Anda di halaman 1dari 7

Peripherally Inserted Central Catheter dan Pemberian Terapi Intravena

pada Neonatus

Yani Setiasih, Sari Fatimah, Siti Yuyun Rahayu Fitri


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: yuyun_rahayu71@yahoo.com

Abstrak

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa Peripherally Inserted Central Catheter (PICC) efektif dalam pemberian
terapi intravena. Belum banyak penelitian yang membandingkan pemberian terapi intravena antara akses intravena
yang biasa dilakukan saat ini. Penelitian ini bertujuan membandingkan antara akses intravena perifer dengan
Peripherally Inserted Central Catheter (PICC) terhadap efektivitas pemberian terapi intravena pada neonatus.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif. Dengan teknik purposive sampling, 32 neonatus diikutsertakan
sebagai subjek yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dengan akses intravena perifer dengan PICC.
Pada kelompok dengan akses intravena perifer (n=16) dan pada kelompok dengan PICC (n=16). Efektivitas akses
intravena dinilai dari kesesuaian terapi intravena yang didapat neonatus dengan kebutuhan yang seharusnya selama
24 jam dalam waktu lima hari menggunakan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji fisher exact.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi intravena menggunakan PICC lebih efektif dibandingkan
pemberian terapi intravena menggunakan akses intravena perifer (ρ=0.00). Perawatan neonatus yang membutuhkan
terapi intravena di rumah sakit lebih disarankan menggunakan PICC dibandingkan dengan akses intravena perifer.

Kata kunci: Akses intravena perifer, neonatus, Peripherally Inserted Central Catheter (PICC), terapi intravena.

Peripherally Intravenous with Peripherally Inserted Central Catheter


Access and The Effectiveness of Intravenous Therapy in Neonates

Abstract

Previous studies have found that peripherally inserted central catheter (PICC) is effective for delivering
an intravenous therapy. However, few studies were found to compare the effectiveness of PICC with
peripheral intravenous access. The purpose of this study was to compare the effectiveness of intravenous
therapy using peripheral intravenous access and PICC in hospitalized neonates. This study was a descriptive
comparative. By using a purposive sampling technique, 32 neonates were involved as subjects of peripheral
IV access group (n=16) and PICC group (n=16). Data were collected using observation forms for 24
hours within 5 days in a row. A Fisher Exact test was utilized to analyze the data. The results indicated that
PICC was more effective than peripheral intravenous access (ρ=0.00) in providing intravenous therapy for
neonates. Accordingly, PICC is recommended for neonates requiring intravenous therapy in the hospital.

Key words: Intravenous therapy, neonates, peripheral intravenous access, Peripherally Inserted Central Catheter
(PICC).

124 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Yani Setiasih: Perbandingan antara Akses Intravena Perifer dengan PICC

Pendahuluan terutama neonatus dengan kondisi prematur


yang memerlukan perawatan khusus dan
Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) pada dipuasakan dalam jangka waktu lebih dari
periode neonatus menjadi permasalahan besar lima hari.
di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Komplikasi atau kejadian yang tidak
Dasar tahun 2007 Penyebab kematian diharapkan dari pemasangan akses intravena
perinatal (0–7 hari) yang terbanyak adalah perlu dipertimbangkan sebelum menentukan
respiratory disorders (35,9%) dan prematur akses yang akan dipilih (Barria, Lorca &
(32,3%), sedangkan untuk usia 7–28 hari Munoz, 2007). Moureau (2006) menyatakan
penyebab kematian yang terbanyak adalah bahwa kegagalan dalam mempertahankan
sepsis neonatorum (20,5%) dan congenital kepatenan akses intravena menyebabkan
malformations (18,1%). Komplikasi yang terapi yang seharusnya diberikan kepada
menjadi penyebab kematian terbanyak adalah neonatus tertunda atau tidak dapat diberikan
asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi sepenuhnya sehingga dapat meningkatkan
(Kemenkes RI, 2011). Jumlah neonatus yang risiko kematian. Mempertahankan kepatenan
meninggal di rumah sakit rujukan Jawa Barat akses intravena dalam waktu yang lama
pada tahun 2011 sebanyak 117 orang dari pada neonatus yang dirawat di rumah sakit
3.876 neonatus (Dinas Kesehatan Provinsi memiliki tantangan tersendiri bagi perawat,
Jawa Jawa Barat, 2011). mengingat karakteristik neonatus yang
Berbagai macam masalah kesehatan pada memiliki vena sangat kecil sehingga rentan
periode neonatus dapat disebabkan oleh faktor berisiko tinggi terjadi plebitis. Rang (2003)
ibu, faktor kondisi selama persalinan, dan dan Juffrie (2004) menyatakan bahwa kulit
faktor bayi itu sendiri (Halliday, McClure, & neonatus sangat rentan terhadap kerusakan
Reid, 2001). Neonatus yang memiliki masalah jaringan karena strukturnya masih belum
kesehatan harus mendapatkan penanganan matang, sangat tipis, epidermis dan dermis
khusus di rumah sakit, disebabkan risiko tidak saling terkait atau longgar.
kematian yang sangat tinggi, sehingga harus Peripherally inserted central catheter
mendapatkan penanganan dan perlakuan (PICC) merupakan salah satu peralatan
ekstra khusus, cepat, tepat dan akurat. terbaru yang telah diperkenalkan di Indonesia.
Pemenuhan kebutuhan keseimbangan Peripherally inserted central catheter
cairan dan elektrolit memegang peranan digunakan untuk akses vena perifer, yang
penting dalam penatalaksanaan awal pada mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat
pasien neonatus dalam kondisi sakit karena digunakan untuk pemberian makronutrisi
bayi biasanya dipuasakan dari nutrisi oral yang mempunyai osmolaritas sangat tinggi
maupun enteral selama lima sampai tujuh hari >900 mOsm dan dapat digunakan dalam
terutama pada bayi dengan kondisi prematur. waktu yang cukup lama (21 hari–2 bulan)
Hal ini mengakibatkan pemberian terapi cairan tergantung jenis kateter yang digunakan
dan elektrolit melalui intravena pada neonatus (Gomella, 2009). Namun demikian, beberapa
menjadi sangat penting untuk bertahan hidup penelitian seperti penelitian Galloway dan
(Cloherty, Eichenwald, & Stark , 2010). Bodenham (2004), Moureau (2005), Ohki,
Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit Yoshizawa, Watanabe, Kuwashima, dan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan, Morikawa (2008), Paulson dan Miller (2008),
kebutuhan elektrolit,kebutuhan nutrisi, dan serta penelitian Roy dan Lucille (2011)
farmakoterapi atau substansi terapeutik lain menyatakan bahwa PICC memiliki beberapa
bagi neonatus (Wong, 2008). komplikasi yang dapat terjadi selama dan
Keberhasilan pemberian terapi intravena setelah dilakukan insersi pada bayi. Beberapa
dipengaruhi oleh akses yang digunakan dalam komplikasi tersebut meliputi oklusi, infeksi,
terapi intravena yang telah diprogramkan. trombosis, plebitis, edema, perdarahan
Oleh karena itu, pemasangan, pemantauan berlebih pada area penusukan, dan malposisi
keefektifan, serta pemilihan akses intravena atau pergeseran posisi kateter. Penggunaan
memiliki hubungan yang kuat dengan PICC juga tidak menurunkan lama rawat
pemenuhan kebutuhan terapi intravena (length of stay) di neonatal intensive care
agar sesuai dengan kebutuhan neonatus, unit (NICU) walaupun dapat mengurangi

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 125


Yani Setiasih: Perbandingan antara Akses Intravena Perifer dengan PICC

frekuensi penusukan vena. Komplikasi yang intravena dikatakan efektif. Sebaliknya, jika
dapat muncul akibat penggunaan akses keseluruhan terapi tidak dapat diberikan
PICC dapat berpengaruh pada kelancaran sesuai kebutuhan karena ketidakefektifan
masuknya cairan yang akan diberikan. akses, maka akses intravena dikatakan tidak
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan efektif.
sebelumnya menerangkan bahwa PICC Penelitian dilaksanakan di Rumah
terbukti efektif dalam pemberian terapi Sakit rujukan Jawa Barat. Analisis bivariat
intravena (cairan, elektrolit, nutrisi parenteral dilakukan menggunakan uji fisher exact
dan farmakoterapi) dan juga dengan sejumlah dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai
komplikasi yang ditimbulkan, maka perlu α=0.05 yang diambil berdasarkan nilai
dilihat efektifitas pemberian cairan yang signifikansi (nilai p) dan kemudian nilai
telah diprogramkan pada pasien neonatus. tersebut dibandingkan dengan nilai alfa α
Saat ini, belum ditemukan penelitian yang (Gay, 2002 & Schneider, dkk., 2005).
membandingkan pemberian terapi intravena
melalui jalur perifer konvensional dengan
akses perifer melalui PICC. Penelitian ini Hasil Penelitian
bertujuan untuk melihat perbandingan antara
akses intravena perifer dengan PICC terhadap Karakteristik responden dari kelompok akses
efektivitas pemberian terapi intravena pada intravena perifer sebagian besar (62,5%)
neonatus. berjenis kelamin perempuan. Median
usia didalam kandungan pada kelompok
ini adalah 31,50 minggu yang sebagian
Metode Penelitian besarnya (68,75%)>30 minggu. Lebih dari
setengah responden (62,5%) pada kelompok
Penelitian ini bertujuan membandingkan ini termasuk dalam kelompok prematur
akses intravena perifer dengan PICC sedang, dengan median berat badan 1.525
terhadap efektivitas pemberian terapi gram, serta dengan diagnosa preterm infant
intravena pada neonatus. Jenis penelitian (PTI) sebanyak 31,25%, PTI disertai Sepsis
ini adalah deskriptif komparatif. Responden sebanyak 31,25%, PTI disertai Respiratory
dalam penelitian ini adalah neonatus yang Distress (RD) sebanyak 25%, dan PTI disertai
lahir dengan usia kehamilan 37 minggu dan Necrotizing Entero Colotis (NEC) sebanyak
sedang terpasang akses intravena perifer atau 12,50%.
terpasang akses intravena PICC. Neonatus Pada kelompok akses intravena yang
yang mengalami plebitis, edema, infiltrasi, menggunakan PICC memiliki perbandingan
oklusi kateter, trombosis dan reaksi alergi yang sama banyak antara jenis kelamin laki-
pada saat awal observasi tidak dimasukkan laki dan perempuan. Nilai median usia di dalam
sebagai responden. Penelitian ini melibatkan kandungan di kelompok ini adalah 30 minggu
32 orang neonatus yang didapat melalui dimana sebagian besar (62,5%) berusia ≤30
teknik purposive sampling dan dibagi minggu. Sebagian besar responden (75,5%)
menjadi 2 kelompok. Kelompok A (n=16) termasuk dalam kelompok sangat prematur
adalah neonatus yang mendapatkan terapi dengan median berat badan 1525 gram, serta
intravena melalui akses intravena perifer dan dengan diagnosa PTI (12,5%), PTI + Sepsis
kelompok B (n=16) adalah neonatus yang (18,75%), PTI + RD (68,75%).
mendapatkan terapi intravena melalui PICC. Analisis bivariat didapatkan ρ value>0.05
Efektivitas akses intravena dapat dilihat yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
dari kesesuaian terapi intravena yang perbedaan karakteristik responden kelompok
didapat neonatus dengan kebutuhan yang PICC dan intravena perifer. Terapi intravena
seharusnya didapatkan dalam 24 jam. yang diberikan melalui akses intravena
Penelitian ini dilakukan selama lima hari perifer, 31,3% responden pemenuhan
dengan menggunakan lembar observasi. kebutuhan terapi intravena tidak terpenuhi
Jika seluruh terapi dapat diberikan dengan sejak hari pertama. Hari kedua dan ketiga
jumlah dan waktu pemberian yang tepat dan meningkat menjadi 62,5% responden.
sesuai kebutuhan selama 24 jam maka akses Sampai pada hari terakhir observasi (5

126 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Yani Setiasih: Perbandingan antara Akses Intravena Perifer dengan PICC

hari setelah pemasangan), akses intravena terutama bila zat terapi intravena tersebut
perifer hanya dapat membantu memenuhi sangat iritan terhadap keutuhan jaringan
pemenuhan kebutuhan terapi intravena pada kulit (Wong, 2008). Penentuan akses kateter
12,5% responden. Sebaliknya, di kelompok intravena yang tepat pada neonatus perlu
dengan akses intravena menggunakan PICC mempertimbangkan jenis-jenis farmakoterapi
menunjukkan bahwa kebutuhan terapi yang digunakan oleh neonatus serta diagnosis
intravena dapat terpenuhi baik dari jumlah, medis yang dapat dipengaruhi oleh diagnosis
dosis dan ketepatan waktu pemberiannya pada medis neonatus tersebut (Rang, 2003)
seluruh responden, mulai dari hari pertama Keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan
setelah pemasangan sampai hari kelima terapi intravena neonatus sangat dipengaruhi
observasi. Analisis bivariat menunjukkan oleh berbagai macam hal, salah satunya yaitu
terdapat perbedaan yang sangat signifikan kepatenan akses kateter intravena. Kegagalan
(ρ value=0.00) antara akses intravena perifer dalam mempertahankan kepatenan akses dari
dengan PICC terhadap pemenuhan kebutuhan kateter intravena tersebut dapat menyebabkan
terapi intravena. terapi yang seharusnya diberikan kepada
neonatus menjadi tertunda, tidak tepat waktu,
atau tidak dapat diberikan sepenuhnya sesuai
Pembahasan dengan kebutuhannya. Tanpa akses kateter
intravena yang baik, pasien mungkin dapat
Pemberian terapi intravena dilakukan pada mengalami proses penyembuhan yang lebih
neonatus baik dalam kondisi aterm maupun lambat lagi, sehingga lamanya perawatan di
preterm. Hal ini sangat penting dilakukan rumah sakit menjadi lebih lama (Moureau,
untuk menyeimbangkan homeostasis tubuh 2006).
terutama pada neonatus usia 5–6 hari postnatal Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
(Cloherty, dkk., 2010). Penatalaksanaan terapi neonatus yang telah dipasang akses kateter
intravena ini dalam keperawatan bertujuan intravena perifer tidak mendapatkan terapi
untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit, intravena perifer yang efektif, baik dari segi
nutrisi parenteral, dan farmakoterapi atau jumlah, dosis, maupun waktu pemberiannya.
substansi terapeutik lainnya pada neonatus. Pada hari pertama setelah pemasangan akses
Terapi intravena diberikan berdasarkan pada kateter intravena perifer terdapat responden
kebutuhan, tujuan lamanya terapi, diagnosis yang mengalami masalah dalam kepatenan
pasien, usia, riwayat kesehatan, dan kondisi akses kateter intravena perifer. Pada hari
vena pada saat itu (Potter & Perry, 2009). Peran kelima pemasangan kateter intravena perifer
perawat dalam pemberian terapi intravena ini didapatkan data seluruh reponden diketahui
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis terapi tidak mendapatkan terapi kateter intravena
intravena yang benar serta peralatan dan perifer yang sesuai dengan kebutuhan yang
prosedur yang dibutuhkan seharusnya diterima oleh responden secara
Menurut Gomella (2009), karekteristik tepat dan akurat.
pembuluh darah yang dimiliki bayi prematur Pada hasil pengamatan sampai hari
memiliki elastisitas yang lebih rigid, sangat kelima, diperoleh data bahwa hanya 12,5%
tipis, mudah pecah, permeabilitas kapilernya responden dari kelompok yang mendapatkan
lebih tinggi, sehingga dapat lebih mudah terapi antibiotik sesuai dosis dan waktu yang
untuk memungkinkannya terjadi shift cairan tepat dan tidak seorangpun yang mendapat
dari ruang intravaskuler menuju ke ruang terapi cairan elektrolit yang lengkap sesuai
ekstravaskuler. Letak pembuluh darah bayi dengan kebutuhan per hariannya. Kegagalan
yang prematur lebih dekat dan menempel di pemenuhan terapi intravena pada kelompok
permukaan kulit, hal ini dapat memudahkan ini terjadi dikarenakan adanya plebitis.
terjadinya kerusakan jaringan kulit yang Plebitis merupakan terjadinya iritasi vena
parah (dapat sampai terjadinya nekrosis). yang dapat disebabkan oleh trauma iritasi
Apabila akses kateter intravena tidak tepat atau infeksi, yang ditandai dengan adanya
berada di dalam lumen pembuluh darah maka bengkak, kemerahan, dan teraba hangat
dapat mengakibatkan zat-zat terapi intravena pada sisi insersi setelah 24–48 jam pertama
keluar dari intravaskuler menuju interstisial, setelah insersi (Moureau, 2006). Hal ini

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 127


Yani Setiasih: Perbandingan antara Akses Intravena Perifer dengan PICC

dapat dicegah dengan cara memasukkan Pada neonatus, proporsi cairan ekstraseluler
kateter intravena pada vena yang besar, lurus, terlihat lebih banyak apabila dibandingkan
dan terhindar dari tekukan yang menjadi dengan cairan intraseluler, sehingga kecepatan
tempat insersi, sehingga dapat mengurangi metabolisme pada neonatus lebih cepat jika
friksi pada lumen di dalam vena. Tindakan ini dibandingkan dengan orang dewasa. Hal
dilakukan dengan steril. Pemasangan akses ini mengakibatkan terbentuk banyak asam
kateter intravena perifer pada responden yang dapat mempercepat terjadinya asidosis.
sudah dilakukan berdasarkan pada standar Asidosis juga dapat meningkatkan kebutuhan
operasional prosedur (SOP) rumah sakit dan oksigen pada neonatus. Pada neonatus dengan
dilakukan oleh perawat profesional. Hasil kondisi prematur, hal ini dapat menyebabkan
penelitian ini dapat memperkuat penelitian terjadinya henti napas. Selain itu, ginjal juga
yang dilakukan sebelumnya, bahwa risiko belum mampu mempertahankan cairan tubuh
plebitis terjadi empat kali lebih tinggi pada secara maksimal sehingga neonatus akan
saat menggunakan intravena perifer daripada sangat rentan mengalami asidosis, dehidrasi,
PICC (Barria, dkk., 2007). dan over hidrasi. Pencapaian keseimbangan
Peripherally inserted central catheter cairan tersebut dapat dilakukan dengan cara
(PICC) lebih tepat dan efektif digunakan pemberian cairan dan elektrolit yang efektif
untuk memenuhi kebutuhan terapi intravena baik dilihat dari jumlah, kecepatan (pemberian
pada neonatus (Ohki, dkk., 2008; Paulson cairan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
& Miller, 2008; Powers & Witschafter, pirau dari kiri ke kanan melalui patent ductus
2010; & Scales, 2005). Pendapat tersebut arteriosus sehingga mudah terjadinya gagal
sesuai dengan hasil penelitian ini yang telah jantung kongestif akibat beban berlebihan
dibuktikan dari hasil pengamatan selama pada ventrikel), waktu pemberiannya harus
lima hari. Hasil penelitian ini menunjukkan tepat, serta memenuhi prinsip zero balance.
bahwa terdapat 100% responden telah Namun, jika akses intravena dalam pemberian
mendapatkan terapi intravena yang sudah terapi tidak adekuat maka zero balance sulit
sesuai dengan kebutuhan per hariannya. Hal untuk dipertahankan seperti halnya yang
ini dikarenakan PICC ditempatkan secara terjadi pada kelompok responden dengan
sentral, yang dapat menyebabkan konsentrasi intavena perifer (Roy & Lucille, 2011).
cairan menjadi lebih tinggi sehingga dapat Menurut penelitian Cloherty, dkk. (2010),
dimasukkan, begitu juga dengan pemberian kemampuan pada neonatus dengan kondisi
nutrisi parenteral pada neonatus. PICC juga prematur belum adekuat untuk mencerna,
lebih aman digunakan untuk pemberian infus mengabsorbsi, dan melakukan metabolisme
obat-obatan, karena PICC memiliki diameter zat-zat makanan melalui enteral, sehingga
yang lebih luas untuk digunakan pada vena diperlukan juga nutrisi parenteral. Kecukupan
dan dapat meningkatkan hemodilusi. Selain jumlah kalori (terutama glukosa) sangat
itu, PICC juga memiliki risiko sepsis minimal diperlukan bayi prematur untuk menghindari
dibandingkan pemasangan kateter intravena terjadinya katabolisme yang terus-menerus,
perifer, karena jumlah insersi lebih sedikit sehingga untuk menghindari terjadinya
sehingga kejadian port the entry (pintu masuk hal tersebut, maka diperlukan pemenuhan
kuman) pun menjadi lebih sedikit apabila nutrisi parenteral yang dilakukan secara
dibandingkan dengan pemasangan kateter tepat, adekuat, dan akurat baik dari segi
intravena perifer (Moureau, 2005). jumlah maupun waktu pemberiannya. Hal
Cairan rumatan sangat dibutuhkan oleh ini akan tercapai apabila ditunjang oleh akses
neonatus untuk memelihara keseimbangan intravena yang memiliki kepatenan efektif,
hemodinamik. Cairan rumatan yang memiliki seperti pada akses PICC.
kecukupan elektrolit esensial sangat penting Bayi baru lahir terutama kondisi
dalam menunjang terjadinya keseimbangan prematur memiliki respon kurang sensitif
cairan dan elektrolit pada kehidupan sehari- terhadap beberapa stimulus dari antigen
hari. Cairan rumatan ini digunakan pada saat yang disebabkan oleh belum sempurnanya
proses metabolisme sel dalam menghasilkan pembentukan sistem pertahanan tubuh yang
energi, sehingga keseimbangan homeostasis spesifik. Sistem imunitas dan kekebalan
di dalam tubuh selalu terjaga (Graber, 2002). tubuh pada bayi prematur belum terbentuk

128 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Yani Setiasih: Perbandingan antara Akses Intravena Perifer dengan PICC

sempurna sehingga daya tahan tubuh terhadap penelitian ini untuk melihat keefektifan PICC
infeksi sangat rentan. Oleh karena itu, bayi dalam memenuhi kebutuhan terapi intravena
prematur dapat lebih mudah terkena infeksi. pada neonatus dengan waktu observasi yang
Apabila terkena infeksi biasanya tidaklah lebih lama serta jumlah responden yang lebih
ringan sehingga sering jatuh dalam keadaan banyak.
sepsis atau infeksi sistemik yang mengganggu
ke seluruh tubuh (Nelson, 2006)
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Daftar Pustaka
neonatus, terutama dengan kondisi prematur,
akan lebih rentan mengalami kejadian infeksi, Barria, R. M., Lorca, P., & Munoz, S. (2007).
sehingga neonatus tersebut mendapatkan Randomized controlled trial of vascular
terapi antibiotik. Pada pemasangan akses access in newborns in neonatal intensive care
kateter intravena perifer, kejadian plebitis unit. JOGNN Clinical Research, 36(5), 450–
sering sekali ditemukan akibat dari pembuluh 456.
darah bayi yang sangat tipis, permeabilitasnya
tinggi, rapuh, dan lumennya sangat kecil Cloherty, J. P., Eichenwald, E. C., & Stark,
(menurunkan hemodilusi) sehingga harus A. R. (2010). Manual of neonatal care. USA:
dilakukan penusukan yang berulang-ulang. Lippincott Williams & Wilkins.
Kondisi tersebut mengakibatkan port the entry
(pintu masuk kuman) yang kemungkinan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2011).
besar menyebabkan bayi mengalami sepsis. Laporan rutin tahunan KIA 2010. Bandung:
Pemberian terapi antibiotik pada bayi perlu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
memperhatikan jumlah dosis dan ketepatan
waktu pemberiannya. Sebagaimana yang kita Gay & Diehl. (2002). Research methods for
ketahui bahwa terapi antibiotik mempunyai business and management. USA: Macmillan
bioavailibilitas sendiri (waktu paruh bekerja Pub.Co.
efektif dalam membunuh kuman), dan apabila
waktu pemberiannya kurang memperhatikan Galloway, S. & Bodenham, A. (2004). Long-
hal tersebut, dapat menyebabkan resistennya term intravena access. British Journal of
kuman terhadap antibiotik. Akses intravena anesthesia, 92(5)
yang efektif kepatenannya sangat diperlukan
untuk mencegah kejadian tersebut. Gomella, T. L. (2009). Neonatology
management, procedures, on-call problem,
diseasses, and drugs (6th Ed.). North
Simpulan America: McGraw-Hill Companies.

Simpulan pada penelitian ini menunjukkan Graber, M. A. (2002). Terapi cairan,


bahwa akses intravena dengan menggunakan elektrolit, dan metabolik. Jakarta: Farmedia.
PICC lebih efektif dalam pemenuhan terapi
intravena apabila dibandingkan dengan akses Halliday, McClure, & Reid L. (2001). Handbook
kateter intravena perifer. of neonatal intensive care. London: Bailiere
Penelitian ini menyarankan kepada Tindall.
pengambil kebijakan di rumah sakit untuk
memprioritaskan pasien neonatus yang Juffrie, M. (2004). Penelitian kendali acak
dirawat, baik di ruangan perawatan biasa terbuka terhadap efektifitas dan keamanan
maupun di ruangan perawatan intensif, supaya cairan elektrolit rumatan pada neonatus dan
menggunakan PICC daripada akses intravena anak. Sari Pediatri, 6(2), 91–96.
perifer dalam memenuhi kebutuhan terapi
intravenanya. Penelitian selanjutnya dapat Kementerian Kesehatan RI. (2011). Laporan
dikembangkan untuk melihat keefektifan tahunan kemenkes 2011. Diakses dari http://
PICC dalam membantu kesembuhan pasien www.depkes.go.id/index.php/component/sea
dan pengaruhnya terhadap lama perawatan rch/?searchword=aki+akb&ordering=&searc
(lenght of stay) atau dapat melanjutkan hphrase=all.

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 129


Yani Setiasih: Perbandingan antara Akses Intravena Perifer dengan PICC

Moureau, N. (2005). Neonatal/ pediatric of insertion and post insertion complications.


peripherally inserted central catheter. UK: Neonatal Network, 27(4), 245–257.
Vygon Corporation.
Powers, R. J. & Wirtschafter, D. W.
Moureau, N. (2006). Vascular safety: It’s all (2010). Decreasing central line associated
about PICCs. Nursing management, 22–23. bloodstream infection in Neonatal Intensive
Care. Perinatology, 37, 247–272.
Moureau, N. (2006). Vascular safety: It’s all
about PICCs. Nursing Management, 37(5), Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Moore,
22–27. P.K. (2003). Pharmacology (5th Ed). London:
Churcill Livingstone
Nelson, W. E. (2006). Nelson essentials of
pediatrics : Infection in the imunocompromised Roy, and Lucille. (2011). Percutaneous
(5th ed.). Philadelphia: WB Saunder. placement of central catheter. Neonatology,
1–4.
Ohki, Y., Yoshizawa, Y., Watanabe, M.,
Kuwashima, M., & Morikawa, A. (2008). Schneider, Z., Elliott, D., Beanland, C., Wood,
Complications of percutaneously inserted G. L., & Haber, J. (2005). Nursing research:
central venous catheters in japanes neonates. Methods, critical appraisal and utilisation
Japan Pediatric Society, 50, 636–639. (2nd Ed.). Sydney: Mosby Elsevier.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Scales, K. (2005). Vascular acces: A guide


Fundamentals of nursing. Sydney: Mosby to peripheral venous cannulation. Nursing
Elsevier. Standar, 19(49), 48–52.

Paulson, P. R., & Miller, K. M. (2008). Wong, D. L. (2008). Pedoman klinis


Neonatal peripherally inserted central keperawatan pediatrik (4th Ed.). Jakarta:
catheters: recommendations for prevention EGC.

130 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013

Anda mungkin juga menyukai