Anda di halaman 1dari 6

Prosedur Pengukuran Topografi untuk

Pekerjaan Jalan dan Jembatan.


icen prasetyo 2/19/2017

Prinsip dasar pengukuran topografi serta tahapan pengukuran topografi pada pekerjaan
perencanaan jalan dan jembatan.

Prinsip – prinsip dasar pengukuran topografi teristris antara lain :


 Pengukuran jarak
 Pengukuran sudut
 Pengukuran beda tinggi

Tahapan-tahapan dan prosedur pengukuran topografi teristris yang dilakakan untuk pekerjaan
perencanaan jalan dan jembatan yang meliputi :

 Tahap persiapan (personil,bahan atau alat dan adminitrasi)


 Tahap survey atau pengukuran (survey pendahuluan dan survey detail)
 Tahap pengolahan data.
 Tahap penggambaran.

Pengukuran topografi untuk pekerjaan pelaksanaan jalan bersifat


pengukuran Stake_Out, yaitu pengukuran yang dilakukan untuk mengimplementasikan
gambar rencana (design drawing) dengan kondisi lapangan sebenarnya, dengan batuan titik
titik tetap yang ada di lapangan dari hasil pengukuran topografi sebelumnya.

Pengukuran stake_out antara lain bertujuan untuk penentuan Center line.


Penentuan batas ROW, pembebasan lahan, pengukuran untuk pembuatan Shop drawing,
maupun pengukuran untuk monitoring pelaksanaan kontruksi. Pengukuran Stake_out untuk
pelaksanaan jembatan meliputi, pengukuran Stake_out untuk center line, stake_out posisi
abutment dan pier jembatan, pengukuran stake_out untuk monitoring pelaksanaan kontruksi.
Adapun alat ukur GPS tipe navigasi untuk keperluan survey pendahuluan dan alat GPS tipe
geodetic untuk pengukuran titik-titik ikat (bila diperlukan). Peralatan ukur harus di kalibrasi
dengan metode yang tepat sesuai dengan jenis dan spesifikasi masing masing alat sebelum di
gunakan.

1.Suvey Pendahuluan.
Survey pendahuluan (reconnaissance) dilakukan untuk mengetahui secara factual kondisi rencana trase jalan
yang telah di buat. Peralatan dan bahan yang di perlukan antara lain peta rencana trase jalan
diatas peta topografi skala 1 : 50.000 atau skala 1 : 25.000, GPS navigasi, heling meter /
clinometers, kompas, formulir survey dan calculator, GPS navigasi dan kompas berfungsi
untuk penentuaan prosentase kemiringan vertical pada AS rencana. Jika trase rencana yang
telah di buat tidak memungkinkan diterapkan dilapangan maka dilakukan pemilihan alternatif
trase jalan.

2. Pemasangan Bench Mark (BM).

Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pemasangan patok sebagai sarana penyimpan


informasi koordinat hasil pengukuran. Monument pengukuran jalan dan jembatan berupa
bench mark (BM), patok CP (concrete point) dan patok kayu pengukuran. Bench mark (BM)
di pasang di sepanjang ruas jalan yang di ukur pada setiap interval jarak ± 1 KM. di setiap
pemasangan BM harus disertai pemasangan patok CP. Sebagai pasangan untuk mendapatkan
azimuth pada pekerjaan stake_out tahap pelaksanaan.

Pemasangan BM untuk jalan exsisting sebaiknya di pasang di kiri jalan dan CP di kanan jalan
searah dengan jalur pengukuran dengan posisi saling tampak satu sama lain. Pemasangan
patok kayu di lakukan di setiap interval 50 m pada jalur yang lurus dan datar serta setiap 25
m pada jalur yang berbelok / perbukitan pada sisi jalan yang sama. Pada daerah tertentu yang
tidak bisa di pasang patok kayu bisa dig anti dengan pemasangan paku payung dengan di
tandai cat sekitarnya dan di beri nomor sesuai urutannya untuk memudahkan pencarian patok,
sebaiknya pada daerah sekitarnya di beritanda khusus.

3. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertical (KKV)

Pengukuran kerangka control vertical dilakukan dengan metode sipat datar disepanjang trase
jalan melewati BM, CP dan semua patok kayu. Pengukuran sipat datar dilakukan pergi
pulang secara kring pada setiap seksi. Panjang seksi ± 1 – 2 km dengan persyaratan
(toleransi) ketelitian ≤ (kurang dari atau sama dengan) 10 mm √D, dimana D adalah jumlah
jarak dalam km.Elevasi titik referensi yang di gunakan sebagai elevasi awal harus di hitung
dari tinggi MSL (muka air laut rata rata).

Pengukuran sifat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis atau yang sederajat
dengan deviasi standar ketelitian pengukuran alat per 1 km pergi pulang ketelitianya ≤ 5 mm,
pembacaan rambu harus dilakukan pada tiga benang yaitu benang atas, benang bawah,
benang tengah.untuk control bacaan.rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk
pengecekan vertical rambu.

4. Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal (KKH)

Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan untuk merapatkan titik-titik control
horizontal yang ada di sekitar lokasi proyek. Titik-titik koordinat yang di pakai sebagai
control horizontal tersebut di anjurkan dalam system koordinat nasional dengan system
proyeksi yang di gunakan adalah UTM (Universal Transverse Mecator) dengan pertimbangan
bahwa pengukuran topografi bidang jalan bersifat memanjang. Pengukuran titik titik control
horizontal dilakukan dengan metode polygon terbuka terikat sempurna atau dengan polygon
tertutup. Pengukuran polygon horizontal meliputi pengukuran sudut tiap titik polygon,
pengukuran jarak tiap sisi polygon dengan azimuth.

5. Pengukuran Penampang Memanjang.

Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan bersamaan dengan


pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang melintang. Pengambilan data penampang
memanjang dilakukan dengan setiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan
detail yang ada sepanjang trase. Pembacaan rambu harus di lakukan pada pada tiga benang
yaitu : benanf atas, benang bawah, benang tengah.

6. Pengukuran Penampang Melintang.

Pengukuran penampang melintang ruas jalan di lakukan alat sipat datar pada daerah datar dan
terbuka, tetapi pada daerah dengan topografi bergelombang sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan teodolit kompas dengan ketelitian bacaan 20”. Pengukuran penampang
melintang ruas jalan dilakukan harus tegak lurus dengan ruas jalan. Pengambilan data
dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada
dengan mempertimbangkan factor skala peta yang dihasilkan dan tingkat kepentingan data
yang akan ditonjolkan.

Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri. Untuk
mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di beri notasi yang berbeda,
misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi alphabetic dan untuk koridor
sebelah kanan di beri notasi numbers. Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan
persyaratan : Kondisi datar, landai dan lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar
koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan AS trase jalan.
7. Pengukuran dengan Titik Ikat Referensi.

Pengukuran kerangka control horizontal diikatkan pada titik titik referensi horizontal
exsisting yang ada. Informasi keberadaan posisi /lokasi titik ikat tersebut dapat di cari dari
institusi yang terkait antara BAKOSURTANAL, BPN, atau dari hasil pengukuran proyek
sebelumnya. Pengukuran penampang memanjang jalan,pengukuran melintang jalan,
pengukuran penampang melintang sungai dan pengukuran situasi. Persiapan dan survey
pendahuluan sama seperti pada pekerjaan pengukuran jalan.

8. Pengukuran Penampang Melintang Sungai.

Koridor pengukuran kearah hulu dan hilir masing masing 125 m dari as rencana jembatan
pengukuran kedalaman sungai dilakukan denganmenggunakan rambu ukur atau bandul
zonding jika kedalaman air kurang dari 5 m dan arus tidak deras, jika arus deras dan
kedalaman lebih dari 5 m pengukuran dilakukan dengan alat echosounder.

9. Pengukuran Situasi.

Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets) atau dengan
alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur mencakup semua obyek
bentukan alam dan buatan manusia yang ada disekitar rencana jembatan. Pada pengukuran
situasi tersebut, pengambilan titik ukur haru detail / rapat. Hal ini karena pada lokasi disekitar
rencana jembatan akan dilapangkan. Selain itu pada lokasi lokasi tersebut biasanya akan
dilakukan desain desain yang bersifat khusus .

10. Pengkuran Pelaksanaan Jalan.

Pengukuran pelaksanan jalan bertujuan untuk mengimplementasikan gambar rencana (design


drawing) di lapangan. Sesuai dengan tujuannya, maka implementasi tersebut dapat digunakan
untuk menentukan center line, pembuatan shop drawing, rencana pembebasan lahan, dan
monitoring pelaksanakan pekerjaan. Pengukuran untuk kegiatan pelaksanaan di lakukan
dengan cara stake_out, yaitu meletakan posisi posisi detail dari gambar rencana kedalam
posisi sebenarnya di lapangan dengan di bantu oleh koordinat koordinat yang ada di
lapangan.

11. Pengukuran Stake Out Untuk Center Line.

Pengukuran Stake Out untuk penentuan center line merupakan stake_out bersifat garis, baik
berupa garis lengkung maupun garis lurus. Stake out bersifat garis lurus dilakukan terhadap
center line pada jalan yang lurus. Stake out dilakukan setiap interval 50 m. untuk stake out
yang bersifat lengkung dilakukan setiap tikungan jalan.
Dimana posisi yang akan di stake out antara lain : PI (point intersection), TC (target circle)
CT (circle tangent), untuk tikungan bentuk full circle : TS (tangent spiral), SC (spiral circle),
CS (circle spiral), ST (spiral tangent) untuk tikungan bentuk spiral – circle – spiral . jarak dari
titik diatas sudah terdapat dalam rencana (design drawing). Alat ukur yang digunakan adalah
teodolit / EDM / ETS.

12. Pengukuran Stake Out Untuk Rencana Pembebasan Lahan.

Pengukuran stake out untuk rencana pembebasan lahan dilakukan bila dalam pelaksanaan
pekerjaan diperlukan pembebasan lahan. Daerah yang ukur adalah daerah yang terkanan
pembebasan lahan. Pada pengukuran ini dilakuakn pemasangan patok patok pada batas batas
daerah yang terkena pembebasan berdasarkan koordinat patok patok pada batas yang telah
terdapat pada peta rencana pembebasan lahan.

13. Pengulahan Data.

Pengolahan data hasil dari pengukuran topografi terdiri dari beberapa tahapan hitungan, yaitu
hitungan polygon untuk pengukuran kerangka control horizontal (sudut.azimut, jarak)
hitungan sifat datar untuk pengukuran kerangka vertical serta hitungan posisi dan beda tinggi
untuk pengukuran situasi dan penampang melintang. Pengolahan data dapat dilakukan secara
manual dengan batuan calculator, ataupun dengan batuan computer.

Dari hasil pengukuran lapangan dapat berupa formulir yang berisi catatan dari hasil
pengukuran maupun data yang direkam dalam fileelektronik. Untuk pengukuran yang bersifat
manual dan semi digital berupa koordinat masing masing obyek yang selanjutnya akan
digunakan sebagai masukan data untuk proses penggambaran. Untuk pengukuran dengan
system digital murni, maka dari hasil pengukuran di rekam dalam file elektronik, hal ini
disebabkan alat ukur digital yang dilengkapi data rekorder atau ata collector, sehingga
pengalahan data akan lebih mudah dan lebih cepat.

Data ukur lapangan yang sudah tersimpan didalam memory dat recorder atau data collector
bisa langsung di download kekomputer dengan bantuan interface. Format data ini di konversi
keformat raw data dan selanjutnya dilakukan proses konversi kedalam file book(data file
book ini mempunyai format yang sama dengan batch file). Data file book di hitung dengan
perangkat lunak khusus topografi untuk memperoleh harga koordinat.

14. Penggambaran.

Penggambaran dapat dilukan dengan dua carayaitu penggambaran dengan cara manual dan
penggambaran dengan cara digital.penggambaran secara manual berdasarkan hasil ukuran
lapangan yang menggunakan tangan diatas kertas millimeter dengan masukan data data dari
hitungan manual. Penggambaran digital dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
computer dan plotter dengan data masukan dari hasil hitungan spreadsheet ataupun download
data dari pengukuran digital yang kemudian diproses dengan perangkat lunak topografi.

Anda mungkin juga menyukai