Anda di halaman 1dari 1

Halaman 75 - 76

Epistemologi Islam dan epistemologi Barat melahirkan konsekuensi. Pertama konsekuensi


pembangunan ilmu dan klasifikasinya , ilmuwan barat lebih menekankan pengembangan ilmu
kealaman sedangkan ilmuwan Muslim pramoderen tidak hanya mengembangkan ilmu kealaman
,akan tetapi juga ilmu metafisika. Ilmuwan barat pada era modern, hanya mengenal satu jenis
rumpun ilmu yaitu ilmu-ilmu kealaman pada tahap berikutnya memiliki rumpun ilmu social dan
ilmu humaniora. Sedangkan ilmuwan Muslim, sejak awal sudah mengenal klasifikasi ilmu yang
komprehensif dan disusun secara hirarkis : ilmu metafisika yang menempati posisi tertinggi antara
lain otologi, kosnologi, teologi, eskatalogi, dan disusul pada posisi menengah, mencakup antara
lain aritmatika, geometri, aljabar, trigonometri dan music, dan terakhir rumpun ilmu fisika
mencakup fisika, kimia, geologi, geografi, biologi, astronomi dan optika
Kedua, konsekuensi pada penyikapan terhadap alam sebagai objek ilmu. Ilmuwan barat
menganggap alam sebagai realitas otonom tanpa campur tangan Tuhan ,sedangkan ilmuwan
Muslim menganggap alam sebagai tanda tanda Tuhan. Ilmuwan besar seperti Charles Darwin ,
Pierre Simin de Laplace, dan Sugmund Freud, dengan pengetahuan yang mendalam tentang
fenomena alam mereka menolak keberadaan Tuhan, sedangkan ilmuwan Muslim yang
meneguhkan keberadaan Tuhan. Jalal al-Din Rumin, misalnya, yang sama sama berteori seperti
Darwin, yang menjadikan tuhan sebagai ‘Sebab Asal’ dan ‘Cinta Alam’ sebagai sebab derivative
dari evolusi alam. Berbeda dengan Darwin yang beranggapan evolusi merupakan hokum seleksi
alamiah yang berjalan sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Misal lain, al-Biruni, yang menyatakan
bahwa alam tidak lain adalah daya-daya yang mengatur segala sesuatu menurut rencana ilahi yang
tidak mengenal kesia-siaan. Ini jelas berbeda dengan Laplace yang menyatakan bahwa alam dapat
dijelaskan tanpa melibatkan Tuhan

Anda mungkin juga menyukai