Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ±
50% pasangan infertil untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas
di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau
”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan
sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi
bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah : faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi
33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%. Hal ini
berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa
endometriosis yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak
mengetahui dengan jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis
paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui,
namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada
wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis
sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui
penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada
wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.
Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun.
Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah
ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh
karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia
menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan
angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan
di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang
negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari
golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa
endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur

1
muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara
siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting
di dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali
Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka
kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas
sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian
endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita
usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di
Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil.
Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari
berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis
pada wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai
salah satu penyebab dari infertilitas.
1.2. Tujuan
Umum :
Khusus :

BAB II

2
TINJAUAN KONSEP
2.1. Pengertian
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan
endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus,
atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak
jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal
endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim.
Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan
endometrium diluar uterus.Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium yang masih dapat berfungsi terdapat diluar kavum uteri.
2.2. Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari
endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi,
keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini
didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan
derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15
adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40
adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).
Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS
Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm
Peritoneum Permukaan 1 2 4
Dalam 2 4 6
Ovarium Kanan Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Kiri Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum douglas Sebagian Komplit
4 40
Ovarium Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tuba Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16

3
2.3. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain :
1) Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2) Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3) Menstruasi yang lama (>7 hari)
4) Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
5) Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
6) Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
7) Terpapar Toksin dari lingkungan. Biasanya toksin yang berasal dari
pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah
medis dan sampah-sampah perkotaan.
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi
retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus
selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan
organ-organ lain.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan
teori berikut :
1) Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi
bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut
dan tumbuh di dalam rongga panggul atau perut.
2) Teori sistem kekebalan
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi
tumbuh di daerah selain rahim.
3) Teori genetic
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan
kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.

2.4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1) Nyeri
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareunia
d. Nyeri ovulasi
e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan
nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2) Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi

4
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum
menstruasi atau di akhir menstruasi
3) Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b. Darah pada feces
c. Diare, konstipasi dan kolik
2.5. Komplikasi
Komplikasi dari endometriosis meliputi :
1) Internal jaringan parut
2) Adhesi
3) Panggul kista
4) Kista coklat ovarys
5) Rupture kista
6) Diblokir usus atau usus obstruksi
Infertilitas dapat terkait dengan pembentukan parut dan distorsi
anatomi karena endometriosis, namun endometriosis juga dapat
mengganggu dengan cara yang lebih halus : sitokin dan bahan kimia
mungkin akan dirilis yang mengganggu reproduksi. Komplikasi dari
endometriosis termasuk usus dan obstruksi saluran kemih akibat
perlengketan pelvis. Juga, peritonitis dari perforasi usus dapat terjadi.
2.6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya
endometirosis, antara lain :
1) Uji serum
a. CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang

b. Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
c. Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2) Teknik pencitraan
a. Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan
sensitifitas 11%
b. MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
c. Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
2.7. Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja,
terapi hormonal, pembedahan dan radiasi
1) Pencegahan

5
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang
paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang
berkurang atau hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi
endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya
perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya
diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik
terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah
endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar
atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga
panggul.
2) Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan
gejala-gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak
berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena
sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama
dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai
persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai
anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada
observasi seperti yang diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara
periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya dan jika perlu
mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi ini dapat diberi
pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa
nyeri.
3) Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat Efek samping
Pil KB Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu
kombinasi makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan
estrogen- diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam
progestin
Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana
hati, depresi, vaginitis atrofika
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan

6
rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan
kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara
mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati,
sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan
suasana hati

4) Pembedahan
Ada 2 macam yaitu :
a. Konservatif : Laparatomi dan Laparaskopi
b. Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan
dengan Laparotomi, yakni :
a. Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika
dilaparotomi sekitar 5 hari.
b. Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat
kembali sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c. Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis
yang umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang
luas disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah histerektomi
total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang
endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun
dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan
ovarium yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul
gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi
kecepatan timbulnya osteoporosis.
5) Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi
cara ini tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap
pembedahan.
2.8. Patofisiologi
Endometriosisdi pengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih

7
besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti
hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh.
Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan
progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.
Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis
ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron
dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme
tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun
menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat
seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba
falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena
itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai
endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa,
sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional
tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat
dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin,
maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini
juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen
dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan
menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan,
penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi atau perlekatan di
dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis
tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi,
BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar
uterus dan tuba fallopii.

8
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan
adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk
membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertil pada endometriosis.

2.9. Pathway

Etiologi : Regurgitasi Kadar estrogen


trastubal, celomic meningkat dan
metaplasia doctrin, progenteron
diseminasi limfatik dan menurun
hematogen
Jaringan endometrium
palsu menebal

Kadar estrogen menurun Endometeriosis Jika terjadi


dan progesterone pembuahan
meningkat
Kehamilan
Jaringan endometrium ektopik
palsu nekrotik
Kehamilan ektopik
Perdarahan dipelvic terganggu

Syok Dismenorhe PK : Berduka


Hipovolemik

Nyeri
Kurang
Adhesi atau Penggumpalan pengetahuan
perlekatan darah dipelvic

Didinding dan Disekitar


permukaan pelvic uterus dan
tuba fallopi
Nyeri abdomen
saat BAB dan Uterus retroversi, gerakan
BAK, saat spontan ujung-ujung
berhubungan seks fimbrae untuk membawa
ovum ke uterus terhambat
Perubahan
pola 9
seksual
Infertilitas Gangguan
Citra Tubuh
Harga Diri
Rendah

2.10. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke
daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena
limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Dysmenore primer ataupun sekunder
2) Nyeri saat latihan fisik
3) Dispareun
4) Nyeri ovulasi
5) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha,
dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi.
6) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan
seksual
7) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
8) Hipermenorea
9) Menoragia
10) Feces berdarah
11) Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
12) Konstipasi, diare, kolik
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar)
yang menderita endometriosis.
d. Riwayat obstetri dan menstruasi

10
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek,
darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum
menstruasi atau di akhir menstruasi.
2. Pemeriksaan Fisik Umum
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya
gejala fokal siklik pada daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan
dilakukan untuk mencari penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas
dan dalam. Endometrioma pada parut pembedahan dapat berupa
pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain
seperti granuloma, abses dan hematoma.
3. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1) Risiko Syok
NOC NIC
Tujuan : Shock Management : Volume
setelah dilakukan intervensi
(4258)
keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Monitoring status
risiko syok hipovolemi berkurang. hemodinamik (ex : HR, TD,
MAP, CVP).
Kriteria Hasil :
2. Monitoring pola nafas untuk
Shock Severity Hipovolemic
mengidentifikasi gejala
(0419)
1. Tingkat kehilangan darah. edema paru.
2. Reaksi transfusi darah. 3. Monitoring suara nafas
3. Status sirkulasi
tambahan.
4. Status respirasi :
4. Monitoring suara jantung
pertukaran gas
tambahan.
5. Tingkat keparahan trauma :
5. Monitoring adanya edema
laserasi, fraktur pelvis.
periferal.
6. TTV kembali dalam batas
6. Monitoring hasil laboratorium
normal.
(hemokonsentrasi : Hct,
7. Kulit tidak lagi dingin.
BUN, kreatinin serum).
7. Monitoring intake output
cairan.
8. Kolaborasi pemberian obat
untuk mengurangi
pengeluaran cairan (ex :
Furosemid, spironolakton).
9. Monitoring efek samping
pemberian obat-obatan.
10. Manajemen infus IV (ex:

11
cairan, Pocket RBC) hindari
penggunaan cairan
hipotonik.
11. Berikan posisi kepala
ditinggikan agar
meningkatkan ventilasi.
12. Monitoring kembali
perdarahan peritoneal untuk
mengidentifikasi adanya
komplikasi.

2) Nyeri Akut

NOC NIC
Tujuan : Pain Management (1400)
Setelah dilakukan perawatan 1 x 24 1. Kaji nyeri secara
jam klien melaporkan nyeri komprehensif meliputi
berkurang atau hilang. lokasi, karakteristik, onset,
frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil :
Pain Control (1605) intensitas atau beratnya
Pain Level (2102)
nyeri dan faktor presipitasi.
1. Nyeri terkontrol yang dilihat
2. Observasi ekspresi klien
dari indikator :
secara non verbal agar
1) Klien menuliskan gejala
mengetahui tingkat nyeri.
nyeri berkurang (skala 1-
3. Kolaborasi pemberian
5).
analgesik sesuai advis
2) Klien dapat menjelaskan
dokter dan monitoring
faktor penyebab nyeri.
3) Klien dapat mengetahui respon klien.
4. Kaji pengetahuan dan
intervensi yang
perasaan klien mengenai
dilakukan untuk
nyerinya.
mengurangi nyeri
5. Ajak klien untuk mengkaji
(farmaka dan non
faktor yang dapat
farmaka).
memperburuk nyeri.
4) Klien melaporkan
6. Kaji dampak nyeri terhadap
perubahan gejala nyeri
kualitas hidup klien (ADL).
yang terkontrol pada tim 7. Kontrol faktor lingkungan
medis. yang dapat mempengaruhi
5) Klien mengetahui onset
ketidaknyamanan klien.

12
nyeri. 8. Ajarkan teknik
2. Level Nyeri
nonfarmakologi (relaksasi,
1) Laporan nyeri.
2) Durasi nyeri. terapi musik, distraksi,
3) Ekspresi wajah klien.
terapi aktifitas, masase).
4) Tidak terjadi diaporesis.
9. Observasi respon klien
3. TTV dalam batas normal
setelah dilakukan tindakan
(TD: 120/80 mmHg, Nadi:
pengontrol nyeri.
16-20 x/menit).

3) Ansietas

NOC NIC
Tujuan : Anxiety Reduction (5820)
Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
keperawatan selama 1 x 24 jam menenangkan.
2. Nyatakan dengan jelas
kecemasan klien teratasi.
harapan terhadap pelaku
Kriteria Hasil :
pasien.
Anxiety Control (1211)
3. Jelaskan semua prosedur
1. Klien mampu
dan apa yang dirasakan
mengidentifikasi dan
selama prosedur.
mengungkapkan gejala
4. Temani pasien untuk
cemas.
memberikan keamanan
2. Mengidentifikasi,
dan mengurangi takut.
mengungkapkan dan
5. Berikan informasi faktual
menunjukkan teknik untuk
mengenai diagnosis dan
mngontrol cemas.
tindakan prognosis.
3. Vital sign dalam batas
6. Libatkan keluarga untuk
normal.
mendampingi klien.
4. Postur tubuh, ekspresi
7. Instruksikan pada pasien
wajah, bahasa tubuh dan
untuk menggunakan teknik
tingkat aktivitas menunjukkan
relaksasi.
berkurangnya kecemasan. 8. Dengarkan dengan penuh
perhatian.
9. Identifikasi tingkat
kecemasan.
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan.
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,

13
ketakutan, dan persepsi.
12. Kelola pemberian obat
anti-cemas.

4) Kurang Pengetahuan

NOC NIC
Tujuan : Teaching : Disease Process (5602)
Setelah dilakukan asuhan 1. Review pengetahuan klien
keperawatan 1 x 24 jam klien tentang penyakitnya.
2. Sediakan informasi kepada
mengetahui tentang penyakitnya.
klien tentang keadaannya.
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi dan jelaskan
Knowledge : Acute Illness
perubahan fisik yang dialami
Management (1844)
klien.
1. Klien mengetahui
4. Deskripsikan proses penyakit
penyebab dan pemicu
kepada klien.
penyakitnya. 5. Jelaskan tentang tanda dan
2. Klien mengetahui gejala
gejala penyakit pasien.
dan tanda penyakitnya. 6. Identifikasi penyebab yang
3. Klien mengetahui gejala
mungkin melatarbelakangi
dan tanda komplikasi.
timbulnya penyakit.
4. Klien mengetahui pilihan
7. Diskusikan tentang pilihan
terapi untuk penyakitnya.
terapi yang memungkinkan
berikut rasional dari terapi
tersebut.
8. Deskripsikan komplikasi-
komplikasi yang dapat timbul.

5) Risiko Harga Diri Rendah Situasional

NOC NIC
Tujuan : Assertiveness Training (4340)
Setelah dilakukan asuhan Self-Esteem Enhancement
keperawatan selama 3 x 24 jam (5400)
1. Bantu klien mengenali dan
harga diri klien dalam keadaan yang
mengurangi pemikiran
baik.
yang menyimpang.
Kriteria hasil : 2. Motivasi klien untuk
Self Esteem (1205)
mengekspresikan
1. Mempertahankan kontak
perasaan dan pikirannya.

14
mata. 3. Bantu mengidentifikasi
2. Mempertahankan postur
pemikiran yang
tubuh yang tegak.
menjatuhkan diri sendiri.
3. Verbalisasi penerimaan diri.
4. Pujilah usaha klien dalam
4. Penerimaan terhadap
mengungkapkan perasaan
keterbatasan.
5. Komunikasi yang terbuka. dan idenya.
6. Percaya diri yang baik. 5. Dorong pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan.
6. Bantu pasien untuk
menemukan penerimaan
dirinya.
7. Bantu pasien
mengidentifikasi respon
positif orang lain.
8. Terus monitor adanya
verbalisasi negative klien.

6) Ketidakefektifan pola seksual

NOC NIC
Tujuan : Sexual Counseling (5248)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Lakukan bina hubungan saling
selama 3 x pertemuan pola seksual pada percaya dengan klien.
2. Tawarkan kontrak waktu
klien menjadi efektif.
pertemuan dengan klien.
3. Sediakan lingkungan yang aman
Kriteria Hasil :
dan jaga kerahasiaan klien.
Sexual Identity (1207) 4. Kumpulkan data-data tentang
Sexual Function (0119) masalah seksual klien, baik
7) Potensi yang mungkin riwayat, keadaan saat ini, dan
terjadi selama kegiatan apa saja yang sangat
berhubungan seks. mengganggu klien.
8) Strategi berhubungan seks 5. Sediakan informasi faktual
yang aman. mengenai masalah seksual klien.
9) Melaporkan masalah 6. Dengarkan apa saja yang
kesehatan dalam menjadi keluhan klien (usahakan
berhubungan intim. lebih sering mendengar).
10) Mencegah kegiatan yang 7. Berikan suasana yang humoris

15
dapat beresiko selama konseling.
mengganggu kegiatan
seks.

BAB III
PEMBAHASAN
Efektifitas Senam Dismenore dalam Dismenore
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff (2005)
sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering
bersamaan dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual,
muntah, diare dan tremor. Dismenore dapat mendahului menstruasi beberapa
hari atau dapat bersamaan dengan menstruasi, dan biasanya menghilang
dengan berhentinya menstruasi.
Penyebab nyeri haid bisa bermacam-macam, bisa karena suatu proses
penyakit (misalnya nyeri radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan
uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, dan stress atau kecemasan
berlebihan. Akan tetapi, penyebab yang tersering nyeri haid diduga karena
terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungannya dengan
organ reproduksi.
Hubungan antara dismenore dengan endometriosis masih tidak jelas.
Endometriosis mungkin asimtomatik, atau mungkin bersamaan dengan nyeri
pelvik yang tidak terbatas pada masa menstruasi dan pada bagian pelvik anterior
bawah. Pada suatu studi dari wanita yang mengalami sterilisasi efektif, tidak
terdapat perbedaan antara wanita dengan maupun wanita tanpa endometriosis.

16
Meskipun begitu, suatu studi observasional pada wanita yang dilakukan
laparoskopi untuk infertilitas mendukung adanya hubungan antara dismenore
dan keparahan dari endometriosis.
Beberapa teori mengatakan latihan-latihan olahraga yang ringan sangat
dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga atau senam merupakan salah
satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini
disebabkan saat melakukan olahraga atau senam tubuh akan menghasilkan
endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang.
Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak
sehingga menimbulkan rasa nyaman
Olahraga atau senam dismenore ini merupakan salah satu teknik
relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin.
Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang.
Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini
dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang
melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk
mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat
meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah.
Sehingga, semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin
tinggi pula kadar b-endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga/senam,
maka b-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam
hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi.
Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa
nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual,
tekanan darah dan pernafasan. Sehingga olahraga atau senam akan efektif
dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri dismenore.
SOP SENAM DISMENORE
STANDAR
OPERASIONAL SENAM DISMENOREA
PROSEDUR
PENGERTIAN Senam dismenorea merupakan gerakan senam untuk
membebaskan rasa nyeri haid

TUJUAN Sebagai pedoman kepada instruktur/ tenaga kesehatan


yang bertugas sebagai pemandu senam dalam memberikan
terapi nonfarmakologi (senam) kepada klien dengan nyeri

17
dismenoea

REFERENSI Istiqomah. (2009). Dipetik 10 2016, dari Efektivitas


dismenore dalam mengurangi dismenore di
SMUN 5 Semarang: eprint.undip.ac.id/9253/

Laila, N. N. (2011). Buku pintar menstruasi. Jogjakarta:


Buku Biru

PROSEDUR Langkah-langkah Waktu


(30 menit)
Persiapan 3 menit
1. Persiapan tempat: usahakan
pemilihan tempat yang luas
seperti ruangan yang besar
namun tidak terpapar langsung
oleh angin.
2. Pakailah pakaian yang
menyerap keringat
3. Berikanlah penjelasan kepada
klien tentang cara pelaksanaan
senam dismenorea
Pelaksanaan 4 menit
Gerakan Pemanasan
1. Tarik nafas dalam melalui
hidung, sampai perut
menggelembung dan tangan
kiri terangkat. Tahan sampai
beberapa detik dan
hembuskan lewat mulut.
2. Kedua tangan di pinggang,
tunduk dan tegakkan kepala
(2x8 hitungan)
3. Kedua tangan di pinggang,
tempelkan telinga ke pundak
ke kiri-ke kanan (2x8 hitungan)
4. Kedua tangan di pinggang,
tengokan kepala ke kanan-kiri
(2x8 hitungan)

18
5. Putar bahu bersamaan
kedunya (2x8 hitungan)
Gerakan inti
Gerakan badan kesatu :
4 menit
1. Berdiri dengan tangan
direntangkan ke samping dan
kaki direnggangkan kira-kira
30-35 cm.
2. Bungkukkan di pinggang dan
berputar ke arah kiri, mencoba
menjamah kaki-kiri dengan
tangan kanan tanpa
membengkokkan lutut.
3. Lakukan hal yang sama
dengan tangan kiri menjamah
kaki kanan.
4. Ulangi masing-masing posisi
sebanyak empat kali.

Gerakan badan kedua :


1. Berdirilah dengan tangan di 5 menit
samping dan kaki sejajar.
2. Luruskan tangan dan angkat
sampai melewati kepala. Pada
waktu yang sama sepakkan
kaki kiri dengan kuat ke
belakang.
3. Lakukan bergantian dengan
kaki kanan.
4. Ulangi masing-masing posisi
sebanyak empat kali
Gerakan badan ketiga :
1. Menguatkan bokong: 3 menit
berlututlah diatas satu kaki
dengan bertumpu pada kedua
tangan. Angkat kaki yang lain
dan dorong sejauh mungkin ke
arah samping.

19
2. Pertahankan posisi tersebut
sampai hitungan 8.
3. Lakukan hal tersebut masing-
masing pada kaki kiri dan
kanan.
Gerakan badan keempat : 3 menit
1. Bungkukan tubuh dengan
kedua kaki rapat. Gunakan
salah satu kaki hingga kaki
terbuka lebar.
2. Pertahankan posisi tersebut
sampai hitungan 8.
3. Lakukan hal tersebut masing-
masing pada kaki kiri dan
kanan.
Gerakan badan kelima :
1. Berbaringlah dengan bertumbu 5 menit
pada salah satu sisi badan.
Tekuk pinggul dan lutut.
Rebahkan satu kaki di lantai
dan angkat kaki yang satunya.
Gerakan kaki naik turun.
Lakukan hal tersebut sampai
hitungan 8 masing-masing
pada kaki kiri dan kanan.
2. Masih dalam keadaan
berbaring, lalu tarik kedua lutut
ke arah dada dengan bantuan
tangan. Gunakan kekuatan
tangan. Biarkan punggung
bawah rileks dan meregang.
Lakukan posisi ini sampai
hitungan 8.
3. Berbaring lagi dengan
bertumbu pada sisi badan
yang satunya. Rebahkan satu

20
kaki di lantai dan angkat kaki
yang satunya. Gerakan kaki
naik turun. Lakukan hal
tersebut sampai hitungan 8
masing-masing pada kaki kiri
dan kanan.
Gerakan pendinginan
1. Lengan dan tangan, genggam
3 menit
tangan kerutkan lengan
dengan kuat tahan, lepaskan.
2. Tungkai dan kaki, luruskan
kaki (dorsi fleksi), tahan
beberapa detik, lepaskan.
3. Seluruh tubuh, kontraksikan/
kencangkan semua otot sambil
nafas dada pelan teratur lalu
relaks (bayangkan hal yang
menyenangkan).

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

21
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan
endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus,
atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori
berikut :
1) Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
2) Teori sistem kekebalan
3) Teori genetic
Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar
dan buang air kecil. Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan,
pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi
4.2. Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian,
klasifikasi, penyebab, patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, dan
penanganan.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
jadi penulis pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna
untuk pembuatan makalah selanjutnya.

22

Anda mungkin juga menyukai