebelumnya memasukkan permintaan ke GFK dan sebagian melakukan
pengadaan sendiri oleh Puskesmas Rancamanyar.

32
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (pasien safety) secara sederhana di defenisikan sebagai


suatu upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien. Konsep keselamatan
pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan terpadu.
Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien :
1.Memastikan identitas pasien untuk menghindari kesalahan tindakan atau pengobatan
terhadap pasien
2. Memberikan asuhan sesuai dengan kasus pasien
3. Menjaga privasi pasien
4. Melengkapi catatan tenaga klinis sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan
5. Membuat system identifikasi dan pelaporan kejadian tidak diharapkan.

33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan klinis


perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan Puskesmas dengan melakukan
identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan pelayanan klinis. Upaya pencegahan resiko terhadap kemungkinan
yang dapat terjadi harus dilakukan di unit-unit layanan klinis. Keselamatan kerja
adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungannya. Mengacu
pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non
medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja diantaranya:
a. Tersedianya APD yang memenuhi standar serta dapat menggunakannya
dengan benar baik itu masker, penutup kepala, kaos tangan, skort/apron,
kacamata, pelindung kaki, dan sebagainya.
b. Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan non
infeksius serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun
spuit bekas.
c. Aturan untuk tidak melakukan recuping jarum suntik setelah dipakai ke pasien.
d. Setiap petugas medis menganggap bahwa setiap pasien dapat menularkan
penyakit sehingga unsur keselamatan kerja dapat terus dilaksanakan.

34
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian Mutu Layanan Klinis merupakan kegiatan untuk mencegah


terjadinya masalah atau mencegah terjadinya kesalahan dalam penanganan pasien
kebidanan yang bertujuan untuk keselamatan pasien. (patient safety).
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan :
1. Unsur masukan (input) yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, Standar
Prosedur Operasional.
2. Unsur Proses,yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi dan kerjasama.
3. Unsur Lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu layanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Rancamanyar yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu penyelenggaraan layanan klinis meliputi :
1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu sesuai standar.
2. Pelaksanaan,yaitu :
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu :
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

35
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan klinis di Puskesmas
Rancamanyar dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk
menunjang tercapainya layanan yang paripurna dan komprehensif dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Rancamanyar. Untuk keberhasilan
penanganan klien/pasien di Puskesmas Rancamanyar ini diperlukan komitmen dan
kerjasama semua pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan layanan
klinis di Puskesmas Rancamanyar semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya
oleh pasien dan masyakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas
Rancamanyar dan kepuasan pasien atau masyarakat.

36

Anda mungkin juga menyukai